Anda di halaman 1dari 15

RESUME KEPERAWATAN KRITIS

“ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DIABETES


MELITUS”

Dosen Pembimbing :

Leo Yosdimyati Romli, S Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh : Kelompok

1. Ajeng Rahayu (173210002)


2. Nisa Nurul Pratiwi (173210025)
3. Riska Agustin (173210035)
4. Fitri Hidayatul Azizah (173210051)
5. Rika Widyaningrum (173210066)
6. Yuliatin (173210085)
7. Tedi Sutisna (010518027)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
PADA TAHUN 2020
DEFINISI

Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolut maupun relatif (RISKESDAS, 2013).

ETIOLOGI

Menurut Bruner dan Suddarth (2013), diabetes mellitus dibagi menjadi 2, yaitu diabetes mellitus
primer dan diabetes mellitus sekunder.

1. Diabetes Mellitus primer disebablan oleh faktor herediter, obesitas, kelainan pancreas dan
pertambahan usia.

2. Diabetes Mellitus sekunder di sebabkan oleh kelainan hormonal, karena obat, kelainan
insulin dan sindrom genetik

PATOFISIOLOGI

diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya
kerusakan pada sel-sel β pulau Langerhans dalam kelenjar pankreas, sehingga hormoninsulin
disekresikan dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak sama sekali. Diabetes mellitus juga dapat
disebabkan oleh terjadinya penurunan sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel.

MANIFESTASI KLINIS

1. Pengeluaran urin (Poliuria)


2. Timbul rasa haus (Polidipsia)
3. Timbul rasa lapar (Polifagia)
4. Peyusutan berat badan

KLASIFIKASI

1. Diabetes tipe 1
2. Diabetes tipe 2
3. Diabetes gestational
4. Tipe diabetes lainnya

KOMPLIKASI

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan berbagai macam
komplikasi, antara lain :

