Oleh :
BAB I
TINJAUAN TEORI KANKER LARING
A. Anatomi Fisiologi
1. Saluran udara
sistem pernapasan pada manusia terusun atas saluran udara dan paru-paru.
Menurut Saputra, L (2013) Udara masuk kedalam tubuh melalui struktur-
struktur berikut ini :
a. Rongga hidung
Udara masuk ke dalam hidung melalui lubang hidung depan dan sampai ke
dalam rongga hidung. Rambut hidung yang terdapat dilubang ini
menyaring debu yang masuk bersama udara. Rongga hidung terbagi
menjadi dua belahan oleh dinding sekat hidung (septum). Dinding ini
tersusun atas tulang rawan; bagian bawah tersusun atas tulang keras dan
rawan, sedangkan bagian atas tersusun dua buah tulang, yaitu tulang
etmoidal di bagian paling atas dan tulang vomer di bawahnya. Setiap
belahan juga terbagi menjadi empat bagian oleh tonjolan-tonjolan konka
(prosesus turbinata). Lantai rongga hidung atas tersusun lelangit keras,
bumbungnya tersusun dari tulang frontalis, sfenoidal, dan etmoidal serta
dinding sampingnya tersusun atas tulang rahang atas (maksila superior).
c. Laring
Laring merupakan suatu alat bersaluran yang terletak di bawah faring dan
di atas trakea. Organ ini terdapat di depan ruas tulang servikal keempat,
kelima, dan keenam. Laring memiliki dua fungsi. Fungsi pertama berkaitan
dengan peredaran udara untuk pernapasan dan fungsi kedua adalah untuk
mengeluarkan suara.
a. Struktur
Laring tersusun atas beberapa rawan hialin yang bertumpuk-tumpuk
hingga menyerupai kotak. Tulang rawan ini diikat antara yang satu dan
yang lain oleh ligamen. Tulang rawan penting yang terdapat dilaring
adalah sebagai berikut:
1) Tulang rawan tiroid-Tulang rawan ini berpasangan dan merupakan
tulang rawan terbesar di laring. Tulang rawan ini bermula dari
belakang laring sebagai kornu superior dan inferior, mengarah ke
depan dan berakhir sebagai jakun.
2) Tulang rawan krikoid—Tulang rawan ini menyerupai cincin mohor.
Di belakang laring, tulang rawan ini berbentuk segi empat. Dari
sini, tulang rawan krikoid melilit ke depan di bawah tulang rawan
tiroid.
3) Epiglotis-Tulang rawan ini berbentuk daun, dengan pangkal
tertanam di dalam lekukan tulang rawan tiroid, sedangkan bagian
tepinya bebas. Epiglotis bertindak sebagai katup laring. Pada saat
seseorang menelan, makanan atau minuman yang ditelan ditahan
agar tidak masuk ke dalam saluran udara.
4) Tulang rawan aritenoid-Tulang rawan ini berukuran kecil,
berpasangan, berbentuk piramid, dan terdapat di permukaan
belakang laring. Pita suara melekat di tulang rawan ini. Otot
aritenoid, yaitu otot yang mengatur suara, juga melekat pada tulang
rawan ini.
5) Tulang rawan hioid-Tulang rawan ini berbentuk tapal kuda dan
terletak di bagian atas laring, di bawah mandibula. Permukaan
dalam laring, kecuali bagian pita suara, dilapisi dengan membrane
mukosa yang tersusun atas jaringan epitel kolumnar bersilia.
b. Pita suara
Pita suara yang terdapat dalam laring terdiri atas dua jenis serabut.
1) Pita suara sejati-Pita suara ini merupakan pita suara yang tersusun
atas jaringan serabut yang elastis. Ujung belakang melekat ke tulang
rawan aritenoid dan ujung depan melekat ke belakang jakun.
Lipatan di antara pita-pita ini disebut glotis.
2) Pita suara palsu-pita suara ini merupakan lipatan dari membran
mukosa yang melapisi permukaan dalam laring dan pita ini tidak
berperan dalam pengeluaran suara.
c. Pengeluaran suara
Ketegangan pita sejati di dalam laring menentukan sifat suara yang
dihasil- kan. Jika pita suara itu tegang dan pendek,nada suara yang
dihasilkan tinggi. Jika pita suara panjang dan kendur, nada suara yang
dihasilkan rendah. Kekuatan suara tergantung pada ke kuatan udara
yang diembuskan keluar melalui pita. Berbagai struktur lain membantu
pembentukan suara oleh laring ini. Struktur tersebut termasuk bentuk
hidung, mulut, faring, dan sinus udara.
