2.
-behaviorisme:Bahwa belajar itu hanya dilihat dari jasmaninya saja dan
mengabaikan mentalnya. Pada dasarnya teori behaviorisme cocok untuk
perolehan kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan, spontanitas,
dsb; seperti dalam mata pelajaran mengetik, computer dll yang memang
memerlukan
kecepatan berfikir.
-kognitivisme:mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu
adalah
hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga
menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam
pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang
konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Implementasi
Behaviorisme: teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah
laku siswa ini diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan
respon.
Kognitivisme: teori kognitivisme mengganggap pentingnya faktor individu
dalam belajar tanpa menghiraukan faktor eksternal atau lingkungan.
Belajar menurut kognitivisme adalah proses interaksi diri individu dengan
lingkungan, dan itu terjadi secara terus-menerus selama hidupnya.
3. Menurut Arno F Witing dalam bukunya Psychology of learning, setiap
proses Belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
-acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi).
Pada tingkatan acquision seorang siswa mulai menerima informasi dan
melakukan Respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan
perilaku baru.
-storage (tahap penyimpanan informasi).
Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami
proses. Penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh
ketika menjalani proses.
Acquitision.
-terieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
Pada tingkatan retrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-
fungsi. Sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah.