Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO

“ PENGENALAN EKONOMI MAKRO ’’

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Syarif A..Rajak Al Qadrie, SE., M.M., AK., CA., CPA., CIQAR., CIQNR., CAPM.,

CAPF., CERA., CIBA.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

AL FARISI (11907093)
SYAFIRA FADIAN SARI (11907091)
SITI NURALISA (11907069)
WIWID ADELIA (11907110)

PRODI STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK 2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan karunianya-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan apa yang kami harapkan. Dalam makalah yang membahas tentang Pengenalan
Ekonomi Makro ini adalah suatu pembahasan dalam rangka memperdalam pemahaman
tentang Ekonomi Makro yang sangat diperlukan khususnya dalam dunia bisnis untuk dapat
memenuhi tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
“ Pengantar Ekonomi Makro ”.
Demikian makalah ini kami selesaikan dengan sebaik-baiknya dan semoga
bermanfaat. Penyusun tetap mengharapkan masukan dan kriktik dari semua pihak. Dengan
demikan, makalah ini dapat diperbaiki lagi.

Pontianak, 13 April 2021


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Sejarah Ekonomi Makro.................................................................................................5
B. Konsep Dasar Ekomoni Makro.........................................................................................8
C. Tujuan Ekonomi Makro.....................................................................................................9
D. Permasalahan Ekonomi Makro......................................................................................10
E. Aliran Ekonomi Makro...................................................................................................11
1. Aliran Klasik................................................................................................................11
2. Aliran Keynesian...........................................................................................................12
F. INFLASI DAN EMPLYOMENT..................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya teori ekonomi makro adalah sebuah teori yang mempelajari dan
mambahas tentang segala peristiwa, fenomena atau masalah-masalah yang terkait dengan
ekonomi secara keseluruhan atau dalam ruang lingkup besar. Ekonomi makro juga
merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang memfokuskan kajian terhadap mekanisme
kerja perekonomian suatu bangsa secara menyeluruh. Ekonomi makro memiliki tujuan
yaitu untuk mengerti dan memahami peristiwa atau kejadian seputar perekonomian dan
berusaha untuk membuat suatu rumusan yang menjadi solusi memperbaiki kebijakan
ekonomi yang ada.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-
pernyataan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Berdasarkan uraian yang
dijelaskan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis tentukan rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejarah ekonomi makro

.2.Apa saja tujuan ekonomi makro

3. Apa saja Permasalah Ekonomi makro

4.dan apa itu inflasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Ekonomi Makro


Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara
keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi
banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat
digunakanuntuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target
kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan
pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan. Istilah formal ekonomi
makro (macroeconomics) diperkenalkan pada 1945, ada yang menulisnya macro-
economic, ada juga yang menulisnya macroeconomics. Subyek utama ilmu ekonomi
makro sendiri, yaitu pertumbuhan ekonomi, bahasan klasik sejak jaman Adam Smith
(1723-1790), Thomas Malthus (1766-1834), dan David Ricardo (1772-1823).
Pada awalnya, studi ekonomi makro lebih dikenal sebagai studi Teori Moneter
(Monetary Theory) dan Teori Siklus Bisnis (Business CycleTheory). Teori Moneter
bersumber pada studi “teori kuantitas uang” yang menjelaskan hubungan sebab-akibat
antara perubahan uang beredar dan perubahan output serta tingkat harga umum
(inflasi). Perdebatannya mempertanyakan: apakah perubahan jumlah uang beredar
yang menyebabkan perubahan output dan tingkat harga, atau sebaliknya, perubahan
output dan tingkat harga yang menyebabkan perubahan jumlah uang beredar.

Teori Siklus Bisnis mempelajari fluktuasi ekonomi dari hasil interaksi faktor
riil (seperti kekayaan alam, cuaca, dan perkembangan teknologi), ekspektasi, dan
jumlah uang beredar. Ketika iklim usaha kondunsif, kegiatan ekonomi akan
meningkat yang ditandai oleh peningkatan investasi dan output; yang kemudian dapat
saja secara tiba-tiba ekspektasi pengusaha berubah sehingga perekonomian menjadi
lesu dan mengalami resesi atau krisis. Kedua teori tersebut saling melengkapi dan
melahirkan konsep teori ekonomi makro. Di periode 1920-1940-an, Keynes
meletakkan fondasi sistematis analisa ekonomi makro, khususnya dalam buku The
General Theory of Employment, Interest, and Money (1936). Aliran ekonomi yang
berkembang berdasarkan pemikiran Keynes dikenal sebagai Keynesian. Sejak itu,
terjadi berbagai proses perdebatan yang melahirkan berbagai aliran ekonomi makro
seperti: Monetarist (1950-1960), Rational Expectation (1970-an), New Keynesians
danNewClassical(1980-an). Era 1990-an: Menuju Kesatuan Pendapat.