1) Berbicara
Berbicara dapat dilakukan karena suara yang dikeluarkan oleh
laring dipecah, diubah, dan diatur sehingga menjadi suatu
perkataan. Tindakan ini dijalankan oleh bibir, lidah, dan rahang
2) Berbisik
Berbisik dijalankan oleh mulut dan lidah yang menggunakan udara
yang didapat di dalam mulut. Laring tidak berperan.
d. Trakea
Trakea merupakan suatu saluran dengan panjang 11,5 cm pada orang
dewasa. Struktur ini tersusun atas tulang rawan berbentuk C Permukaan
belakang saluran ini tidak memiliki tulang rawan dan dilengkapi
dengan membran. Di antara tulang rawan tersebut terdapat otot bebas.
Tulang rawan ini menguatkan dinding trakea dan memungkinkan
peredaran udara terus-menerus dalamnya tanpa ada penghalang.
Halangan di dalamnya akan mengakibatkan rasa lemas dan dapat
menyebabkan kematian.
2. Paru-Paru
Manusia memiliki dua paru-paru yang terdapat didalam rongga toraks dan
dilindungi oleh tulang rusuk dan otot interkostalis. Setiap paru-paru
merupakan sebuah organ berbentuk kerucut-bagian dasar atau permukaan
bawah terletak diatas otot diafragma dan bagian puncaknya berakhir di atas
klavikula. Permukaan sisi dalam cekung untuk meletakan jantung. Cekungan
paru-paru kiri terlihat lebih jelas dibandingkan dengan bagian kanan dan
bagian ini disebut takuk jantung. Di permukaan sisi dalam terdapat suatu
celah atau fisura yang disebut hilum. Bronkus, pembuluh darah, urat saraf,
dan pembuluh darah limfa masuk kedalam paru-paru melalui hilum ini.
Aksi otot tersebut menyebabkan rongga toraks menjadi lebih luas. Karena
paru-paru tersusun atas jaringan elastis dan berpori serta lapisan luar
membrane pleura melekat dibawah tulang dada dan diatas otot diafragma,
paru-paru membesar ketika rongga toraks meluas. Hal ini mengakibatkan
tekanan udara di dalam paru-paru menjadi berkurang (lebih kecil daripada
tekanan udara biasa). Jadi, udara tersedot masuk melalui saluran udara ke
dalam paru-paru. Hal ini merupakan gerakan menarik napas.
Pada saat kita mengembuskan napas, rongga dada mengecil karena otot
diafragma naik ke atas dan tulang rusuk tertarik ke bawah oleh otot
interkostalis interna, tekanan udara di dalam paru-paru menjadi lebih tinggi
dari pada tekanan udara biasa. Akibatnya, udara terdesak keluar dari paru-
paru. Pada pernapasan biasa, terutama gerakan menghembuskan napas, otot-
otot abdomen juga berperan. Pada keadaan sesak napas, beberapa otot lain
terlibat dalam gerakan pernapasan otot trapezius, pektoralis mayor, dan
sternokleidomastoideus.
4. Gerakan Pernapasan Khusus
Mengeluh & menguap merupakan gerakan menarik napas yang panjang.
Batuk & bersin gerakan menghembuskan napas dengan keras. Gerakan
Tersedu gerakan ini merupakan gerakan menarik napas dengan menghentak
karena sentakan otot diafragma. bunyi terdesak itu terjadi karena udara diisap
dengan segera melalui pita suara.
5. Fisiologi Pernapasan
Paru- paru berfungsi untuk pertukaran gas. Oksigen dari udara dibawa ke
darah dan karbon dioksida serta uap air dari darah disingkirkan keluar. Udara
biasa mengandung kurang lebih 20% oksigen dan 0,04% karbon dioksida,
tetapi udara yang diembuskan keluar hanya mengandung 16% oksigen dan
kandungan karbon dioksida yang meningkat (100 kali) menjadi 4%.
Kandungan nitrogen tidak berubah, yaitu 79%.
Pernapasan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pernapasan Interna (atau pernapasan jaringan)
Pernapasan interna terjadi di dalam semua jaringan tubuh. Oksigen yang
termuat didalam darah digunakan untuk metabolisme jaringan, sedangkan
karbon dioksida dan uap air yang dihasilkan oleh jaringan tersebut
dikeluarkan ke dalam darah.