1. Komplikasi metabolik akut

2. Komplikasi metabolik kronik

PENATALAKSANAAN

1. DIET
2. TERAPI
3. LATIHAN

PENDIDIKAN KES
RESUME PERTANYAAN

1. bagaimana caranya pasien diabetes melitus bisa mengetahui bahwa penyakitnya bisa terkontrol
dengan baik atau tidak? Misalnya jenis obat apa saja yang dapat diberikan? Penderita diabetes
dianjurkan untuk melakukan tes gula darah secara berkala dan memeriksakan diri ke dokter
secara rutin agar dokter dapat memantau apakah kadar gula darahnya terkontrol dengan baik
melalui pengobatan yang diberikan. misalnya bisa diberikan suifonilurea, Glinid (Meglitinid),
biguanid, dan Tiazolidindion (Glitazon).
2. apa saja kriteria sehingga pasien DM ini masuk ke ruang intensif? Jadi indikasi psien DM
masuk kategori krisis itu jika pasien DM tersebut sudah mengalami komplikasi Seperti
Komplikasi metabolik akut yg berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah seperti:
1.hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah)
2. Ketoasidosis diabetik (KAD) yg disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam darah
sedangkan insulin dalam tubuh sangat menurun swhingga mengakibatkan kekacauan
metabolik yg ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosisdan ketosis
3. Syndrome HHNK(hiperglikemia hiperosmolernonketolik) berat dengan kadar glukosa
serum lebih dari 600mg/dl Selain itu komplikasi metabolik kronik yang dapat berupa
kerusakan pembuluh darah kecil mikrovaskuler yang menyebabkan kerusakan retina
mata(retinopati), kerusakan ginjal (nefropati diabetik) yang merupakan penyebab utama
terjadinya gagal ginjal terminal, kerusakan syaraf (neuropatik diabetik) serta komplikasi
pembuluh darah besar yang menyebabkan PJK, penyakit, cerebrovaskuler, dan penyakit
ateroskerosis.
3. pa sebenarnya faktor resiko terpenting yg dapat mengakibatkan dm, apakah karena terlalu
berlebihan mengkonsumsi gula? Diabetes sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diabetes tipe 1 dan 2
Faktor Risiko Diabetes Tipe 1 Diabetes tipe 1 ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh
penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal
inilah yang mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada
organ-organ tubuh. Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki
faktor risiko seperti berikut ini: -Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1. -
Menderita infeksi virus. - Orang berkulit terang diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe
1 dibandingkan ras lain. - Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun,
walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun. Faktor Risiko Diabetes Tipe 2
Sedangkan pada diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes
jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga
insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik. Pada kasus diabetes tipe 2,
seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor risiko seperti: -
Kelebihan berat badan. - Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2. - Kurang aktif.
Pasalnya aktivitas fisik ini membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai
energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Jadi, kalau kurang aktif
bergerak, seseorang bisa lebih mudah terkena diabetes tipe 2 ini. - Bertambahnya usia. -
Menderita tekanan darah tinggi. - Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal.
Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL yang rendah dan kadar trigliserida
yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2. Apakah terlalu banyak mengkonsumsi
gula juga bisa menyebabkan diabetes, bisa karena terlalu banyak mengkonsumsi gula juga
bisa meningkatkan lemak visceral yang dapat memicu berbagai penyakit seperti diabetes
4. mengapa orang yang menderita diabetes selalu disarankan untuk menjaga kaki mereka tetap
bersih dan terbebas dari luka? Kerusakan sistem imun. Akibatnya, luka yang timbul jadi sulit
sembuh. Ketika kulit terbuka, tentu jaringan di dalamnya akan berkontak dengan segala
macam kuman dari lingkungan. Luka yang awalnga kecil bisa menimbulkan infeksi. Infeksi
ini, karena sulit sembuh, menyebabkan kematian sel dan kemudian jaringan (gangren). Kalau
dibiarkan, infeksi bisa masuk sampai ke tulang. Bila itu terjadi, harus dilakukan amputasi.
JADI.....Orang yang memiliki diabetes harus memberikan perlindungan ekstra pada bagian
kakinya untuk menghindari dua penyakit yang kerap menyerang kaki sebagai bentuk dari
