Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL

DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PEMBARUAN HUKUM ISLAM
Hendri K
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau
Jl. HR. Soebrantas KM 15 No. 155 Simpang Baru Panam Pekanbaru Riau
E-mail: hendripejuang45@gmail.com

Abstract: The Thoughts of Muhammad Iqbal and Its Influences on Law Reform in Islam.
Muhammad Iqbal ideas, especially in the renewal of Islamic Law in India, are heavily influenced
by the social dynamics that occur among the people of Europe. Iqbal believes that ijtihad is the sole
source to develop Islamic law which refers to the interests and the progress of the people.
According to his understanding, the Qur’an and the Hadith as sources of ethics are able to adopt the
dynamics of times. The Muslims, therefore, should be able to understand wholy and deeply the
messages of the Qur’an and hadith in order to find a solution to social problems. Iqbal also see the
importance of transfering the authority of individual ijtihâd to the collective ijtihâd (ijmâ‘).
Keywords: thought, Muhammad Iqbal, Islamic law

Abstrak: Pemikiran Muhammad Iqbal dan Pengaruhnya Terhadap Pembaruan Hukum Islam.
Gagasan Muhammad Iqbal khususnya pada pembaruan hukum Islam di India banyak
dipengaruhi oleh dinamika sosial yang terjadi di kalangan masyarakat Eropa. Iqbal merasa
bahwa ijtihad merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dalam mengembangkan hukum
Islam yang mengacu kepada kepentingan umat dan kemajuan umum. Menurut Iqbal
pemahaman terhadap Alquran dan Hadis sebagai sumber etika harus mampu mengadopsi
dinamika perkembangan zaman. Untuk itu, umat Islam harus mampu memahami kandungan
nash-nash Syara’ (Alquran dan Hadis) secara utuh dan mendalam guna menemukan solusi
untuk masalah sosial yang terus berkembang dan kompleks. Iqbal juga melihat pentingnya
mengalihkan kekuasaan ijtihad individual kepada ijtihad kolektif (ijma)’.
Kata Kunci: pemikiran, Muhammad Iqbal, hukum Islam
Pendahuluan perkembangan masyarakat Muslim.
Islam sebagai sistem hidup mencakup Dimensi wahyu yang mewakili unsur
berbagai aspek kehidupan baik ilahi adalah dimensi utama dalam
kolektif maupun individual. Alquran hukum Islam. Hal inilah yang
dan Hadis sebagai sumber hukum membedakan dan menjadikan
pertama memuat prinsip-prinsip dasar keistimewaan hukum Islam dibanding
untuk membangkitkan ke sadaran sistem hukum yang lain.
manusia yang lebih tinggi dalam Hukum Islam adalah hukum yang
hubungannya dengan Tuhan dan alam bersifat keagamaan. Namun bila
semesta untuk berbagai kondisi. kemudian hukum Islam terlalu
Hukum Islam merupakan salah satu cenderung kepada dimensi tekstual
sendi penting dan utama dari ajaran- dikhawatirkan akan mengabai kan
ajaran Islam. Hukum Islam dimensi manusiawi dan konteks
mempunyai peran yang signifikan bagi historis yang senantiasa berubah dan
611
612| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

mengalami perk embangan. Padahal sumbernya untuk memperoleh


dalam dimensi inilah sebenarnya jawaban terhadap permasalahan
hukum Islam diturunkan. Dalam hukum yang timbul dalam masyarakat.
konteks ini pula hukum Islam akan Sekalipun demikian, antara upaya
dihadapkan dengan berbagai ijtihad di satu pihak dan tuntutan
perubahan dan tuntutan yang perubahan sosial di pihak lain terdapat
senantiasa terjadi dalam masyarakat. suatu interaksi. Ijtihad secara langsung
Sebaliknya bila terlalu mementingkan atau tidak, tidak terlepas dari pengaruh
aspek historis, kontekstual perubahan sosial sedangkan perubahan
dikhawatirkan akan menjauhkan sosial tersebut harus dikontrol oleh
hukum itu dari wahyu. hukum, sehingga memenuhi hajat dan
Untuk itu umat Islam dituntut kemaslahatan manusia.
mampu menerjemahkan serta Idealisasi cita-cita normatif hukum
mengaplikasikan pesan Alquran tanpa Islam harus dilihat dengan kondisi
mengabaikan realitas kehidupan, sekarang. Menarik untuk dicermati
dinamika sosial yang senantiasa bahwa kondisi hukum Islam bagaikan
menga lami perubahan. Tuntutan ini tenggelam dalam cerita sejarah.
menjadi tantangan sekaligus Terjadi proses stagnasi hukum Islam,
problematika umat. Penyikapan di mana hukum Islam tidak mampu
terhadap Alquran melahirkan ekspresi berperan aktif merespon gejala-gejala
keagamaan yang beragam, salah perubahan zaman dan memberikan
satunya adalah perlakuan yang tidak solusi yang dapat menjadi wacana bagi
proporsional serta cenderung pengembangan hukum Islam
memahaminya secara parsial. Pada selanjutnya. Hukum Islam yang
gilirannya terjadi pemisahan secara seharusnya menjadi wilayah terbuka
mekanis antara ayat yang bersifat bagi berbagai interaksi dan dinamika
hukum dan nonhukum. pemikiran, justru semakin
Pada dasarnya sumber hukum mengukuhkan nilai-nilai yang
Islam dikelompokkan menjadi dua dibangun oleh generasi yang berbeda
bagian. Pertama, sumber baku yaitu corak dan kondisi masyarakatnya.
Alquran dan Sunnah. Kedua, sumber Pemikiran hukum Islam diterima
pengembangan yakni ijtihad.1 Ijtihad secara taken for granted. Ini
adalah penggunaan penalaran kritis merupakan ironi sejarah yang harus
dan mendalam untuk memahami isi dikaji mengapa terjadi proses
kandungan Alquran dan Sunnah yang pembakuan pemikiran Islam.
merupakan sumber baku agama, untuk Awal kegagalan Islam dalam
memahami dan menafsirkan sesuai mengikuti perkembangan modern
dengan tuntutan kemajuan zaman. salah satunya disebabkan hilangnya
Dengan kata lain, ijtihad dapat semangat ijtihad.2 Umat Islam mulai
dikatakan sebagai upaya berpikir
2 Muhammad Iqbal mengajukan tiga hipotesa
secara optimal dan sungguh-sungguh tentang sebab kemunduran Islam. Pertama,
dalam menggali hukum Islam dari pertentangan antara golongan rasionalis dengan kaum
konservatif yang akhirnya dimenangkan oleh
kelompok konservatif. Kedua, berkembangnya
1 Muhammad Iqbal, The Reconstruction of kebiasaan sufi yang berangsur-angsur membawa
Religious Thought in Islam, (New Delhi: Kitab Bhavan, kebiasaan non-Islam. Ketiga, jatuhnya Bagdad sebagai
1981), h. 8. pusat pemikiran dan kebudayaan Islam. Fazlur
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
613

