Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KAMPUS TAHFIDZ
“FIQIH MUAMALAH”

Disusun oleh :
Vivy Amalia Ramila
(J3A020021)

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Fiqih Muamalah”.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada ustadz pengampu kuliah tahfidz yang telah memberikan tugas terhadap
saya. Saya juga ingin mengucapkan terima aksih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Semarang, 14 Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Materi pelajaran fiqih merupakan materi pelajaran yang sangat
penting, sebab di dalamnya membahas tentang pokok-pokok hukum Islam
dan tata cara pelaksanaanya untuk diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan mereka mampu menguasai nilai-nilai Islam dengan
menghayati dan memahami serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga akan diperoleh manfaat dan hikmahnya dari mempelajarinya.
Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu
merealisasikan tujuan hidupnya yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Tujuan hidup manusia itu menurut Allah SWT ialah beribadah kepada Allah
SWT.
Adapun tujuan pembelajaran fiqih yaitu untuk membekali agar dapat:
(1). Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam dalam mengatur
ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah SWT
yang diatur dalam fiqih ibadah; (2). Melaksanakan dan mengamalkaan
ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan Ibadah kepada
Allah SWT dan Ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial (Dirjen
Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2004).
Melalui materi pelajaran fiqih diharapkan seseorang mampu mencapai
kesempurnaan dalam ibadah. Kajian fiqih ibadah tidak hanya membahas
tentang thaharah, shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga persoalan lain
seperti Sumpah, Nadzar, dan kaparat, masalah makanan dan minuman
termasuk hal-hal yang dilarang dan yang dibolehkan, dan masalah Qurban,
Aqiqah, dan Khitan, hewan buruan dan sembelihannya (Wahbah az-Zuhaily,
tt.:200).
Ibadah merupakan perkara yang perlu adanya perhatian, karena ibadah
itu tidak bisa dibuat main-main apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah
harus berpedoman pada apa yang telah Allah SWT perintahkan dan apa yang
telah diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW kepada umat islam yang
dilandaskan pada kitab suci al-Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan
ketetapan Nabi SAW atau disebut dengan hadis nabi. Dalam tulisan ini, akan
dikaji tentang bagaimana Fiqih ibadah dan prinsip ibadah dalam islam yang
sesuai dengan al-Qur’an dan hadis.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Fiqih Muamalah?
2. Bagaimana ruang lingkup kajian Fiqih?
3. Bagaimana ruang lingkup Fiqih Muamalah?
4. Bagaimana konsep dan prinsip dasar hukum Muamalah?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Mahasiswa mampu melaksanakan dan mengamalkan dengan baik dan
benar.
2. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan serta mempraktekkan fiqih
muamalah dengan baik dan benar.
3. Mahasiswa menguasai materi secara teoritis, dan juga secara praktis materi
ini dipraktekkan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Muamalah


Fiqh muamalah merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
fiqh dan muamalah. Secara etimologi fiqh berarti paham, mengetahui dan
melaksanakan. Adapun kata muamalah berasal dari bahasa Arab
(‫ل عامل‬....‫ة – يعام‬....‫ ) معامل‬yang secara etimologi sama dan semakna dengan
al-mufa’alah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan suatu aktifitas
yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya masingmasing.
Secara terminologi fiqh muamalah adalah
hukumhukum yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh
manusia dalam hal yang berkaitan dengan hartanya, seperti jual beli,
sewa menyewa, gadai dan lainl ain.
Kata manusia dalam pengertian di atas adalah ditujukan kepada
manusia atau seseorang yang sudah mukallaf, yaitu seseorang yang
sudah dibebani hukum, mereka itu sudah baligh dan berakal lagi cerdas.
Muamalah yang merupakan aktifitas manusia muslim tentunya tidak
terlepas sama sekali dengan masalah pengabdiannya kepada Allah,
sebagaimana firman Allah dalam surat azZariyat (QS. 51 : 56) yang
berbunyi:
ِ
َ‫ِْن َّ َوا ْل َو َما َخلَ ْقت ُ ال‬.ِ َْ ‫ْعبُ ُد ون ِل َّ إِل ِ ْنس‬

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka menyembah-Ku.”