komplikasi diabetes
5. dm menyebabkan komplikasi metabolik akut dan kronik. Tolong jelaskan yang dimaksud dengan
kedua komplikasi tersebut itu bagaimana?
1. komplikasi metabolik akut pada penyakit DM terdapat 3 macam yang berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya :
a. hipoglikemia
b. katoasidosis diabetik
c. sindrom HHNK
2. komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson (2012) dapat berupa
kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah
besar (makrovaskuler) diantaranya:
1). komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu:
a. kerusakan retina mata (Retinopati)
b. kerusakan ginjal (Nefropati Diabetik)
c. Kerusakan syaraf (Neuropati Diabetik)
2). komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) yaitu:
a. penyakit jantung koroner
b. penyakit serebrovaskuler
c. penyakit ateroskerosis
6. Apakah seseorang masih bisa di diagonosis DM apabila tidak memiliki salah satu atau beberapa
tanda dan gejala DM seperti yang sudah terterah dalam makalah/PPT tersebut.? Tanda dan
gejala bukanlah menjadi prioritas dalam mendiagnosa pasien. Harus dilakukan pemeriksaan
yang lengkap seperti pemeriksaan fisik dan penunjang yang bisa menegakkan diagnosa. Jadi
jika ada orang yang tidak memiliki tanda dan gejala penyakit DM berarti orang tersebut tidak
menderita DM, mungkin hanya akan menjadi orang yang beresiko, misalnya ada orang yang
tidak memiliki tanda gejala tersebut tetapi orang tersebut memiliki keturunan dari orang
tuanya penderita DM, atau orang tersebut obesitas yang tidak menjaga pola makan dan suka
makanan manis manis serta tidak menerapkan pola hidup sehat maka orang tersebut beresiko
akan terkena DM di kemudian hari.
7. Saat ada pasien DM mengalami peningkatan Poliuria dan polidipsia akibat apa yang
kemungkinan akan terjadi? Jadi poliuri adalah kondisi dimana pasien DM memiliki kadar gula
diatas normal hingga tubuh mengeluarkan gula dalam darah melalui ginjal, hingga ginjal
menyaring lebih banyak air sehingga meningkatkan kebutuhan buang air kecil, nah karna
kebutuhan buang air kecil ini meningkat maka menimbulkan rasa yang berlebihan atau yang
di sebut dengan polidipsia, jika hal ini berlangsung terus menerus bisa merusak metabolisme
tubuh karna keseimbangan cairan dalam tubuh mengalami gangguan, Itu saja yang dapat saya
sampaikan, bilaada salahnya bisa di koreksi teman teman saya yang lain
8. Penyakit DM biasanya berkomplikasi dengan penyakit apa saja? Dan mengapa bisa terjadi pada
penyakit-penyakit tersebut? Komplikasi diabetes melitus terbagi dalam dua kategori, yakni
komplikasi jangka pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis). Hipoglikemia dan
ketoasidosis adalah bentuk komplikasi akut, sedangkan komplikasi yang bersifat kronis terjadi
ketika diabetes melitus sudah memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal, kulit, saluran
pencernaan, dan saraf. Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa
menyerang seluruh organ tubuh. Oleh sebab itu, penderita diabetes harus selalu rutin
memantau dan menjaga kadar gula darahnya agar tetap normal. Komplikasi Diabetes Melitus
Akut Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh dua hal, yakni peningkatan dan
penurunan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera,
karena jika terlambat ditangani akan menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga
kematian. Komplikasi diabetes militus akut terbagi ke dalam tiga macam, yakni:
• Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kondisi di mana terjadinya penurunan kadar gula darah
yang drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat
penurun gula darah, atau terlambat makan. Gejalanya meliputi penglihatan kabur, detak
jantung cepat, sakit kepala, gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang
terlalu rendah bisa menyebabkan pingsan, kejang, bahkan koma.
• Ketosiadosis diabetik (KAD) Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat
peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus yang
terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar,
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energi. Kondisi
ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di dalam darah, sehingga
menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian, jika tidak segera mendapat
penanganan medis.
• Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS) Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan
medis pada penyakit kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi
akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS
ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas, dan gangguan kesadaran hingga koma. Selain
itu, diabetes yang tidak terkontrol juga dapat menimbulkan komplikasi serius lain, yaitu
sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik. Komplikasi akut diabetes adalah kondisi
medis serius yang perlu mendapat penanganan dan pemantauan dokter di rumah sakit.
Komplikasi Diabetes Melitus Kronis Komplikasi jangka panjang diabetes biasanya
berkembang secara bertahap dan terjadi ketika diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya
kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko
komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ tubuh. Beberapa komplikasi jangka
panjang pada penyakit diabetes melitus yaitu:
• Gangguan pada mata (retinopati diabetik) Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina.
Kondisi ini disebut retinopati diabetik, yang berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh
darah di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan,
seperti katarak dan glaukoma. Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat
mencegah atau menunda kebutaan. Penderita diabetes dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan mata secara teratur.
• Kerusakan ginjal (nefropati diabetik) Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan
gangguan pada ginjal, disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal,
bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal,
penderita harus melakukan cuci darah rutin ataupun transplantasi ginjal. Diabetes dikatakan
sebagai silent killer, karena kerap kali tidak menimbulkan gejala khas pada tahap awal.
Namun pada tahap lanjut, penderita diabetes akan mengalami gejala seperti anemia, mudah
lelah, pembengkakan pada kaki, dan gangguan elektrolit. Diagnosis sejak dini, mengontrol
glukosa darah dan tekanan darah, pemberian obat-obatan pada tahap awal kerusakan ginjal,
dan membatasi asupan protein adalah cara yang bisa dilakukan untuk menghambat
perkembangan diabetes yang mengarah ke gagal ginjal.
• Kerusakan saraf (neuropati diabetik) Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak
pembuluh darah dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati
diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya
gula darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf akan
menyebabkan gangguan sensorik, yang gejalanya berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri.
Kerusakan saraf juga dapat memengaruhi saluran pencernaan dan menyebabkan gastroparesis.
Gejalanya berupa mual, muntah, dan merasa cepat kenyang saat makan. Pada pria, komplikasi
diabetes melitus dapat menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi. Komplikasi jenis ini bisa
dicegah dan ditunda hanya jika diabetes terdeteksi sejak dini, sehingga kadar gula darah bisa
dikendalikan dengan menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat, serta mengonsumsi
obat sesuai anjuran dokter.
• Masalah kaki dan kulit Komplikasi diabetes melitus yang juga umum terjadi adalah masalah
pada kulit dan luka pada kaki yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah dan saraf,
serta aliran darah ke kaki yang sangat terbatas. Gula darah yang tinggi mempermudah bakteri
dan jamur untuk berkembang biak. Terlebih adanya penurunan kemampuan tubuh untuk
menyembuhkan diri, sebagai akibat dari diabetes. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki
penderita diabetes berisiko untuk mudah luka dan terinfeksi sehingga menimbulkan gangren
dan ulkus diabetikum. Penanganan luka pada kaki penderita diabetes adalah dengan
pemberian antibiotik, perawatan luka yang baik, hingga kemungkinan amputasi bila kerusakan
jaringan sudah parah.
• Penyakit kardiovaskular Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah di
seluruh tubuh termasuk pada jantung. Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung
dan pembuluh darah meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan
arteri (aterosklerosis). Mengontrol kadar gula darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah
dan menunda komplikasi pada penyakit kardiovaskular. Komplikasi diabetes melitus lainnya
bisa berupa gangguan pendengaran, penyakit Alzheimer, depresi, dan masalah pada gigi dan