merasa telah cukup dengan apa yang mempertanyakan lagi.7 Munculnya


telah dicapainya. Di bidang hukum empat mazhab besar dalam hukum
bermunculan imam-imam mazhab Islam8 boleh dikatakan sebagai puncak
yang ber pengaruh, dan umat Islam pencapaian intelektual dalam
menganggap semua permasalahan memahami ajaran Islam dari segi
hukum telah dipikirkan dan dijawab hukum. Pada masa itu sumbersumber
oleh mazhab-mazhab yang ada.3 Sejak hukum Islam mengalami proses
saat itu mulai berkembang semacam pembakuan. Di sisi lain rumusan
konsensus bahwa tidak seorang pun prinsipprinsip untuk melakukan ijtihad
yang mempunyai kualifikasi untuk dirasa terlalu mengidealkan masa
melakukan ijtihad secara mutlak, yang lampau sehingga hampir mustahil
tinggal hanyalah aktifitas seputar seseorang mempunyai klasifikasi
penjelasan (syarah) dan penafsiran persyaratan tersebut.9 Padahal
doktrin yang telah dirumuskan.4 sekalipun ijtihad bukan semudah
Dengan demikian, dapat ditarik membalik telapak tangan tetapi upaya
kesimpulan bahwa walaupun secara melakukan penafsiran terhadap teks
formal pintu ijtihad tidak pernah agama tidak boleh dihentikan.
ditutup oleh siapapun namun suatu Pada kondisi stagnansi pemikiran
keadaan lambat laun melanda dunia hukum Islam, Iqbal tampil dengan
Islam di mana seluruh kegiatan menggemakan semangat independensi
berpikir secara umum terhenti.5 dan kebebasan berpikir serta menolak
Ketidak berdayaan me lakukan setiap bentuk taklid, Iqbal dengan
kreatifitas intelektual semakin tegas menyatakan bahwa ijtihad adalah
diperparah dengan hadirnya ekspansi prinsip gerak dalam Islam (the
Eropa dalam rangka penjajahan dunia principle of movement in structure of
Timur. Tidak sebatas bidang politik, Islam).10 Kalimat ini menjadi prinsip
ekspansi tersebut masuk ke segala yang luar biasa pengaruhnya dan
bidang untuk men anamkan benih menimbulkan banyak kontroversi pada
kolonialisme dan mengh ancurkan masa itu. Iqbal memberi pengertian
tatanan nilai-nilai Islam yang telah ijtihad yang sangat berbeda dan di luar
terbangun.6 mainstream pemikiran ulama-ulama
Dalam kondisi yang seperti ini dan pemikir terdahulu. Para ulama
maka yang muncul adalah sikap taklid, terdahulu secara umum memberi
yaitu sikap yang menerima apa adanya pengertian ijtihad sebagai upaya serius
suatu doktrin maupun mazhab-mazhab menggali hukum dari nas untuk
yang telah mapan tanpa
7 Muhammad Iqbal menyebut sikap taklid
Rahman, Membuka Pintu Ijatihad, diterjemahkan oleh sebagai kemalasan intelektual (intellectual laziness),
Anas Mahjudin, (Bandung: Pustaka, 1995), h. 227. Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h.178.
3 Sobhi Mahmassani, Filsafat Hukum dalam 8 Empat mazhab tersebut adalah Hanâfiyyah,
Islam, diterjemahk an oleh Ahmad Sudjono, Mâlikiyyah, Syâfi’iyyah dan Hambâliyyah. Selain
(Bandung: al-Maarif, 1981), h. 35-36. empat mazhab tersebut masih ada yang lain, namun
4 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan dari segi penyebaran, wilayah dan kuantitas penganut
Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur empat mazhab yang paling mashur.
Rahman, (Bandung: Mizan, 1996), h. 36. 9 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan
5 Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijatihad, h. 228. Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur
6 Muhammad Arkoun dan Louis Gardet, Islam Rahman, h. 36.
Kemarin dan Esok, Ahsin Muhammad (pent.), 10 Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h.
(Bandung: Pustaka, 1984), h.111-114. 148.
614| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

menjawab perubahan sosial yang baru, dari Kasymir yang telah memeluk
yang belum ada ketentuannya dalam agama Islam kira-kira tiga abad
nas. Dalam artian yang dimaksud, sebelum Iqbal dilahirkan. Neneknya
ijtihad selalu berkisar pada penjelasan pindah ke Punjab pada permulaan abad
dan penafsiran nas. Hal ini berbeda ke-19 dan menetap di Sialkot.
dengan pemikiran Iqbal yang Ayahnya yang bernama Nur
meletakkan ijtihad dalam rangka Muhammad yang turut membantu
keseluruhan kegiatan atau proses yang kematangan intelektual Iqbal.
menggerakkan dan menghidupkan Selanjutnya Iqbal masuk
Islam. Letak perbedaan yang Government College di Lahore di
mencolok dengan pemikiran terdahulu mana ia bertemu dengan Thomas
bahwa pemikiran ijtihad Iqbal Arnold, yang sangat mempengaruhi
didasarkan kepada kebebasan atau pribadinya. Kedua pengaruh ini, yaitu
otonomi individu. Iqbal tidak setuju pengaruh Sayid Mir Hasan dan
bila ijtihad diklasifikasikan Thomas Arnold, telah membentuk
sebagaimana yang ada dalam teori pemikiranpemikiran Iqbal. Iqbal lulus
ulama-ulama Sunni. pada tahun 1897 dan memperoleh
beasiswa dan medali emas karena
Biografi Singkat baiknya bahasa Inggris dan Arabnya.
Muhamad Iqbal lahir di Sialkot, salah Ia akhirnya memperoleh gelar M.A
satu kota tua bersejarah di Punjab dalam bidang filsafat pada tahun
tahun 1876.11 Sialkot terletak di 1899.13
perbatasan Punjab Barat dan Kasymir, Setelah menyelesaikan
dari keluarga yang tidak begitu kaya. pelajarannya, Iqbal menjadi staff
Nenek moyangnya berasal dari dosen di perguruan tinggi Pemerintah
Lembah Kasymir.12 Ia meninggal dunia (Government College), tetapi karir
di Lahore 21 April 1938. Ayahnya sastranya telah membayangi semua
yang pegawai negeri kemudian aspek kerjanya terlebih dahulu. Pada
menjadi pedagang merupakan seorang waktu itu Iqbal mulai menulis bukunya
Muslim yang saleh dengan dalam bahasa Urdu yang pertama kali
kecenderungan kepada tasawuf. Iqbal mengenai ekonomi. Mengikuti nasehat
menerima pendidikan awalnya di Thomas Arnold, Iqbal, penyair dari
sebuah madrasah (maktab) dan Punjab itu pada tahun 190514 berangkat
kemudian di Scottish Mission School. ke Eropa untuk melanjutkan
Dalam waktu kecilnya ia mendapat pendidikannya dalam bidang filsafat
pengaruh dari Sayyid Mir Hasan, yang Barat diTrinity College dari
mengerti bakat yang besar dari Iqbal, Universitas Cambridge, sambil
dan selalu memberinya semangat menghadiri kuliah-kuliah hukum di
dalam setiap kemungkinan. Leluhur Lincoln’s Inn, London. Dari Inggris ia
Iqbal berasal dari keturunan Brahmana pergi ke Jerman di mana ia
memperoleh gelar Doktor dengan
11 W.C. Smith, Modern Islam in India, (New
disertasinya The Development of
Jersey: Pricenton University Press, 1957), h. 107.
12 Hafeez Malik dan Linda P. Malik, Filosof 13 A. Mukti Ali, Ijtihad alam Pikiran Islam
dan Penyair dari Sialkot, dalam Ihsan Fauzi dan Nurul Modern,(Jakarta: Bulan Bintang, 1990) h. 174
Agustina (pent.), Sisi Manusia Iqbal, (Bandung: 14 Hafeez Malik dan Linda P. Malik, “Filosof
Mizan,1992), h. 10. dan Penyair dari Sialkot”, h. 117-118.
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
615