2. Pernapasan Eksterna (atau pernapasan paru-paru)
Pernapasan eksterna terjadi di paru-paru. Oksigen yang terdapat di udara
dibawa ke darah dan karbon dioksida serta uap air disingkirkan keluar.
Udara yang sampai di dalam alveolus kaya akan oksigen. Dinding
alveolus tersusun atas satu lapis jaringan. Kapiler darah yang mengelilingi
alveolus juga tersusun demikian. Struktur dinding seperti ini sangat
permeable terhadap gas. Pertukaran gas terjadi dengan cara difusi.
Oksigen dari alveolus masuk ke dalam darah, kemudian berikatan dengan
hemoglobin dari sel darah merah. Karbon dioksida dan uap air keluar dari
darah, kemudian masuk kedalam alveolus dan dilepaskan keluar.
Sebagian besar karbon dioksida terdapat di dalam pembuluh darah dalam
bentuk asam karbonat dan natrium hydrogen karbonat. Hanya sedikit
karbon dioksida yang berbentuk gas dan berikatan dengan hemoglobin.
Walaupun karbon dioksida merupakan salah satu limbah tubuh, tidak
semua gas ini tersingkir keluar. Hanya 10% saja yang dikeluarkan,
sisanya tetap terdapat didalam darah untuk menyegarkan pusat
pernapasan di medulla oblongata.
7. Pengendalian Pernapasan
Jumlah gerak pernapasan pada orang dewasa adalah 16 hingga 18 kali setiap
satu menit. Jumlah ini lebih besar pada masa kanak-kanak dan bayi serta pada
saat menderita penyakit tertentu. Dua faktor yang mengendalikan pernapasan
adalah pengendalian oleh saraf dan pengendalian secara kimiawi.
1. Pengendalian oleh saraf
Walaupun gerak pernapasan dapat diatur oleh kemauan untuk waktu yang
pendek, biasanya gerakan ini merupakan suatu gerakan otomatis dibawah
kendali sistem saraf. Dimedula oblongata terdapat suatu kumpulan sel
saraf yang dikenal dengan nama pusat pengendalian pernapasan. Dari
pusat impuls saraf mengalir melalui serabut-serabut saraf khas dan sampai
ke otot diafragma. Dan otot-otot pernapasan yang lain.
2. Pengendalian secara Kimiawi
Pusat pengendalian pernapasan sangat peka (sensitif) terhadap kehadiran
karbon dioksida (asam karbonat) dalam darah. Jika produksi karbon
dioksida bertambah, pusat pengendalian pernapasan menjadi terangsang.
Hal ini mengakibatkan pengaliran impuls saraf ke otot-otot pernapasan
untuk mempercepat dan memanjangkan gerakan pernapasan agar karbon
dioksida yang berlebihan itu dapat dikeluarkan dari tubuh. Pusat
pengendalian pernapasan menentukan jumlah karbon dioksida di dalam
darah serta menentukan jumlah dan lama pernapasan.
B. Konsep Kanker Laring
1. Pengertian Kanker Laring
Kanker laring adalah penyakit kanker pada pita suara, laring atau daerah
lainnya ditenggorokan. Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria yang
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol walaupun juga
ditemukan pada beberapa wanita. (Tompunu, 2012).
Karsinoma laring dibedakan atas tiga macam yaitu supraglotik, glotik, dan
infraglotik. Pada tumor yang supraglotik mencakup tumor di permukaan
posterior epiglotis, plika ariepiglotik, dan plika ventrikularis. Tumor glotik
mencakup tumor di korda vokalis, komisuara anterior dan posterior;
sedangkan karsinoma infraglotik mencakup jaringan dibawah korda vokalis
sampal tepi bawah knikoid.
16
17
Individu
merokok
Alkohol Paparan Penyalah
gunaan suara
Tumor Laring
Metastase Menekan/
Plica vocalis Obstruksi
supraga mengiritasi jalan napas
serabut syaraf
Obstruksi lumen Mengiritasi
Suara parau
esofagus Nyeri sel laring
dipersepsikan
Disfagia progresif
Afonia Infeksi
Gangguan
Intake < rasa nyaman:
nyeri Akumulasi sekret
Ganguan
komunikasi
BB ↓ verbal
Bersihan
jalan napas
Gangguan tidak efektif
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
4. Manifestasi Klinis Kanker Laring
Tanda dan gejala menurut Brunner dan Suddarth (2013), sebagai berikut:
1. Suara serak,tercatat lebih awal terjadi pada kanker diarea glottis suara
kasar,serak,dengan puncak suara rendah .
