PENDAHULUAN
sistem imun tubuh manusia. Virus ini tidak menyebabkan kematian secara langsung pada
gejala yang diakibatkan oleh HIV disebut sebagai Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS). Sampai saat ini infeksi HIV/AIDS masih menjadi momok besar dalam
dunia kesehatan. Jumlah kasus baru infeksi HIV terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 35 juta penduduk dunia
terjangkit virus HIV pada tahun 2013. Pada tahun yang sama juga tercatat sebanyak 1,5
juta penduduk dunia meninggal akibat virus HIV. Data yang dilaporkan oleh United
Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) pada tahun 2015 tercatat 36,7 juta
penduduk dunia terjangkit virus HIV dan 2,1 juta kasus diantaranya merupakan kasus
terkonsentrasi dimana insiden AIDS tertinggi pada subpopulasi tertentu, seperti PSK,
kelompok pengguna NAPZA, dan anak jalanan. Menurut data Direktorat Jendral
Indonesia dalam triwulan Juli sampai September 2014 mencatat terdapat penambahan
kasus infeksi HIV sebanyak 7.335 kasus dan yang telah memasuki stadium AIDS
mencapai 176 kasus (Ditjen PP & Kemenkes RI, 2014). Pusat Data dan Informasi
HIV sampai Maret 2017 tercatat sebanyak 242.699 kasus dengan 87.453 kasus telah
2010 poin ke-6 terkait pengendalian penyakit infeksi salah satunya HIV/AIDS. Selain itu
UNAIDS juga menyatakan tujuan global adalah untuk menciptakan zero AIDS - related
death. Dimana hal tersebut dapat tercapai dengan penatalaksanaan kasus HIV yang tepat
(UNICEF, 2012). Sampai saat ini pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan
terapi terbaik bagi pasien yang terinfeksi HIV. ARV dipercaya mampu menekan jumlah
virus (viral load) sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan sistem imun pada
penderita HIV. Data yang dicatat oleh World Health Organization (WHO) pada tahun
2015 menunjukkan tingkat keberhasilan ARV dalam menurunkan angka kematian akibat
HIV/AIDS dari 1,5 juta penduduk dunia pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta penduduk
dunia pada tahun 2015. Tingkat kepatuhan (adherence) merupakan faktor utama penentu
keberhasilan pengobatan infeksi HIV dengan ARV. Penekanan jumlah virus (viral load)
dalam jangka waktu yang lama dan stabil berperan penting dalam mempertahankan
Saat ini stigma menjadi hambatan terbesar dalam penatalaksanaan kasus HIV/AIDS.
Stigma merupakan prasangka buruk yang memberikan label seseorang yang terpisahkan
dari kelompok tertentu. Stigma menghasilkan tindakan diskriminasi yaitu tindakan tidak
mestinya. Stigma dan diskriminasi terhadap pasien HIV/AIDS seringkali dijumpai dalam
(UNAIDS, 2013). Menurut Nyblade dkk (2009), terdapat faktor utama penyebab
munculnya stigma pada praktik-praktik pelayanan kesehatan yaitu ketakutan akan tertular
HIV. Stigma yang berkembang dalam praktik pelayanan kesehatan akan memunculkan
sikap diskriminasi dalam menangani pasien HIV meliputi penolakan dalam merawat
pasien positif HIV, penundaan perawatan, dan kualitas perawatan yang buruk.
Penatalaksaan kasus HIV yang terlambat dan kurang tepat seringkali mengakibatkan
keparahan bagi penderita HIV. Infeksi ini dapat disebabkan oleh patogen yang tidak
bersifat invasif pada orang sehat namun dapat menyerang secara invasif pada orang yang
menunjukkan kandidiasis oral (80,8%) sebagai infeksi oportunistik yang paling banyak
terjadi pada pasien HIV/AIDS. Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik yang
diakibatkan oleh pertumbuhan Candida spp. yang berlebih dalam rongga mulut. Jenis
kandida yang paling sering mengakibatkan kandidiasis oral adalah candida albicans,
candida glabarata, candida krusei, dan candida tropicalis. Pasien HIV/AIDS memiliki
risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk mengalami kandidiasis oral (Regezi, 2012; Scully,
2013). Selain itu pasien positif HIV juga berpotensi mengalami infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). Penelitian yang dilakukan oleh Mitchel dkk. (2012) menyatakan sebanyak
25-40% penderita HIV/AIDS yang tidak diterapi dapat mengalami neoplasma terkait
HPV. HPV merupakan virus DNA epitheliotropic sehinga menginfeksi kulit dan mukosa.
Prevalensi HPV yang paling sering ditemukan pada penderita HIV adalah tipe 16 dan 18.
Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk membahas mengenai telaah lebih
lanjut terkait kandidiasi oral pada pasien HIV, interaksi HIV-HPV, dan stigma yang
terjadi pada pelayanan kesehatan secara umum dan praktik kedokteran gigi secara khusus.
Daftar Pustaka
Mitchel RN, Kummar V, Abbas AB, Fausto N, Aster JC. Disease of the immune system. In:
care settings: what works? Journal of the international AIDS Society, 12(1), 15.
The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. Global AIDS statistic 2014. World
Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan analisis HIV/AIDS. Pusat Data dan Informasi
HIV/AIDS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2018.
Scully C. Oral and maxillofacial medicine-the basis of diagnosis and treatment. 3 rd Ed.
UNAIDS, (2013b).Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013. WHO
Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology clinical pathologic correlations. 6 th
UNICEF, Multiple Indicator Cluster Survey Kabupaten Terpilih di Papua dan Papua Barat,
in Temuan Kunci Awal. 2012, Badan Pusat Statistik: Propinsi Papua & Papua Barat