Anda di halaman 1dari 13

NOVUM : JURNAL HUKUM

Volume 7 Nomor 1, Januari 2020


e-ISSN 2442-4641

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA


SURABAYA MENGENAI PENCABUTAN IZIN PEMAKAIAN TANAH
Reksa Ahmadi Kurniawan
(SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
reksakurniawan@mhs.unesa.ac.id
Tamsil
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
tamsil@unesa.ac.id

Abstrak
Permasalahan yang hendak dijadikan kajian oleh penulis adalah sengketa antara Fong Akie Wiyono
dengan Walikota Surabaya. Pembanding/Walikota Surabaya mengajukan banding di Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya. Pada tanggal 20 Mei 2019. Mejelis Hakim Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara Surabaya pada putusan nomor : 109/B/2019/PT.TUN/SBY yang isinya
menyatakan mengabulkan permohonan banding Pembanding dan membatalkan putusan pengadilan
tingkat pertama. Pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan pembanding karena subjek
sengketa yang harus didugat salah. Seharusnya subjek gugata yang digugat menurut majelis hakim
adalah Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1)
Apa dasar petimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
nomor : 109/B/2019/PT.TUN/SBY? (2) Apa akibat hukum putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Surabaya nomor : 109/B/2019/PT.TUN/SBY. bagi para pihak terkait?. Penelitian ini
merupakan penelitian hukum yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan statue approach,
case approach dan conceptual approach. Bahan hukum penelitian ini terdiri dari bahan hukum
primer dan sekunder. Bahan hukum yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode preskriptif. Hasil penelitian ini adalah penilus kurang setuju dengan pertimbangan hukum
majelis hakim pada amar putusan nomor : 140/G/2018/PTUN.SBY. Menurut penulis subjek
gugatan yang diajukan Terbanding/Fong Akie Wiyono tidak salah karena menurut Pasal 14 angka
(4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintah “Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang menerima Mandat harus menyebutkan atas nama Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat”. Menurut analisis penulis subjek sengketa sudah
tepat yaitu Walikota Surabaya karena kewenangan yang diberikan oleh walikota kepada dinas
adalah kewenangan mandat bukan delegasi. Jadi yang bertanggung jawab pada sengketa ini adalah
Walikota Surabaya bukan Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah.
Kata Kunci: Perizinan, Izin Pemakaian Tanah, Kewenangan

Abstract
The problem that the author wants to study is the dispute between Fong Akie Wiyono and the Mayor
of Surabaya. Surabaya Comparator / Mayor submits appeal at Surabaya State Administrative High
Court. On May 20, 2019. The Panel of Judges of the Surabaya State Administrative Court in
decision number: 109 / B / 2019 / PT.TUN / SBY, which stated that they granted the appeal appeal
and canceled the first court decision. Judges' considerations in granting the petition for comparison
because the subject of the dispute must be wrongly accused. The subject of the claim sued according
to the panel of judges was the Building and Land Management Service. This study aims to analyze
(1) What is the basis for the judges' consideration in the Surabaya State Administrative High Court's
decision number: 109 / B / 2019 / PT.TUN / SBY? (2) What are the legal consequences of the
Surabaya State Administrative High Court's decision number: 109 / B / 2019 / PT.TUN / SBY. for
related parties ?. This research is a normative juridical research using the statue approach, case
approach and conceptual approach. The legal material of this study consisted of primary and
secondary legal materials. The legal material that has been processed is then analyzed using
prescriptive methods. The results of this study are that the penilus disagrees with the legal
considerations of the judges in the ruling number: 140 / G / 2018 / PTUN.SBY. According to the
author, the subject of the lawsuit filed Comparable / Fong Akie Wiyono is not wrong because
according to article 14 number (4) of Law Number 30 Year 2014 Regarding Government
Administration Government that grants Mandate ". According to the author's analysis the subject

82
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

of the dispute is correct, that is the mayor of Surabaya because the authority granted by the mayor
to the office is the authority of the mandate not the delegation. So the person responsible for this
dispute is the Mayor of Surabaya, not the Building and Land Management Office.

Keywords: Licensing, Land Use Permit, Authority

PENDAHULUAN untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-


Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang masing (Pasal 2 ayat 4)”
memiliki keistimewaan dalam pengelolaan tanah. Diantara Bertitik tolak pada penjelasan diatas, landasan
wilayah tersebut, terdapat lahan/kavling tanah bekas hukum dari hak pengelolaan di dalam UUPA telah
partikelir eks. Eigendom Verponding 1304 yang dengan disinggung. Penjelasan umum II angka (2) menyatakan
berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 adanya kemungkinan bagi negara untuk memberikan
Tentang Penghapusan Tanah-Tanah Partikelir, berubah tanah yang dikuasai Negara dalam pengelolaan suatu
menjadi Tanah Negara (Cesaria, 2016:5). legalitas penguasa untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugas
menyewakan tanah-tanah negara hasil konversi tanah hak masing-masing. Untuk delegasi wewenang pelaksanaan
Barat itu dimulai sebelum pemberlakuan UUPA 1960, hak menguasai negara itu, oleh peraturan yang ada
kemudian diformalkan pada tahun 1971, ketika disebutkan sebagai Hak Pengelolaan (Andria, 2017).
diberlakukan Surat Keputusan (SK) DPR-GR Daerah Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya (PERDA)
Kotamadya Surabaya No. 03E/DPRGR-KEP/1971 Nomor 3 Tahun 2016 Izin Pemakaian Tanah (selanjutnya
tertanggal 6 Mei 1971 tentang Sewa Tanah. Pada masa disingkat IPT) adalah izin yang diberikan Walikota atau
selanjutnya, ketika sudah banyak tanah hak Barat yang Pejabat yang ditunjuk untuk memakai tanah dan bukan
dikonversi menjadi status Hak Pakai (HP) dan Hak merupakan pemberian hak pakai atau hak-hak atas tanah
Pengelolaan (HPL), maka konsep/istilah sewa tanah di lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
atas tanah negara itu menjadi kurang tepat, bahkan tidak Nomor 5 Tahun 1960. Tanah yang dikuasai Pemerintah
bisa dibenarkan; karena yang berhak menyewakan tanah Kota Surabaya yang dipergunakan untuk kepentingan
adalah pemilik tanah atau pemegang sertifikat Hak Milik sendiri dan juga yang dipergunakan oleh pihak ketiga
(HM). Kemudian, untuk menyiasati hal itu, diterbitkan dalam bentuk Izin Pemakaian Tanah (IPT), atau Perjanjian
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Penggunaan Tanah antara Pemerintah Kota Surabaya
No. 22 Tahun 1977 tentang Pemakaian dan Retribusi dengan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum).
Tanah yang dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Pemegang IPT memiliki kewajiban dan larangan yang
Tingkat II Surabaya, sejak saat itu Izin Sewa Tanah harus ditaati. Kewajiban pemegang IPT diatur pada pasal
berubah menjadi Surat Izin Pemakaian Tanah (IPT) 7 PERDA Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 yang
(Surkaryanto, 2016:2). berbunyi sabagai berikut :
Istilah Hak Pengelolaan secara eksplisit tidak Pemegang IPT mempunyai kewajiban yaitu :
terdapat dalam UUPA. Istilah Hak Pengelolaan ini a. membayar retribusi sesuai dengan ketentuan
walaupun tidak tercantum secara eksplisit dalam UUPA, yang berlaku;
namun di dalam penjelasan umum II angka 2 UUPA b. memakai tanah sesuai dengan peruntukan
terdapat istilah”Pengelolaan” (bukan Hak Pengelolaan), dan/atau penggunaan sebagaimana tersebut
yang selengkapnya berbunyi : “Kekuasaan Negara atas dalam IPT;
tanah yang tidak dipunyai dengan sesusatu hak oleh c. memperoleh persetujuan tertulis dari Kepala
seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh. Dinas, apabila bangunan diatas tanah yang telah
Dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas dikeluarkan IPT akan dijadikan agunan atas suatu
Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada pinjaman atau akan dialihkan kepada pihak lain.
seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut Sedangkan, untuk larangan bagi pemegang IPT diatur
peruntukan dan keperluannya, misalnya Hak Milih, Hak pada pasal 8 PERDA Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atau yang berbunyi sebagai berikut :
memberikan dalam pengelolaan kepada sesuatu badan 1) Pemegang IPT dilarang:
penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah Swarantra) a. mengalihkan IPT kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis dari Kepala Dinas;