2. Batuk persisten ,nyeri dan rasa terbakar ditenggorokan ketika meminum
cairan panas dan jeruk.
3. Benjolan teraba dileher.
4. Gejala akhir, disfagia,dyspnea,obstruksi nasal unilateral atau rabas,serak
persisten, atau ulserasi dan napas berbau tidak sedap
5. Pembesaran nodus serviks, penurunan berat badan kelemahan umum dan
nyeri yang menyebar ke telinga dapat terjadi disertai dengan metastasis.
6. Penatalaksanaan Medis
A. Pengkajian
1. Dapatkan riwayat kesehatan dan kaji aspek fisik, psikososial, dan spiritual
pasien.
2. Kaji adanya sara serak, luka pada tenggorokan, dyspnea, disfagia, atau nyeri
dan rasa terbakar ditenggorokan.
3. Laksanakan pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh : palpasi leher
dan tiroid untuk merasakan adanya pembengkakan , nodularitas, atau
adenopati.
4. Nutrisi
a. Membandingkan nilai berat badan saat ini dan sebelumnya.
b. Asupan kalori yang dibutuhkan
c. Jumlah leukosit total.
d. Tingkat albumin.
e. Nilai hemoglobin dan hematocrit
f. Penyalahgunaan tembakau dan alkohol.
5. Riwayat kerja klien dan pertimbangan keuangan juga harus diselidiki selama
penilaian awal. Ketidakmampuan untuk membayar layanan kesehatan
keperawatan
6. Kaji kemampuan pasien untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis
evaluasi bersama terapis wicara jika diindikasikan.
7. Tentukan sifat pembedahan : kaji status psikologis pasien evaluasi metode
koping pasien dan keluarga di masa praoperasi dan setelah operasi: berikan
dukungan yang efektif.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik kepala dan leher.
b. Laringoskopi tidak langsung.
c. Endoskopi, endoskopi virtual, pencitraan optikal, CT, MRI,dan
pemindaian PET (untuk mendeteksi kekambuhan rumor setelah
terapi).
d. Pemeriksaan laringoskopik langsung dibawah pengaruh anestesialokal
dan umum.
e. Biopsi jaringan yang mencurigakan.
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnose keperawatan utama dapat
mencakup:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
produksi mucus yang berlebihan, sekunder akibat perubahan jalan
napas secara bedah.
b. Nyeri akut berhubungan dengan adanya selang nasogastrik/orogastrik
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan, sekunder
akibat kesulitan menelan.
d. Risiko tinggi infeksi terhadap (penyebaran)
e. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan deficit
anatomi, sekunder akibat pengangkatan laring dan edema.
f. Gangguan citra tubuh dan harga diri rendah, sekunder akibat
pembedahan leher mayor, perubahan penampilan, dan perubahan
struktur dan fungsi.
g. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri, kelemahan,
dan keletihanan: gangguan musculoskeletal yang berhubungan dengan
prosedur bedah dan rangkaian terapi pascaoperasi.
C. Intervensi
a. DX : Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan
dengan produksi mucus yang berlebihan, sekunder akibat perubahan
jalan napas secara bedah.
Kriteria Hasil : Mempertahankan kepatenan jaln napas dengan bunyi
napas bersih. Mengeluarkan/ membersihkan sekret dan bebas aspirasi
1) Bantu pasien tinggikan kepala 30-45º
Rasional: Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan
ekspansi paru.
2) Pantau frekuensi /kedalaman pernapasan, catat kemudahan
bernapas. Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan dispnea,
terjadinya sianosis.
Rasional: Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori
pernapasan, atau adanya ronki/mengi diduga ada retensi sekret.
Obstruksi jalan napas (meskipun sebagian) dapat menimbulkan
tidak efektifnya pola pernapasan dan gangguan pertukaran gas
menyebabkan komplikasi, contoh pneumonia dan henti napas.
3) Kolaborasi dengan perawat dalam pemberian analgestik, contoh
kodein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi.
Rasional: Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak
psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh. Penelitian
menunjukan dukungan ide bahwa banyak pasien mengalami sedikit
nyeri setelah pembedahan kepala dan leher dari pada sebelumnya.
Black, Joyce M & Hawks, Jane H. (2009). Medical-Surgical Nursing. Winsland House I :
Saunders Elsivier.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Kurniasari F N. dkk. (2017). Buku Ajar Gizi & Kanker. Malang: UB Press
Saputra, L dan Dwisang, L. (2013). Anatomi & Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Tanggeran Selatan: BINARUPA AKSARA Publisher. s