Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH CAMPUS TAHFIDZ

FIQIH MUAMALAH

Nama : Sulistyo Shanti Nur Addukha

NIM : J3A020013

PROFESI KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang mudah dan dinamis, segala hal semuanya

sudah diatur sedemikian rupa salah satu aturan dalam Islam tersebut

terdapat dalam ilmu fiqih muamalah. Di dalamnya mencakup seluruh

sisi kehidupan individu dan masyarakat, salah satunya konsep ekonomi

dalam hukum Islam. Para para pakar hukum Islam tidak henti-hentinya

mempelajari semua yang dihadapi kehidupan manusia dari fenomena

dan permasalahan tersebut di atas dasar ushul syariat dan kaidah-

kaidahnya yang bertujuan untuk menjelaskan dan menjawab hukum-

hukum permasalahan tersebut supaya dapat dimanfaatkan. Ajaran

Islam menyediakan pedoman dan aturan hidup bagi seluruh manusia.

Pedoman dan aturan Islam mencakup mencakup seluruh aspek

kehidupan manusia, salah satunya perkara muamalah.

Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu,


dan al-fahm, artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang
mendalam. Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang
hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para
mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci.
Muamalah adalah salah satu inti terdalam dari tujuan syariat Islam
(maqashid syariah) untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan
manusia. Maka dari itu para Nabi, Sahabat, dan para Ulama selalu
mengajak untuk selalu mengamalkan muamalah, karena
memandangnya sebagai ajaran yang harus ditaati dan diamalkan.
Dengan demikian ajaran Islam yang lengkap dan menyeluruh ini
sebagian besar mengatur tentang muamalah. Para Sahabat dan para
Ulama menegaskan pentingnya memahami muamalah atau
mempelajari Fiqih Muamalah.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari fiqih muamalah ?

2. Bagaimana sumber hukum fiqih muamalah ?

3. Bagaimana ruang lingkup fiqih muamalah ?

4. Bagaimana Pembagian Fiqih Muamalah?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan untuk mengetahui tentang fiqih muamalah

seorang muslim berdasarkan Alquran

D. Manfaat penulisan

Untuk menambah pengetahuan tentang fiqih Muamalah seorang

muslim berdasarkan Alquran

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fiqih Muamalah

Kata fiqh secara etimologi berarti paham, mengetahui dan


melaksanakan. Pengertian ini dimaksudkan bahwa untuk mendalami
sebuah permasalahan memerlukan pengerahan potensi akal. Pengertian
fiqh secara bahasa ini dapat dipahami dari firman Allah dalam Alqur‘an
antara lain
surat Hud ayat 91 dan surat al-An’am ayat 65 (QS. 11 : 91 dan 6 : 65)
yang berbunyi sebagai berikut:
َ‫يز ْنتَ َعلَ ْين‬ َ ُ‫ض ِعيفًا َولَوْ ا ل َر ْهط‬
ٍ ‫ك ا بِ َع ِز‬ َ ‫قَالُوا يَا ُش َعيْبُ َما نَ ْفقَهُ َكثِيرًا ِم َّما تَقُو ُل َوإِنَّا َل ر نَاكَ فِينَا‬
ََ‫لَ َر م جْ نَاكَ َو َما أ‬
Artinya: “Mereka berkata: “Hai Syu’aib, Kami tidak banyak mengerti
tentang apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-
benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami: kalau tidaklah
karena keluargamu tentulah Kami telah merajam kamu, sedang kamupun
bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.”

Fiqh muamalah merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata


fiqh dan muamalah. Secara etimologi fiqh berarti paham, mengetahui dan
melaksanakan. Adapun kata muamalah berasal dari bahasa Arab yang
secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa’alah (saling berbuat).
Kata ini menggambarkan suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang
dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing. Secara
terminologi fiqh muamalah adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan
tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam hal yang berkaitan dengan
hartanya, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai dan lain-lain.
Fiqih Muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan
hukum Islam seperti yang lainnya, seperti hukum ibadah, hukum pidana,
hukum peradilan, hukum perdata, hukum, hukum politik, hukum
penggunaan harta, dan hukum pemerintahan. Fiqih Muamalah merupakan
peraturan yang menyangkut hubungan. kebendaan atau yang biasa disebut
di kalangan ahli hukum positif dengan nama hukum privat (al qanun al
madani).