83
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

2) Penelantaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat


b. menelantarkan tanah hingga 3 (tiga) tahun sejak (1) huruf b berlaku terhadap IPT dengan kondisi persil :
dikeluarkannya IPT; a. telah diterbitkan Izin Mendirikan Bangunan; atau
c. menyerahkan penguasaan tanah yang telah b. belum diajukan permohonan untuk diterbitkan
diterbitkan IPT kepada pihak lain dengan atau Izin Mendirikan Bangunan.
tanpa perjanjian.
tanggal 17 Februari 2017. Alasan yang kedua yaitu
pemerintah kota berencana membangun fasilitas umum
Pada kasus ini penggugat yang bernama Fong Akie yang berupa tempat penampungan air di lokasi objek
Wiyono mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha sengketa. Pada pasal 12 ayat 2 Perda kota surabaya nomor
Negara Surabaya pada tanggal 30 Agustus 2018 untuk 3 tahun 2016 menjelaskan “IPT dapat dicabut dengan
menggugat Walikota Surabaya. Penggugat merasa pemberian ganti kerugian atas bangunan apabila tanah
keberatan atas pencabutan Izin Pemakaian Tanah miliknya yang bersangkutan dibutuhkan untuk kepentingan umum”.
yang dicabut oleh tergugat pada tanggal 4 juni 2018. Dapat diartikan apabila pemerintah kota ingin membangun
Penggugat merupakan pemegang sah Surat Izin fasilitas umum di lokasi pemegang IPT, maka pemegang
Pemakaian Tanah Nomor : 188.45/0552B/436.7.11/2017 IPT harus bersedia menyerahkan kembali tanah yang
Tanggal 13 April 2017 dengan Obyek Tanah di Jalan mereka gunakan.
Simohilir XII / 4 Surabaya atas nama FONG, AKIE Pada kasus sengketa ini hakim Pengadilan Tata
WIYONO dengan masa berlaku izin tanggal 17 januari Usaha Surabaya pada putusan nomor :
2017 s.d 17 januari 2022 (5 tahun). 140/G/2018/PTUN.SBY. mengabulkan seluruhnya
Penggugat beranggapan bahwa dia tidak gugatan penggugat Fong Akie Wiyono dan menyatakan
menelantarkan tanah seperti yang disebutkan pada surat batal surat pencabutan Izin Pemakaian Tanah. Padahal
pencabutan IPT yang dibuat oleh tergugat. Penggugat tujuan Pemerintah Kota Surabaya mencabut IPT tersebut
tidak melakukan pembangunan dikarenakan tidak adanya adalah untuk kepentingan umum. Setelah Pengadilan Tata
akses jalan yang bisa dilalui kendaraan untuk mengangkut Usaha Negara Surabaya mengeluarkan putusan tersebut
material yang digunakan untuk membangun. karena pada tanggal 17 Januari 2019, pihak penggugat
penerbitan Surat Izin Pemakaian Tanah sebagai dasar mengajukan permohonan banding di Pengadilan Tinggi
hukum menerapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun Tata Usaha Negara Surabaya pada tanggal 23 Januari
2016 yang dilengkapi dengan Gambar Situasi yang 2019. Pembanding/tergugat dalam memori bandingnya
dasarnya adalah Masterplan Rencana Tata Kota memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata
Pemerintah Kota Surabaya sendiri. Dalam peta Usaha Negara Surabaya untuk menerima permohonan
Perencanaan Tata Kota telah tergambar peruntukan tanah banding pembanding dan membatalkan putusan
untuk perumahan, untuk jalan umum, untuk saluran air dan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya nomor :
fasilitas umum lainnya. Namun, pada kenyataannya 140/G/2018/PTUN.SBY, tanggal 17 Januari 2019.
Pemerintah Kota Surabaya belum membangun jalan Pada tanggal 20 Mei 2019 Mejelis Hakim Pengadilan
sehingga penggugat tidak dapat melakukan pembangunan. Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya pada putusan nomor
Penggugat juga telah memperoleh Izin Mendirikan : 109/B/2019/PT.TUN/SBY., yang isinya menyatakan
Bangunan Nomor : 188.4 / 73294 / 436.7.5 / 2018 tanggal mengabulkan permohonan banding pembanding/tergugat
9 Februari 2018. dan membatalkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Pada putusan nomor : 140/G/2018/PTUN.SBY Surabaya nomor : 140/G/2018/PTUN.SBY, tanggal 17
tergugat berpendapat bahwa alasan pencabutan IPT yang Januari 2019 yang dimohonkan banding. Pertimbangan
pertama adalah karena penggugat dianggap menelantarkan hakim dalam mengabulkan permohonan pembanding
tanah. Pada saat penerbitan IPT penggugat telah bersedia karena pihak terbanding/penggugat terjadi kekeliruan
untuk mendirikan bangunan (rumah) yang harus dalam penentuan subjek sengketa yang harus didugat.
dilaksanakan 6 bulan setelah terbitnya IPT, namun pada Terbanding/penggugat pada gugatannya menetapkan
kenyataannya setelah lewat jangka waktu yang ditetapkan subjek gugatan yaitu Walikota Surabaya. Pada putusan
bulum ada aktifitas pembangunan di lokasi IPT. Pada tingkat pertama pihak tergugat juga tidak
jangka waktu 6 bulan tersebut penggugat juga diwajibkan mempermasalahkan subjek gugatan yang di gugat oleh
mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB), namun penggugat. Hal ini yang selanjutnya perlu dilakukan
penggugat tidak mengurusnya. Penggugat baru mengurus penelitian lebih lanjut mengenai pertimbangan hakim
IMB pada tanggal 9 Februari 2018 dimana telah lewat
jangka waktu yang ditetapkan yaitu 6 bulan dihitung sejak

84
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

dalam memutus apakah sudah tepat dan juga apakah METODE


pencabutan IPT sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas skripsi ini yaitu penelitian hukum (legal research),
penulis mengangkat judul yaitu “ANALISIS YURIDIS merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum
NEGARA SURABAYA NOMOR guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Marzuki,
:109/B/2019/PT.TUN/SBY.MENGENAI 2010:35). Penelitian hukum adalah penelitian berbasis
PENCABUTAN IZIN PEMAKAIAN TANAH”.
kepustakaan yang fokusnya adalah analisis bahan hukum perijinan yang berfokus pada keputusan tata usaha
hukum primer dan sekunder. Penelitian yang akan negara (KTUN) (Marzuki, 2010:94).
dilakukan ialah menganalisis kekaburan norma (obscuur Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan
norm) pada penerapan pasal 8 ayat (1) huruf b Perda Kota pertama dengan studi pustaka terhadap bahan hukum,
Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 tentang Izin Pemakaian penulis akan mengumpulkan perundang-undangan
Tanah dimana terdapat perbedaan interpretasi antara para (bahan hukum primer) kemudian dikaitkan dengan bahan
pihak yang bersengketa yaitu penggugat Fong Akie hukum sekunder. Bahan hukum yang telah
Wiyono dengan tergugat Walikota Surabaya. dikumpulkan berdasarkan isu yang akan dibahas,
Tergugat menganggap bahwa penggugat telah kemudian diklasifikasikan tata urutan dan menurut
menelantarkan tanah karena tidak segera mendirikan sumber yang digunakan sabagai pisau analisis dalam
bangunan di tanah objek sengketa. Penggugat menjawab rumusan masalah penelitian ini.
menganggap tidak menelantarkan tanah karena baru Dalam penelitian ini digunakan metode analisis
menerima IPT dalam jangka waktu satu tahun sedangkan bahan hukum yang bersifat preskriptif yang artinya ilmu
pada pasal 8 ayat (1) huruf b Perda Kota Surabaya hukum mempelajari tujuan hukum, konsep serta nilai-
menjelaskan bahwa dilarang menelantarkan tanah hingga nilai keadilan dalam suatu norma hokum (Marzuki,
3 tahun sejak dikeluarkannya IPT. 2010:22). Melalui penggunaan metode ini diharapkan
Penelitian ini menggunakan Pendekatan perundang- terdapat suatu argumentasi dan konsep yang
undangan (statute approach). Pendekatan perundang- mengandung nilai dan dapat dijadikan suatu
undangan, hal ini dimaksudkan bahwa penulis pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang
menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai berhubungan dengan penelitian ini
dasar awal melakukan analisis. Penulis akan melakukan
dengan menelaah undang-undang yang berhubungan PEMBAHASAN
dengan Izin Pemakaian Tanah (IPT) yaitu Peraturan 1. PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN
Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Izin NOMOR : 109/B/2019/PT.TUN.SBY. MENGENAI
Pemakaian Tanah. Pendekatan kasus (case approach) PENCABUTAN IZIN PEMAKAIAN TANAH
dilakukan dengan cara telaah kasus-kasus yang berkaitan Dasar Pertimbangan Hakim merupakan dasar hakim
dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan dalam menjatuhkan putusan pengadilan perlu didasarkan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan
Pada permasalahan ini yang menjadi kajian pokok di sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan
dalam pendekatan kasus ini adalah ratio decidendi atau seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah satu usaha
reasoning yaitu pertimbangan hakim pada putusan untuk mencapai kepastian hukum kehakiman, di mana
Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya nomor: hakim merupakan aparat penegak hukum melalui
140/G/2018/PTUN.SBY mengenai sengketa pencabutan putusannya dapat menjadi tolak ukur tercapainya suatu
IPT. Pendekatan konseptual (conceptial approach), kepastian hukum. Hakim dalam memberikan putusan tidak
pendekatan konsep ini berawal pandangan-pandangan dan hanya berdasarkan pada nilai-nilai hukum yang hidup
doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. dalam masyarakat, hal ini dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (1)
Penulis akan mempelajari dan akan menemukan gagasan- Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
gagasan yang akan melahirkan pengertian hukum, konsep- Kehakiman yaitu: “Hakim wajib menggali, mengikuti, dan
konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
permasalahan yang diteliti. Penggunaan pendekatan masyarakat”.
konseptual diharapkan penulis dapat menggunakan Dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara
pendapat para ahli mengenai hukum perijinan. Pada yaitu (Tamsil, 2019) :
penelitian ini peneliti hendak menggunakan konsep a. Pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan

85
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

b. Yurisprudensi 1.1. Pertimbangan Hakim mengenai gugatan


c. Hukum kebiasaan Penggugat telah lewat waktu (kadaluarsa)
d. Doktrin para sarjana Sebelum mempertimbangkan mengenai pokok
Pertimbangan hakim pada kasus ini yang pertama sengketa dari para pihak, maka Majelis Hakim terlebih
terdapat pada pengadilan tingkat pertama yaitu Pengadilan dahulu akan mempertimbangkan mengenai eksepsi yang
Tata Usaha Negara surabaya. Pada putusan nomor : diajukan oleh Tergugat
140/G/2018/PTUN.SBY. pertimbangan Majelis Hakim Mengenai eksepsi ke-1 tentang gugatan Penggugat telah
pada amar putusannya yaitu sebagai berikut : lewat waktu, Majelis Hakim memberikan pertimbangan
hukum sebagai berikut :
3) Setelah lewat 4 (empat) bulan, apabila peraturan
Menimbang, bahwa Pasal 55 Undang-Undang Peratun perundang-undangan tidak memberikan
berbunyi: “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang kesempatan kepada administrasi negara untuk
waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya memberikan keputusan dan ternyata yang
atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata bersangkutan tidak berbuat apa-apa.
Usaha Negara”. Bahwa antara objek sengketa dengan Surat 4) Sejak hari pengumuman apabila Keputusan Tata
Izin Pemakaian Tanah Nomor Usaha Negara (KTUN) itu harus diumumkan.
188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13 April 2017 adalah Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran
2 (dua) keputusan yang berbeda substansi hukumnya. Mahkamah Agung (SEMA) No 2 tahun 1992 yang
Meskipun Penggugat telah memperoleh informasi dari menyebutkan sebagai berikut:
Tergugat diawali melalui surat peringatan I pada tanggal a. Perhitungan tenggang waktu sebagaimana
28 Pebruari 2018 terkait akan dicabutnya Surat Izin dimaksud Pasal 55 terhenti/ditunda (geschorst)
Pemakaian Tanah Nomor 188.45/0552B/436.7.11/2017 pada waktu gugatan didaftarkan ke Kepaniteraan
tanggal 13 April 2017 tersebut, namun sebelum suatu Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang
keputusan secara resmi diterbitkan menurut hukum, tidak berwenang.
dapat serta merta subjek hukum yang dituju b. Sehubungan dengan Pasal 62 ayat (6) dan Pasal 63
dianggap/diasumsikan telah mengetahui sejak kapan ayat (4) maka gugatan baru hanya dapat diajukan
keputusan itu terbit dan diberlakukan. dalam sisa waktu sebagaimana dimaksud pada butir
Bahwa keputusan objek sengketa a quo baru diterbitkan 1.
Tergugat pada tanggal 4 Juni 2018 dan diterima Penggugat c. Bagi mereka yang tidak dituju oleh suatu Keputusan
pada tanggal 6 Juni 2018, sedangkan gugatan didaftarkan Tata Usaha Negara (KTUN), tetapi yang merasa
pada tanggal 30 Agustus 2018 di Kepaniteraan PTUN kepentingannya dirugikan maka tenggang waktu
Surabaya. Menurut Majelis Hakim gugatan Penggugat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dihitung
terbukti diajukan masih dalam tenggang waktu 90 secara kasuitis sejak saat ia merasa kepentingannya
(sembilan puluh) hari menurut Pasal 55 tersebut. Dengan dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara
demikian, pengadilan berkesimpulan eksepsi ke-1 (KTUN) dan mengetahui adanya keputusan
Tergugat tentang tenggang waktu gugatan Penggugat telah tersebut.
lewat waktu/daluwarsa tidak berdasar menurut hukum dan Menurut Zairin Harahap (Harahap, 2001:96):
tidak diterima. “terhadap Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
Menurut Wicipto Setiadi tenggang waktu mengajukan biasa/positif, apabila melampaui tenggang waktu 90
gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UU PTUN (sembilan puluh) hari berakibat gugatan menjadi
tersebut dihitung secara variasi yakni sebagai berikut daluwarsa. Terhadap Keputusan Tata Usaha Negara
(Setiadi, 1994:108): (KTUN) negatif/fiktif, apabila belum dalam tenggang
1) Sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha waktu mengajukan gugatan berakibat gugatan menjadi
Negara (KTUN) yang digugat itu memuat nama prematur.”
penggugat. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Keputusan
2) Setelah lewatnya tenggang waktu yang ditetapkan Tata Usaha Negara Positif yaitu penetapan tertulis yang
dalam peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata Usaha Negara
memberikan kesempatan kepada administrasi yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
negara untuk memberikan keputusan namun yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
bersangkutan tidak berbuat apa-apa. bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.