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa tindakan manusia dalam rangka


pengabdian kepada Allah selalu mengandung nilainilai ketuhanan.
Pengabdian yang dilakukan haruslah diawali dari keikhlasan, sebagaimana
firman Allah dalam surat alBayyinah (QS. 98: 5) yang berbunyi sebagai berikut:
‫ ُروا إِل‬.....‫ا أُ ِم‬.....‫ل ِل َّ َو َم‬.....‫ ُد وا ال‬.....ُ‫َُ م َّ َ ْعب‬.َ ُ‫ص ين َ ل‬
ِ ِ‫الص ل َ ْل‬
َّ ‫وا‬.....‫اء َ َويُقِي ُم‬.....َ‫دِّين َ ُحنَف‬.....‫وا َُ ال‬.....ُ‫ة َ َويُؤْ ت‬
ِ
‫َو ٰ َذلِك َ ِدين ُ ا ْلقَيِّ َمة ۖ ة َ َال َّزك‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Muamalah sebagai hasil dari pemahaman terhadap hukum Islam
tentulah dalam pembentukannya mengandung ciri intelektual manusia,
maka dalam muamalah secara bersamaan terdapat unsur wahyu dan
unsur intelektual, yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat
dan menjunjung tinggi prinsipprinsip keadilan. Muamalah pada dasarnya
dibolehkan selama tidak ada nash/dalil yang menyatakan keharamannya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus (QS. 10: 59) yang berbunyi
sebagai berikut:

َ
ُ ‫زَل َ الل‬.....‫ا أَ ْن‬.....‫ل ْ أَ َرأَ ْيتُم ْ َم‬.....ُ‫ َّل ق‬.....‫ا َو َح‬.....‫ه ُ َح َرا ًم‬.....‫ل ً ل َُ لَ ُكم ْ ِمن ْ ِر ْزق ٍ فَ َج َع ْلتُم ْ ِم ْن‬.....‫ل ْ آل‬.....ُ‫أَ ِذنَّ ق‬
َ
ُ‫ون َِ تَ ْفتَّ الل َ َ لَ ُكم ْ ۖ أَم ْ ع‬

Artinya: “Katakanlah: Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang


diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram
dan (sebagiannya) halal. Katakanlah: Apabila Allah telah memberikan
izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap
Allah?”.
Objek muamalah dalam Islam mempunyai bidang yang sangat
luas, sehingga alQur’an dan Sunnah secara mayoritas lebih banyak
membicarakan persoalan muamalah secara global. Ini menunjukkan
bahwa Islam memberikan peluang kepada manusia untuk melakukan
inovasi terhadap berbagai bentuk muamalah yang dibutuhkan dalam
kehidupan mereka dengan syarat tidak keluar dari prinsipprinsip yang
telah ditentukan.

Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilakukan


manusia sejak dahulu sampai sekarang sejalan dengan perkembangan
kebutuhan dan pengetahuan manusia. Oleh sebab itu dapat dijumpai
dalam berbagai suku bangsa dengan jenis dan bentuk muamalah yang
beragam, yang esensinya adalah saling melakukan interaksi sosial dalam
upaya memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
surat alIsra’ (QS. 17 : 84) yang berbunyi :

َ‫ش اك َ َ ٌّ يَ ْع َمل ُ ع ُ قُل ْ ك‬ َ ٰ ‫تِه ِ فَ َربُّ ُكم ْ أَ ْعلَم ُ بِ َمن ْ هُو َ أَ ْه َد ى‬


َ ِٰ ‫س بِيل‬
Artinya: “Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.”

Dengan demikian, persoalan muamalah merupakan suatu hal yang


pokok dan menjadi tujuan penting agama Islam untuk memperbaiki
kehidupan manusia. Maka, syariat muamalah diturunkan Allah SWT
secara global dan umum saja, dengan mengemukakan berbagai prinsip
dan norma yang dapat menjamin prinsip keadilan dalam bermuamalah
antar sesama manusia.