mulut. Penanganan Komplikasi Diabetes Melitus Prinsip utama penanganan komplikasi
diabetes melitus adalah dengan mengendalikan kadar gula darah agar tidak merusak organ-
organ tubuh. Penanganan yang diberikan mencakup pengobatan secara medis, pengaturan
gizi, dan penerapan pola hidup sehat untuk diabetes. Semakin baik Anda mengelola kadar
gula darah, tekanan darah, dan kadar lemak darah, semakin rendah risiko terjadinya
komplikasi diabetes melitus. Anda dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter
agar penyakit diabetes terkelola dengan baik. Pola makan yang tepat, menerapkan pola hidup
sehat dengan cara rajin berolahraga, menjaga berat badan, tidak merokok dan menghindari
asap rokok, serta menghindari peningkatan tekanan darah dan kolesterol, akan mendukung
Anda untuk tetap sehat dan menurunkan risiko komplikasi diabetes melitus. Jangan lupa untuk
selalu proaktif. Jika mengalami salah satu gejala atau diketahui memiliki faktor risiko seperti
yang telah dijelaskan di atas, segera konsultasikan ke dokter. Jangan mengabaikan tanda dan
gejala yang timbul, karena dapat mempersulit proses pengobatan dan pemulihan komplikasi
diabetes melitus.
9. Dari klasifikasi penyakit DM yang ada di makalah, penyakit DM manakah yang lebih mudah di
kontrol atau di kendalikan? menurut saya semua penyakit DM bisa terkontrol, tergantung dari
penderitanya , untuk pasien DM hal yg harus terkontrol yaitu, diet atau manajemen nutrisi,
latihan atau exercise, pemantauan atau monitoring terhadap glukosa dan keton, terapi
farmakologis dan pendidikan atau edukasi. Masing-masing tipe diabetes melitus memiliki
gejala dan komplikasi yang berbahaya. Terlebih, tubuh setiap orang berbeda-beda sehingga
respons terhadap pengobatan pun bisa berbeda. Kembali lagi ke px bagaimana px dapat
mengendalikan kadar gula darah serta bagaimana menjalani gaya hidup. Sebab, gaya hidup
pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan pengobatan diabetes. Bila setelah terdiagnosis
Anda tidak menjaga pola makan, jarang berolahraga, kurang tidur, tetap merokok, dan tidak
rutin cek gula darah, Anda lebih berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi diabetes
10. apa pengertian komplikasi metabolik akut? Jadi komplikasi Metabolik Akut adalah komplikasi
yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah seperti;
1. Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah)
2. Ketoasidosis Diabetik (KAD) yang disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam
darah sedangkan insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis
3. Syndrome HHNK (Hiperglikemia Hiperosmolernonketotik) berat dengan kadar
glukosa serum lebih dari 600mg/dl.
11. Kemarin waktu drop keluar keringat dingin, sesak nafas disertai dengan kejang namun tidak
terus menerus ada jeda 3-5 menit lalu kejang lagi jika diajak bicara tidak sesuai dengan topiknya
dan ngelantur tidak mampu mengingat apa-apa namun masih sadar dan keluarga bilang beliau
juga sudah dibilangi untuk menjaga pola makan. Yang ingin saya tanyakan bagaimana
pertolongan pertama untuk pasien tersebut sebelum dibawa ke RS terdekat ? Dan bagaimana
peran perawat untuk mengedukasi pasien" DM supaya mau dan mampu menjaga pola makan dan
mulai hidup sehat ? Jadi untuk penanganan pertama pada pasien tersebut yaitu Saat pasien
mengalami kejang, kita harus memastikan saluran nafasnya tidak ada sumbatan karna
biasanya pasien kejang akan mengalami jatuh pangkal lidah kebelakang yg menutupi saluran
pernafasan, sehinggakita harus memiringkan pasien agar lidah tak jatuh ke belakang, dan
memastikan pasien tidak mengalami sumbatan jalan nafas juga kita harus menjauhkan benda2
bahaya yg berada di sekitar pasien, baru jika sudah sadar kejangnya kita bisa bawa ke RS
untuk penanganan lebih lanjut Dan untuk peran perawat agar para penderita DM mampu
menjaga pola makan dan mulai hidup sehat adalah dengan memberikan edukasi berulang, dan
menggunakan teknik komunikasi yang baik, maksudnya kita jangan pernah lelah mengedukasi
pentingnya menjaga pola makan bagi pasien DM menggunakan kalimat2 yang sopan, serta
memberi penjelasan apa saja dampak serta sebab akibat yang terjadi jika penderita DM tidak
mematuhi pola makan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti para pasien agar pasien
sedikit demi sedikit bisa menjaga pola makan dan memulai hidup lebih sehat.
12. Kenapa pada penderita DM jika ada luka susah sembuh dan mungkin dapat menyebar dan jika