86
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Sedangkan, Keputusan Tata Usaha Negara Fiktif Yaitu Pada keterangannya Penggugat menjelaskan bahwa
Keputusan Tata Usaha Negara yang seharusnya menerima Keputusan Objek Sengketa pada tanggal 6 Juni
dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara 2018 sedangkan, keputusan tentang pencabutan IPT atas
menurut kewajibannya tetapi ternyata tidak diterbitkan, nama Fong Akie Wiyono diterbitkan pada tanggal 4 Juni
sehingga menimbulkan kerugian bagi seseorang atau 2018. Apabila dihitung dari diterimanya keputusan objek
Badan Hukum Perdata. sengketa dan pada saat gugatan diajukan pada tanggal 30
Berdasarkan pengertian tersebut Keputusan Walikota Agustus 2018 maka jarak waktunya hanya 75 hari dari
Surabaya Nomor : 188.45/3530/436.7.11/2018 Tanggal 04 diterimanya keputusan objek sengketa. Jangka waktu yang
Juni 2018 Tentang Pencabutan Surat Izin Pemakaian dihitung adalah dari diterimanya Surat Keputusan Pejabat
Tanah Nomor 188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13 Tata Usaha Negara tentang pencabutan IPT dan bukan
April 2017 dengan obyek tanah di Jalan Simohilir XII / 4 dihitung dari surat peringatan yang sebelumnya telah
Surabaya atas nama Fong, Akie Wiyono merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) biasa/positif.
diterbitkan. Oleh karena itu, eksepsi Tergugat yang tanah atas izin tersebut sedangkan berdasar bukti
menyatakan gugatan penggugat kadaluarsa menurut saya menjelaskan izin atas nama Penggugat masa berlakunya
tidak tepat. belum habis/selesai. Hal ini menurut Majelis Hakim
1.2. Pertimbangan Hakim mengenai kepentingan bermakna baru, yaitu timbulnya kepentingan pihak
hukum penggugat (legal standing) Penggugat yang dirugikan untuk menggugat objek
Mengenai eksepsi ke-2 Tergugat tentang Penggugat tidak sengketa yang dikeluarkan oleh pihak Tergugat, sehingga
mempunyai kepentingan hukum (legal standing), dengan dengan demikian aspek formal harus adanya kepentingan
pertimbangan hukum sebagai berikut : Penggugat untuk mengajukan gugatan dalam perkara ini
Berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang- terbukti telah terpenuhi. Oleh karena itu, eksepsi ke-2
Undang Peraturann mengatur bahwa “Seorang atau badan Tergugat tidak beralasan hukum dan dinyatakan tidak
hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan diterima.
akibat terbitnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat Tergugat menganggap bahwa Penggugat tidak
mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang memiliki kepentingan hukum karena gugatan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata diajukan telah kadaluarsa padahal sebelumnya telah saya
Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal jelaskan bahwa gugatan Penggugat belum melewati jangka
atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti waktu 90 hari sejak diterimanya keputusan objek sengketa.
rugi dan atau rehabilitasi”. Dalam posita gugatannya, Penggugat tidak dapat dikatan tidak memiliki kepentingan
Penggugat mendalilkan merupakan pemegang Surat Izin karena jelas-jelas Penggugat merupakan pemegang Surat
Pemakaian Tanah Jangka Menengah Nomor IPT nomor : 188.45/0552B/436.7.11/2017 dengan masa
188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13 April 2017 berlakunya izin : 17 Januari 2017 s/d 17 Januari 2022 yang
dengan obyek tanah di Jalan Simohilir XII / 4 Surabaya kepentingannya dirugikan atas dikeluarnya keputusan
atas nama Fong, Akie Wiyono, Peruntukan lahan untuk objek sengketa.
perumahan dengan luas : 300 m2, masa berlakunya izin : 1.3. Pertimbangan Hakim mengenai gugatan
17 Januari 2017 s/d 17 Januari 2022 (5 tahun), dan Penggugat kabur dan tidak jelas (obscuur libel)
kemudian dicabut Tergugat dengan terbitnya objek Mengenai eksepsi ke-3 Tergugat tentang gugatan
sengketa a quo. Penggugat kabur dan tidak jelas (obscuur libel), dengan
Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Penggugat jelas- pertimbangan hukum sebagai berikut :
jelas mempunyai kepentingan untuk mengajukan gugatan Majelis Hakim berpendapat bahwa oleh karena yang
a quo karena terdapat nilai yang harus dilindungi oleh menjadi objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara
hukum karena terbukti ada hubungan hukum secara adalah surat Keputusan Tata Usaha Negara/keputusan,
langsung antara Penggugat dengan keputusan objek maka penilaian atas jelas tidaknya suatu gugatan di
sengketa a quo yang diterbitkan Tergugat (nama Penggugat Pengadilan Tata Usaha Negara adalah menyangkut ada
dituju langsung dan tercantum dalam keputusan objek tidaknya subyek hukum yang bersengketa (identitas dari
sengketa ini, sehingga terbitnya keputusan Tergugat Penggugat dan Tergugat), objek sengketa (surat Keputusan
berakibat hukum langsung terhadap diri Penggugat). Tata Usaha Negara/keputusan yang digugat), dasar/alasan
Akibat Tergugat menerbitkan obyek sengketa a quo Penggugat mengajukan gugatan (posita gugatan), dan hal
telah menimbulkan suatu keadaan hukum (rechtssituatie) apa saja yang dimohonkan Penggugat untuk diputuskan
yang baru yaitu Penggugat kehilangan hak pemakaian oleh Pengadilan (Petitum gugatan). Setelah mencemati