Metapysics in Persia pada tanggal 4 sosial budaya yang dihadapi umat


November 1907 di bawah bimbingan Islam. Ini membuatnya menjadi seo
F. Hommel. Selama di Eropa ia rang filosof dan budayawan
banyak bertemu dengan pikiranpikiran berwawasan luas. Ketiga, pemikiran-
filosof seperti Niezsche, Whithehead pemikirannya yang paling cemerlang
dan Bergson. sebagian besar diungkapkan dalam
Pada tahun 1908, Iqbal seorang puisi yang indah dan menggugah,
doktor lulusan dari Universitas sehingga menempatkan dirinya
Munich Jerman ini kembali ke sebagai penyair filosof Asia yang
Lahore,15 ia bekerja sebagai pengacara besar pada abad ke-20. Keempat, dia
dan menjadi dosen filsafat. Bukunya berpendapat bahwa penyelamatan
Reconstruction of Religius in Islam spiritual dan pembebasan kaum
adalah hasil ceramah-ceramahnya Muslim secara politik hanya dapat
yang di berikannya di beberapa terwujud dengan cara memperbaiki
universitas di India. Kemudian ia nasib umat Islam dalam keh idupan
memasuki bidang politik dan di tahun sosial, politik, ekonomi dan
1930 dipilih menjadi presiden Liga kebudayaan.
Muslimin. Di dalam perundingan meja Pandangannya senantiasa bertolak
bundar di London ia turut dua kali dari ayat-ayat Alquran dan Hadis. Bagi
dalam mengambil bagian. Ia juga Iqbal, dengan melihat sejarah
menghadiri konferensi Islam yang masyarakat Asia, agama memainkan
diadakan di Yerusalem. Di tahun 1933 peranan penting dalam keh idupan
ia di undang ke Afganistan untuk umat manusia, termasuk
membicarakan pembentukan perkembangan peradaban dan
Universitas Kabul. kebudayaan. Mengkritik
penyimpangan dan pengaburan ajaran
Pemikiran-pemikiran Muhammad agama oleh para sultan, ulama,
Iqbal cendekiawan dan pemimpin Islam
Pemikiran Iqbal tampak dalam hal-hal yang men jadikan agama sebagai
seperti berikut ini. Pertama, dia kendaraan untuk mencapai keuntungan
menggabungkan ilmu kalam, tasawuf, politik dan ekonomi. Semua itu bagi
falsafah, ilmu sosial dan sastra dalam Iqbal sumber dari degradasi moral
pemikirannya sebagai rangka untuk umat. Dia sangat kritis terhadap
memahami ajaran Islam. Dengan peradaban dan kebudayaan Barat,
demikian ia menggunakan perspektif sebagaimana terhadap Islam. Menurut
secara luas, yang memb edakannya Iqbal, peradaban dan kebudayaan
dari pemikir Muslim lain yang Islam bisa maju hanya bisa dilakukan
kebanyakan parsial dan hanya dengan melakukan dua hal secara
menekankan pada segi tertentu. serentak,16 yaitu idealisasi Islam dan
Kedua, dalam memahami kondisi umat pembaruan pemikiran agama. Untuk
Islam dan perkembangan bisa bangkit dari kejatuhan kaum
pemikirannya, ia tidak memisahkan Muslim harus memiliki akses pada
falsafah dan teologi dari persoalan

15 Hafeez Malik dan Linda P. Malik, “Filosof 16 Muhammad. Iqbal, The Reconstruction of
dan Penyair dari Sialkot”, h. 143. Religion, h. 159-163.
616| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

kebenaran ajaran agama dan sejarah keluarga yang terdiri atas


panjang peradabannya. republikrepublik, dan Pakistan yang
Pemikiran politik Muhammad akan dibentuk menurutnya adalah
Iqbal terlihat sepulangnya dari Eropa. salah satu republik itu.
Iqbal terjun ke dunia politik, bahkan Sebagai seorang negarawan yang
menjadi tulang punggung Partai Liga matang, tentu pandangan-
Muslim India. Ia terpilih menjadi pandangannya terhadap ancaman luar
anggota legislatif Punjab. Dan pada sangat tajam. Bagi Iqbal, budaya Barat
tahun 193017 terpilih sebagai Presiden adalah budaya imperialisme,
Liga Muslim. Karir Iqbal semakin materialisme, anti spiritual dan jauh
bersinar dan namanyapun harum dari norma insani. Karenanya ia sangat
ketika dirinya diberi gelar ‘Sir’ oleh me nentang pengaruh buruk dari
pemerintah Kerajaan Inggris. Gelar ini budaya Barat. Dia yakin bahwa faktor
menunjukkan pengakuan dari Kerajaan terpenting bagi reformasi dalam diri
Inggris atas kemampuan intelektualnya manusia adalah jati dirinya. Dengan
dan memperkuat bargaining position pemahaman yang dilandasi di atas
politik perjuangan umat Islam India ajaran Islam itulah maka ia berjuang
pada saat itu. Ia juga dinobatkan menumbuhkan rasa percaya diri
sebagai bapak Pakistan yang pada terhadap umat Islam dan identitas ke-
setiap tahunnya dirayakan oleh rakyat Islaman-nya. Umat Islam tidak boleh
Pakistan dengan sebutan ‘Iqbal day’. merasa rendah diri menghadapi
Pemikiran dan aktifitas Iqbal budaya Barat. Dengan cara itu kaum
untuk mewujudkan Negara Islam ia Muslimin dapat melepaskan diri dari
tunjukkan sejak terpilih menjadi belenggu imperialis. Sejalan dengan
Presiden Liga Muslim tahun 1930. Ia hal itu, Muhammad Asad
memandang bahwa tidaklah mungkin mengingatkan bahwa imitasi yang
umat Islam dapat bersatu dengan dilakukan umat Islam kepada Barat
penuh persaudaraan dengan warga baik secara personal maupun sosial
India yang memiliki keyakinan dikarenakan hilangnya kepercayaan
berbeda. Oleh karenanya ia berpikir diri, maka lambat laun akan
bahwa kaum Muslim harus mendirikan menghancurkan peradaban Islam.
Negara sendiri. Ide ini ia lontarkan ke Mengenai paham Iqbal yang
berbagai pihak melalui Liga Muslim ‘membangunkan’ kaum Muslim dari
dan mendapat dukungan kuat dari ‘tidurnya’ adalah “dinamisme Islam”
seorang politikus Muslim yang sangat yaitu dorongannya terhadap umat
berpengaruh, yaitu Muhammad Ali Islam supaya bergerak dan jangan
Jinnah (yang mengakui bahwa gagasan tinggal diam. Inti sari hidup adalah
Negara Pakistan adalah dari Iqbal), gerak, sedang hukum hidup adalah
bahkan didukung pula oleh mayoritas menciptakan, maka Iqbal menyeru
Hindu yang saat itu sedang dalam kepada umat Islam agar bangun dan
posisi terdesak saat menghadapi Front menciptakan dunia baru. Begitu tinggi
Melawan Inggris. Bagi Iqbal, dunia ia menghargai gerak, sehingga ia
Islam seluruhnya merupakan satu menyebut bahwa seolaholah orang
kafir yang aktif kreatif ‘lebih baik’
17 Sjafruddin Prawira Negara, Islam Sebagai daripada Muslim yang ‘suka tidur’.
Pandangan Hidup, (Jakarta: Idayu Press, 1986), h.274.
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
617

