Anda di halaman 1dari 5

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-42758/PP/M.

XVI/16/2013

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

Tahun Pajak : 2007

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah, koreksi penjualan mobil Toyota
Kijang B 8717 SO sebesar Rp76.000.000,00 dan koreksi penjualan mobil
Opel Blazer B 1898 SU sebesar Rp36.000.000,00, sehingga total koreksi yang
masih menjadi sengketa adalah sebesar Rp112.000.000,00.

Koreksi penjualan mobil Toyota Kijang B 8717 SO sebesar


Rp76.000.000,00

Menurut Terbanding: bahwa menurut Pemeriksa, berdasarkan penjelasan Pasal 16 D Undang-


Undang Nomor 18 Tahun 2000 :
”Penyerahan mesin, bangunan, peralatan, perabotan atau aktiva lain yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena
Pajak, dikenakan pajak sepanjang memenuhi persyaratan yaitu bahwa Pajak
Pertambahan Nilai yang dibayarkan pada saat perolehannya, sesuai
ketentuan undang-undang ini, dapat dikreditkan”.

Menurut Pemohon : bahwa walaupun kendaraan Toyota Kijang ini dibeli dari Perusahaan, namun
seperti telah Pemohon Banding jelaskan di dalam Surat Banding, sewaktu
Pemohon Banding melakukan pembelian atas kendaraan ini Pemohon
Banding tidak menerima Faktur Pajak dari pihak penjual, oleh karena itu
sewaktu pembelian tidak ada PPN Masukan yang dapat Pemohon Banding
kreditkan sebab Pemohon Banding memang tidak memiliki dokumen apapun
yang dapat menjadi dasar pengkreditan PPN Masukan Pemohon Banding,
karena tidak ada PPN Masukan yang dapat dikreditkan, maka pada saat
penjualan kendaraan tersebut PPN Keluarannya juga tidak Pemohon Banding
pungut.

Koreksi penjualan mobil Opel Blazer B 1898 SU sebesar Rp36.000.000,00

Menurut Terbanding : bahwa menurut Pemeriksa, berdasarkan penjelasan pasal 16 Undang-Undang


Nomor 18 Tahun 2000: ”Penyerahan mesin, bangunan, peralatan, perabotan
atau aktiva lain yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh Pengusaha Kena Pajak, dikenakan pajak sepanjang memenuhi
persyaratan yaitu bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dibayarkan pada
saat perolehannya, sesuai ketentuan undang-undang ini, dapat dikreditkan”.

Menurut Pemohon : bahwa mobil Opel Blazer ini memang Pemohon Banding beli dari orang
pribadi yang tidak berstatus PKP, sehingga pada saat pembelian Pemohon
Banding tidak menerima Faktur Pajak dan tidak ada Pajak Masukan yang
dapat Pemohon Banding kreditkan, Pemohon Banding sudah memperlihatkan
dokumen-dokumen transaksi yang Pemohon Banding miliki kepada
Terbanding sewaktu proses pemeriksaan.

Menurut Majelis : bahwa dalam persidangan, telah dilakukan uji bukti antara Pemohon Banding
dengan Terbanding.

bahwa dokumen yang ditunjukkan oleh Pemohon Banding dalam uji bukti
tersebut adalah sebagai berikut :
1. voucher pengeluaran bank,
2. bukti setoran BCA,
3. cek BCA (pembayaran),
4. bukti pengeluaran kas kecil,
5. fotokopi STNK,
6. Kuitansi tanda pembayaran,
7. SPT Masa PPN :
a. Januari 2002
b. Februari 2002
c. Maret 2002
d. April 2002
e. Oktober 2001
f. November 2001
g. Desember 2001

bahwa berdasarkan hasil uji bukti tersebut, Terbanding mengemukakan hal-


hal sebagai berikut:

bahwa Terbanding melakukan koreksi DPP PPN Pasal 16 D sebesar


Rp180.500.000,00 yang merupakan koreksi atas penjualan aktiva berupa
kendaraan yang untuk tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan dengan
rincian sebagai berikut :
1. DPP penjualan Opel Blazer Rp36.000.000,00
2. DPP penjualan Toyota Kijang Rp76.000.000,00
3. DPP penjualan Daihatsu Taruna Rp68.500.000,00

bahwa dalam Surat Bandingnya, Pemohon Banding menyatakan nilai yang


disengketakan adalah Rp232.500.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
1. DPP penjualan Opel Blazer Rp36.000.000,00
2. DPP penjualan Toyota Kijang Rp76.000.000,00
3. DPP penjualan Daihatsu Taruna Rp68.500.000,00
4. DPP penjualan Honda Accord Rp52.000.000,00

bahwa dalam Surat Uraian Banding untuk sengketa Honda Accord, Pemohon
Banding menyatakan tidak setuju untuk dikoreksi karena mobil tersebut
berupa sedan.