sudah parah bisa di amputasi. Bagaimana upaya penyembuhan untuk penyakit DM tersebut jika
sudah ada luka karena biasanya penderita DM itu penyebaran lukanya sangat cepat? Jadi Ada
beberapa faktor yang dapat membuat luka pada pengidap diabetes susah sembuh, terutama di
tangan dan kaki. Komplikasi diabetes ini biasanya diawali dengan kadar gula darah tinggi
yang tidak terkendali. Lalu, ketika gula darah dibiarkan terus tinggi, saraf-saraf di tubuh dan
pembuluh darah arteri akan perlahan rusak. Kondisi ini disebut dengan istilah neuropati
diabetik. Kerusakan saraf tersebut membuat pengidap diabetes cenderung tidak sadar ketika
tangan atau kaki terluka karena tidak merasakan sakit, nyeri, atau perih (mati rasa/baal). Hal
ini terjadi karena saraf-saraf tak lagi mampu mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Sementara
itu, kadar gula darah tinggi juga dapat membuat pembuluh darah arteri berangsur mengeras
dan menyempit. Akibatnya, aliran darah dari jantung menuju seluruh bagian tubuh terhambat.
Penyempitan arteri kemudian juga akan menghambat suplai darah ke bagian tubuh yang
terluka. Padahal, bagian tubuh yang terluka sangat memerlukan oksigen dan nutrisi yang
terkandung dalam darah agar bisa cepat sembuh. Hal ini membuat jaringan yang mengalami
trauma pun kesulitan menutup untuk memperbaiki kerusakannya dengan cepat. Luka pada
akhirnya akan tetap terbuka dan basah, sehingga luka pengidap diabetes malah tak kunjung
sembuh atau bertambah besar dan parah. Sebab, luka terbuka sangat berisiko untuk terinfeksi
dan mengalami kematian jaringan (gangrene). Pada kebanyakan kasus, pengidap diabetes
umumnya baru tersadar ketika luka sudah memburuk dan mengalami infeksi. Itulah sebabnya
setiap pengidap diabetes tidak boleh mengabaikan luka yang kecil sekalipun. Selain karena
beberapa faktor tadi, luka pada tubuh pengidap diabetes juga susah sembuh karena daya tahan
mereka cenderung melemah. Melemahnya daya tahan tubuh pengidap diabetes dapat
meningkatkan risiko infeksi pada luka yang berlarut-larut. Sebab, menurut seorang dokter
penyakit dalam asal Amerika Serikat, dr. Asquel Getaneh, tingginya kadar gula darah
membuat sel-sel yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh (imun) melemah. Ketika
sudah luka, sel-sel imun pun tidak bisa memperbaiki kerusakannya dengan cepat. Dan untuk
upaya penyembuhannya bisa seperti:
1. Pembersihan luka secara berkala
2. Kurangi tekanan pada luka
3. Kontrol kadar gula darah
4. Perhatikan tanda2 infeksi
5. Penuhi asupan makanan
Dan untuk pencegahan nya bisa berupa:
1. Hati hati saat memotong kuku
2. Gunakan alas kaki yang nyaman
3. Rutin memeriksa keadaan kaki setiap hari
4. Jangan merokok
5. Rutin oeriksa ke dokter .
13. pengkajian menggunakan management ABCD pada pasien Diabetes Melitus? Airway
Perkenalkan dirimu dan jelaskan pemeriksaan apa yang akan kamu lakukan. Response verbal
yang baik dari pasien menunjukkan airway bebas. Jika pasien kesulitan memberikan respons
verbal, lalukan pemeriksaan atau upaya membuka airway (head tilt, chin lift). Jika airway
tidak ada gangguan namun pasien masuk mengalami kesulitan memberikan response verbal,
maka evaluasi breathing. Breathing Hitung frekuensi napas dan saturasi oksigen (bila
memungkinkan) Lakukan auskultasi dada dan lakukan perkusi jika diperlukan Berikan
oksigen dosis tinggi jika pasien mengalami peningkatan frekuensi napas, memiliki saturasi
yang rendah, atau tampak sakit Pertimbangkan untuk mengusulkan foto thoraks (CXR) atau
analisis gas darah Circulation Periksa denyut nadi, tekanan darah, dan capillary refill tme
(CRT). Pasang EKG jika perlu dan pulse oximetry untuk monitoring Pasang 1-2 kanul cairan
intravena jika terdapat tanda-tanda syok (takikardi, hipotensi, pemanjangan CRT) dan berikan
cairan IV bolus. Pertimbangkan untuk mengusulkan beberapa pemeriksaan di bawah ini Urea
(BUN), serum kreatinin Serum elektrolit Darah lengkap Tes fungsi hati Amilase Serum keton
Laktat dan kultur darah jika pasien demam. Disability Lakukan penilaian AVPU / GCS.
periksa pupil isokor dan memberikan respon terhadap penyinaran
14. apa yang terjadi pada pasien DM apabila mengalami hiperglikemi dan bagaimana cara
penanganan pasien DM yang mengalami hiperglikemi? Jika hiperglikemi terjadi pada jangka
panjang ,hiperglikemi dibiarkan meski tidak parah dapat menyebabkan komplikasi yang
merusak ginjal ,saraf dan jantung Cara penangannya - menjaga pola makan tetap sehat -
