Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara
runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan
memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah
dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan
makna dari hubungan antar peristiwa yang terjadi.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau kronologis ini
sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan
berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan
pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu
tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu social lainnya,
terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang sesuatu hal yang tengah
menjadi focus perhatian kita. Meskipun tidak melakukan perbandingan dengan sejumlah
kondisi yang sama, tetapi dengan memfokuskan perhatian terhadap suatu gejala atau
fenomena tertentu dalam sebuah kajian akan membuat kita lebih memaknai mengapa
hal itu dapat terjadi. Selain melatih kita untuk dapat berpikir kronologi dan sinkronik,
sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir holistic. Holistic mempunyai
pengertian menyeluruh, artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita
hendaknya menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Sebagai contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara
berpikir holistic kita akan memulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat,
dimana kejadiannya, kapan terjadinya, factor pemicu, usah-usaha yang telah dilakuakn
untuk mencegah terjadunya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut. Oleh
karena itu, kita juga belajar bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, sejauh mana
kemampuan kita dapa mencegah sebaba atau mehgurangi atau bahkan menghindari
akibat yang tidak kita inginkan.

1
B.     Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Berfikir Sejarah?
2. Bagaimana Strategi Pengembanagn Berfikir Sejarah?
3. Bagaimana Penerapan Berfikir Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah?

C.    Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui Konsep Dasar Berfikir Sejarah
2. Mengetahui Strategi Pengembanagn Berfikir Sejarah
3. Mengetahui Penerapan Berfikir Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Berpikir Sejarah
Sejarah berasal dari serapan bahasa arab yaitu kata Syajarotun yang berarti pohon.
Pengertian sejarah secara umum diartikan kisah atau cerita yang mengupas kehidupan
manusia dimasa lampau. Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak
terlepas dari cara berpikir Diakronik dan Sinkronik, yang masing-masing saling
melengkapai
B. Berpikir Sejarah Secara Diakronik
Menurut Galtung, Diakronik berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau
melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, Diakronik
dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti
gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep Diakronik melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami
perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat
melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya
dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan
mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara Diakronik
haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita. Kronologi
adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya.
Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu
peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk
membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang
terkait peristiwanya.
a) Contoh berpikir sejarah secara Diakronik
Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-
peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada
sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa
Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain sebagainya.

3
b) Ciri-ciri berpikir sejarah secara Diakronik
1. Mengkaji dengan berlalunya masa
2. Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
3. Bersifat historis atau komparatif
4. Bersifat vertikal
5. Terdapat konsep perbandingan
6. Cakupan kajian lebih luas
C. Berpikir Sejarah Secara Sinkronik
Kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos
yang berarti waktu, masa. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi di suatu masa / ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sinkronik
artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu yang mengandung
kesistematisan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sinkronik artinya segala
sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas.
Menurut Galtung, pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa
sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau
terbatas. Atau meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas
Berpikir sejarah secara sinkronik adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau
bersifat horisontal, artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada
waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari
(mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau
dibatasi oleh waktu.

a) Contoh berpikir sejarah secara sinkronik


Menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu,
seperti: Keadaan ekonomi masyarakat Indonesia tahun 1945-1950
b) Ciri-ciri berpikir sejarah secara sinkronik
1. Mengkaji  pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal

4
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit

D. Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik


Sejarah adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah
sendiri memiliki sifat yang Diakronik yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang
yang terbatas. Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan.
Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang
bersifat kronologis. Sedangkan ilmu sosial itu bersifat sinkronik (menekankan struktur)
artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronik menganalisa sesuatu
tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat
kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini,
tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu
sinkronik, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi
dalam waktu yang terbatas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita
ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang Diakronik dan ilmu sosial
lain yang sinkronik Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan
sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu Diakronik bercampur dengan
sinkronik.
Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak lepas dari cara berfikir
Diakronik dan berfikir sinkronik, karena keduanya saling melengkapi.
Contoh: Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa
Indonesia pada masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi
Borobudur tidak hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronik) Candi
borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik, ekonomi,
sosial dan  budaya (Aspek Sinkronik) pada masa pembangunan Candi tersebut. Secara
Diakronik Candi Borobudur dibangun antara kurun waktu 760 sampai 830 M dan
dibangun dalam 4 tahap dengan arsiteknya Gunadarma dan rampung pada masa
pemerintahan Raja Samaratungga. Kita dapat berfikir secara sinkronik dari Bangunan

5
monumental Semegah candi Borobudur mungkinkah dibangun oleh masyarakat yang
kacau, tentu saja tidak bangunan yang megah tersebut tentu dibangun masyarakat yang
makmur (aspek ekonomi), hidup bergotong royong dan toleransi (Aspek sosial budaya),
memiliki raja yang berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).

E. Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah


a) Konsep Ruang
1. Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu
2. Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah
dalam perjalanan waktu
3. Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat
terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut
4. Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka
konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.

b) Konsep Waktu
1. Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi,
masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup
2. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam
sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan
dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi
dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa
sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang
3. Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi
acuan untuk perencanaan masa yang akan dating.

F. Strategi Pengembangan Berpikir Sejarah Kepada Siswa


Strategi dalam mengembangkan berfikiris sejarah secara Diakronik dan sinkronik
kepada siswa yaitu melalui kemahiran pemikiran sejarah. Pemikiran Sejarah merupakan
salah satu kemahiran yang penting dalam pendidikan Sejarah. Melalui kemahiran
pemikiran Sejarah, pelajar-pelajar dirangsang untuk lebih berfikir secara Diakronik dan
sinkronik. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan pencapaian intelek para

6
pelajar dan menjadikan Sejarah sebagai satu mata pelajaran yang hidup dan tidak lagi
membosankan.
Pendidikan Sejarah adalah satu mata pelajaran yang dapat merangsang pemikiran
dan proses pemikiran secara Diakronik dan sinkronik semasa mempelajari mata
pelajaran Sejarah. Oleh karena itu, guru-guru Sejarah memain peranan yang penting
untuk menerapkan pemikiran Sejarah melalui aktiviti-aktiviti pengajaran dan
pembelajaran yang menggalakkan pelajar berfikir.
Oleh sebab itu pendidikan Sejarah hendaklah dilakukan sebagai satu kuasa yang
hidup yang boleh mengaitkan peristiwa masa lalu dengan hakikat semasa (Abd Rahim,
2000). Para pelajar perlu diterapkan dengan dengan konsep pemikiran Sejarah agar
dapat memberi satu persepsi baru kepada pelajar bahawa Sejarah bukanlah satu subjek
yang kaku dan membosankan. Malah ia dapat mendedahkan kepada para pelajar
bagaimana seseorang ahli Sejarah itu bekerja melalui aktiviti-aktiviti pembelajaran yang
dibimbing oleh guru mereka.
Marzano et all. (1998) menjelaskan bahwa berfikir sejarah melibatkan satu set
operasi mental yang dikenali sebagai proses. Proses ini merangkumi pembentukan
konsep, pembentukan prinsip, kefahaman, penyelesaian masalah, membuat keputusan,
penyiasatan dan penggabungan yang melibatkan beberapa kemahiran berfikir. Proses
pemikiran di peringkat awal adalah lebih kepada pemerolehan pengetahuan, sementara
di peringkat akhir ia lebih kepada penghasilan dan aplikasi ilmu.

G. Penerapan Berpikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah


Penerapan berfikir sejarah secara diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran
sejarah, yaitu:
1. Kepentingan (Significance)
Dalam unsur kepentingan sejarah ini, siswa perlu mempunyai kemahiran
membedakan antara peristiwa yang remeh dan penting. Dalam hal ini pemilihan
kepentingan sejarah bergantung kepada minat dan nilai yang terdapat dalam
masyarakat tersebut. Oleh itu siswa disarankan untuk mengkaji sejarah tentang
masyarakat, kehidupan dan perkara-perkara yang mempunyai kepentingan kepada
mereka.

7
2. Epistemologi dan bukti (Epistemology and evidence)
Epistemologi dan bukti melibatkan pemahaman bagaimana kita mengetahui
masa lampau. Apakah bukti yang kita ada ? Sejauhmana bukti tersebut boleh
dipercayai? Bagaimana kita boleh menjelaskan tentang kewujudan tafsiran sejarah
yang berbeza dan bertentangan. Sebagai contoh kanak-kanak tidak sepatutnya
dibiarkan dengan pandangan bahawa hanya ada satu kisah benar sahaja pada masa
lampau. Sedangkan pada hakikatnya sejarawan membuat pelbagai inferens
berdasarkan bukti, justeru itu wujud pelbagai tafsiran tentang sesuatu peristiwa
masa lalu.
3. Kesinambungan dan perubahan (Continuity and Change)
Unsur ini menekan pemahaman tentang perubahan masa lalu yang merupakan
pusat pemikiran Sejarah. Umur merupakan faktor untuk memahami keadaan ini;
iaitu seseorang yang berumur dikatakan lebih memahami perubahan yang berlaku
pada masa lalu misalnya perubahan dari segi teknologi dan nilai berbanding dengan
mereka yang lebih muda. Namun begitu terdapat juga pengkaji yang menolak
pendapat ini. Menurut mereka umur bukanlah satu faktor utama dalam memahami
perubahan masa lalu. Menurut pengkaji-pengkaji ini pengalaman hidup turut
menjadi faktor iaitu golongan muda yang mengalami pengalaman perang, pelarian,
imigran dan mereka yang kehilangan ibu bapa atau yang berpindah randah dari satu
kawasan ke kawasan lain mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang
perubahan Sejarah berbanding dengan mereka yang hidup dalam suasana yang
aman.
4. Perkembangan dan kemerosotan (Progress and decline)
Berdasarkan unsur ini siswa perlu memahami bahawa dalam kehidupan akan
mengalami peringkat perkembangan dan kemerosotan. Dalam peringkat
perkembangan hidup seseorang mengalami kejayaan, manakala kemerosotan
mereka mengalami satu keadaan yang sukar. Oleh itu dalam konsep pemikiran
Sejarah mereka seharusnya dapat mengenalpasti atau membezakan kewujudan dua
keadaan ini. Ini adalah penting agar mereka dapat memahami proses yang berlaku
dalam peristiwa Sejarah.