B. Ruang Lingkup Kajian Fiqih


Para fuqaha berbeda pendapat dalam membagi ruang lingkup kajian
fiqh. Para ulama fiqh ada yang membaginya kepada delapan bagian sebagai
berikut:
1. Pertama : hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah SWT. Seperti
sholat, puasa, zakat, haji dan umrah, bagian ini
dinamakan dengan ibadah.
2. Kedua : hukum yang berkaitan dengan permasalahan keluarga.
Seperti nikah, talak, masalah keturunan dan nafkah,
bagian ini disebut ahwal asy-syakhshiyyah.
3. Ketiga : hukum yang berkaitan antara sesama manusia dalam
rangka memenuhi keperluan masingmasing yang
berkaitan dengan masalah harta dan hakhak kebendaan
bagian ini disebut muamalah.
4. Keempat : hukum yang berkaitan dengan perbuatan atau tindak
pidana, bagian ini disebut dengan jinayah danuqubah.
5. Kelima : hukum yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa
antara sesama manusia dinamakan jinayah ahkam al-
qadha’.
6. Keenam : hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dan
warganya, bagian ini disebutal-ahkam as-sulthaniyyah
atau siyasah asy-syar’iyyah.
7. Ketujuh : hukum yang mengatur hubungan antar negara dalam
keadaan perang dan damai, bagian ini disebutsiyar atau
al-huquq ad-dauliyyah.
8. Kedelapan : hukum yang berkaitan dengan akhlak, yang baik maupun buruk
bagian ini disebut dengan adab.

Selanjutnya Ali alKhafif menjelaskan dalam bukunya Ahkamul


Mu’amalah asy-Syar’iyah membaginya kepada lima bagian:
Pertama : bidang ibadat, yaitu halhal yang berkaitan dengan
manusia dan hubungannya kepada Allah bertujuan untuk mendekatkan diri
kepadaNya. Seperti: sholat, puasa, zakat dan haji.
Kedua : bidang al-Ahwal al-Syakhshiyah yaitu hukum yang
berhubungan dengan kekeluargaan. Seperti: perkawinan,
perceraian dan nafkah.
Ketiga : bidang muamalah, yaitu hukum yang berhubungan
dengan harta dan segala bentuk peredarannya. Seperti:
jual beli, sewa menyewa, gadai dan lainlain.
Keempat : bidang hudud dan ta’zir atau disebut juga dengan‘uqubat,
yaitu hukum yang berhubungan dengan tindak pidana
dan hukumannya.
Kelima : bidang murafa’at yaitu hukum yang berhubungan dengan
dakwaan dan cara penyelesaiannya.
Muhammad Yusuf Musa membagi bidang kajian fiqh kepada tiga
bidang, yaitu bidang ibadah, muamalah dan hukuman (‘uqubat).
Dari perbedaan pendapat di atas, jumhur fuqaha sepakat bahwa ruang lingkup
kajian fiqh tersebut secara sederhana dapat dibagi dua bagian saja, yaitu ibadah
dan muamalah. Kesepakatan para fuqaha ini dapat dipahami dari alasan dimana
manusia sebagai makhluk Allah yang hidup di dunia haruslah melaksanakan
kewajibannya kepada sang pencipta Allah SWT. Dan sebagai makhluk sosial
tentunya melakukan interaksi sesamanya, hal ini berdasarkan firman Allah dalam
surat Ali Imran (QS. 3: 112) yang berbunyi:

‫فُ وا إِل ُض‬MMMMMMMMِ‫ل ِب َّ ِبَت ْ َعلَ ْي ِهم ُ ال ِّذلَّة ُ أَيْن َ َم ا ثُق‬MMMMMMMM‫ل ٍ ِمن َ ال‬MMMMMMMMْ‫ل ٍ ِمن َ النَّاس ِ َّ َب‬MMMMMMMMْ‫ا ُءوا ِ َو َحب‬MMMMMMMMَ‫َوب‬
‫َض ب ٍ ِمن َ الل‬ َ ‫ة ُ ُِ َوضَّ بِغ‬MMMMMMMَ‫أَنَّهُم ْ ك ۖ ِبَت ْ َعلَ ْي ِهم ُ ْال َمسْ َكن‬MMMMMMMِ‫ك َ ب‬MMMMMMMِ‫ات َ ٰ َذل‬MMMMMMMَ‫رُون َ بِآي‬MMMMMMMُ‫وا يَ ْكف‬MMMMMMMُ‫ن‬
َ ‫د ون َ ٰ َذلِك َ بِ َما ع‬Mُ َ‫نُوا يَ ْعت‬
‫ِْ َويَ ْقتُلُون َ ا َّل الل‬Mِ ْ‫ ْنبِيَاء َ بِ َغ‬Mَ َْْ ‫َص وْ ا َوك ۖ ٍّ َحق ِ ير‬
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan melampaui batas.“

C. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah


Muamalah sebagai aktifitas manusia yang dilakukannya dalam
rangka pengabdian kepada Allah SWT, tentunya mengacu kepada kaedah
kaedah yang ditetapkan syara’ untuk terciptanya kemaslahatan di tengah
masyarakat demi terpeliharanya hak dan kewajiban di antara manusia.
Dengan demikian ruang lingkup fiqh muamalah dipandang dari tunjukan
hukumnya dapat dibagi kepada dua bidang, yaitu :
1. Muamalah yang ketentuan hukumnya langsung dari Alqur’an dan
hadis. Adapun bentuk muamalah ini adalah dalam hal perkawinan dan
akibatnya, seperti: talak, iddah, rujuk, warisan. Demikian juga dalam hal
pengharaman khamar, babi, anjing dan riba, sehingga tidak dibolehkan
transaksi pada bentuk ini. Demikian juga dalam tindak kriminal. Seperti:
pencurian dan perzinaan. Allah telah menetapkan dengan tegas terhadap
beberapa hal di atas, karena persoalan tersebut akan sulit bagi manusia
untuk menemukan kebenaran yang hakiki disebabkan adanya dorongan
hawa nafsu dan bisikan setan. Sebagaimana firman Allah dalam surat
alIsra (QS. 17: 53) yang berbunyi:

َ ْ‫طَ ان َ يَن ۖ َ أَح‬MMMMMMْ‫طَ ان َ ك ۖ َغ ُ بَ ْينَهُم ْ ْإِن َّ الشَّ ي‬MMMMMMْ‫ن َإِن َّ الشَّ ي‬


‫وا الَّت‬MMMMMMُ‫ا ِدي يَقُول‬MMMMMMَ‫ل ْ لِ ِعب‬MMMMMMُ‫س ن ُ ِ ه ِ َوق‬
َ ‫ْن‬
ِ‫س ان ِ َع ُد ًّوا ُمبِينًا ْلِل‬

Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah


mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.
Berdasarkan ayat di atas terlihat bahwa manusia akan mudah
berpaling dan terjadinya perselisihan ketika dipengaruhi oleh hawa
nafsu dan bisikan setan. Oleh sebab itu Allah telah menetapkan beberapa
ketentuan hukum. Demikian juga ketentuan yang ditetapkan Allah
terhadap berbuat baik kepada kedua orang tua sekalipun mereka berbeda
aqidah/keyakinan.
2. Muamalah yang ketentuan hukumnya tidak langsung dari Alqur’an
dan Hadis, tetapi berdasarkan hukum yang diperoleh dari hasil ijtihad
para fuqaha yang mengacu kepada kaedahkaedah dan prinsipprinsip
umum yang sesuai dengan ketentuan syara’.
Bentuk muamalah ini akan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
sosial. Hal ini bisa kita lihat pada praktek jual beli di swalayan, dimana
sipembeli diberi kebebasan untuk memilih barang yang diinginkan dan
membawanya ke kasir untuk menyerahkan harga barang tersebut, jual
beli seperti ini terjadi dengan saling menyerahkan uang dan barang tanpa
adanya ucapan yang jelas (ijab dan qabul). Praktek jual beli ini dipahami
dari firman Allah dalam surat anNisa’ (QS. 4: 29), yang berbunyi sebagai
berikut:
ً
َ ‫أْ ُكلُوا أَ ْم‬MMMMMMMَ‫ون َ ت َّ َا ِط ل ِ إِل ْت‬MMMMMMM‫ارة ِأَن ْ تَ ُك‬
َ‫ا ا‬MMMMMMMَ‫ َّذيَا أَيُّه‬MMMMMMM‫وا ل ل‬MMMMMMMُ‫ال َ ِين َ آ َمن‬MMMMMMMِ‫والَ ُكم ْ بَ ْينَ ُكم ْ ب‬MMMMMMM َ
َ ُ‫ك إِن َّ الل ۖ تَ ْقتُلُوا أَ ْنف‬
‫س ُكم ْ َ َول ۖ ِم ْن ُكم ْ عَن ْ تَ َراض‬ ِ ‫ٍ ن َ بِ ُكم ْ َر‬
َّ َ ‫ح ي ًما‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesama-mu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu“.
Ayat di atas mengisyaratkan terhadap kebolehan untuk melakukan
perdagangan yang terjadi karena persetujuan kedua belah pihak yang
bertransaksi, dapat melakukannya dengan mudah tanpa ada kesulitan dan
membawa kemaslahatan bagi sesama manusia. Hal ini dapat dipahami
dari firman Allah dalam surat alHajj (QS. 22 : 78) yang berbunyi sebagai
berikut:
‫ ُد وا ف‬MMMMMM‫وجا ِه‬
َ ِ ‫ل‬MMMMMM‫ا ِده ِ َّ ال‬MMMMMMَ‫ج ه‬ ِ َّ ‫ ق‬MMMMMM‫ل َ َعلَ ْي ُكم ْ ف ۖ ِ َح‬MMMMMM‫ا ُكم ْ َو َم ا َج َع‬MMMMMMَ‫و َ اجْ تَب‬MMMMMMُ‫دِّين ِ ِمن ِ ه‬MMMMMM‫ال‬
‫ل ُ َوف ۖ ِملَّة َ أَبِي ُكم ْ إِب‬MMMMMMMْ‫س َّما ُكم ُ ْال ُمسْ لِ ِمين َ ِمن ْ قَب‬
َ‫ َرج‬MMMMMMM‫را ِهيم َ ۖ َح‬MMMMMMMْ
َ َ َ ‫و‬MMMMMMMُ‫ َذا ل ِ ه‬MMMMMMMَ‫ون ِ ٰه‬MMMMMMM‫ٍ ُك‬
َ ُ ‫رَّسُ ول‬MMMMMMM‫أَقِي ُموا الصَّ ل ۖ النَّاس ِ َ َ ال‬MMMMMMMَ‫وا َف‬MMMMMMMُ‫ة َ َوآت‬
‫ َد اء َ ع‬MMMMMMMَ‫وا شُ ه‬MMMMMMMُ‫ ًد ا َعلَ ْي ُكم ْ َوتَ ُكون‬MMMMMMM‫ش ِهي‬

ِ ‫ص ير َ ُكم ْ ۖ فَنِعْم َ ْال َموْ ل َِ هُو َ َموْ َّل ة َ َوا ْعت‬


ٰ ‫َص ُموا بِالل َال َّزك‬ ِ َّ‫َونِعْم َ الن‬

Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Quran)
ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu
semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