cukupi kebutuhan cairan tubuh - pastikan minum obat penurunan gula darah dan menyuntik
insulin - mengecek kadar gula darah secara rutin - mengurangi strees - tidur yang cukup
15. penderita DM diperbolehkan apa tidak misalkan minum kopi hitam sebelum tes darah glukosa
puasa? Jika boleh bagaimana alasanya, jika tidak kenapa? es GDP biasa dilakukan pertama kali
untuk memeriksa apakah Anda mengalami pradiabetes atau diabetes. Seperti namanya,
pemeriksaan GDP mewajibkan Anda untuk puasa selama 8 jam sebelum tes. Karena cek gula
darah puasa dilakukan pagi hari, maka pasien diminta tidak makan dan minum pada malam
hari.
16. Apakah penelataksanaan px Dm gestasional bisa memperngaruhi tumbuh kembang janin?
Tentang penatalaksanaan DM Gestasional.. Ya seperti yang sudah kita ketahui bahwa
penatalaksanaan ada yang menggunakan Farmakologi ada juga yang menggunakan Non
Farmakologi.. Saya akan memberikan beberapa contoh dan penjelasan dari kedua
penatalaksanaan tersebut.. Penatalaksanaan Non Farmakologi :
A. Kontrol kadar gula darah (International Workshop-Conference on Gestational Diabetes
Mellitus merekomendasikan kadar gula darah puasa <95 mg/dL, 1 jam postprandial
<140 mg/dL, dan 2 jam post prandial <120 mg/dL.) dikarenakan kontrol gula darah
harus rutin dilakukan, baik gula darah puasa maupun glukosa darah post prandial
B. Aktivitas fisik dan kontrol berat badan (Setiap ibu hamil dengan diabetes gestasional
direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dalam sehari atau
150 menit dalam seminggu. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah berenang,
aerobic low impact, berjalan, dan sepeda statis. Ibu hamil juga perlu mengontrol berat
badan selama masa kehamilan. Pada ibu yang memiliki riwayat obesitas sebaiknya
pertambahan berat badan tidak melebih 11,5 kg. Pada ibu hamil yang memiliki berat
badan ideal sebaiknya pertambahan berat badan dijaga berkisar 0,5-2,5 kg pada
trimester pertama dan 500 gram per minggu pada trimester selanjutnya.)
C. Terapi diet (Pasien diabetes gestasional sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi
khusus karena kebutuhan kalori perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing
individu. Secara umum, kebutuhan kalori pada wanita dengan diabetes gestasional
adalah 35-40 kcal/kg jika underweight, 30-34 kcal/kg pada berat badan yang ideal, dan
23-25 kcal/kg jika overweight. Komposisi nutrisi tidak berbeda dengan ibu hamil yang
tidak mengalami diabetes.
Rekomendasi intake protein adalah sebesar 1-1,5 gram/kg. Jenis karbohidrat sederhana dan
gula sebaiknya dikurangi dan digantikan dengan sumber karbohidrat yang lebih sehat, seperti
sayur-sayuran, buah, dan gandum utuh. Makanan tinggi lemak dan produk olahan sebaiknya
dihindari.)
Terapi Farmakologi :
A. Insulin (Sampai saat ini insulin masih menjadi drug of choice untuk diabetes
gestasional. Insulin tidak melewati plasenta sehingga aman diberikan selama
kehamilan. Pada wanita yang hiperglikemia puasa dan postprandial terjadi pada setiap
kali waktu makan, dosis insulin yang direkomendasikan adalah 0,7-1,0 unit/kgBB per
hari. Dosis ini sebaiknya dibagi menjadi beberapa regimen menggunakan insulin kerja
panjang atau menengah yang dikombinasikan dengan insulin kerja cepat. Namun,
apabila hiperglikemia terjadi pada saat tertentu saja, maka regimen insulin sebaiknya
difokuskan pada saat spesifik tersebut. Misalnya, jika seorang pasien hanya memiliki
kadar glukosa darah puasa yang tinggi, maka insulin kerja menengah sebaiknya
diberikan saat malam hari. Atau pada pasien dengan hiperglikemia postprandial saat
sarapan, maka mungkin saja hanya memerlukan insulin kerja pendek saat sarapan
B. terapi obat hipoglikemik oral (Obat pilihan yang dapat diberikan adalah metformin dan
glibenclamide. Meskipun demikian, FDA belum menyatakan metformin dan
glibenclamide dapat menjadi salah satu terapi alternatif obat dalam penatalaksanaan
diabetes gestasional. Kedua obat tersebut berada dalam kategori B dalam kehamilan.
Metformin dan glibenclamide dapat melewati barrier plasenta, namun belum ada bukti
adanya defek lahir atau komplikasi pada neonatus akibat penggunaan metformin
ataupun glibenclamide)
C. Aspirin (Beberapa studi terbaru merekomendasikan pemberian aspirin dosis rendah 50-
150 mg/hari (biasanya 80 mg/hari) pada akhir trimester pertama kehamilan sampai
dengan kelahiran bayi untuk menurunkan risiko preeklampsia pada ibu hamil dengan
diabetes gestasional)

Anda mungkin juga menyukai