Iqbal juga memiliki pandangan emphazhise ‘deed’ rather than ‘idea”


politik yang khas, yaitu gigih (Alquran adalah kitab yang lebih
menentang nasionalisme yang mengutamakan amal daripada cita-
mengedepankan sentimen etnis dan cita). Namun dia berpendapat bahwa
kesukuan (ras). Baginya, kepribadian Alquran bukanlah undang-undang. Dia
man usia akan tumbuh dewasa dan berpendapat bahwa penafsiran Alquran
matang di lingkungan yang bebas dan dapat ber kembang sesuai dengan
jauh dari sentimen nasionalisme. perubahan zaman. Alquran dapat
Demikian tegasnya prinsip Iqbal, ia ditafsirkan melalui berbagai disiplin
berpandangan bahwa dalam Islam, ilmu, dan pintu ijtihad tidak pernah
politik dan agama tidaklah dapat tertutup. Tujuan utama Alquran adalah
dipisahkan, bahwa negara dan agama memb angkitkan kesadaran manusia
adalah dua keseluruhan yang tidak yang lebih tinggi dalam hubungannya
terpisah. Dengan gerakan dengan Tuhan dan alam semesta.
membangkitkan khudi (pribadi; Alquran tidak memuatnya secara detail
kepercaaan diri) inilah Iqbal dapat maka manusialah yang dituntut
mendobrak semangat rakyatnya untuk mengembangkannya.
bangkit dari keterpurukan yang Dalam istilah fikih hal ini disebut
dialami dewasa ini. Ia kembalikan ijtihad. Ijtihad dalam pandangan Iqbal
semangat yang dulu dapat dirasakan disebut dengan prinsip gerak dalam
kejayaan oleh umat Islam. Akhir dari struktur Islam.
konsep kepercayaan diri inilah yang Oleh karenanya, walaupun Alquran
membawa Pakistan merdeka sehingga tidak melarang mempertimbangkan
ia disebut sebagai Bapak Pakistan. karya besar ulama terdahulu, namun
masyarakat juga harus berani mencari
Pemikiran Muhammad Iqbal rumusan baru secara kreatif dan
dalam inovatif untuk menyelesaikan
Pembaru an Hukum Islam dan persoalan-persoalan yang mereka
Pengaruhnya hadapi “akibat pemahaman yang kaku
terhadap pendapat ulama terdahulu”.
Pembaruan hukum Islam sebagaimana
Maka ketika masyarakat bergerak
dilakukan Muhammad Iqbal tidak
maju, hukum tetap berjalan di tempat.18
terlepas dari pandangannya terhadap
sumber-sumber hukum Islam. Hal ini Meskipun Iqbal sangat menghargai
dapat diuraikan secara singkat sebagai perubahan dan penalaran ilmiah dalam
berikut: memahami Alquran, namun dia
melihat ada dimensi-dimensi di dalam
a. Pemikirannya Tentang Alquran Alquran yang sudah merupakan
Iqbal percaya kalau Alquran itu ketentuan yang baku dan tidak dapat
memang benar diturunkan oleh Allah dirubah, sebab ketentuan itu berlaku
kepada Nabi Muhammad dengan konstan. Menurut Iqbal, para mullah
perantara Malaikat Jibril dengan dan sufi telah membawa umat Islam
sebenar-benar percaya. Menurut Iqbal, jauh dari maksud Alquran.19
Alquran adalah sebagai sumber hukum 18 Muhammad. Iqbal, The Reconstruction, h.
yang utama dengan pernyataannya, 172.
19 Parveen Shaukat Ali, The Political of Iqbal,
“The Quran is a book which (Lahore: Publisher United Ltd, 1978), h. 165.
618| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

Pendekatan mereka tentang hidup Islam yang semakin memburuk,


menjadi negatif dan fatalis. Iqbal terutama sejak keruntuhan dan
mengeluh ketidakmampuan umat kehancuran Baghdad. Sehingga umat
Islam dalam memahami Alquran Islam tidak mampu lagi menangkap
disebabkan ketidakm ampuan terhadap visi dinamis dalam doktrin Islam
memahami bahasa Arab dan telah (Alquran). Akhirnya, walaupun tidak
salah impor ide-ide Hindu dan Yunani dinyatakan secara tegas ke dalam
ke dalam Islam dan Alquran. Dia konsep oleh para sufi, lahirlah
begitu terobsesi menyadarkan umat pandangan pemisahan antara
Islam untuk lebih progresif dan kehidupan dunia dan agama yang
dinamis dari keadaan statis dan menyeret umat untuk meninggalkan
stagnan dalam menjalankan kehidupan kehidupan duniawi. Akibatnya
duniawi. Bagi Iqbal, politik hukumpun menjadi statis dan Alquran
pemerintahan dan agama tidak ada tidak mampu dijadikan sebagai
pemisahan sama sekali. Inilah yang referensi utama dalam menjawab
dikembangkannya dalam merumuskan setiap problematika.
ide berdirinya Negara Pakistan yang Oleh sebab itu, Iqbal ingin
memisahkan diri dari India yang menggerakkan umat Islam untuk
mayoritas Hindu. kreatif dan dinamis dalam menghadapi
Pemahaman yang universal serta hidup dan mencipta kan perubahan-
utuh terhadap Alquran menggerakkan perubahan di bawah tuntunan ajaran
umat untuk lebih kreatif dan dinamis Alquran. Nilai-nilai dasar ajaran
dalam menyelesaikan berbagai Alquran harus dapat dikembangkan
problematika sebagai konsekuensi dari dan digali secara serius untuk
perubahan kondisi riil suatu dijadikan pedoman dalam menciptakan
masyarakat melalui pendekatan perubahan itu. Kuncinya adalah
rasional terhadap Alquran yang dengan mengadakan pendekatan
menghargai gerak dan perubahan. rasional Alquran dan mendalami
Kendati demikian, Iqbal tidak semangat yang terkandung di
mengabaikan dimensi lain di dalam dalamnya, bukan menjadikan sebagai
Alquran yang bersifat konstan bahkan buku undang-undang yang berisi
harus dipertahankan. Sebagaimana kumpulan peraturan-peraturan yang
kritik Iqbal terhadap tuntutan Zia mati dan kaku. Walaupun demikian,
Gokal, penyair dan sosiolog Turki Iqbal melihat ada dimensi-dimensi
yakni menuntut persamaan hak antara dalam Alquran yang merupakan
laki-laki dan perempuan dalam ketentuan yang baku dan tidak dapat
masalah talak, perceraian dan warisan. dirubah, sebab ketentuan itu berlaku
Pandangan Iqbal tentang konstan.
kehidupan yang equilibrium antara Salah satu pendapat Iqbal
moral dan agama; etik dan politik, mengenai Alquran yang perlu
ritual dan duniawi, sebenarnya digarisbawahi adalah ia sangat
bukanlah hal baru dalam pemikiran menekankan pada aspek hakikat yang
Islam. Namun, dalam perjalanan bisa diamati. Tujuan Alquran dalam
sejarah, pemikiran demikian terkubur pengamatan reflektif atas alam ini
bersama arus kehidupan politik umat adalah untuk membangkitkan
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
619

