Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak faktor yang
mempengaruhi tentang keberadaanya. Selanjutnya muhammadiyah sebagai organisasi
pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan maksud dan tujuan
tersebut muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan sebagai contoh amal usaha
muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang “Sejarah Singkat Tokoh
Muhammadiyah Periode 1-5”. Mengenai hal-hal tersebut kami akan jelaskan selengkapnya
dalam pembahasan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah tentang KH. Ahmad Dahlan?


2. Bagaimana sejarah tentang Ir. Juanda ?
3. Bagaimana sejarah tentang Kahar Muzakkir
BAB II

PEMBAHASAN

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan


berhaluan non politik. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW,
sehingga Muhammadiyah dapat diartikan sebagai orang-orang pengikut Nabi Muhammad
SAW. Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH. Ahmad Dahlan dalam
memurnikan ajaran agama Islam pada masa itu yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal
mistik. Kegiatan Muhammadiyah tidak hanya seputar agama, tetapi juga bergerak dalam
bidang pendidikan, sosial, dan budaya. Harapan Muhammadiyah adalah dapat mewujudkan
umat Islam yang cerdas dan berwawasan kebangsaan.

Ciri Perjuangan Muhammadiyah

Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak


kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif,
dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat
ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan
Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara
sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.

a.     Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam

Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun


oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur)
terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong
berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor
penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada
setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104,
maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah.
Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR
Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat
Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat
Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh
ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali
semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan
Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan,
kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak
berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang
dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

b.      Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam

Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah.
Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam
jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor
utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman
KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104.
Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi
munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di
tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha
yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga
pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak
rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti
itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan
dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

c.      Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid

Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan
Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai
salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana
yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan
umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik,
maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari
gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada
kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti
syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak
akidah dan ibadah seseorang.

Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas
pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada
tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai
pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin
dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah
sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut
purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation).
Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka
Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.

Namun sayangnya, dewasa ini banyak masyarakat umum yang belum mengetahui
bakti Muhammadiyah kepada bangsa dan negara tanah air Indonesia. Salah satu bakti
terbesar yang dipersembahkan Muhammadiyah adalah perjuangan para tokoh-tokohnya
dalam usaha mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.

Berdasarkan, wawancara singkat kami bersama masyarakat umum dengan rentang


usia remaja hingga dewasa, dari berbagai elemen agama dan pekerjaan, kami dapatkan
informasi bahwa, hampir 50% dari mereka yang kami wawancarai tidak tahu atau ragu-ragu
bahwa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam, dan justru mengira bahwa
Muhammadiyah adalah sebuah aliran dalam Islam. Sekitar 20% dari mereka bahkan tidak
tahu bahwa Muhammadiyah tidak hanya bergerak dalam bidang agama, tetapi juga dalam
bidang pendidikan, sosial, dan budaya.

Berdasarkan wawancara lebih dalam mengenai tokoh-tokoh Muhammadiyah, hanya


sekitar 20% dari mereka yang sanggup menyebutkan lebih dari tiga nama tokoh
Muhammadiyah, sisanya hanya bisa menyebutkan dua, satu, atau bahkan tidak tahu sama
sekali. Mayoritas dari mereka yang tidak mengetahui atau ragu-ragu dalam menjawab adalah
mereka yang berada dalam rentang usia sekolah hingga akhir usia 30-an. Hal tersebut
menunjukan bahwa kaum muda Indonesia, masih jauh dari kata mengenal tokoh-tokoh
Muhammadiyah dan kontribusi mereka kepada bangsa dan negara tanah air Indonesia.
Padahal, jika masyarakat umum lebih menengal siapa saja tokoh-tokoh dalam
Muhammadiyah, mereka tentunya akan kagum dan lebih menghargai organisasi ini, lebih
dari sekedar image kalau Muhammadiyah hanya tentang Yayasan Pendidikan berbasis Islam,
maupun image salah kalau Muhammadiyah selalu Lebaran duluan, seperti yang mereka
sampaikan dalam wawancara.