87
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

gugatan Penggugat yang nota bene telah melalui tahap formulasi gugatan tidak jelas, padahal agar gugatan itu
acara Pemeriksaan Persiapan, Pengadilan menilai gugatan dianggap sudah memenuhi syarat formil, maka dalil
Penggugat telah memuat semua unsur dari sebuah gugatan gugatan harus terang dan jelas atau tegas (duidelijk).
tata usaha negara tersebut sehingga menurut Pengadilan Obscuur libel juga dapat diartikan dengan gugatan yang
gugatan Penggugat tidaklah kabur. Adapun mengenai berisi penyataan-pernyataan yang bertentangan satu sama
argumen Tergugat yang menyatakan gugatan Penggugat lain (Handoyo, 2000:228). Penyataan-pernyataan yang
tidak jelas karena tidak merinci dan menguraikan tindakan bertentangan tersebut mengakibatkan gugatan tidak jelas
Tergugat yang dianggap bertentangan dengan peraturan dan mengakibatkan gugatan menjadi kabur. Ketentuan
yang berlaku adalah argumen yang tidak relevan sehingga Pasal 118 ayat (1), Pasal 120 dan Pasal 121 HIR tidak dapat
patut dikesampingkan. Berdasarkan pertimbangan hukum penegasan merumuskan gugatan secara jelas dan terang.
tersebut maka Majelis Hakim berpendapat eksepsi ke-3 Namun praktik peradilan berpedoman pasal 8 Rv sebagai
Tergugat tentang Gugatan Kabur dan tidak jelas (Obscuur rujukan berdasarkan asas process doelmatigheid (demi
libel) adalah tidak beralasan hukum dan tidak diterima. kepentingan beracara). Menurut pasal 8Rv, pokok-pokok
Obscuur libel adalah surat gugatan tidak terang isinya gugatan disertai kesimpulan yang jelas dan tertentu (een
atau isinya gelap (onduidlijk). Bisa disebut juga dengan duidelijk en bapaalde conclusive). Berdasarkan ketentuan
itu, praktik peradilan mengembangkan penerapan (1). Setiap orang Warga Negara Indonesia atau badan
eksepsi gugatan kabur (obscuur libel) atau eksepsi gugatan yang akan memakai tanah harus terlebih dahulu
tidak jelas. Gugatan kabur ini dikarenakan oleh : (Harahap, memperoleh IPT dari Walikota;
1994:18) (2). Kewenangan Walikota sebagaimana dimaksud
1. Posita (fundamentum petendi) tidak menjelaskan pada ayat (1) dilimpahkan kepada Kepala Dinas;
dasar hukum dan kejadian yang mendasari gugatan. Menimbang, bahwa Pasal 5 ayat (4) huruf (k) Peraturan
2. Tidak jelas objek yang disengketakan. Daerah Kota Surabaya Nomor 14 Tahun 2016 tentang
3. Penggabungan dua atau beberapa gugatan yang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota
masing-masing berdiri sendiri. Surabaya menyatakan Dinas Pengelolaan Bangunan dan
4. Terdapat saling bertentangan antara posita dengan Tanah menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
petitum. Pertanahan. Dengan demikian yang dimaksud dilimpahkan
5. Petitum tidak terinci, tetapi hanya berupa ex aequo kepada Kepala Dinas dalam bunyi Pasal 4 ayat (2)
et bono Peraturan Daerah (PERDA) Kota Surabaya No. 3 Tahun
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan gugatan 2016 Tentang Izin Pemakaian Tanah adalah kewenangan
yang diajukan oleh Penggugat tidak memenuhi kriteria Walikota Surabaya dilimpahkan kepada Kepala Dinas
diatas, artinya gugatan penggugat tidak kabur. Penggugat Pengelolaan Bangunan dan Tanah yang mempunyai tugas
pada gugatannya telah menjelaskan mengenai kepentingan pokok dan fungsi menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang dirugikan berdasarkan dasar hukum yang tepat dan bidang Pertanahan di Kota Surabaya, sehingga
objek sengketa yang disengketakan juga jelas karena disimpulkan bahwa wewenang yang diperoleh Kepala
terdapat nama Penggugat di dalam objek sengketa. Oleh Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya
karena itu eksepsi Tergugat tentang objek gugatan yang merupakan bentuk kewenangan mandat dari Walikota
kabur adalah tidak tepat. Surabaya, hal mana terhadap bentuk kewenangan yang
demikian tanggung jawab kewenangan tetap pada pemberi
1.4. Pertimbangan Hakim mengenai Pokok Perkara mandat.
Setelah mempertimbangkan mengenai eksepsi 1.4.2. Bahwa IPT atas nama Penggugat terbit tanggal
Tergugat, maka selanjutnya Majelis Hakim akan 13 April 2017 dan belum pernah dilakukan permohonan
mempertimbangkan mengenai pokok sengketanya sebagai perpanjangan IPT di lokasi obyek tanah tersebut untuk
berikut : jangka waktu periode izin lebih dari satu kali; sedangkan
1.4.1. Terkait mengenai pemberian dan pencabutan izin IMB atas obyek IPT atas nama Penggugat terbit tanggal 9
pemakaian tanah di wilayah hukum Kota Surabaya, Februari 2018, selanjutnya setelah terbit IMB terbukti
berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Penggugat telah melakukan aktifitas pembangunan fisik
Surabaya No. 3 Tahun 2016 Tentang Izin Pemakaian bangunan diatas lokasi tanah obyek IPT sebagaimana bukti
Tanah diatur dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 18, hal dan hasil Pemeriksaan Setempat Majelis Hakim, dengan
mana terkait aspek kewenangan diatur dalam Pasal 4 ayat demikan tenggang waktu hingga 3 (tiga) tahun sejak
(1) dan ayat (2) berbunyi : keluarnya IPT untuk dapat dikategorikan menelantarkan
obyek tanah a quo tidak terbukti.

88
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

1.4.3. Bahwa dari hasil Pemeriksaan Setempat oleh bahwa alasan Tergugat tidak dapat dibenarkan secara
Majelis Hakim, obyek tanah IPT atas nama Penggugat hukum.
tetap dikuasai, dijaga dan dimanfaatkan oleh Penggugat 1.4.5. Menimbang, bahwa berdasar fakta-fakta
dan bukan beralih menjadi dimanfaatkan oleh pihak lain, tersebut, Majelis Hakim berkesimpulan terbukti dalam
sehingga dengan merujuk dan mempedomani kembali proses terbitnya objek sengketa a quo, terdapat prosedur
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH yang dilanggar sehingga mengakibatkan dari aspek
(PERDA) KOTA SURABAYA No. 3 Tahun 2016 substansi penerbitan objek sengketa a quo bertentangan
TENTANG IZIN PEMAKAIAN TANAH Pasal 8 Huruf dengan Pasal 8 ayat (1) huruf (b) dan ayat (2) Peraturan
(b) diatas, Majelis Hakim menilai Penggugat juga tidak Daerah (PERDA) Kota Surabaya No. 3 Tahun 2016
memenuhi unsur untuk dapat dikategorikan menelantarkan Tentang Izin Pemakaian Tanah, sehingga sesuai ketentuan
obyek tanah IPT seperti yang dimaksud oleh Tergugat. Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Administrasi
1.4.4. Bahwa salah satu alasan lain Tergugat mencabut Pemerintahan (UU AP) Jo. Pasal 71 UU AP, keputusan
IPT atas nama Penggugat dengan menerbitkan objek objek sengketa a quo dikualifisir terdapat cacat prosedur
sengketa a quo adalah karena obyek tanah akan digunakan dan atau substansi; Menimbang, bahwa Pasal 66 ayat (1)
untuk kepentingan umum sebagai penampungan UU AP berbunyi :
air/bozem, namun faktanya sebelum objek sengketa a quo (1) Keputusan hanya dapat dibatalkan apabila terdapat
terbit bozem sudah dibuat sehingga Majelis Hakim menilai cacat :
a. wewenang;
Apabila dikaitkan dengan konsep perizinan sengketa
b. prosedur; dan/atau; yang terjadi antara Fong Akie Wiyono dan Walikota
c. substansi. Surabaya merupakan contoh dari izin yang bersifat terikat.
Menimbang, bahwa Pasal 71 UU AP berbunyi : Izin bersifat terikat adalah izin sebagai keputusan tata
(1) Keputusan dan/atau Tindakan dapat dibatalkan usaha negara yang penerbitannya terikat pada aturan dan
apabila : hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin
a. terdapat kesalahan prosedur; atau memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan
b. terdapat kesalahan substansi; pemberian izin. Pada kasus ini pemohon izin yaitu Fong
(2) Akibat hukum Keputusan dan/atau Tindakan Akie Wiyono dan pemberi izin yaitu Walikota Surabaya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : Izin yang dikeluarkan berupa Izin Pemakaian Tanah (IPT).
a. tidak mengikat sejak saat dibatalkan atau tetap sah Surat Izin Pemakaian Tanah Nomor
sampai adanya pembatalan; dan 188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13 April 2017
b. berakhir setelah ada pembatalan. dengan obyek tanah di Jalan Simohilir XII / 4 Surabaya
Menimbang, bahwa atas dasar alasan-alasan hukum di atas nama Fong Akie Wiyono kemudian menjadi objek
atas, maka tindakan hukum Tergugat dalam penerbitan sengketa karena Walikota Surabaya mengaggap tanah
objek sengketa a quo memiliki cacat prosedur dan atau tersebut ditelantarkan. Apabila merujuk pada
substansi, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa pertimbangan hakim nomor 2, hakim beranggapan bahwa
objek sengketa a quo harus dibatalkan karena terbukti cacat penggugat tidak memenuhi unsur menelantarkan tanah
prosedur dan atau substansi yang diatur dalam peraturan karena penggugat telah melakukan aktifitas pembangunan
perundang-undangan yang menjadi dasarnya, sehingga dan telah memperoleh IMB pada tanggal 9 Februari 2018.
akibat hukum keputusan dan atau tindakan Tergugat Selanjutnya penulis menambahkan pertimbangan hakim
sebagaimana objek sengketa a quo tidak mengikat dan tersebut, pada pasal 8 PERDA Kota Surabaya nomor 3
berakhir, oleh karenanya menurut Majelis Hakim petitum tahun 2016 tentang IPT menjelaskan bahwa:
ke-2 gugatan Penggugat terbukti dan harus dikabulkan. (1) Pemegang IPT dilarang :
Berdasarkan pertimbangan tersebut akhirnya Majelis a. mengalihkan IPT kepada pihak lain tanpa
Hakim memutuskan untuk mengabulkan permohonan persetujuan tertulis dari Kepala Dinas;
penundaan pelaksanaan objek sengketa yang dimohonkan b. menelantarkan tanah hingga 3 (tiga) tahun sejak
Penggugat yaitu : Keputusan Walikota Surabaya Nomor : dikeluarkannya IPT;
188.45/3530/436.7.11/2018 Tanggal 04 Juni 2018 Tentang c. menyerahkan penguasaan tanah yang telah
Pencabutan Surat Izin Pemakaian Tanah Nomor diterbitkan IPT kepada pihak lain dengan atau
188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13 April 2017 tanpa perjanjian.
dengan obyek tanah di Jalan Simohilir XII / 4 Surabaya
atas nama Fong, Akie Wiyono.