Meskipun sejarah ekonomi makro selalu diwarnai perbedaan pendapat, periode


1990-an ditandai oleh beberapa konsensus pemikiran ekonomi makro. Konsensus ini
sendiri memiliki manfaat praktis bagi pengelolaan kebijakan stabilisasi ekonomi
makro. Pada 1997, lima tokoh ternama dalam ilmu ekonomi makro merumuskan
prinsip-prinsip utama ilmu ekonomi makro yang bisa diterima oleh berbagai aliran
utama ekonomi makro.
1. dalam jangka panjang ekonomi akan tumbuh mengikuti pertumbuhan alamiah
faktor produksi, seperti: peningkatan akumulasi barang modal per tenaga kerja,
perbaikan teknologi produksi, dan perubahan institusi. Pertumbuhan output
tersebut merupakan tren jangka panjang yang dikenal juga sebagai output
potensial.
2. menyatakan: fluktuasi output di sekitar tren output potensial sebagian besar
disebabkan oleh perubahan permintaan agregat (aggregate demand/AD).
Perubahan AD ini bersumber dari perubahan pengeluaran konsumsi, investasi,
perubahan ekspektasi, dan interaksi diantara semua unsur tersebut. Faktor penentu
AD ini dapat dipengaruhi oleh pemerintah melalui kebijakan moneter dan fiskal,
sebagai dua perangkat kebijakan stabilisasi ekonomi makro. Proses fluktuasi
output jangka pendek disekitar tren output potensial juga mencerminkan proses
penyesuaian akibat sistem ekonomi mengalami “guncangan” (shock) yang
berkelanjutan.
3. kebijakan stabilisasi makro hanya mempengaruhi output dalam jangka pendek,
dan dalam jangka panjang kebijakan stabilisasi makro bersifat netral terhadap
ekonomi. Pengaruh jangka pendek ini disebabkan oleh adanya
kekakuan/ketegaran (stickiness/rigidities) dalam ekonomi, baik yang bersifat
nominal, riil, maupun institusional. Konsensus ketiga ini sebenarnya kembali
menegaskan konsensus pertama yang menyatakan bahwa output jangka panjang
tumbuh mengikuti tren output potensial, namun dilihat dari aspek penerapan
kebijakan stabilisasi makro.

Terkait dengan kebijakan stabilisasi makro, ada dua hal yang perlu dicatat.
Pertama, untuk melaksanakan kebijakan stabilisasi output dan inflasi, kebijakan
moneter mempunyai fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebijakan
fiskal. Ini terkait dengan faktor institusional, dimana perubahan kebijakan fiskal
memerlukan waktu yang lebih lama dan juga selang waktu penerapan yang lebih
panjang dibandingkan dengan perubahan/penerapan kebijakan moneter.
Kedua, dalam perumusan dan penerapan kebijakan stabilisasi ekonomi makro,
pembuat kebijakan sebaiknya berpegang pada ‘aturan’ daripada ‘bebas memilih’
(rules rather than discretion). Maksudnya, ada kerangka kebijakan stabilisasi makro
yang menjadi panduan dasar bagi pembuat kebijakan dalam upaya mencapai target
kebijakannya, seperti output dan inflasi. Dua prinsip kebijakan stabilisasi ekonomi
makro ini merupakan konsensus yang keempat.
Akhirnya, meskipun diakui bahwa kekakuan/ketegaran sektor riil mempunyai
kontribusi pada inflasi dalam periode tertentu, inflasi yang berkelanjutan dalam
jangka panjang selalu disebabkan oleh faktor moneter (persistent inflation is always a
monetary phenomenon). Sehingga untuk memerangi inflasi diperlukan disiplin fiskal
(yaitu dengan tidak membiayai defisit fiskal melalui pencetakan uang) dan disiplin
moneter.