B. Sumber Hukum Fiqih Muamalah

Adapun yang menjadi sumber hukum Fiqih Muamalah adalah firman


Allah dalam surah al-Baqarah ayat 188:

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian


yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, Padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:188)

Serta firman Allah dalam Surah an-Nisa’ ayat 29:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (QS. An-Nisa, 4:29)
C. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah

Muamalah sebagai aktifitas manusia yang dilakukannya dalam


rangka pengabdian kepada Allah SWT, tentunya mengacu kepada kaedah-
kaedah yang ditetapkan syara’ untuk terciptanya kemaslahatan di tengah
masyarakat demi terpeliharanya hak dan kewajiban di antara manusia.
Dengan demikian ruang lingkup fiqh muamalah dipandang dari tunjukan
hukumnya dapat dibagi kepada dua bidang, yaitu :

1. Muamalah yang ketentuan hukumnya langsung dari Alqur’an


dan hadis. Adapun bentuk muamalah ini adalah dalam hal perkawinan dan
akibatnya, seperti: talak, iddah, rujuk, warisan. Demikian juga dalam hal
pengharaman khamar, babi, anjing dan riba, sehingga tidak dibolehkan
transaksi pada bentuk ini. Demikian juga dalam tindak kriminal. Seperti:
pencurian dan perzinaan. Allah telah menetapkan dengan tegas terhadap
beberapa hal di atas, karena persoalan tersebut akan sulit bagi manusia
untuk menemukan kebenaran yang hakiki disebabkan adanya dorongan
hawa nafsu dan bisikan setan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-
Isra (QS. 17: 53) yang berbunyi:

Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah


mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.
Berdasarkan ayat di atas terlihat bahwa manusia akan mudah
berpaling dan terjadinya perselisihan ketika dipengaruhi oleh hawa nafsu
dan bisikan setan. Oleh sebab itu Allah telah menetapkan beberapa
ketentuan hukum. Demikian juga ketentuan yang ditetapkan Allah
terhadap berbuat baik kepada kedua orang tua sekalipun mereka berbeda
aqidah/keyakinan.

2. Muamalah yang ketentuan hukumnya tidak langsung dari


Alqur’an dan Hadis, tetapi berdasarkan hukum yang diperoleh dari hasil
ijtihad para fuqaha yang mengacu kepada kaedah-kaedah dan prinsip-
prinsip umum yang sesuai dengan ketentuan syara’. Bentuk muamalah ini
akan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial. Hal ini bisa kita lihat
pada praktek jual beli di swalayan, dimana sipembeli diberi kebebasan
untuk memilih barang yang diinginkan dan membawanya ke kasir untuk
menyerahkan harga barang tersebut, jual beli seperti ini terjadi dengan
saling menyerahkan uang dan barang tanpa adanya ucapan yang jelas (ijab
Nisa’ (QS. 4: 29), yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesama-mu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu“.
Ayat di atas mengisyaratkan terhadap kebolehan untuk melakukan
perdagangan yang terjadi karena persetujuan kedua belah pihak yang
bertransaksi, dapat melakukannya dengan mudah tanpa ada kesulitan dan
membawa kemaslahatan bagi sesama manusia. Hal ini dapat dipahami dari
firman Allah dalam surat al-Hajj (QS. 22: 78) yang berbunyi sebagai
berikut:
Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama
orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-
orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Quran) ini, supaya
Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi
atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindung dan sebaik-baik
Penolong.”

Demikianlah Allah telah menurunkan rahmat-Nya kepada manusia,


Allah tidak menginginkan umat-Nya dalam kesempitan, dan Allah
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada manusia untuk
mengembangkan berbagai kreasi di bidang muamalah dalam memenuhi
kebutuhan hidup demi tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana penjelasan mengenai ruang lingkup muamalah bentuk yang
kedua di atas, maka terlihat bahwa pembahasan secara khusus adalah
mengenai ketentuan di bidang perikatan dan perjanjian terhadap
pemenuhan kebutuhan yang mencakup segala aspek kegiatan di bidang
ekonomi.