89
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

(2) Penelantaran tanah sebagaimana dimaksud pada dalam IPT, kecuali pemegang IPT belum
ayat (1) huruf b berlaku terhadap IPT dengan kondisi memanfaatkan tanah karena dalam proses pengajuan
persil: penerbitan Izin Mendirikan Bangunan, yang
a. telah diterbitkan Izin Mendirikan Bangunan; atau permohonan pengajuannya telah disampaikan kepada
b. belum diajukan permohonan untuk diterbitkan UPTSA paling lambat 6 (enam) bulan sebelum jangka
Izin Mendirikan Bangunan. waktu IPT berakhir;
Terjadi kekaburan norma atau perbedaan penafsiran b. tidak menjaga/melakukan pengamanan tanah obyek
antara Penggugat dan Tergugat pada pasal 8 ayat (1) huruf IPT, sehingga tanah tersebut dimanfaatkan oleh pihak
b yang berbunyi “menelantarkan tanah hingga 3 (tiga) lain.
tahun sejak dikeluarkannya IPT”. Tergugat menganggap Setelah melihat penjelasan pasal 8 ayat (1) hurud b lalu
bahwa Penggugat menelantarkan tanah sedangkan apabila dikaitkan dengan pertimbangan hakim dan fakta di
Penggugat menganggap tidak menelantarkan tanah karena persidangan dapat dilihat bahwa Penggugat tidak
belum melewati jangka waktu 3 tahun sejak IPT menelantarkan. Pada saat melakukan peninjauan lokasi
diterbitkan. Dalam hal ini frasa “menelantarkan” yang oleh majelis hakim, objek sengketa telah dilakukan proses
mengkibatkan terjadinya perbedaan penafsiran antara pembangunan seperti peruntukannya pada IPT yaitu
Penggugat dan Tergugat. Melihat hal tersebut penulis digunakan sebagai perumahan. Penggugat juga menjaga
merujuk pada bab penjelasan yang ada pada PERDA Kota tanah dan tanah objek sengketa juga tidak dimanfaatkan
Surabaya yang penjelasan mengenai pasal 8 ayat (1) huruf oleh pihak lain. Penggugat tidak melakukan pembangunan
b sebagai berikut : setelah IPT diterbitkan dikarenakan akses yang tidak bisa
Yang dimaksud dengan menelantarkan tanah yaitu : dilewati untuk memasukkan bahan meterial bangunan.
a. Pemegang IPT belum mendirikan bangunan yang
sesuai dengan peruntukan/penggunaan yang tercantum
Surabaya telah melanggar AUPB yaitu asas kecermatan
Selanjutnya, menambahkan pertimbangan hakim dalam mengelurkan Keputusan Tata Usaha Negara. Sesuai
nomor 4 yang berbicara mengenai alasan Tergugat dengan pasal 1 angka 12 Undang-Undang 30 Tahun 2014
melakukan pecabutan IPT karena tanah objek sengketa tentang Administrasi Pemerintahan yaitu “asas-asas umum
akan dibangun fasilitas umum yaitu penampungan air atau pemerintahan yang baik selanjutnya disingkat AUPB
bozem. Pada saat pengajuan IPT setiap orang harus melihat adalah prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan
dulu rencana tata ruang wilayah Surabaya apakah tanah wewenang bagi pejabat pemerintahan dalam mengeluarkan
yang akan dikeluarkan IPT adalah tanah yang sesuai keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan
dengan peruntukannya. pemerintahan”. Setiap badan/pejabat tata usaha negara
Rencana tata ruang wilayah surabaya diatur di dalam wajib mematuhi AUPB, dalam kasus ini walikota Surabaya
Perda Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2014 Tentang selaku badan yang berwenang untuk mengeluarkan IPT
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya. Pengertian kurang cermat dalam mengeluarkan keputusan sehingga
Rencana Tata Ruang diatur dalam pasal 1 yaitu “Rencana menimbulkan kerugian bagi Fong Akie Wiyono.
Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut Selanjutnya yaitu pertimbangan hakim pada
RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang Pengadilan tingkat ke 2 di Pengadilan Tinggi Tata Usaha
pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis Negara dengan Putusan Nomor : 109/B/2019/
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya PT.TUN.SBY. sebagai berikut :
ditentukan berdasarkan aspek administratif”. Pada Perda 1. Menimbang, bahwa jika dilihat bagian kop surat,
nomor 12 tahun 2014 tersebut diatur tentang rencana nomenklatur surat keputusan, dan bagian penutup
pembangunan kota Surabaya dan pembagian setiap objek sengketa dengan kode P-4=T-8 terdapat
kawasan tertentu yang akan dibangun untuk kepentingan contradictio interminis di dalamnya, keadaan
dan fungsi yang berbeda-beda. tersebut melahirkan isu hukum siapakah yang
Sedangakan, bila dikaitkan dengan permasalahan ini bertanggung gugat atau yang didudukkan sebagai
dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Surabaya tidak tergugat jika surat bukti dengan kode P-4=T-8
konsisten dalam menerbitkan IPT yang tidak sesuai dengan digugat di Pengadilan Administrasi Negara.
RTRW Kota Surabaya. Apabila RTRW objek sengketa 2. Menimbang, berdasarkan Peraturan Daerah Kota
akan dibangun fasilitas umum berupa penampungan air Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Izin
atau bosem seharusnya tidak perlu diterbitkan IPT. Oleh Pemakaian Tanah, khususnya yang berkaitan dengan
karena itu penulis menganggap bahwa Pemerintah Kota