B. Konsep Dasar Ekomoni Makro


a. Kelangkaan (Scarcity)
Pertanyaan pertama yang muncul ialah apa yang dimaksud dengan kelangkaan? Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap agen ekonomi (baik rumah tangga maupun
perusahaan) menghadapi masalah keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Rumah
tangga memiliki keterbatasan pendapatan, waktu dan sebagainya, sehingga jumlah
barang dan jasa yang dapat dikonsumsi juga terbatas. Perusahaan menghadapi
keterbatasan anggaran pula sehingga harus menentukan berapa jumlah input yang akan
digunakan dalam proses produksinya, serta berapa jumlah barang yang akan
diproduksi.

b. Pilihan-pilihan (Choices)
Seseorang selalu dihadapkan dengan berbagai pilihan hidup. Apakah kita ingin berlibur
ke pantai atau ke pegunungan? Apakah kita ingin berbelanja di pasar swalayan atau di
pasar tradisional? Apakah kita ingin melanjutkan ESPA4110/MODUL 1 1.9 kuliah
atau bekerja dan menabung terlebih dahulu, atau menikah? Itu semua merupakan
pilihan yang sering hadir di dalam kehidupan kita.

c. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)


Perlu dipahami bahwa ketika seseorang memutuskan untuk memilih salah satu pilihan
tersebut maka ada biaya kesempatan yang hilang. Misalnya: orang di gambar
memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya saja. Maka pada saat yang bersamaan, dia
akan kehilangan upah yang dapat diperoleh jika dirinya bekerja. Contoh lainnya adalah
ketika Anda memutuskan untuk membaca buku ini, sebenarnya ada pilihan kegiatan
lain yang dapat Anda lakukan seperti menonton TV, berolahraga, atau bermain.
Artinya, menonton TV, berolahraga, dan bermain adalah opportunity cost Anda.

Jadi, opportunity cost adalah biaya kesempatan yang muncul karena mengambil sebuah
pilihan.

d. Alokasi ( Alocation)
Alokasi hampir mirip maknanya dengan distribusi. Di dalam ilmu ekonomi, alokasi
berarti bagaimana mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan yang hampir tidak terbatas. Misalnya, seseorang memiliki uang sebanyak 1
juta rupiah serta dialokasikan untuk Terus kerja? S2? Atau menikah saja ya? Tahukah
Anda Opportunity cost adalah biaya kesempatan yang muncul karena mengambil
sebuah pilihan 1.10 Pengantar Ekonomi Makro membeli pakaian seharga 400 ribu
rupiah dan makanan sebesar 600 ribu rupiah. Keputusan untuk membelanjakan uang
(sumber daya) yang dimiliki orang tersebut merupakan perwujudan alokasi sumber
daya.

C. Tujuan Ekonomi Makro


Ekonomi makro memiliki beberapa tujuan yang juga berdampak untuk suatu negara.
Setiap tujuan dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam suatu
negara. Berikut beberapa tujuannya:

1. Menciptakan Lapangan Pekerjaan


Angka pengangguran yang tinggi di sebuah negara akan berdampak buruk untuk
negara tersebut. Pengangguran yang tinggi akan menjadi beban ekonomi negara.
Kebijakan ekonomi makro mengatur agar lapangan pekerjaan tercipta sehingga mampu
menekan angka pengangguran dalam suatu negara.

2. Produksi dalam Negeri yang Tinggi


Tinggi atau rendah suatu produksi dalam negeri tergantung ada investasi yang masuk ke
dalam negara tersebut. Agar bisa meningkatkan produksi dalam negeri, suatu negara
harus memiliki investasi yang tinggi serta meningkatkan produktivitas masyarakat.
Dengan meningkatnya produktivitas, pendapatan juga akan meningkat dan produksi
dalam negeri bisa ditingkatkan dengan baik.
3. Ekonomi yang Stabil
Perekonomian yang stabil dalam suatu negara termasuk dalam tingkat pendapatan,
lapangan pekerjaan, dan juga kestabilan harga barang dalam negara tersebut. Ekonomi
makro memiliki tujuan agar harga barang dan juga lapangan pekerjaan selalu stabil. Hal
ini juga akan berdampak baik untuk suatu negara.

4. Neraca Pembayaran Seimbang


Setiap negara pasti melakukan transaksi dengan negara lain. Hal ini juga bisa
mempengaruhi ekonomi suatu negara. Maka dari itu neraca pembayaran juga harus
seimbang. Beberapa hal penting yang perlu diketahui dalam neraca pembayaran adalah
neraca perdagangan, transaksi berjalan, dan lalu lintas moneter.

5. Pendapatan Penduduk yang Merata


Salah satu tujuan dari ekonomi makro adalah agar suatu negara memiliki pendapatan
penduduk yang saling merata. Pendapatan tersebut didapat baik dari pengelolaan
sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam negara tersebut. Dengan
pendapatan yang merata, maka kehidupan penduduk akan menjadi semakin baik.
Sehingga kualitas manusia dalam suatu negara akan menjadi semakin baik juga.

D. Permasalahan Ekonomi Makro


Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang sering terjadi pada ekonomi makro:

a. Lambannya pertumbuhan ekonomi.