Oleh karena itu, melalui tulisan ini, kami ingin mencoba mengenalkan kepada
masyarakat umum siapa saja tokoh-tokoh besar Muhammadiyah dengan berfokus beliau-
beliau yang berjasa pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

1. KH. Ahmad Dahlan 

Pertama dan yang mengawali, tokoh besar Muhammadiyah yang menjadi cikal bakal
terbentuknya organisasi ini adalah KH. Ahmad Dahlan beserta istri beliau Nyai Dahlan, Siti
Walidah. Muhammadiyah secara resmi didirkan pada tanggal 18 November 1912. KH.
Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat untuk menyadari nasibnya sebagai
bangsa terjajah yang harus belajar dan berbuat. Dengan organisasi Muhammadiyah, beliau
telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran tersebut
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat. Dengan organisasi
Muhammadiyah, beliau telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat
diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa. Dengan organisasi Muhammadiyah pula,
beliau didukung oleh sang Istri, telah mempelopori kebangkitan perempuan Indonesia untuk
mengecap pendidikan dan berfungsi sosial setingkat dengan kaum pria, melalui
organisasi Aisyiyah.

Kemudian tokoh besar Muhammadiyah berikutnya adalah Soekarno, Pahlawan


Revolusi sekaligus Presiden Pertama Indonesia. Soekarno pernah diasingkan ke Bengkulu
pada tahun 1938 hingga 1942 oleh penjajah karena pemikiran dan perjuangannya. Di tengah
pengasingan tersebut, Soekarno jatuh cinta pada Fatmawati, putri Hasan Din yang
merupakan Konsul Muhammadiyah Bengkulu. Banyak masyarakat kita yang belum
mengetahui, bahwa saat di Bengkulu tersebut Soekarno pernah menjabat sebagai pengurus
Muhammadiyah Bengkulu, serta aktif dalam berorganisasi dan bergaul dengan para tokoh-
tokoh Muhammadiyah lainnya hingga mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.

Masih seputar Soekarno. Jika mendengar kata Empat Serangkai, kita pasti langsung
teringat pada keempat tokohnya yaitu Soekarno. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH.
Mas Mansyur. Ternyata, selain Soekarno, terdapat seorang lagi tokoh Muhammadiyah dalam
empat serangkai, yaitu KH. Mas Mansyur. KH. Mas Mansyur pernah menjabat sebagai
Ketua PB Muhammadiyah pada tahun 1937 hingga 1941. Empat Serangkai adalah pemimpin
Pusat Tenaga Rakyat (disingkat Putera), yaitu organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di
Indonesia pada 16 April 1943. Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan
kaum Intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang
melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat
akan mendukung penuh kegiatan ini. Putera tersebut menjadi cikal bakal dibentukan BPUPKI
yang nantinya dikhususkan untuk melakukan pemeriksaan usaha-usaha persiapakan
kemerdekaan Indonesia.

Di samping nama besar Empat Serangkai, mari kita bergeser pada salah satu tokoh
militer Indonesia yang namanya sangat membanggakan, yaitu Jenderal Soedirman.
Ternyata Jenderal Soedirman juga merupakan tokoh Muhammadiyah. Sejarah mencatat,
beliau pernah menjabat sebagai pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun
1937. Kemudian pada tanggal 12 November 1945, beliau terpilih menjadi Panglima Besar
TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menyaingi kandidat-kandidat lainnya yang lebih senior
karena segudang kelebihan dan prestasinya dalam melawan penjajah. Oleh karena hal
tersebut itulah, beliau terkenal dengan sebutan Bapak Tentara Nasional Indonesi (TNI).

2. Ir. Djuanda

Tokoh besar perjuangan kemerdekaan Indonesia lainnya adalah Ir. Djuanda. Seperti


yang kita tahu, nama beliau sering dipakai untuk fasilitas umum, seperti nama bandar udara,
nama jalan, nama stasiun, dan lain sebagainya. Ir. Djuanda ternyata juga merupakan seorang
tokoh Muhammadiyah. Sejarah mencatat, jasa beliau pada bangsa dan negara tanah air
Indonesia adalah diperolehnya pengakuan oleh PBB atas laut Indonesia termasuk laut sekitar,
di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau
dikenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan melalui Deklarasi Djuanda pada tanggal 13
Desember 1957. Sebelum adanya Deklarasi Djuanda, aturan batas perairan Indonesia
hanyalah sejauh 3 mil saja dari garis pantai. Hal tersebut membuat laut kita sangat sempit dan
para nelayan tidak bisa menangkap ikan melewati dari batas tersebut.

3. Kahar Muzakkir

Selanjutnya, tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia yang juga merupakan tokoh


Muhammadiyah adalah Kahar Muzakkir. Beliau adalah salah satu dari tokoh Panitia
Sembilan, yaitu kelompok yang dibentuk pada tanggal 1 Juni 1945, diambil dari suatu Panitia
Kecil ketika sidang pertama BPUPKI. Setelah melakukan diskusi antara Soekarno dengan
Kahar Muzakkir dan tujuh tokoh lainnya, pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Piagam Jakarta inilah yang di kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945 dan menjadi dasar
disusunnya pasal-pasal UUD 1945. Kahar Muzakkir juga merupakan Konsensus Nasional
dalam penyusunan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945.

Di samping tokoh-tokoh yang didominasi pria, ternyata Muhammadiyah juga menjadi


pelopor terbentukan perlindungan maupun gerakan perempuan Indonesia, melalui
perjuangan Hayyinah dan Munjiyah, yang merupakan bagian dari organisasi Aisyiyah.
Organisasi Aisyiyah sendiri didirikan oleh Siti Walidah pada tanggal 22 April 1917, lima
tahun setelah Muhammadiyah terbentuk. Tujuan Aisyiyah pada awalnya adalah menjadi
forum pengajian remaja perempuan di Kauman, Yogyakarta. Kemudian diwakili Hayyinah
dan Munjiyah, bersama seluruh elemen perempuan di Indonesia, mereka mengadakan
Kongres Perempuan Indonesia I pada tahun 1928, Kongres II pada 1935, Kongres III 1938,
dan Kongres IV 1941. Pada kongres-kongres tersebutlah, para perempuan membahas seluruh
isu yang penting untuk dibahas, termasuk memperkuat pendidikan, mencegah perkawinan
anak-anak, dan lain sebagainya.

Setelah menjelaskan nama-nama tokoh Muhammadiyah dari berbagai bidang, tentu


tak lengkap jika belum membahas tokoh yang berperan besar dalam pembentukan
Kementerian Agama di Indonesia. Pada rapat pleno Fraksi Islam dalam Komite Nasional
Indonesia (KNI) daerah Banyumas pada awal November 1945 berlangsung alot. Salah satu
gagasan yang menjadi perdebatan adalah pengadaan kementerian yang mengakomodasi
persoalan-persoalan umat Islam meliputi: nikah, talak, rujuk, ibadah haji, pengadilan agama,
politik umat Islam, urusan madrasah dan pondok pesantren. Dengan latar belakang tersebut,
Fraksi Islam akhirnya berhasil meloloskan usul pengadaan Kementerian Agama yang akan
diajukan dalam Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) pada
tanggal 25 November 1945 di Jakarta. Rapat pleno KNI Banyumas sepakat mengutus KH.
Abu Dardiri untuk memperjuangkan usulan tersebut dalam Sidang BPKNIP. KH. Abu
Dardiri merupakan tokoh Muhammadiyah yang sangat berjasa dalam proses politik di
BPKNIP hingga akhirnya terbentuk Kementerian Agama.

Di samping tokoh-tokoh Muhammadiyah yang sudah dijelaskan, membahas tentang


berdirinya organisasi sosial keagamaan Muhammadiyah tentu tidak dapat dipisahkan dari
sumbangsih KH. M. Sudjak, Ki Bagus Hadikusuma, dan KH Fachrodin. Mereka merupakan
generasi pertama gerakan Muhammadiyah yang langsung di bawah bimbingan KH Ahmad
Dahlan.