kesadaran pada manusia tentang alam Iqbal sepakat dengan apa yang
yang dipandang sebagai sebuah telah dikemukan oleh Syah Waliyullah
simbol.20 Iqbal menyatakan hal ini mengenai Hadis, yaitu cara Nabi
berdasarkan kutipan beberapa ayat, di dalam menyampaikan dakwah Islam
antaranya: “Dan di antara tanda- dengan memperhatikan kebiasaan,
tanda kekuasaan-Nya ialah cara-cara dan keganjilan yang
menciptakan langit dan bumi dan dihadapinya ketika itu. Selain itu, Nabi
berlain-lainan bahasamu dan warna juga memperhatikan sekali adat
kulitmu. Sesungguhnya pada yang istiadat penduduk setempat. Dalam
demikian itu benar-benar terdapat penyampaiannya, Nabi lebih
tanda-tanda bagi orang-orang yang menekankan pada prinsip-prinsip dasar
mengetahui” (Q.s. al- Rûm [30]: 22). kehidupan sosial bagi seluruh umat
pada saat itu, tanpa terikat oleh ruang
b. Pendapatnya Tentang Hadis dan waktu. Iqbal menanamkan prinsip-
Kajian Iqbal terhadap Hadis prinsip dasar syariat “dar’u al-mafâsid
didasarkan pada situasi dan kondisi wa jalbu almashâlih”. Iqbal juga
masyarakat yang berkembang pada memperhatikan adat istiadat serta
waktu itu. Pandangan ini, di tengah tradisi daerah setempat.22 Kaitann ya
tarik ulur kedudukan Hadis sebagai dengan keyakinan bahwa Islam
sumber hukum antara umat Islam di sebagai rahmatan lil’âlamin tanpa
suatu pihak, dan kaum orientalis di terikat oleh ruang dan waktu, maka
lain pihak yang sampai hari ini masih apa yang Nabi sampai kan pada umat
terus berlangsung. Tentu saja maksud generasi pertama tidak dapat
dan pemahamannya berangkat dari dipandang konstan atau tekstual untuk
kajian tersebut berbeda pula. Umat generasi selanjutnya yang dipastikan
Islam didasarkan pada rasa tanggung mengalami perubahan dan dinamika
jawab yang begitu besar terhadap serta melahirkan problematika yang
ajaran Islam. Sedangkan orientalis lebih kompleks. Sehingga hukum yang
mengkajinya hanya untuk kepentingan diberlakukan untuk umat generasi
ilmiah, bahkan terkadang hanya untuk sesudahnya mengacu pada prinsip
mencari kelemah an ajaran Islam. kemaslahatan.23 Iqbal sepakat dengan
Kalangan orientalis yang pertama konsep Abû Hanîfah tentang al-
melakukan studi tentang Hadis adalah istihsân. Konsep al-istihsân adalah
Ignaz Goldziher. Menurutnya, sejak sesuatu yang sangat wajar sebagai
masa awal Islam (masa sahabat) dan konsekuensi dari me mahami
masa-masa berikutnya Hadis universalitas hukum Islam. Iqbal
mengalami proses evolusi, mulai dari menga nggap wajar saja kalau Abû
sahabat dan seterusnya sehingga Hanîfah lebih banyak mempergunakan
berkembang menjadi mazhab-mazhab konsep alistihsân daripada Hadis yang
fikih. Iqbal berkesimpulan bahwa tidak masih diragukan keasliannya. Sikap ini
semua koleksi dari para ahli Hadis diambil Abû Hanîfah karena ia lebih
dapat dibenarkan.21 cenderung memandang tujuan-tujuan

20 Muhammad Iqbal, Tajdîd al-Tafkîr al-Dînî fî 22 Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h.


al-Islâm, (Kairo: Tnp., 1968), h. 20-21. 171.
21 Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h. 23 Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h.
172. 171.
620| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