Jumlah lulusan sekolah/sarjana yang meningkat setiap tahunnya tidak diimbangi
dengan lapangan pekerjaan yang ada. Terlebih masih adanya keengganan untuk
berwirausaha. Para fresh graduate tersebut hanya terpaku mencari pekerjaan kantoran
yang bisa memberikan kenyamanan baik secara finansial maupun status sosial
dibandingkan menjadi pengusaha. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
berjalan lambat.

b. Tingginya pengangguran dan kemiskinan.


Terbatasnya lapangan pekerjaan dan ledakan jumlah penduduk adalah faktor utama
terjadinya pengangguran dan kemiskinan. Jumlah penduduk yang meningkat tidak
sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga meningkatkan jumlah
pengangguran. Jumlah pengangguran yang meningkat, persaingan kerja yang sengit
serta tuntutan untuk bisa bertahan hidup menyebabkan masyarakat tidak memiliki
pilihan lain selain menjadi pekerja di sektor informal seperti buruh, kuli, pembantu
dsb. Tentu saja hal tersebut menjadi pemicu kemiskinan, karena masyarakat tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan,
dan pendidikan. Selain itu infrastruktur dan sumber daya alam belum dimanfaatkan
secara menyeluruh oleh masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya.

c. Inflasi dan defisit APBN.


Kenaikan harga barang yang merupakan dampak dari terjadinya inflasi akan
mempengaruhi perekonomian dan daya beli masyarakat. Tingginya laju inflasi
mengakibatkan BI melakukan pengetatan di bidang moneter. Namun, pengetatan
moneter ini tidak dapat dilakukan secara drastis karena akan mengancam
kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.

d. Tingginya utang luar negeri


Turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar AS
menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas
lindung nilai. Sehingga pada saat terjadi krisis dalam sekejap nilai utang tersebut
membengkak. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melakukan penjadwalan
ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam.

E. Aliran Ekonomi Makro


Aliran Pemikiran Teori Ekonomi Makro
Teori ekonomi makro lahir dari kritik Keynes terhadap teori ekonomi kalsik. Sebaliknya,
kritik Keynes mendapat tanggapan dari kaum klasik sehingga melahirkan aliran
pemikiran yang dikenal sebagai Moneteris (monetarism). Perbedaan mendasar antara
klasik dan Keynes sebenarnya hanya terletak pada perbedaan pandangan mereka tentang
pasar dan fungsi uang.

1. Aliran Klasik
Pandangan aliran klasik tentang pasar: keseimbangan perekonomian berpondasikan
pada keseimbangan individu (konsumen, produsen). Para individu mencapai
keseimbangan bila seluruh sumber dayanya habis digunakan/ dikonsumsi dalam
rangka mencapai target maksimal (prinsip maksimalisasi hasil), atau target yang
ditetapkan tercapai dengan biaya minimal (prinsip minimalisasi biaya). Agar baik
konsumen maupun produsen dapat mencapai keseimbangan, mereka harus melakukan
pertukaran lewat pasar, dalam hal ini adalah pasar input dan pasar aoutput ( barang &
jasa). Pandangan aliran klasik tentang uang Bagi kaum klasik, peranan uang tidak
lebih sebagai alat transaksi. Karena itu uang tidak mempunyai pengaruh terhadap
variabel-variabel riil (output dan kesempatan kerja). Uang hanya mempengaruhi
variabel-variabel moneter, misalnya harga barang. Karena anatar sektor riil dengan
sektor moneter tidak ada keterkaitan sama sekali. Implikasinya tidak diperlukan
peranan pemerintah dalam pengelolaan perekonomian, sebab fleksibilitas harga akan
mendorong terjadinya alokasi sumber daya yang efisien.

2. Aliran Keynesian
Pandangan keynesian tentang pasar : struktur pasar cenderung monopolistik, informasi
tidak sempurna dan asimetris, sementara input dan output yang dipertukarkan juga
heterogen. Kondisi ini menyebabkan harga cenderung kaku (rigid), dalam arti sulit
berubah dalam seketika, misalnya harga-harga yang sudah naik akan sulit diharapkan
turun kembali kekauan harga menyebabkan pasar tidak mampu melakukan
keseimbangan, akibatnya gangguan-gangguan perekonomian cenderung untuk
memunculkan resesi. Pandangan keynesian tentang uang: keynes mewariskan
pandangan yang revolusioner tentang uang. Menurutnya uang bukan hanya sekedar alat
transaksi, tetapi juga sebagai penyimpanan nila ( store of value). Fungsi penyimpanan
inilah yang memungkinkan uang digunakan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan
melalui tibdakan spekulasi. Karena itu uang tidak bersifat netral, dalam arti uang dapat
mempengaruhi variabel-variabel riil ( output dan kesempatan). Implikasinya diperlukan
peranan pemerintah dalam pengelolaan perekonomian, naik melalui kebijakan fiskal
maupun kebijakan moneter.