90
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

pemberian izin pemakaian tanah menentukan ketentuan pasal 4 ayat (2) PERDA Kota Surabaya
sebagai berikut : Nomor 3 tahun 2016 tentang IPT menerima
KEWENANGAN pelimpahan wewenang (delegasi) dalam pemberian
Pasal 4 IPT maka berwenang pula mencabut IPT yag telah
(1) Setiap orang Warga Negara Indonesia atau badan dikeluarkannya.
yang akan memakai tanh harus terlebih dahulu 6. Menimbang, dengan menghubungkan ketentuan
memperoleh IPT dari Walikota. pasal 4 ayat (2) PERDA Kota Surabaya Nomor 3
(2) Kewenangan Walikota sebagaimana dimaksud Tahun 2016 Tentang IPT dengan asa a cantrarius
pada ayat (1) dilimpahkan kepada kepala dinas. actus serta ketentuan pasal 1 angka 12 Undang-
3. Menimbang. Bahwa dengan mengacu kepada pasal Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan
1 angka 12 Undan-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1086
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Tentang peradilan Administrasi Negara, maka
Nomor 51 Tahun 1986 tentang Peradilan Majelis Hakim Banding berpendapat di dalam
Administrasi Negara, kata dilimpahkan adalah permusyawaratan dan bersepakat bahwa yang
bermakna delegasi, bukan mandat. seharusnya bertanggung gugat atau yang
4. Menimbang, bahwa di dalam PERDA Kota didudukkan sebagai Tergugat ketika subjek
Suarabaya nomor 3 tahun 2016 tentang Izin sengketa dengan kode P-4=T-8 adalah Kepala
Pemakaian Tanah tidak mengatur secara expressis Dinas Bangunan Dan Tanah Kota Surabaya, bukan
verbus wewenang pencabutan IPT, dalam hal Walikota Surabaya.
demikian maka berlaku asa “a contrarius actus”, Pada putusan banding nomor:
dan perjabat tata usaha negara yang berwenang 109/B/2019/PT.TUN.SBY Majelis Hakim pada amar
menerbitkan keputusan, maka berwenang pula putusannya mengabulkan permohonan banding dari
untuk mencabutnya. Tergugat yaitu Walikota Surabaya. Penulis kurang setuju
5. Menimbang, bahwa oleh karena Kepala Dinas
Bangunan Dan Tanah Kota Surabaya berdasarkan
dengan pertimbangan hakim pada putusan banding keputusan yang diambil penerima mandat tetap berada
nomor: 109/B/2019/PT.TUN.SBY yang menyatakan pada pemberi mandate (Ridwan, 2006:102).
bahwa subjek gugatan salah. Majelis Hakim dalam Apabila melihat dari surat pencabutan IPT yang
pertimbangannya menyatakan bahwa di dalam PERDA diterima penggugat terdapat tulisan pada kop surat atas
Kota Suarabaya nomor 3 tahun 2016 tentang Izin nama “DINAS PENGELOLAAN BANGUNAN DAN
Pemakaian Tanah tidak mengatur secara expressis verbus TANAH” lalu pada nomenklatur surat tertulis
wewenang pencabutan IPT, dalam hal demikian maka “KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR
berlaku asas “a contrarius actus”, dan perjabat tata usaha 188.45/3530/436.7.11/2018 TENTANG PENCABUTAN
negara yang berwenang menerbitkan keputusan, maka IPT”. Sedangkan, menurut pasal 14 angka (4) Undang-
berwenang pula untuk mencabutnya. Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Terjadi kekaburan norma dalam penentuan subjek Pemerintah “Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
sengketa yang harus digugat pada kasus ini. Pada PERDA menerima Mandat harus menyebutkan atas nama Badan
Kota Surabaya nomor 3 tahun 2016 tentang IPT tidak dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
dijelaskan secara tertulis mengenai wewenang apa yang Mandat”.
dilimpahkan kepada kepala Dinas Pengelolaan Bangunan Apabila dikaitkan dengan pasal tersebut pada surat
dan Tanah Kota Surabaya. Hal tersebut yang pencabutan dari Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah
mengakibatkan perbedaan interpretasi antara Pembanding juga menyebutkan Walikota Surabaya pada nomenklatur
dan Terbanding maupun Majelis Hakim itu sendiri terkait surat dan penutup surat. Jadi apabila di tarik kesimpulan
dengan kewenangan apa yang dimiliki oleh Dinas. mengenai kewenangan apa yang ada pada Dinas
Ridwan HR menjelaskan bahwa delegasi tidak ada Pengelolaan Bangunan dan Tanah maka menurut penulis
penciptaan wewenang, yang ada hanya pelimpahan adalah wewenang mandat. Mengingat pada pasal 14
wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat lainnya. Undang-Undang Administrasi Pemerintah pada penjelasan
Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi tidak ada aturan mengenai badan yang diberi
delegasi, tetapi beralih pada penerima delegasi. Sementara delegasi harus mencantumkan atas nama badan yang
pada mandat, penerima mandat hanya bertindak untuk dan
memberi delegasi.
atas nama pemberi mandat, tanggung jawab akhir

91
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

2. AKIBAT HUKUM PUTUSAN NOMOR : sebesar Rp. 2.801.000,- dan peradilan tingkat
109/B/2019/PT.TUN.SBY. KEPADA PIHAK banding, khusus peradilan tingkat banding ditetapkan
TERKAIT sebesar Rp. 250.000,-.
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan 2) Kehilangan IPT
oleh hukum, terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh Apabila Fong Akie Wiyono tidak melakukan upaya
subjek hukum (Ali, 2008:192). Akibat hukum merupakan hukum lagi yaitu kasasi maka Fong harus merelakan
suatu akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk tanah yang diterbitkan IPT diambil alih oleh
memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku Pemerintah Kota Surabaya.
hukum. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur 3) Menerima ganti rugi dari Pemerintah Kota Surabaya
oleh hukum, sedangkan tindakan yang dilakukan Fong berhak menerima ganti rugi karena tanah objek
merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai sengketa telah terdapat bangunan dan dicabut atas
dengan hukum yang berlaku (Soeroso, 2006:295). dasar untuk pembangunan fasilitas umum sesuai
Pada kasus ini Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dengan pasal 12 ayat (2) PERDA Kota Surabaya
Surabaya pada amar putusan nomor nomor 3 tahun 2016 tentang IPT yang berbunyi “IPT
109/B/2019/PT.TUN.SBY menyatakan mengabulkan dapat dicabut dengan pemberian ganti kerugian atas
permohonan Pembanding/Tergugat untuk Membatalkan bangunan apabila tanah yang bersangkutan
penundaan pelaksanaan Keputusan Walikota Surabaya dibutuhkan untuk kepentingan umum”.
Nomor : 188.45/3530/436.7.11/2018 tanggal 4 juni 2018 4) Akan kesulitan dalam mengajukan IPT baru
tentang Pencabutan Surat Izin Pemakaian Tanah Nomor Fong akan kesulitan mengajukan IPT baru karena
188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13 April 2017 dianggap memiliki rekam jejak yang buruk akibat
dengan objek tanah di Jalan Simohilir XII/4 Surabaya atas kasus sengketa tersebut.
nama Fong Akie Wiyono. Akibat hukum yang harus 5) Mengajukan upaya hukum kasasi
diterima oleh Fong Akie Wiyono yaitu : Kasasi adalah pembatalan putusan atas penetapan
1) Membayar biaya persidangan pengadilan dari semua lingkungan peradilan dalam
Pada amar putusan banding nomor : tingkat peradilan terakhir. Putusan Kasasi yang
188.45/3530/436.7.11/2018 Majelis Makim dihasilkan oleh Mahkamah Agung merupakan
Menghukum Terbanding/Penggugat untuk membayar putusan yang terakhir yang mengikat kepada para
biaya perkara dalam peradilan tingkat pertama pihak berperkara, dalam arti lain putusan tersebut
ditetapkan sebagai putusan yang telah mempunyai Mahkamah Agung membatalakan putusan atau penetapan
kekuatan hukum tetap (inkracht van Gewijsde), pengadilan karena:
sebagai dinyatakan oleh . H.R.W. Gokkel dan N. Van 1) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.
Der Wal bahwa “Kekuatan mengikat pada suatu 2) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang
putusan mengandung arti bahwa pihak yang terkait berlaku.
dengan putusan harus mengakui kebenaran yang 3) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
terkandung dalam putusan. Dalam istilah Latin peraturan perundang-undangan yang mengancam.
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang Selanjutnya akibat hukum dari putusan nomor
tetap dikatakan “Res judicata pro veritate accipitur” 109/B/2019/PT.TUN.SBY yang diterima oleh pihak
(isi daripada suatu keputusan berlaku sebagai benar) Pembanding atau Walikota Surabaya yaitu :
(Wantu, 2010:200). 1) Mencabut IPT atas nama Fong Akie Wiyono
Dalam Pasal 23 UU No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Walikota Surabaya akan mencabut IPT nomor :
Kehakiman berbunyi putusan pengadilan dalam tingkat 188.45/ 0552B/ 436.7.11/2017 tanggal 13 April 2017
banding dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah dengan objek tanah di Jalan Simohilir XII/4 Surabaya
Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali atas nama Fong Akie Wiyono apabila tidak ada upaya
undang-undang menentukan lain. hukum lagi dari Fong Akie Wiyono
Sementara di bidang tata usaha negara, Kasasi diatur 2) Membayar ganti rugi
dalam pasal 131 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Sesuai dengan pasal 12 ayat (2) PERDA Kota
tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pemeriksaan kasasi Surabaya nomor 3 tahun 2016 tentang IPT yang
untuk perkara yang diputuskan oleh pengadilan di berbunyi “IPT dapat dicabut dengan pemberian ganti
lingkungan peradilan agama atau di lingkungan PTUN. kerugian atas bangunan apabila tanah yang
Tenggang waktu mengajukan kasasi 14 hari setelah bersangkutan dibutuhkan untuk kepentingan umum”
putusan yang dimaksud diberitahu kepada pemohon. maka Walikota Surabaya harus memberikan ganti