8
5. Empati dan penilaian moral (empathy and moral judgement)
Pemikiran sejarah memerlukan seseorang mempunyai daya imaginasi dan
empati. Tujuannya agar pelajar-pelajar tidak merasa asing dan pelik tentang
peristiwa masa lalu. Malah mereka seharusnya perlu mempunyai rasa hormat dan
perasaan ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa masa lepas. Penyelidik British
Christopher Portal(1987), menegaskan bahawa empati merupakan satu cara
pemikiran imaginative yang memerlukan kemahiran kognitif untuk melihat nilai-
nilai kemanusiaan dalam peristiwa Sejarah.
6. Historical Agency
Elemen terakhir pemikiran sejarah ini merujuk kepada bagaimana dan mengapa
sesuatu perkara itu terjadi. Dalam elemen ini pelajar ditekankan supaya menghargai
Sejarah dan memahami bahawa tindakan rakyat pada masa lampau memberi kesan
kepada rakyat pada masa kini. Seterusnya menyedari bahawa tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh mereka pada masa kini akan memberi kesan kepada generasi
yang akan datang. Mempunyai pemikiran Sejarah bukan sahaja memikirkan tentang
masa lampau , malah ia melibatkan melihat diri sendiri sebagai waris daripada masa
lampau dan sebagai pelaku pada masa kini.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah berasal dari serapan bahasa arab yaitu kata Syajarotun yang berarti pohon.
Pengertian sejarah secara umum diartikan kisah atau cerita yang mengupas kehidupan
manusia dimasa lampau. Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak
terlepas dari cara berpikir Diakronik dan Sinkronik, yang masing-masing saling
melengkapai.
Strategi dalam mengembangkan berfikiris sejarah secara Diakronik dan sinkronik
kepada siswa yaitu melalui kemahiran pemikiran sejarah. Pemikiran Sejarah merupakan
salah satu kemahiran yang penting dalam pendidikan Sejarah. Melalui kemahiran
pemikiran Sejarah, pelajar-pelajar dirangsang untuk lebih berfikir secara Diakronik dan
sinkronik. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan pencapaian intelek para
pelajar dan menjadikan Sejarah sebagai satu mata pelajaran yang hidup dan tidak lagi
membosankan.
Penerapan berfikir sejarah secara diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran
sejarah, yaitu: Kepentingan (Significance), Epistemologi dan bukti (Epistemology and
evidence), Kesinambungan dan perubahan (Continuity and Change), Perkembangan dan
kemerosotan (Progress and decline), Empati dan penilaian moral (empathy and moral
judgement), dan Historical Agency.

B.     Saran
Setelah membahas makalah tentang berfikir sejarah secara Diakronik dan sinkronik,
diharapkan bagi khalayak umum yang telah membaca makalahn ini diharapkan dapat
mengetahui konsep dasar berfikir sejarah, strategi Pengembanagn berfikir sejarah, dan
penerapan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah, sehingga dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan dapat menerapkan pemikiran sejarah dalam kehidupan
sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Abd Rahim, Abd Rashid . 2000. Model dan pendekatan pengajaran Sejarah


KBSM. 
2. Dewan Bahasa dan Pustaka: Kuala Lumpur.
3. Maharom Mahmood .1998 . Analisis Kemahiran Pemikiran Sejarah dalam
bahan kurikulum peringkat menengah rendah.
4. Tesis Sarjana Universiti Malaya.
5. Kementerian Pendidikan Malaysia. 2000. Huraian Sukatan Pelajaran
Sejarah         KBSM Tingkatan 1,2 , 3.
6. http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-tentang-singkronis-dan-diaronis.html

11

Anda mungkin juga menyukai