KH. M. Sudjak mulai terlibat dalam kepengurusan Muhammadiyah sejak memasuki


dekade 1920-an, tepatnya pada tahun 1921. Salah satu inisiatif beliau selama kepengurusan
adalah didirikannya Penolong Kesengsaraan Umum (PKU) yang bertugas meringankan
beban penderitaan umat melalui aksi-aksi sosial pada tanggal 15 Februari 1923. Kemudian
PKU tersebut berkembang menjadi poliklinik PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) pada
tahun 1928 dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa. Beliau juga
aktif dalam memperjuangkan perbaikan kualitas perjalanan haji bagi jamaah asal Indonesia.
Pada periode pasca kemerdekaan bersama teman-temannya yang punya komitmen pada
persoalan jamaah haji, beliau membentuk satu wadah yang kemudian dinamakan Persatuan
Djamaah Haji Indonesia (PDHI) tahun 1952. Berkat jasa beliau tersebut menjadi cikal bakal
terbentuknya Dirjen Haji Indonesia.

Sebenarnya masih banyak nama-nama tokoh Muhammadiyah dalam sejarah lainnya


yang telah ikut berjuang dalam usaha kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, dari
sekelumit kisah yang kami sampaikan dalam tulisan ini, sudah dapat kita lihat bahwa, betapa
besarnya perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan para tokoh Muhammadiyah
dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Kita patut menghargai dan menghormati
seluruh jasa mereka, serta meneladani dan mengambil pelajaran berharga dari kisah-kisah
mereka. Semoga kelak kita juga dapat berkontribusi pada bangsa dan negara tanah air
Indonesia seperti mereka. 
BAB III

KESIMPULAN

Peran dan tokoh Muhammadiyah memiliki andil yang cukup besar dalam mendirikan
Negara Republik Indonesia (NKRI). Salah satu diantaranya yakni peran KH Ahmad Dahlan
dan Siti Walidah (Nyai Dahlan). Kedua tokoh ini telah bergerak dalam mencerdaskan dan
memajukan bangsa hingga diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Dalam melakukan perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan


kontribusi Muhammadiyah terbesar melalui Soedirman adalah perang gerilya dan melahirkan
serta menjadi Bapak Tentara Nasional Indonesia, yang tiada duanya. Gerakan cinta tanah air
ini bermodalkan spirit Hizbul Wathan atau Kepanduan Tanah Air yang dirintis tahun 1918, di
mana Soedirman menjadi pandu utamanya.

Bersamaan dengan perang gerilya, aksi mempertahankan Indonesia dari serbuan


kembali Belanda di DIY dan Jawa Tengah para tokoh Muhammadiyah menggerakkan aksi
Angkatan Perang Sabil (APS), yang merupakan perlawanan umat Islam yang luar biasa
militan demi mempertahankan bangsa dan tanah air.

Upaya Muhammadiyah dalam Kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Muhammadiyah


berupaya sebagai motor penggerak perubahan. Muhammadiyah selalu memberi inspirasi
kepada Indonesia. Jika Indonesia ingin rakyatnya sejahtera maka cerdaskan dan jaga
kesehatan rakyatnya.

Pergerakan Muhammadiyah sangat kental di dunia dakwah, pendidikan dan kesehatan. Ciri-
ciri perjuangan Muhammadiyah yaitu gerakan Islam, gerakan dakwah Islam amar ma’ruf
nahi mungkar dan gerakan tajdid. Nilai-nilai Islam harus dijunjung dan diamalkan dalam
keseharian. Indonesia jangan melupakan gerakan Islam.
DAFTAR PUSTAKA

SEJARAH KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH DARI MASA KE MASA,


https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-
masa-ke-masa/ April 9, 2013

http://yusufsdamada.blogspot.co.id/2009/05/tokoh-tokoh-muhammadiyah.html Minggu, 03
Mei 2009

Anda mungkin juga menyukai