Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

 
 

Dosen Pembimbing

Disusun Oleh
Amin rahayu ( 18008 )
Kelas :
Akper 3A

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA


JL. YOS SUDARSO KOMPLEK MARINIR CILANDAK JAKARTA SELATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
1. Definisi
Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 –
13tahun (70% - 80% ), pada usia 30 - 40tahun ( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada
anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010). Thipoid adalah penyakit
infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonellaThypi. Organisme ini masuk
melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang
yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ).

2. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid adalah Salmonella
typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae.
Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap
berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah,
bahan makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C
dalam 1 jam atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik)
adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H
(flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin
dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.

3. Patofisiologis
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ
lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh
terutama limpa, usus, dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi
plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan
sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu
hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada
usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006,).

4. Manifestasiklinis
Demam typoid yang tidak diobati sering kali merupakan penyakit berat yang
berlangsung lama dan terjadi selama 4 minggu atau lebih:
 Minggu pertama: demam yang semakin meningkat, nyeri kepala, malaise,
konstipasi, batuk non produktif, brakikardi relative.
 Minggu kedua: demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen,
 ‘rose spot’ (dalam 30%) splenomegali (pada 75%).
 Minggu ketiga: demam terus menerus, delirium, mengantuk, distensi
abdomen massif, diare ‘pea soup’
 . Minggu keempat: perbaikan bertahap pada semua gejala.

 Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10-


14hari
 Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
 Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak
tertangani akan menyebabkan syok, stupor, dan koma
 Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
 Nyeri kepala, nyeriperut
Menurut Ngastiyah (2005,) demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan daripada
orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran klinik
yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005)
adalah:
 Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua,
pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
 Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecahpecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
 Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping
gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi
dan epitaksis pada anak dewasa
 Pusing, bradikardi, nyeriotot.
 Batuk
 Diare atau mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa
kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
Bakteri jahat dalam usus dapat menyebabkan reaksi peradangan pada dinding
saluran cerna. Bakteri C. difficile misalnya, dapat mengeluarkan racun yang
memicu peradangan usus. Keadaan ini ditandai dengan datangnya berbagai sel
darah putih pada daerah usus, yang nantinya menyebabkan pelebaran pembuluh
darah usus.

Peradangan kemudian menyebabkan sel-sel pada permukaan usus rusak atau mati,
sehingga akan terjadi gangguan penyerapan cairan di usus dan akhirnya terjadilah
diare.

5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006) pemeriksaan penunjang demam
tifoid adalah:
 Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
 Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
 Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betulbetul sembu
 Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk
menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan
imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

6. Komplikasi
 Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka
terjadi melena yang dapat disertai nyeriperut dengan tanda-tanda
renjatan.
 Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan
terjadi pada bagian distal ileum.
 Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan
 Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat
sepsis, yaitu meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)

7. Penatalaksanaan
 Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
 Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan di ruangan
 Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien
menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran
dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak
 Pemberian antibiotik
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri

Konsep dasar anak


1) . Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang
berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah
dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Hidayat,2008)
2) Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan menjadi
kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan
kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau
rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama
kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu
dengan anak merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental
(Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama,
kepribadian dan sebagainya.
3) Tingkat perkembangan anak
Menurut Hidayat (2008), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :
 Usia bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi
lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat
lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa
yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara
lemah lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan
bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama
terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi
dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena
bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan
ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibuny
 Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu
tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan
diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke
tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya.
Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa,
anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak
belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek
transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak
malumalu..
 Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,
apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini
harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan
contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia
sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan
anak sudah mampu berpikir secara konkret.
 Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker
dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju
orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar
memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau
stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau
orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri
dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi.
Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.
 Tugas Perkembangan Anak
Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) dalam
Hidayat (2008) adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai
individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas perkembangan bayi
0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat, kestabilan
jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat
kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru,
mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai
16
kenyataan social dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional,
belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati
juga proses sosialisasi. Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah
belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap
yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman
sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin,
mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental,
mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai,
mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan
lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah
menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai
perempuan dan laki-laki, menyadari hubunganhubungan baru dengan
teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat
refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-
nilai hidup.

Asuhan keprawatan
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang
bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa
inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
17
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu
pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak
besar.
e. Pemeriksaan fisik
1) Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya bewarna kemerahan,
dan jarang disertai tremor.
2) Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa
terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal
4) Hati dan Limfe
Membesar disertai nyeri pada perabaan
f. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,


limfositosis, relatif pada permukaan sakit
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering
ditemukan dalam feces dan urine

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid Diagnosa yang biasanya muncul pada
demam tifoid.

 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi


 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak
adekuat
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi
nutrien
3. Intervensi Keperawatan

Hipertermia berhubungan denganproses infeksi salmonella typhi


Tujuan: suhu tubuh kembali normal
Hasil yang diharapkan: Pasien mempertahankan suhu tubuh normal
yaitu 36ºC-37ºC dan bebas dari demam.
Intervensi:

 Pantau suhu tubuh klien tiap 3 jam sekali


Rasional: suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit
infeksi akut
 Beri kompres hangat
Rasional: kompres dengan air hangat akan menurunkan demam
 Anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat
Rasional : member rasa nyaman , pakain tipis mengurangi pengutan tubuh

 Beri banyak minum 1.500-2000 cc/hari


 Rasional : mebantu memelihara kebutuhan cairan dan megurangi dehidrasi

 Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik


Rasional: antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik untuk
membunuh kuman infeksi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak
adekuat
Tujuan: volume cairan terpenuhi
Hasil yang diharapkan: status cairan tubuh adekuat, ditandai dengan
membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, tanda-tanda vital normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan
2) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasonal: mengontrol keseimbangan cairan
3) Kaji status dehidrasi
Rasional: mengetahui derajat status dehidrasi
4) Beri banyak minum
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko dehidrasi

C.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmalabsorbsi


nutrien
Tujuan: tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Hasil yang diharapkan: nafsu makan meningkat, makan habis satu
porsi, berat badan klien meningkat
Intervensi:
1) Kaji status nutrisi anak
Rasional: mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering
Rasional: meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi mual
dan muntah
3) Timbang berat badan klien setiap 3 hari
Rasional: mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan
4) Pertahankan kebersihan mulut anak
Rasional: menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau lidah dan
dapat meningkatkan nafsu makan
5) Beri makanan lunak
Rasional: mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang
tinggi pada usus
6) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat

Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi yang
telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat
bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa
yang dilakukan (Deswani, 2009). Implementasi yang merupakan kategori dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,mevaluasi dapat dilakukan pada
setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan.
Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil
atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009). Pada tahap evaluasi, perawat dapat
menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan
apakah sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung proses evaluasi. Selain itu juga dapat
menetapkan kembali informasi baru yang ditunjukkan oleh klien untuk mengganti atau
menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan (Yura dan Walsh, 1988
dalam Deswani, 2009).

Anda mungkin juga menyukai