universal Hadis daripada tekstual c. Pandangannya Tentang Ijtihad


Hadis. Munculnya persoalan-persoalan baru
Iqbal juga melakukan pembedaan dalam kehidupan sosial akan
antara Hadis hukum dan nonhukum, menimbulkan problem-problem baru
juga Hadis yang mengandung dalam bidang hukum. Dalam menggali
kebiasaan pra-Islam. Beliau pesan teks keagamaan yang universal,
melakukan pemilahan posisi Nabi tentu dibutuhkan upaya maksimal
Muhammad sebagai Rasul dan yang sering disebut dengan ijtihad.
manusia biasa.24 Dalam artian tidak Ijtihad itu sendiri mengalami pasang
semua Hadis merupakan Hadis hukum surut bahkan ijtihad me ngalami
yang wajib ditaati, ada Hadis yang stagnansi selama lima ratus tahun. Hal
hanya merupakan kebiasaan yang ini menjadi sejarah gelap umat Muslim
menurut Iqbal tidak wajib diikuti. yang disebabkan kekhawatiran
Iqbal memahami Hadis secara terjadinya dis integrasi umat pasca
kontekstual, sesuai dengan kondisi jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol.25
sosial yang berkembang bukan sebagai Iqbal merasa bahwa ijtihad merupakan
koleksi peraturan tingkah laku Muslim kebutuhan urgen dalam
yang kaku, mengabaikan atau tidak mengembangkan hukum Islam yang
realistis terhadap dinamika mengacu kepada kepentingan umat
masyarakat. Apa yang diajarkan oleh dan kemajuan umum. Maka perlu
Nabi terhadap generasi awal (sahabat) segera mengalihkan kekuasaan ijtihad
adalah contoh dan nilai-nilai universal individual kepada ijtihad kolektif atau
yang terkandung dalam Hadis itulah ijma’. Menurutnya peralihan ijtihad
hakikat Hadis Nabi yang sebenarnya. individual yang mewakil mazhab
Iqbal memandang perlu umat tertentu kepada lembaga legislatif
Islam melakukan studi mendalam Islam adalah satu-satunya bentuk yang
terhadap literatur Hadis dengan paling tepat bagi ijma’. Hanya cara
berpedoman langsung kepada Nabi inilah yang dapat menggerakkan spirit
sendiri selaku orang yang mempunyai dalam sistem hukum Islam yang
otoritas untuk menafsirkan wahyu. Hal hilang.26 Komposisi anggota lembaga
ini sangat besar faidahnya dalam legislatif hukum Islam ini beragam
memahami nilai hidup dari prinsip- bahkan bukan saja melibatkan ulama
prinsip hukum Islam. Iqbal tapi harus melibatkan orang awam
menyerukan akan pentingnya tentang hukum Islam tetapi memiliki
memaknai spirit dan ruh yang ada pandangan yang tajam mengenai
dalam Hadis, dibandingkan hanya problem sosial yang berkembang di
memahami masyarakat.27
Hadis secara tekstual saja. Iqbal berpandangan bahwa hasil
rumusan ijma’ tidak harus mengikat
seluruh umat Islam. Tapi keberlakuan
ijma’ kolektif lebih memungkinkan
24 Lihat Muhammad Quraisy Shihab dalam Pengantar bersifat regional namun demikian ia
Buku, Studi Kritis atas Hadis Nabi Saw., karya
Muhammad alGhazâlî, al-Muhammad Baqir (pent.), 25 Muhammad Iqbal, The Reconstruction h. 149-151.
(Bandung: Mizan), h. 9. Lihat juga Syihabuddin al- 26 Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h.
Qarafi, al-Furuq, j. I (Kairo: Dâr Ihyâ al-Kutub, 174
1992), h. 206. 27 Muhammad Iqbal, The Reconstruction, h. 175-176
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
621

menegaskan bahwa perlu dibentuk nya. Hakikat ijtihad adalah proses


lembaga internasional Negara-negara gerak dalam struktur pemikiran Islam,
Islam yang mengatur dan khususnya hukum Islam. Penekanan
mendialogisasi permasalahan dan ini penting, sebab bagi Iqbal hukum
kebutuhan umat Islam di semua Islam merupakan sentral dari
Negara Muslim. Menurut Iqbal, keseluruhan ajaran Islam. Gerak yang
kesalahan terbesar umat Islam terletak dimaksud di atas adalah kreatifitas
pada terbelenggunya pikiran untuk untuk mencari jawaban-jawaban baru
menentukan pilihan nasib mereka melalui interpretasi yang didasarkan
sendiri. Iqbal melihat umat Islam kepada kemampuan dan pengetahuan
sudah terkena sindrom jumud, beku, yang memadai untuk menganalisis
statis dan tidak ada perubahan. Karena berbagai persoalan dan perubahan
dipengaruhi paham jumud, umat Islam yang ada dalam masyarakat Islam.
tidak menghendaki perubahan dan Iqbal tidak sepakat bila ijtihad
tidak mau menerima perubahan. kemudian dibatasi dan dibebani
Mereka hanya melakukan sesuatu hal berbagai persyaratan yang demikian
yang berpegang teguh pada tradisi.28 ketat. Dari perspektif ushûl fiqh,
Fokus gerakan Iqbal adalah ijtihad Iqbal termasuk ke dalam
mengeluarkan umat Islam dari ‘ilusi’ kelompok ijtihâd fardi. Sebagai
masa lalu, di mana tradisi tersebut prinsip gerak, ijtihad seharusnya
banyak yang menyimpang dari dikembangkan dan dieksplorasi lebih
Alquran dan Hadis. lanjut. Ijma’ sebagai salah satu sumber
Iqbal menyerukan pentingnya hukum Islam yang penting, oleh Iqbal
ijtihad. Baginya, ijtihad tidak terbatas dikembangkan dengan melembagakan
kepada persoalan-persoalan yang ijma’. Lembaga yang ideal memangku
berhubungan dengan nas saja. Ijtihad tugas ini adalah lembaga atau majlis
memiliki fungsi yang sangat luas, legislatif Islam yang didalamnya
sebagai upaya dalam menjawab terdapat orang-orang yang memenuhi
persoalan yang terjadi di tengah- persyaratan sebagai ulama yang
tengah umat. Iqbal meyakini bahwa mengetahui dan mendalami hukum
Islam sebagai kekuatan yang hidup Islam dan mempunyai wawasan luas
untuk membebaskan pikiran manusia tentang berbagai kondisi objektif masa
dari batas-batas kedaerahan dan kini. Lembaga ini menyerap berbagai
percaya bahwa agama adalah suatu persoalan yang berkembang di
kekuatan yang paling penting dalam masyarakat untuk kemudian dibahas
kehidupan individu dan Negara.29 dan diputuskan bersama-sama.
Konsep ijtihad Muhammad Iqbal Menurut sisi hubungannya dengan
merupakan sintesa dari dinamisme nas, ijtihad dikelompokkan menjadi
ajaran-ajaran Islam dengan konsep dua, yaitu: ijtihâd al-syar’i dan ijtihâd
otonomi individu dari filsafat khudi- al-‘aqli. Ijtihâd al-syar’i adalah ijtihad
yang didasarkan atas ketentuan-
28 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, ketentuan nas. Sedangkan ijtihâd
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan al-‘aqli adalah ijtihad yang didasarkan
Bintang, 1992), h. 62.
29 H.H. Bilgrami, Iqbal, Sekilas Tentang Hidup
pada pemikiran ilmiah filosofis.
dan Pikiranpikirannya, Djohan Efendi (pent.), Penggunaan akal sebagai instrumen
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 13.
622| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