D. Pembagian Fiqih Muamalah

Al-Fikri membagi Fiqih Muamalah menjadi dua bagian:124


a. al-Muamalah al-Madiyah
al-Muamalah al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi
objeknya, yakni benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Muamalah
al-Madiyah bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan
syubhat untuk dimiliki, diperjual belikan, atau diusahakan, benda yang
menimbulkan kemudharatan dan mendatangkan kemashlahatan bagi
manusia, dan lain-lain. Semua aktivitas yang berkaitan dengan benda,
seperti al- bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh
keuntungan semata, tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk memperoleh
ridha Allah ‫جل جالله‬, jadi umat harus menuruti tata cara jual beli yang telah
ditentukan oleh syara’.

b. al-Muamalah al-Adabiyah
al-Muamalah al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara
tukarmenukar benda, yang sumbernya dari panca indra manusia,
sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti
jujur, hasut, iri, dendam, dan lain lain. al-Muamalah al-Adabiyah adalah
aturan-aturan Allah yang ditinjau dari segi subjeknya (pelakunya) yang
berkisar pada keridhaan kedua pihak yang melangsungkan akad, ijab
kabul, dusta. Pada prakteknya, al-Muamalah al-Madiyah dan al-Muamalah
al-Adabiyah tidak dapat dipisahkan.

c. Akad
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk
berhubungan dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara
pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya, dan harus berhubungan
dengan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia lain
dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskanhak
dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Dalam Fiqih muamalah
dibahas banyak sekali transaksi, yang salah satu pembahasannya, yaitu
tentang transaksi secara umum atau biasa disebut akad. Dalam akad
terdapat banyak sekali rukun dan syarat yang harus dipenuhi untuk
mewujudkan agar akad yang dilakukan sah, dan menghasilkan produk
hukum yang baik dan benar. Dalam mencapai produk hukum yang baik
dan benar, maka syarat dan rukun seperti yang disebutkan di atas harus
dipahami dan dikuasai serta selalu terpenuhi setiap melakukan kegiatan
transaksi. Akad adalah suatu penentu, suatu parameter yang menyebabkan
suatu transaksi itu sah, karena secara keseluruhan transaksiransaksi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian dari akad,sehingga
dapat dikatakan akad merupakan akar dari semua transaksi.

Hukum muamalat memiliki prinsip yang dapat dirumuskan sebagai


berikut :
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali yang
ditentukan lain oleh Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-
unsur paksaan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat
dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari
unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam
kesempitan.
BAB III

KESIMPULAN

Fiqih Muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan


hukum Islam seperti yang lainnya, seperti hukum ibadah, hukum pidana,
hukum peradilan, hukum perdata, hukum, hukum politik, hukum
penggunaan harta, dan hukum pemerintahan.122 Fiqih Muamalah
merupakan peraturan yang menyangkut hubungan. kebendaan atau yang
biasa disebut di kalangan ahli hukum positif dengan nama hukum privat
(al qanun al madani). Fiqih Muamalah terdiri dari dua kata, “fiqih” dan
”muamalah” yaitu secara etimologi (bahasa), fiqih berasal dari kata faqiha
yang berarti paham, sebagaimana dalam salah satu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya: ”Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di sisi-Nya, niscaya diberikan
kepada-Nya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama”
Secara terminologi fiqh muamalah adalah hukum-hukum yang berkaitan
dengan tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam hal yang berkaitan
dengan hartanya, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai dan lain-lain.
Referensi

Sri Sudiarti, 2018. Fiqh Muamalah Kontemporer Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam Univesitas Islam Negeri Sumatera Utara (Uin-Su)

Hidayatullah, 2019, “Fiqih” Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad


Al-Banjari Banjarmasin

Alqur’anul Karim

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam,Jilid 5, (Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1996)

Abdul Aziz Muhammad Azim, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010)

Anda mungkin juga menyukai