1652074/MG-Q
Indonesia merupakan negara dengan luas lebih dari 1,9 juta km² yang
perkembangan industrinya cukup besar, sehingga Indonesia berpotensi sebagai
tempat atau wilayah pemasaran produk bagi para produsen barang dan jasa.
Untuk perusahaan produk hal ini disikapi dengan lebih banyak berinvestasi
dalam kapabilitas distribusi suatu perusahaan. Perkembangan industri yang
cukup besar berdampak positif seperti meningkatkan perekonomian
masyarakat di sekitarnya juga berdampak negatif seperti kerusakan
lingkungan yang ditimbulkannya. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
menyebutkan bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga
tetap mampu menunjang pelaksanaan pembangunan di segala bidang,
khususnya pembangunan di bidang industri yang semakin meningkat.
Program Tanggung Jawab Sosial (CSR) merupakan investasi bagi
perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan
dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai
sarana meraih keuntungan (profit centre). Komitmen perusahaan untuk
mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) salah satunya dengan program Tanggung Jawab Sosial (CSR).
Konsep tata kelola perusahaani yang baik (Good Corporate Governance) yaitu
bentuk penerapan program Tanggung Jawab Sosial (CSR), diperlukan tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku
pelaku bisnis mempunyai arah yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan
seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat
dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam
strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengani segera. (Dazahro, 2012)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (CSR) untuk sebuah perusahan
memberikan banyak manfaat di antaranya mempertahankan dan mendongkrak
brand image perusahaan. Merek bukanlah sekedar nama, istilah, tanda, simbol
atau kombinasi, lebih dari itu, merek adalah ‘janji’ perusahaan secara
konsisten memberikani fakta (features), manfaat (benefit) dan layanan
(services) kepada para pelanggan, ‘janji’ inilah yang membuat masyarakat
luas mengenal merek (brand) tersebut, lebih dari merek yang lain (Nurmiyati,
2009). Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik dari pemasaran modern
bertumpu padan penciptaan merek-merek yang berbeda (different) sehingga
dapat memperkuat brand image perusahaan. Semua perusahaan ingin
membangun ekuitas merek yang kuat, karena adanya korelasi positif antara
ekuitasi merek yang kuat dengan keuntungan yang tinggi dan memberi laba
bersih masan depan bagi perusahaan.
Konsumen menilai sebuah produk sesuai dengan pemahaman dan
pengetahuan untuk bekal membeli produk. Perusahaan melakukan kegiatan
operasional agar merek (image) bisa diketahui oleh suatu konsumen. Persepsi
yang positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek (image) yang
menciptakan brand image yang baik.
Brand image akan menjadi prioritas utama yang dijadikan acuan bagi
konsumen sebelum melakukan pembelian. Karena itu perusahaan harus dapat
menciptakan suatu merek yang menarik dan menggambarkan manfaat produk
yang sesuai dengan keinginan konsumen agar membentuk respon positif
suatu merek (image) tersebut. Brand Image yang baik merupakan salah satu
aset bagi perusahaan, karena merek (image) akan memberikan dampak pada
setiap persepsi konsumen, di mana masyarakat akan mempunyai kesan positif
terhadap perusahaan.
Persepsi konsumen yang secara positif dapat berpengaruh terhadap
perusahaan atau produkproduk perusahaan, sehingga dapat memicu
pengetahuan konsumen untuk menilai dan memilih suatu produk/jasa sesuai
dengan asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen. Citra (brand) dari
sebuah perusahaan berawal dari perasaan pelanggan dan para pelaku bisnis
yang dirasakan oleh konsumen. Citra perusahaan yang positif cenderung akan
memicu pembeli atau konsumen untuk membeli produk tersebut.
Konsumen sebelum melakukan pembelian terlebih dahulu memperhatikan
pilihan produk atau jasa yang akan dibeli dan mencari informasi akan produk-
produk tersebut. Hasil informasi yang diperoleh oleh konsumen memberikan
presepsi yang ditentukan oleh suatu konsumen untuk memilih produk/jasa.
Beberapa hal yang diperhatikan konsumen meliputi kualitas produk, harga,
maupun merek. Konsumen dengan demikian konsumen dapat memutuskan
tentang produk mana yang akan dibeli.
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang
membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang
terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat
yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya
akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Perilaku
pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan mengaitkan atribut,
manfaat, dan obyek, sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon
efektifnya. Ketertarikan objek tertentu yang membuat seseorang merasa
senang dan mempunyai keinginan atau berhubungan dengan objek tersebut
sehingga timbul suatu rasa ingin memiliki. Selera masing-masing orang yang
menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat beli menunjukkan pada
kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek
tertentu. bersifat sukarela (voluntary), yaitu dilaksanakan karena pemilik
perusahaan memang bersedia berbuat baik dan tidak ada sanksi bagi pihak
yang tidak melaksanakannya. Berlandaskan kedermawanan (philanthropy)
disertai dengan sifat kemurahan hati (charity), perusahaan berkala
menyisihkan atau mengurangi laba yang diperoleh untuk digunakan kegiatan
sosial.
1. Bagi Peneliti
b. Sebagai implementasi atas teori yang telah didapat pada perkuliahan dan
2. Bagi Perusahaan
3. Bagi Akademik
Menurut Nor Hadi, (2011) pengertian CSR merupakan suatu satu bentuk
tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk
meningkatkan ekonomi, yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi
karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup
masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.
1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan Sosial (people),
Lingkungan (planet) dan Ekonomi (profit) 14 tambahan pendapatan yang
dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit
antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiseinsi
biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat
memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.