D. Konsep dan Prinsip Fiqih Muamalah


Kata fiqih berasal dari kata arab al-fiqh berarti mengerti, tahu atau
paham. Sedangkan menurut istilah, fiqih dipakai dalam dua arti: dalam
arti ilmu hukum (jusiprudence) dan dalam arti hukum itu sendiri (law).
Dalam arti pertama, fiqih adalah ilmu hukum islam, yaitu suatu cabang
studi yang mengkaji norma-norma syariah dalam kaitannya dengan
tingkah laku konkret manusia. Dalam pengertian kedua, fiqih adalah
hukum Islam itu sendiri, yaitu kumpulan norma-norma atau hukum-
hukum syara‟ yang mengatur tingkah laku manusia, baik hukum-hukum
itu ditetapkan langsung di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW maupun yang merupakan hasil ijtihad, yaitu
interpretasi dan penjabaran oleh para ahli hukum Islam (fuqaha)
terhadap kedua sumber tersebut.
Hal ini berbeda dengan syariah yang berarti jalan yang digariskan
Tuhan menuju kepada keselamatan atau lebih tepatnya jalan menuju Tuhan.2
Syariah digunakan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti
luas syariah dimaksudkan sebagai keseluruhan ajaran agama dan
norma-norma yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang mengatur
kehidupan manusia baik dalam aspek kepercayaannya maupun dalam
aspek tingkah laku praktisnya. Singkatnya syariah adalah ajaran-ajaran
agama Islam itu sendiri, yang dibedakan menjadi dua aspek: ajaran
tentang kepercayaan (akidah) dan ajaran tentang tingkah laku (amaliah).
Dalam hal ini, syariah dalam arti luas identik dengan asy-syar‟ (syarak)
dan ad-din (agama Islam).3 Dalam arti sempit, syariah merujuk kepada
aspek praktis (amaliah) dari syariah dalam arti luas, yaitu aspek yang
berupa kumpulan ajaran atau norma yang mengatur tingkah laku
konkret manusia. Syariah dalam arti sempit inilah yang lazimnya di
identikkan dan diterjemahkan sebagai hukum islam. Hanya saja, syariah
dalam arti sempit ini lebih luas dari sekedar hukum pada umumnya,
karena syariah dalam arti sempit tidak saja meliputi norma hukum itu
sendiri, tetapi juga norma etika atau kesusilaan, norma sosial dan
norma keagamaan seperti ibadah yang diajarkan Islam.
Oleh karena itu perlu kiranya disampaikan tentang Persamaan
antara fiqh dan Syariat sebagai berikut:
1. Sama-sama aturan hukum yang berasal dari Al-Qur‟an dan hadits.
2. Sama-sama aturan hukum yang diterapkan kepada umat manusia.
Adapun Kata Muamalah berasal dari bahasa arab diambil dari
kata (‫ )العمل‬yang merupakan kata umum untuk semua perbuatan yang
dikehendaki mukallaf. Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam
memenuhi kebutuhan masing-masing. Sedangkan Fiqih Muamalah
secara terminologi didefinisikan sebagai hukum-hukum yang berkaitan
dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan-persoalan
keduniaan. Misalnya dalam persoalan jual beli, hutang-piutang,
kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah,
sewa-menyewa dan lain-lain.
Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha
mendapatkan alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik-baiknya
sesuai dengan ajaran-ajaran dan tuntutan agama.7 Agama Islam
memberikan norma dan etika yang bersifat wajar dalam usaha mencari
kekayaan untuk memberi kesempatan pada perkembangan hidup
manusia di bidang muamalah dikemudian hari. Islam juga memberikan
tuntutan supaya perkembangan itu jangan sampai menimbulkan
kesempitan-kesempitan salah satu pihak dan kebebasan yang tidak
semestinya kepada pihak lain.
Sedangkan Hukum Muamalah adalah hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban dalam masyarakat untuk mencapai Hukum slam,
meliputi hutang-piutang, sewa-menyewa, jual beli dan lain
sebagainya.9 Dengan kata lain masalah muamalah ini diatur dengan
sebaik-baiknya agar manusia dapat memenuhi kebutuhan tanpa
memberikan mudhorat kepada orang lain.10 Adapun yang termasuk
dalam muamalah antara lain tukar-menukar barang, jual beli, pinjam-
meminjam, upah kerja, serikat dalam kerja dan lain-lain.
Dari definisi di atas dapat dipahami Fiqih Muamalah adalah
pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan hukum-
hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang
diperoleh dari dalil-dalil Islam secara rinci. Sehingga Fiqih Muamalah
adalah keseluruhan kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-
hukum Islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah
atau larangan seperti wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.
Hukum-hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut
urusan Ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertikal antara
manusia dengan Allah dan urusan muamalah dalam kaitannya dengan
hubungan horizontal antara manusia dengan manusia lainnya.
Hukum muamalat memiliki prinsip yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali
yang ditentukan lain oleh Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-unsur
paksaan.unsur-unsur paksaan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat.

Pinsip Dasar Fiqih Muamalah


1. Hukum asal dalam Muamalah adalah mubah (diperbolehkan)
Ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi
muamalah adalah diperbolehkan (mubah), kecuali terdapat nash yang
melarangnya. Dengan demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa
sebuah transaksi itu dilarang sepanjang belum/tidak ditemukan nash
yang secara sharih melarangnya. Berbeda dengan ibadah, hukum
asalnya adalah dilarang. Kita tidak bisa melakukan sebuah ibadah jika
memang tidak ditemukan nash yang memerintahkannya, ibadah kepada
Allah tidak bisa dilakukan jika tidak terdapat syariat darinya.
Kaidah yang dasar dan paling utama yang menjadi landasan
kegiatan muamalah adalah ka‟idah :

ٔ ٚ ‫ و ػ ي‬ٞ‫له كى‬ٝ ٚ ‫ف اىَؼبٍالد اإلثبؽخ ؽز‬


‫فالف‬ ٜ ‫األطو‬.