92
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

rugi kepada Fong karena sudah terdapat bangunan di dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menerima
atas tanah objek sengketa. Mandat harus menyebutkan atas nama Badan
3) Melakukan pembangunan penampungan air/bozem dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
Sesuai dengan tujuan pencabutan IPT yaitu Mandat”. Jadi Walikota Surabaya tetap bertanggung
membangun fasilitas umum berupa penampungan jawab atas sebuah keputusan karena Dinas
air/bozem maka Pemerintah Kota Surabaya harus Pengelolaan Bangunan dan Tanah hanya sebagai
segera membangunnya apabila segala administrasi penerima mandat.
mengenai pencabutan IPT sudah selesai. 2) Akibat hukum putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Surabaya Nomor : 109/B/2019/PT.TUN.SBY
PENUTUP adalah dibatalkannya putusan pengadilan tingkat
Kesimpulan pertama dan membatalkan penundaan pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang Keputusan Walikota Surabaya Nomor :
telah diuraikan pada pembahasan, maka kesimpulannya 188.45/3530/436.7.11/2018 tanggal 4 juni 2018
adalah sebagai berikut : tentang Pencabutan Surat Izin Pemakaian Tanah
1) Majelis hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Nomor 188.45/0552B/436.7.11/2017 tanggal 13
Surabaya dalam pertimbangan hukumnya untuk April 2017 dengan objek tanah di Jalan Simohilir
memutus perkara nomor : 109/B/2019/PT.TUN.SBY XII/4 Surabaya atas nama Fong Akie Wiyono.
mengenai sengketa antara Fong Akie Wiyono dan Apabila Fong Akie Wiyono tidak melakukan upaya
walikota Surabaya menurut penulis kurang tepat. hukum kasasi, tanah IPT akan tetap dicabut sesuai
Majelis hakim pada amar putusannya dengan Surat Keputusan Walikota Surabaya Nomor :
mempertimbangkan bahwa subjek gugatan yang 188.45/3530/436.7.11/2018.
digugat oleh Terbanding salah karena yang
seharusnya digugat adalah Dinas Pengelolaan Saran
Bangunan dan Tanah Kota Surabaya. Menurut Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
penulis, Subjek gugatan yang gugat oleh Penggugat diuraikan dalam pembahasan, maka saran yang dapat
tidak salah. Kewenangan yang ada pada Dinas penulis berikan bagi para pihak adalah sebagai berikut :
Pengelolaan Bangunan dan Tanah maka menurut 1) Bagi Terbanding/Fong Akie Wiyono dapat
penulis adalah wewenang mandat. Sesuai dengan melakukan upaya hukum kasasi karena menurut
pasal 14 angka (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 Tentang Administrasi Pemerintah “Badan
penulis subjek gugatan yang diajukan Terbanding Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2015, Dualisme
tidak salah. Putusan Kasasi yang dihasilkan oleh Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Mahkamah Agung merupakan putusan yang terakhir Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang mengikat kepada para pihak berperkara,
Harahap, M. Yahya, 1994, Beberapa Permasalahan
dalam arti lain putusan tersebut ditetapkan sebagai Hukum Acara Peradilan, Jakarta: YayasanAl-
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap Hikmah.
(inkracht van Gewijsde). Diharapkan upaya hukum
kasasi tersebut dapat memberikan kepastian hukum HR, Ridwan, 2002, Hukum Administrasi Negara,
terhadap kewenangan apa yang ada pada Dinas Yogyakarta: FH UII Press.
Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya.
Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum,
2) Bagi Pembanding/Walikota Surabaya diharapkan
Jakarta : Prenada Media.
untuk lebih cermat dalam mengeluarkan Keputusan
Tata Usaha Negara sehingga tidak merugikan pihak Setiadi, Wicipto, 1994, Hukum Acara Pengadilan Tata
lain dan diharapkan dapat lebih mematuhi asas-asas Usaha Negara Suatu Perbandingan, Raja Grafi ndo
umum pemerintahan yang baik (AUPB). Persada, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar


BUKU Grafika.
Ali, Achmad, 2008, Menguak Tabir Hukum, Ghalia
Indonesia. Umar, Dzulhifli dan Utsman Handoyo, 2000, Kamus
Hukum, Surabaya : Quantum Media Press.

93
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Wantu, Fence M. Mutia Ch Thalib, Suwitno Y. Imran,


2010, Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata, UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
Reviva Cendekia. Yogya. LAINNYA
JURNAL Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Cesaria, Penerapan Hukum atas Peraaturan Daerah No. Kekuasaan Kehakiman.
16 Tahun 2014 Tentang Pelepasan Tanah Aset
Pemerintah Kota Surabaya Terhadap Hak Undang-Undang Nomor 5I Tahun 2009 Tentang
Pengelolaan “Surat Hijau”, volume 5, nomor 2, Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
2016, hlm 2. Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
Fairuz, Andria, 2017, Penyelesaian Kredit Macet di Bank
Mega Syariah dengan Jaminan Bangunan yang Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Berdiri di Atas Tanah Izin Pemakaian Tanah (Surat Administrasi Pemeritahan.
Hijau), Universitas Jember.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun
Sukaryanto, Konflik Tanah Surat Ijo di Surabaya 2016 Tentang Izin Pemakaian Tanah.
(Sebuah Perspektif Teoritik-Resolutif), Vol. 2 No.
2, November 2016, hlm 166. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun
DOKTRIN 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Tamsil, Dosen Jurusan Hukum, Universitas Negeri Kota Surabaya.
Surabaya, 2019.

94

Anda mungkin juga menyukai