2. People (masyarakat pemangku kepentingan) menyadari bahwa masyarakat
merupakan stakeholder penting bagi perusahaan karena dukungan mereka
terutama masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan,
kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Sebagai bagian yang
tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada mereka. Perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi
memberikan dampak kepada masyarakat, karenanya perusahaan perlu
untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan
masyarakat.
3. Planet (lingkungan) adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan kita. Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat, di mana jika kita merawat lingkungan maka lingkungan pun akan
memberikan manfaat kepada kita sebaliknya jika kita merusaknya, maka
kita akan menerima akibatnya. Namun sayangnya, 15 sebagian besar dari
kita masih kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya keuntungan langsung didalamnya. Maka, kita melihat
banyak pelaku industri yang hanya mementingkan bagaimana
menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun
untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan,
mereka justru akan memperoleh keuntungan yang lebih terutama dari sisi
kesehatan, kenyamanan, disamping ketersedian sumber daya yang lebih
terjamin kelangsungannya.
1. Brand association
Merupakan tindakan konsumen untuk membuat asosiasi berdasarkan pengetahuan
mereka akan merek baik itu pengetahuan yang sifatnya faktual maupun yang
bersumber dari pengalaman dan emosi.
2. Brand value
Tindakan konsumen dalam memilih merek. Seringkali tindakan konsumen ini
lebih karena persepsi mereka pada karakteristik merek dikaitkan dengan nilai-nilai
yang mereka yakini.
3. Brand positioning
Merupakan persepsi konsumen akan kualitas merek yang nantinya persepsi ini
akan digunakan oleh konsumen dalam evaluasi alternatif merek yang akan dipilih
I.1 KERANGKA PEMIKIRAN
Perilaku Konsumen
Model Perilaku
Konsumen
Organisasi Respon
Memory Sikap
Pengetahuan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus karena penulis ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai CSR yang dilakukan oleh Perusahaan Telkom secara lebih mendalam sehingga
dapat ditarik kesimpulan dan saran. Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang
suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya [ CITATION Nas12 \l 1033 ]. Studi
Kasus dapat dilakukan terhadap individu, sekelompok individu, segolong manusia, lingkungan
hidup manusia atau lembaga sosial.
BAB IV
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, CSR perusahaan secara signifikan mempengaruhi citra
merekfungsional, citra merek emosional dan loyalitas merek pelanggan, serta citra merek
fungsional dancitra merek emosional berpengaruh kuat terhadap loyalitas merek pelanggan. Oleh
karena itu,perusahaan harus secara khusus fokuspada faktor-faktor tersebut dalam rangka
membangunhubungan jangka panjang dan saling menguntungkan dengan pelanggan serta
menciptakanloyalitas sebagai keunggulan kompetitif di pasar.
Implikasi Manajerial
Pertama, jika tujuan dari manajer hotel adalah untuk meningkatkan citra merek melalui inisiatif
CSR, mereka perlu mempertimbangkan bahwa strategi ini akan lebih efektif jika
merekamengembangkan kepribadian merek yang terkait dengan aspek emosional dan sosial,
seperti: etika,dukungan komunitas, perilaku lingkungan yang bertanggung jawab, dan perlakuan
yang adilkepada karyawan. Disamping itu juga penting untuk memperhitungkan aspek
fungsional sepertiharga dan kualitas layanan. Demikian pula, jika manajer ingin meningkatkan
loyalitas merek melaluicitramerek mereka perlu merancang strategi terkait dengan manfaat
fungsional layanan seperti:desain fasilitas, kebersihan ruangan, keamanan, lokasi, makanan dan
minuman.Kedua, perlu mendorong manajer perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan
basiskonsumenyang setia melalui inisiatif CSR untuk merancangnya melalui kebijakan dan
strategi yangmengkomunikasikan citra merek yang bertanggung jawab. Pengaruh tindakan ini
pada sikapkonsumen akan efektif hanya jika dilakukan secara kolektif dan berkelanjutan. Oleh
karena itu,setiap perusahaan perlu berkomunikasi secara efektif dalam orientasi sosial dan
lingkungan merekauntuk khalayak target mereka.Untuk melakukannya, manajer dapat
menggunakan saluran komunikasi yang berbedaseperti halaman web perusahaan ataumedia
massa untuk mempromosikan inisiatif mereka dalamsetiap dimensi CSR. Hal ini juga
memungkinkan untuk melibatkan konsumen dalam berbagai jeniskegiatan. Misalnya, pelanggan
dapat mengurangi penggunaan energi dan konsumsi air, mendaurulang berbagai bahan atau
menyumbangkan persentase dari tagihan mereka untuk kegiatan sosialyang didukung oleh hotel.
Akhirnya, penelitian ini menyarankan kepada manajer untukmenciptakan citra merek yang
positif karena komponen ini memiliki efek yang besar pada loyalitasmerek pelanggan.
Saran Penelitian Lanjutan
Penelitian ini berfokus pada industri hotel di Provinsi Aceh Indonesia, dan hanya
mengadopsimetode penelitian kuantitatif. Meskipun SEM tepat digunakan untuk model
hipotesis, penelitianselanjutnya dapat menggunakan desain yang berbeda untuk menguji
hubungan kausalitasberdasarkan oleh teori-teori yang ada, dengan melibatkan berbagai variabel
lain seperti bauranpemasaran (4P) dan kualitas hubungan, untuk mengeksplorasi faktor-faktor
lainnya yangberpengaruh terhadap loyalitas, dan perlu dilakukan di industri lain dan negara-
negara Asia lainnyaatau wilayah global yang berbeda