“Hukum dasar Muamalah adalah diperbolehkan, smapai ada dalil yang


melaarangnya”
Prinsip ini menjadi kesepakatan dikalangan ulama. Prinsip ini memeberikan
kebebasan yang sangat luas kepada manusia untuk mengembangkan model
transaksi dan produk-produk akad dalam bermuamalah. Namun demikian,
kebebasan bukan kebebasan tanpa batas, akan tetapi dibatasi oleh aturan syariat
yang telah ditetapan dalam al-Quran dan as-Sunnah. Landasan prinsip tersebut
antara lain adalahsebagai berikut:
a. Firman Allah SWT al-Maidah ayat 1
٘‫ب أ‬.َ َٝٝ َ ٝ ُّ ‫َٖب اىَّن‬.َ ِٖ ٝ ِ َ ‫ ف ُ ٘ا ْ ِثب ْى ُؼق ُ ٘ك ُ ْ َ ٍ آ‬.ْ ْٗٗ َ ‫ا ْ أ‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”
b. Firman Allah SWT al-Isra ayat 34
َْ‫ْٖل ِ ا‬.ْ َٖ ‫ ف ُ ٘ا ْ ثِب ْىؼ‬.ْ ْٗٗ َ ‫ْٖل َ َمب َّ ُ ِ أ‬.ْ َٖ ‫َٗ ئ ُ ٗل َ ٍ َ ُ ا ْىؼ‬
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya”

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fiqih Muammalah adalah Ilmu pengetahuan yang berisi tentang


aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaninya serta mengembangkannya dengan cara yang
paling baik. Ruang lingkup Fiqih Muamalah terdiri dari dua macam:

1. Ruang lingkup Adabiyah yaitu mencakup segala aspek yang


berkaitan dengan masalah adab dan akhlak, seperti ijab dan qabul,
saling meridai, tidak ada keterpaksaan, kejujuran penipuan,
pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari
indra manusia yang kaitannya dengan harta dalam hidup
bermasyarakat.

2. Ruang lingkup Madiyah yaitu mencakup segala aspek yang terkait


dengan kebendaan, yang halal haram & subhat untuk diperjual
belikan, benda-benda yang menimbulkan kemudharatan dan lain-
lain. Dalam aspek madiyah ini contohnya adalah akad, jual beli,
jual beli salam dan istishna‟, ijarah, qardh, hawalah, rahn, mudharabah,
wadi‟ah dan lain-lain

Prinsip dasar muamalah adalah Hukum asal dalam Muamalah


adalah mubah (diperbolehkan), Sukarela tanpa mengandung unsur-
unsur paksaan, memelihara nilai-nilai keadilan, menghindari unsur-
unsur penganiayaan, mendatangkan manfaat dan menghindari
mudharat dalam bermasyarakat, saddu Al-Dzari‟ah, larangan ihtikar,
larangan garar, larangan maisir, larangan riba.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhailiy,Wahbah. 2013. Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Terj. Abdul Hayyi al-Kattani.


Jakarta: Gema Insani.

As-Siddiqie, Hasbi, Kuliah Ibadah, Bulan Bintang, Jakarta, 1985, 252 halaman.

Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah
(Jakarta:t.p.,2004), hal. 46.

K.H. Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, 2009, Fiqh Ibadah, Bandung: Pustaka Setia,
h. 11-12.

Rahman Ritonga, dkk, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, h.06.

Saleh, Hasan. Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer, Jakarta: Karisma Putra Utama
Ofset. 2008.

Yusuf Al-Qardhawi, Al-„Ibadah fi al-Islam, (Beirut: Muassasah al-Risalah, cet.6, 1979),


hlm.32-33.

Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta:PT.Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-
1,hlm.5.

Zulkifli, FIQIH DAN PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM, Jurnal: Universitas


Muhammadiyah Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai