Anda di halaman 1dari 20

TUGAS IDK 3

FARMAKOLOGI DAN OBAT TERKAIT SISTEM PENCERNAAN

DI SUSUN OLEH :

BUDY SETYANTO IDAD

DIRMA SURYANTI SARA PUSPITA

FERA LARASATI SOETIJOWATI

FUAD AFDAL SORLIN TAMBILA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIK IMMANUEL BANDUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah tentang “ farmakologi dan obat sistem saluran pencernaan “. Pembuatan makalah ini
dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah farmakologi sehingga mahasiswa
mampu meningkatkan wawasan dan pengetahuan.

Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu dikembangkan lebih
lanjut lagi sebagaimana mestinya, namun untuk memenuhi tugas penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, saran dan kitik yang membangun
sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari makalah
ini. Semoga makalah ini mampu memberikan konstribusi positif dan bemakna dalam proses
pembelajaran.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................................1

Daftar isi ...............................................................................................................................2

BAB I ...................................................................................................................................3

Pendahuluan .........................................................................................................................3

Tujuan ...................................................................................................................................

Sistematika Penulisan ...........................................................................................................

BAB II ..................................................................................................................................

Tinjauan Teoritis ..................................................................................................................

BAB III .................................................................................................................................

Pembahasan ..........................................................................................................................

BAB IV.................................................................................................................................

Kesimpulan Dan Saran .........................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................................

2
BAB I

A. PENDAHULUAN
Sistem saluan cerna, lambung, dan usus dapat dipahami sebagai pintu gerbang masuk zat-
zat gizi dari makanan, vitamin, mineral dan cairan yang memasuki tubuh. Fungsinya adanya
sistem ini adalah mencerna makanan dengn cara menggilingnya dan kemudian mengubah
secara kimiawi ketiga komponen penting (protein, lemak, dan karbohidrat)menjadi unit-unit
yang siap diresorpsi tubuh. Proses pencernaan ini di dibantu oleh enzim-enzim pencernaan
yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan getah pankreas. Sedangkan produk-produk hasil
pencernaan yang bermanfaat bagi tubuh, beserta vitamin, mineral, dan cairan melintasi selaput
lendir (mukosa) usus untuk ke aliran darah dan getah bening (limfe). Pada proses pencernaan
makanan dalam tubuh terkadang mengalami gangguan yang disebabkan oleh kondisi sistem
pencernaan itu sendiri.
Gastrointestinal adalah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan.
Penyakit gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus),
lambung (gster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu
(traktus biliaris) dan pancreas.
Pentingnya sistem saluran pencernaan dan gangguan yang bis terjadi maka diperlukan
pembelajaran mengenai pengobatan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari obat sistem pencernaan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari obat sistempencernaan.
3. Untuk mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari obat sistem pencernaan.

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Format dasar dan umum dari makalah dengan sistematika pokok diantaranya meliputi:
1. Judul
Berisi topik pemhasasan “ Farmakologi dan Obat Terkait Sistem Pencernaan”
2. BAB I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sistemmatika penulisan

3
3. BAB II Kajian Teori
Berisikan tentang pengertian, penggolongan obat-obatan, Indikasi dan Kontra
indikasi obat, Efek samping obat, Interaksi obat, Cara pemberian dan penghitungan
dosis, Obat – obatan tradisional dan Toxikologi obat.

4. BAB III Pembahasan


Berisikan tentang masalah farmakologi dan obat yang terkait dengan sitem
pencernaan

5. BAB IV Penutup
Berisikan Kesimpulan Saran dan Daftar pustaka

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Farmakodinmika dan Farmakokinetik


1. Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan
mekanisme kerja obat. Respons obat dapat menyebabkan efek fisiologis primer atau
sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek yang diinginkan dan efek
sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan. Salah.
a. Mula Kerja Obat
Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai
mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC= minimum effective
concentration). Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi
dalam darah atau plasma. Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek
farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi
yang lain dapat memakan waktu beberapa hari atau jam.
b. Puncak Obat
Ada 4 kategori kerja obat, yaitu perangsangan atau penekanan, penggantian,
pencegahan atau membunuh organisme dan iritasi. Kerja obat yang merangsang
akan meningkatkan kecepatan aktivitas sel atau meningkatkan sekresi dari
kelenjar. Obat-obat yang menekan akan menurunkan aktivitas sel dan
mengurangi fungsi organ tertentu.
c. Lama Kerja Obat
Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau bulan. Lama kerja
tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu paruh merupakan pedoman yang
penting untuk menentukan interval dosis obat. Obat-obatan dengan waktu paruh
pendek diberikan beberapakali sehari; Jika sebuah obat dengan waktu paruh
panjang diberikan dua kali atau lebih dalam sehari, maka terjadi penimbunan obat
di dalam tubuh dan mungkin dapat menimbulkan toksisitas obat. Jika terjadi
gangguanhati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat. Dalam hal ini,
dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat menimbulkan
toksisitas obat.

5
2. Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat
proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi, metabolisme (atau
biotransformasi) dan ekskresi (atau eliminasi).
a. Absorbsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinal ke
dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsiaktif atau pinositosis.
Absorbsi pasif umumnya terjadi melalui difusi. Absorbsi aktif membutuhkan
karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Pinositosis
berarti membawa obat menembus membran dengan proses menelan. Kebanyakan
obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas.
Jika sebagiandari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dari usus
halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar protein,
seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-
enzim pencernaan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aliran
darah,rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat
syok,obat-obat vasokonstriktor, penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri,
stres, dan makanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa
pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung.
Latihan dapat mengurangi aliran darah dengan mengalihkan darah lebih banyak
mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi ke saluran gastrointestinal.
b. Distribusi
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan
jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan
penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein.Ketika
obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan dengan protein
(terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Salah satu
contoh obat yang berikatan tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium):
yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein dan
termasuk obat yang berikatan sedang dengan protein. Bagian obat yang berikatan
bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja
bebas. Hanya obat-obat yang bebas atau yang tidak berikatan dengan protein
yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons farmakologik. Perawat harus
memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma, karena penurunan protein

6
atau albumin menurunkan pengikatan sehingga memungkinkan lebih banyak
obat bebas dalam sirkulasi. Tergantung dari obat yang diberikan.
c. Metabolisme atau Biotransformasi
Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan obat
diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau ditransformasikan
oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air
untuk diekskresikan. Tetapi, beberapa obat ditransformasikan menjadi metabolit
aktif, menyebabkan peningkatan respons farmakologik. Penyakit-penyakit hati,
seperti sirosis. hepatitis, mempengaruhi metabolisme obat. Waktu paruh,
dilambangkan dengan t1/2 dari suatu obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh
separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi.Metabolisme dan eliminasi
mempengaruhi waktu paruh obat,
d. Ekskresi atau Eliminasi
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi
empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang
tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi
oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh
ginjal. Sekali obat dilepaskanikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas
dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi
obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8. Urin yang asam meningkatkan
eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin, suatu asam lemah,dieksresi
dengan cepat dalam urin yang basa. Jika seseorang meminum aspirin dalam dosis
berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi
basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH urin,
sehingga terbentuk urin yang asam.

B. Penggolongan Obat
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat menurut Permenkes
No. 917/1993 adalah :

1. Obat Bebas
7
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.

Sumber:http://2.bp.blogspot.com/-C57IqlIQ3k/UMkR3ZhguxI/AAAAAAAAA4s/-
2zm_ZLUHpo/s320/peringatan+obat+bebas+terbatas.jpg

8
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2
(dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Sumber:http://2.bp.blogspot.com/-C57IqlIQ3k/UMkR3ZhguxI/AAAAAAAAA4s/-
2zm_ZLUHpo/s320/peringatan+obat+bebas+terbatas.jpg

5. Obat Wajib Apotek.


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter
dengan syarat obat tersebut diserahkan oleh apoteker yang sedang melakukan
pekerjaan kefarmasian di apotek. Selain memproduksi obat generik, untuk
memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah
mengeluarkan kebijakan OWA. Adapun undang-undang yang mengatur tentang
obat wajib apotek, antara lain sebagai berikut:
a. Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria OWA
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/VII/1990 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 1, yang kemudian diperbarui dengan ;
c. Permenkes RI No. 925/MENKES/PER/X/1993 tentang Perubahan Golongan
OWA No. 1
d. Permenkes RI No. 924/Menkes/SK/VII/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 2

9
e. Permenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 3
6. Penggolongan Obat Tradisional
Obat tradisional dibagi 3: Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka.
Dulu pada awalnya Penggolongan hanya berdasarkan klasifikasi obat kimia, namun
setelah berkembangnya obat bahan alam, muncul istilah obat tradisional, awal
mulanya dibagi menjadi 2, yaitu obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka, seiring
perkembangan teknologi pembuatan obat bisa dalam berbagai bentuk, berasal dari
ekstrak dengan pengujian dan standar tertentu, maka dibagilah obat tradisional
menjadi 3, yaitu :
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman empiris secara
turun temurun, yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya dari generasi ke
generasi. bentuk obat umumnya disediakan dalam berbagai bentuk serbuk,
minuman, pil, cairan dari berbagai tanaman. Jamu umumnya terdiri dari 5-10
macam tumbuhan bahkan lebih, bentuk jamu tidak perlu pembuktian ilmiah
maupun klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja.
b. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji berkhasiat secara
pra-klinis (terhadap hewan percobaan), lolos uji toksisitas akut maupun kronis,
terdiri dari bahan yang
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-
klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman
melalui uji toksisitas, bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis,
bermutu, sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Sumber: https://www.husadautamahospital.com/images/artikel-98-01.jpg

10
BAB III
PEMBAHASAN

1. Penggolongan obat-obatan
Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerjapada sistem gastrointestinal. Ada
beberapa klasifikasi dari obat sistem pencernaan diantaranya antitukak,
11
antipasmodik, antasida, antiemetik, antikolinergik, hepatoprotektor, prokinetik,
antidiare,laksatif.
a. Antasida
Antisida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan
asam lambung yang menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung atau sakit
maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala. Antasida tergolong obat bebas,
mengandung magnesium, aluminium, atau kalsium, dan simitikom. Antisida
berasal dari basa yang lemah, yang jika bereaksi dengan asam lambung di GI
membentuk air dan garam, karena merupakan basa lemah maka jika berkaitan
dengan asam yng ada dilambung menyebabkan keasaman berkurang.
Pengobatan dengan obat antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat
penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami
kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan:
➢ Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah getahlambung dan
melawan kelang-kejang (contohnya ekstra belladonae).
➢ Obat penenang / sedatif , yaitu untuk menkan stress karena dapat memicu sekresi
asam lambung (contohnya klordiazepoksida).
➢ Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung, usus dan
mengurangi kejang-kejang (contohnya papaverin).
➢ Dimetikon, berfugsi memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah
diserap dengn demikian dapat dicegah masuk angin, kembung, dan sering buang
angin.
Berdasarkan mekanisme kerjanya,obat antisida dapat di golongkan menjadi dua
yaitu :
❖ Anti hiperaciditas
Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium yang bekerja secra
kimiawi dengan mengikat kelebihan HCI dalam lambung. Magnesium atau
aluminium tidak larut dalam air dan dapat bekerjalama di dlam lambung sehingga
tujuan pemberian antasida sebagian besar dapat tercapai. Sediaan yang
mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (besifat pencahar) sedangkan
sediaan yng mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi makabiasanya
kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan
Aldisebut hidrotalsit.
❖ Perintang reseptor H2
12
Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambungdan duodenumdengan
cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H 2.
Contoh Perintang reseptor H2adalah ranitidin dan simetidin sekarang dikenal
senyawa baru famotidin dan niztidin.

b. Regulator GIT, Antiinflamasi & Antiflatulen (Obat Kembung)

c. Digestiva
d. Antipasmodik
Antispasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan
otot polos. Obat yang termasuk dalam kelas ini adalah antimuskarinik dan relaksan
yang dipercaya bekerja langsung di otot halus usus. Sifat relaksan otot polos dari
senyawa antimuskarinik dan obat antispasmodik lain mungkin bermanfaat
untuk Irritable Bowel Syndrome (IBS) dan penyakit divertikular.
Meskipun antispasmodik dapat mengurangi spasme usus, tetapi penggunaannya
untuk dispepsia non-tukak, IBS, dan penyakit divertikular tidak bermanfaat.
Manfaat klinik antisekresi lambung obat antimuskarinik konvensional relatif kecil,
Sementara efek sampingnya mirip senyawa atropin. Selain itu, keberadaannya
telah digantikan oleh obat-obat antisekresi yang lebih kuat dan spesifik, yakni
antagonis reseptor-H2 histamin dan antimuskarinik selektif pirenzepin.
ANTIMUSKARINIK
Antimuskarinik yang digunakan untuk spasme otot polos saluran cerna meliputi
senyawa amin tersier atropin sulfat dan disikloverin hidroklorida (disiklomin
hidroklorida) dan senyawa amonium kuaterner propantelin bromida dan hiosin
butilbromida. Senyawa amonium kuaterner kurang larut dalam lipid
dibandingkan atropin, sehingga lebih sulit menembus sawar darah-otak. Selain itu
juga absorpsinya lebih kecil.
OBAT ANTISPASMODIK LAIN
Beberapa senyawa seperti alverin, mebeverin dan minyak pepermin dipercaya
merupakan relaksan yang bekerja langsung pada otot polos usus dan mungkin
dapat meringankan nyeri pada IBS dan penyakit divertikular. Senyawa-senyawa
tersebut tidak mempunyai efek samping serius, namun sebagaimana antispasmodik
lainnya penggunaan obat ini sebaiknya dihindari pada ileus paralitik.

13
e. Hepatoprotektor
f. Antidiare
Diare adalah keadaan buang air besar sering dan tinja berbentuk cair, hal ini
biasanya merupakan suatu keadaan patofisiologik dari saluran cerna dan
merupakan penyakit sendiri. Diare bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu
masalah. Gejala diare adalah buang air besar (BAB) berulang kali disertai
banyaknya cairanyang keluar kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau
berdarah.Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding
usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus. Rangsangannya
dapat ditimbulkan oleh infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri E. coli,
infeksi oleh kuman thypus dan kolera, infeksi oleh virus, akibat dari penyakit
cacing, keracunan makanan dan minuman dansebagainya. Antidiare adalah obat
yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, kuman,
virus, cacing, atau keracunan makanan. Obat antidiare, terdiri atas
1. Adsorben : Menyerap racun, misalnya kaolin, karbo adsorben, attapulgit.
2. Antimotilitas : Menekan peristaltik usus, loperamid hidroklorida, kodein fosfat,
morfin.
3. Adstringen : menciutkan selaput usus, misalnya tannin/ tanalbumin.
4. Pelindung : Mucilago, melindungi selaput lendir usus yang luka
Beberapa jenis obat diare dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

g. Laksatif
Laksativa adalah obat-obat yang dapat melunakkan tinja, mempercepat peristaltik
usus sehingga mempermudah defekasi. Obat pencahar digunakan untuk :

14
1. Mengatasi keadaan sembelit
2. Pasien penderita penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Pasien dengan resiko pendarahan rektal
4. membersihkan saluran cerna
5. pengeluaran parasit (cacing)
Obat laksativa dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Laksativa osmotik, memperbesar isi usus misalnya magnesium sulfat (garam
Inggris), gliserin.
2. Laksativa kontak, perangsang dinding usus (meningkatkan motilitas usus),
misalnya bisakodil, minyak kastor
3. Laksativapembentuk bulk, misalnya Psillium Hidrofilik musilloid(Metamucil).
4. Emolien, merupakan pelunak dan pelumas tinja. Beberapa contoh obat laksativa
dapat dilihat pada table

2. Indikasi dan Kontra indikasi obat


a. Indikasi adalah alasan yang sah untuk menggunakan tes, pengobatan, prosedur,
atau operasi tertentu. Peran utama dari bagian pelabelan Indikasi dan Penggunaan
adalah untuk memungkinkan praktisi perawatan kesehatan dengan mudah
mengidentifikasi terapi yang sesuai untuk pasien dengan mengkomunikasikan
15
dengan jelas indikasi yang disetujui obat. Bagian indikasi dan penggunaan
menyatakan penyakit atau kondisi, atau manifestasi atau gejala-gejalanya, untuk
mana obat tersebut disetujui, serta apakah obat tersebut diindikasikan untuk
perawatan, pencegahan, mitigasi, penyembuhan, pemulihan, atau diagnosis
penyakit itu atau kondisi.
b. Kontraindikasi adalah salah satu hal yang harus diperhatikan sebelum kita
meminum obat. Apalagi jika obat tersebut tanpa resep dokter. Kontraindikasi
menerangkan mengenai kondisi-kondisi yang tidak cocok atau berisiko untuk
mengonsumsi obat tersebut. Misalnya pada keterangan obat dijelaskan bahwa obat
tersebut kontraindikasi hipertensi, ini berarti obat tersebut tidak boleh dikonsumsi
atau tidak akan bekerja sebagaimana mestinya pada orang yang menderita
hipertensi, bahkan bisa berisiko terhadap kesehatan orang tersebut. Dalam hal
dampaknya terhadap kesehatan, ada dua jenis kontraindikasi yaitu :

➢ Kontraindikasi relatif
Suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko buruk bagi kesehatan jika
mengonsumsi obat tersebut. Meskipun demikian pada situasi tertentu ketika
tidak ada pilihan lain maka obat ini dapat dikonsumsi.
➢ Kontraindikasi absolut Jenis kontraindikasi yang harus benar-benar dipatuhi
karena jika tetap dilakukan akan berbahaya bagi kesehatan.

3. Efek samping obat


Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang
diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping, baik yang diingini maupun tidak.
Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang dipakai bergantian.Efek
samping atau efek sekunder dari suatu obat adalah hal yang tidak diinginkan. Efek
samping biasanya dapat diprediksikan dan mungkin berbahaya atau kemungkinan
berbahaya. Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara obat dengan sistem
biologis tubuh, antar individu bervariasi. Efek samping obat bisa terjadi antara lain :
a. Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara obat menjadi tumpang
tindih pengaruh obat terhadap organ yang sama
b. Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan terhadap organ tertentu . Reaksi
merugikan merupakan batas efek yang tidak diinginkan dari obat yang
mengakibatkan efek samping yang ringan sampai berat. Reaksi merugikan selalu
16
tidak diinginkan.Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui
pemantauan batas terapetik obat tersebut dalam plasma. Jika kadar obat melebihi
batas terapetik, maka efek toksik kemungkinan besar akan terjadi akibat dosis yang
berlebih atau penumpukan obat.

4. Interaksi obat
5. Cara pemberian dan penghitungan dosis
6. Obat – obatan tradisional
7. Toxikologi obat

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

17
Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pda sistem gastrointestinal
dan hepatobiliar. Sistem pencernaan berfungsi : menerima makanan, memecah
makanan menjadi zat-zat gizi (uatu proses yang disebut pencernaan), menyerap zat-
zat gizi ke dalam aliran darah, membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
dari tubuh. Jenis-jenis obat pencernaan dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Antitukak, Antipasmodik, Antisida, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor,
Prokinetik, Antidiare, Laksatif. Dari sekian obat yang disebutkan di atas, setiap obat
memiliki efek dan fungsi yang berbeda sesuai dengan golongan obat tersebut.

B. Saran
Setelah mempelajari mata kuliah farmakologi maka perawat dapat menyediakan
ataupun memberikan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat
mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaanobat.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/42559346/OBAT-SISTEM-PENCERNAAN

18
Ditulis oleh Nimas Mita Etika M Diperbarui 19/01/2021 Ditinjau secara medis oleh dr.

Andreas Wilson Setiawan

https://www.alodokter.com/memahami-sistem-pencernaan-manusia

https://p2k.unkris.ac.id/en3/3065-2962/Sistem-Pencernaan_51767_unkris_p2k-

unkris.html

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/informatika/article/download/27132/26730

19

Anda mungkin juga menyukai