ALIRAN KLASIK PASAR:


Keseimbangan perekonomian bertumpu pada keseimbangan individu → sumberdaya
habis digunakan dalam mencapai target maksimal (maksimisasi hasil) atau target
minimalisasi biaya melalui pasar.

ALIRAN KEYNES PASAR :


Struktur pasar monopolistik, infromasi tidak sempurna dan asimetris,dimana input
dan output bersifat heterogen → harga cenderung rigid
ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN TEORI EKONOMI MAKRO
Aliran Klasik Uang :
Sebagai alat transaksi, tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel-variabel riil dan
kesempatan kerja, hanya berpengaruh terhadap variabel moneter
Tidak ada peranan pemerintah → fleksibilitas harga mendorong terjadinya alokasi
sumberdaya yang efisien
Aliran Keynes Uang :
Sebagai alat transaksi dan penyimpan nilai
Uang mempengaruhi variabel-variabel riil
Diperlukannya peranan pemerintah melaui kebijakan fiskal dan moneter

F. INFLASI DAN EMPLYOMENT


Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan
kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus,
akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-
barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin
banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat Sedangkan lawan dari inflasi
adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya
(nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli
masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan
besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan
tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang
akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga. Tujuan jangka panjang
pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang
sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah
karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah
menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan
tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar
ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang)
yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang
bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar
kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
a. Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu sebagai berikut:
 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang
dari 10% pertahun
 Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi
ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%,
20%, 30%, dan sebagainya.
 Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya
harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

b. Berdasarkan Sebabnya 6 Menurut inflasi berdasarkan penyebab terbagi:


 Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan
yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan
hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka
harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan
tenaga kerja baru.
 Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun,
kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat
buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal
yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik
(karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
c. Berdasarkan Asalnya inflasi dibagi menjadi 2 yaitu :
 inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena
terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada
anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak
uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen),
bencana alam yang berkepanjangan dan sebagainya.
 Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri Karena negara-negara yang menjadi
mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui
bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa
negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri
tentu saja bertambah mahal. Metode Pengukuran Inflasi Suatu kenaikan harga
dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa
indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25)
antara lain: a) ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur
biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi
keperluan kebuthan hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of
marketbasket in base year) x 100% b) Produsen PriceIndex dikenal dengan
Whosale Price Index Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar
seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi.
Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI. c) GNP Deflator GNP deflator ini
merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks
ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP,
sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas: GNP
Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

 Dampak dari Inflasi


Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat
dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain
sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun
positif dari inflasi adalah sebagai berikut:
a. Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang
tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam
kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank
di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi
produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan
yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya
relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.

b. Dampak Positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Kenaikan harga – harga
menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga
menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam
negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang
impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan. Ekspor
yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca
pembayaran akan memburuk. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat Di samping
menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu Inflasi akan
menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi
akan menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,
simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi
berlaku. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya,
dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill
kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan
(rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga
sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya.
Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara
golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata.

 Cara mencegah inflasi


a) Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter
yaitu :
 Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank
Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang
beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga
 Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat
bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada
Bank Umum
 Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini
dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b) Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga
inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing Ini dilakukan dengan penentuan harga,
serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara
riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Ekonomi Makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Tujuan ilmu
ekonomi makro adalah untuk memahami peristiwa/fenomena ekonomi dan untuk
memperbaiki kebijakan ekonomi. Dari sini diperoleh gambaran bahwa ilmu ekonomi
makro bukanlah alat/doktrin perekonomian akan tetapi metode yang berguna untuk
membantu mengembangkan pemikiran tentang bagaimana cara bekerja dan
memperbaiki kondisi perekonomian. Inflasi, kurs dan suku bunga saling
meempengaruhi dalam perdagangan internasional

DAFTAR PUSTAKA

https://mridn.com/definisi-ekonomi-makro/

http://repository.uki.ac.id/1457/1/2018_FEB-UKI_Modul%20Ekonomi%20Makro.pdf

https://blog.zahiraccounting.com/pengertian-ekonomi-makro-dan-permasalahannya/

https://osf.io/gwnb3/download

Anda mungkin juga menyukai