ijtihad oleh sebagian ulama dipandang ada kelompok yang tidak sependapat
sebagai hal yang membahayakan dengan pemikiran di atas dan hanya
karena sangat mungkin terjadi setuju apabila ijtihad berfungsi sebagai
penyimpangan maksud-maksud nas. metode penetapan hukum. Menurut
‘Abd. al-Wahab Khallaf menyatakan mereka, sumber utama hukum Islam
ada dua kemungkinan dalam penalaran tetap Alquran dan Hadis. Ijtihad
atau ijtihad. Pertama pendapat yang digunakan, tetapi dengan tetap
salah dan kedua pendapat yang benar. merujuk kepada sumber utama.32
Pendapat yang salah adalah Menurut mereka, dengan ijtihad
pendapat yang didasarkan sebagai sumber ketiga maka
kecenderungan hawa nafsu dan kedudukan ijtihad akan setara dengan
kepentingan-kepentingan tertentu yang Alquran dan Hadis. Hal ini tidak
terlepas dari kontrol dan pengawasan mungkin, sebab hasil ijtihad bersifat
prinsip-prinsip umum yang berlaku zhanni. Sedangkan ketentuan dalam
dalam ajaran Islam. Sedangkan Alquran dan Hadis bersifat qath’i.
pendapat yang benar adalah pendapat Menghadapi perubahan sosial
yang diolah dengan kerja kontemplatif yang begitu cepat, maka ijtihad dapat
dan pemikiran yang mendalam tentang dilakukan dengan dua cara, yaitu
dalil-dalil syara’ dan dalam batas ijtihâd tarjîhi dan ijtihâd ibtidâ’i.
koridor syara’. Inilah yang disebut Pertama, ijtihâd tarjîhi adalah ijtihad
dengan ijtihad menurut Abd. al-Wahab yang dilakukan seseorang atau
Khallaf. Dari pemahaman di atas, kelompok untuk memilih pendapat
ijtihad lebih luas maknanya daripada ulama-ulama terdahulu mengenai
sekedar qiyâs atau istihsân.30 masalah-masalah tertentu, kemudian
Berdasarkan uraian di atas, menyeleksi pendapat-pendapat
disebutkan bahwa ijtihad dapat tersebut dan memilih mana yang lebih
menjadi sumber hukum Islam. râjih dan relevan dengan konteks
Menurut Ali Hasballah, ijtihad sekarang. Kedua, ijtihâd ibtidâ’i
merupakan sumber ketiga dari hukum adalah ijtihad untuk mengambil
Islam setelah Alquran dan Hadis. kesimpulan hukum mengenai
Dengan ijtihad sebagai sumber hukum, peristiwa-peristiwa baru yang belum
maka hukum Islam akan dapat dipecahkan ulama terdahulu. Ijtihad ini
berkembang dan dapat merespon pun dapat dilakukan perorangan
perubahan zaman.31 Walau demikian, maupun kelompok dengan catatan,
tentu membutuhkan persyaratan yang
30 Ibrahim Hossen mengutip rekomendasi
Lembaga Penelitian Islam al-Azhar yang menyatakan
lebih ketat dan kuat.33
bahwa ijtihad yang did asark an pemikiran ilmiah, Pemikiran serta gagasan-gagasan
yang dilakukan perorangan, bila telah mampu
memenuhi syarat dapat diterima dan boleh. Ijtihad Iqbal sangat berpengaruh dalam upaya
seperti ini disebut dengan ijtihâd fardi. Selain itu ada pem bentukan Negara Islam Pakistan
pula ijtihâd jamâ’i, yaitu ijtihad yang dilakukan
beberapa orang dari disiplin ilmu yang berbeda untuk
yang diploklamirkan oleh Muhammad
memutuskan permasalahan. Lihat Ibrahim Hossen
“Taqlid dan Tajdid, Beberapa Pengertian Dasar”, 32 Ahmad Azhar Basyir, “Pokok-Pokok Ijtihad
dalam Budhi Munawar Rahman (ed.), dalam Hukum Islam”, dalam Haidar Bagir (ed.),
Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Ijtihad., h. 40.
(Jakarta: Paramadina, 1995), h. 358. 33 Yûsuf al-Qaradhâwi, Ijtihad dalam Syariat
31 Ali Hasballah, Usul al Tasyrî al-Islâmi, Islam, Ahmad Syatori (pent.), cet. 1, (Jakarta: Bulan
(Kairo: Dâr alMa’ârif, 1964), h. 65. Bintang, 1987), h. 115-126.
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
623

Ali Jinnah. Sepeninggal Iqbal, golongan tertentu36. Ia juga menolak


berkembang kajian-kajian terhadap terhadap pembagian ijtihad: ijtihâd
pemikiran dan gagasan-gagasan beliau muthlaq, muqayyad dan fî al-mazhabi.
baik yang intens maupun yang Rahman juga mendukung
insidentil. Di antara cendekiawan yang pembentukan lembaga ijma’.37
serius me ngembangkan gagasan- Pemikirannya mengenai Alquran, alam
gagasannya adalah Fazlu Rahman, semesta dan manusia selanjutnya
meskipun tidak secara utuh. Sebab di dikembangkan Fazlu Rahman
samping melakukan pembelaan meskipun tidak secara utuh dan
terhadap Iqbal dari serangan orientalis, khusus, gagasan Iqbal mengenai
ia juga memberikan kritikan dalam Alquran dikembangkan secara tajam
beberapa hal. Pemikiran Iqbal olehnya. Dan melalui Fazlu Rahman
mengenai alam semesta, manusia, dan beberapa tokoh intelektual Muslim
Alquran cukup mendapat tempat dan Indonesia mengembangkan pemikiran
dikembangkan oleh Fazlu Rahman. Ia Muhammad Iqbal di Indonesia, antara
lebih mempertajam pandangan Iqbal lain Ahmad Syafi’i Ma’arif.
mengenai Alquran. Menurutnya, Pengembangan gagasan Iqbal oleh
Alquran sebagai kitab yang berisi Ahmad Syafi’i Ma’arif terlihat dalam
moral dan etik, bukan dokumen yang usahan ya untuk membedakan antara
memuat hukum yang kaku.34 Ia juga Islam sejarah dan Islam cita-cita.38
menjelaskan tujuan dan prinsip yang Pandangannya ini sangat mirip dengan
menjadi esensi berbagai hukum.35 prinsip dinamika dan konservasinya
Dalam menafsirkan Alquran secara Iqbal. Ia mengungkapkan pentingnya
integral dan komprehensif, ia melakukan gerakan tajdîd, yang
menetapkan tiga hal yang tidak boleh dipengaruhi oleh tiga faktor: Pertama,
diabaikan yakni memperhatikan latar pemahaman dan penafsiran terhadap
belakang sejarah turunnya Alquran doktrin transendental tidak pernah
sehingga bisa dipahami makna bernilai mutlak. Kedua, Islam
teksnya, membedakan antara ketetapan bertujuan untuk menciptakan suatu
hukum dan sasaran atau tujuan moral tata sosio-politik di atas landasan etik
yang dikandung Alquran dengan dan moral yang kuat dalam rangka
memperhatikan latar belakang sosio- mengaktualisasikan prinsip rahmatan
historisnya. lil ‘âlamin dalam ruang dan waktu.
Rahman juga memandang Hadis Ketiga, tajdîd dalam pemikiran dan
seb agai konsep yang memuat prinsip- pelaksanaan ajaran Islam pernah
prinsip moral yang universal dan harus ditujukan secara kreatif oleh genarasi
di pahami secara dinamis sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Ijtihad dalam pengertian ‘jihad 36 Fazlur Rahman, Islamic Concept of State,
intelektual’ bagi Rahman menjadi hak dalam Jhon L. Esposito, Islam dan Pembaharuan
Ensiklopedia Masalahmasalah, Machnun Husein
tiap Muslim yang memiliki (pent.), (Jakarta: Rajawali Press, 1988), h. 947.
kemampuan dan tidak menjadi otoritas 37 Fazlur Rahma, Islam: Challeges and
Opportunities, h. 388.
34 Fazlur Rahman, Islam, Ahsin Muhammad 38 Ahmad Syafi’i Ma’arif, Politik dan
(pent.), (Bandung: Pustaka 1984), h. 43. Demokrasi di Indonesia, dalam Bosco Carvallo dan
35 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Ahsin Dasrial, Aspirasi Umat Islam Indonesia, (Jakarta:
Muhammad (pent.), (Bandung: Pustaka, 1985), h. 186. LEPPENAS, 1983), h. 38-39.
624| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

sahabat, terutama Khalifah ‘Umar.39 ketat. Dari perspektif ushûl fiqh,


Hal ini tidak aneh, karena ijtihad Iqbal termasuk ke dalam
Ma’arif adalah murid Fazlu Rahman, kelompok ijtihâd fardi.
sementara Rahman mengelaborasi Sebagai prinsip gerak, ijtihad
gagasan-gagasan Iqbal. Demikian juga seharusnya dikembangkan dan
dengan intelektual Muslim Indonesia dieksplorasi lebih lanjut. Ijma’ sebagai
lainnya, seperti Harun Nasution dan salah satu sumber hukum Islam,
Djohan Effendi. menurut Iqbal, dikembangkan dengan
melembagakan ijma’. Lembaga yang
Penutup ideal memangku tugas ini adalah
Sumbangan pemikiran Muhammad lembaga atau majlis legislatif Islam
Iqbal dalam pembaruan hukum Islam yang di dalamnya terdapat orang-
di India tidak terlepas dari orang yang memenuhi persyaratan
pemahamannya terhadap Alquran dan sebagai ulama yang mengetahui dan
Hadis sebagai sumber hukum Islam. mendalami hukum Islam dan
Dia memahami Alquran sebagai mempunyai wawasan luas tentang
sumber etika yang senantiasa relevan berbagai kondisi objektif masa kini.
dengan perubahan dan dinamika Lembaga ini menyerap berbagai
masyarakat melalui mekanisme ijtihad. persoalan yang berkembang di
Dan Hadis dalam pemahaman Iqbal masyarakat untuk kemudian dibahas
bukanlah koleksi peraturan tingkah dan diputuskan bersama-sama.
laku yang kaku dan tekstual.
Konsep ijtihad Muhammad Iqbal Pustaka Acuan
merupakan sintesa dari dinamisme Adnan, Taufiq, dan Syamsu
ajaran-ajaran Islam dengan konsep Rizal,Tafsir Kontekstual Alquran,
otonomi individu dari filsafat khudi- Bandung: Mizan, 1989.
nya. Hakikat ijtihad adalah proses Ahmad, Manzhoor, dalam Pengantar
gerak dalam struktur pemikiran Islam, Karya Iqbal, Metafisika Persia:
khususnya hukum Islam. Penekanan Suatu Sumbangan Untuk Sejarah
ini penting, sebab bagi Iqbal hukum Filsafat Islam, Joebar Ayyub
Islam merupakan sentral dari (pet.), Bandung: Mizan, 1990.
keseluruhan ajaran Islam. Gerak yang Ali, Parveen Shaukat, The Political
dimaksud di atas adalah kreatifitas Philosofy of Iqbal, Lahore:
untuk mencari jawaban-jawaban baru Publiser United Ltd, 1978.
melalui interpretasi yang didasarkan
Amal, Taufik Adnan, Islam dan
kepada kemampuan dan pengetahuan
Tantangan Modernitas, Studi atas
yang memadai untuk menganalisis
Pemikiran Hukum Fazlur
berbagai persoalan dan perubahan Rahman, Bandung: Mizan, 1996.
yang ada dalam masyarakat Islam.
Iqbal tidak sepakat bila ijtihad Arkoun, Muhammad, dan Louis
kemudian dibatasi dan dibebani Gardet, “Islam Kemarin dan
berbagai persyaratan yang demikian Esok”, Ahsin Muhammad (pent.),
Bandung: Pustaka, 1984.
39 Ahmad Syafi’i Ma’arif, Alquran: Realitas Gibb, H.A.R, Modern Trends in Islam,
Sosial dan Limbo Sejarah, (Bandung: Pustaka, 1985), Chicago: Pricenton, 1976.
h. 99.
Hendri K: Pemikiran Muhammad Iqbal |
625

Hasan, A, The Doctrin of Ijma’ in Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang,


Islam, R. Astuti (pent.), Ijma’, 1992.
Bandung: Pustaka, 1985. Prawiranegara, Sjafruddin, Islam
Hasballah, Ali, Usûl al-Tasyrî al- sebagai Pandangan Hidup,
Islâmi, Kairo: Dâr al-Ma’ârif, Jakarta: Idayu Press, 1986.
1964. Qaradhawi, al-, Yusuf, Ijtihad dalam
Iqbal, Muhammad, The Syariat Islam, Ahmad Syatori
Reconstruction of Religius Thught (pent.), cet. 1, Jakarta: Bulan
in Islam, New Delhi: Kitab Bintang, 1987.
Bhavan, 1981, Osman Raliby Rahman, Fazlur, “Islam: Challeges
(pent.), Pembangunan Kembali and Opportunities”, dalam Harun
Alam Pikiran Islam, Jakarta: Nasution dan Azyumardi Azra
Bulan Bintang, 1983. (ed.), Perkembangan Moderen
_____, Tajdîd at-Tafkîr al-Dînî fî al- dalam Islam, Jakarta: Yayasan
Islâm, Kairo: Dâr Qalam, 1968. Obor Indonesia, 1984.
Ma’arif, Ahmad Syafi’i, Alquran: _____, Islam and Modernity, Ahsin
Realitas Sosial dan Limbo Muhammad (pent.), Bandung:
Sejarah, Bandung: Pustaka, 1985. Pustaka, 1985.
_____, Politik dan Demokrasi di _____, “Islamic Concept of States”
Indonesia, dalam Bosco Carvallo dalam Jhon L. Esposito, Islam dan
dan Dasrial, Aspirasi Umat Islam Pembaharuan Ensiklopedia
Indonesia, Jakarta: Masalah-masalah, Macnun
LEPPENAS, 1983. Husein (pent.), Jakarta: Rajawali
Mahmassani, Sobhi, Filsafat Hukum Press, 1988.
dalam Islam, Ahmad Sudjono Shihab, Muhammad Quraisy, dalam
(pent.), Bandung: al-Ma’arif, Pengantar Buku, Studi Kritis atas
1981. Hadis Nabi Saw., karya
Maitre, Luce-Calude, “Introduction to Muhammad al-Ghazali,
The Thought of Iqbal”, Djohan Muhammad Baqir (pent.),
Efendi (pent.), Pengantar ke Bandung: Mizan, 1992.
Pemikiran Iqbal, Bandung: Mizan, Smith,W.C, Modern Islam in India,
1989. Precenton, New Jersey: Pricenton
Malik, Hafeez, dan Linda P. Malik, Univ Press, 1957.
Filosof Penyair dari Sialkot, Ihsan
Fauzi & Nurul Agustina, Sisi
Manusia Iqbal, Bandung: Mizan,
1992.
Mukti Ali, A, Ijtihad dalam
Pandangan Muhammad Abduh,
Ahmad Dahlan dan Muhammad
Iqbal, Jakarta: Bulan Bintang,
1990.
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam
Islam, Sejarah Pemikiran dan

Anda mungkin juga menyukai