bahwa berdasarkan Surat Uraian Banding (halaman 4 dan 5), Terbanding


menjelaskan bahwa dari total penjualan aktiva tetap sebesar
Rp232.500.000,00, Terbanding menetapkan DPP PPN atas pengalihan aktiva
tetap (PPN Pasal 16 D) sebesar Rp180.500.000,00 tidak termasuk penjualan
sedan, jadi pendapat Pemohon Banding bahwa Terbanding mengenakan PPN
atas penjualan sedan adalah tidak benar karena atas penjualan sedan Honda
Accord tersebut tidak termasuk dalam koreksi Terbanding.

bahwa selanjutnya untuk pengalihan aktiva tetap Daihatsu Taruna senilai


Rp68.500.000,00 tidak menjadi sengketa banding karena pada saat
memberikan tanggapan atas hasil penelitian keberatan, Pemohon Banding
setuju atas koreksi Terbanding.

bahwa hal inipun telah dinyatakan Pemohon Banding di dalam persidangan di


depan Majelis Hakim.

bahwa dengan demikian, nilai yang masih menjadi sengketa adalah


Rp112.000.000,00 yaitu untuk DPP penjualan Toyota Kijang sebesar
Rp76.000.000,00 dan Opel Blazer sebesar Rp36.000.000,00.

bahwa pada saat uji bukti, Pemohon Banding membawa bukti berupa:
- Voucher pengeluaran bank,
- Bukti setoran BCA,
- Cek BCA,
- Bukti pengeluaran kas kecil,
- Fotokopi STNK Nomor : 0071249/MJ/001 untuk Nomor Polisi Kendaraan
B 8717 SO,
- SPT Masa PPN Masa Januari, Februari, Maret, dan April 2002,
bahwa hasil penelitian atas bukti pendukung yang diserahkan oleh Pemohon
Banding dalam uji bukti adalah sebagai berikut :

a. bahwa Pemohon Banding menjelaskan bahwa kendaraan Toyota Kijang


yang dibeli pada tanggal 21 Januari 2002 adalah dibeli dari dealer mobil
bekas dan pada saat pembeliannya tidak dipungut PPN,

b. bahwa dalam uji bukti, Pemohon Banding menunjukkan bukti pengeluaran


bank biaya pembelian 1 unit kendaraan Kijang SGX Tahun 2000 tanggal
21 Januari 2002 senilai Rp126.000.000,00, bukti cek BCA, bukti setoran
BCA, serta STNK kendaraan,

c. bahwa pembayaran dilakukan Pemohon Banding kepada PT Nivana Nisya


Syabana Utama atau Nivana Motor,

d. bahwa Pemohon Banding menunjukkan fotokopi STNK atas nama pemilik


: NNN, namun faktanya kendaraan tersebut adalah milik dari PT Nivana
Nisya Syabana Utama selaku dealer, yang seharusnya adalah PKP yang
memiliki kewajiban memungut PPN sesuai Pasal 3A Undang-Undang
PPN,

e. bahwa dalam STNK juga disebutkan jenis dan model kendaraan adalah
minibus, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf c dan Pasal
16D Undang-Undang PPN menurut Terbanding tidak termasuk jenis
kendaraan yang dikecualikan dan terutang PPN dengan tarif 10%,

f. bahwa dalam bukti pembayaran berupa cek BCA dan setoran BCA senilai
Rp126.000.000,00 tidak terdapat keterangan apakah nilai tersebut termasuk
PPN atau tidak, sehingga bisa jadi nilai pembelian tersebut sudah termasuk
PPN,

g. bahwa penelitian yang dilakukan terhadap pelaporan SPT Masa PPN untuk
masa dimana terjadi pembelian dilakukan terhadap 4 (empat) masa pajak,
yaitu Januari, Februari, Maret, dan April tahun 2002. Dalam lampiran B.1
SPT Masa Januari, Februari, Maret dan April tidak terlihat nilai PPN dan
pengkreditan Pajak Masukannya,

h. bahwa meskipun demikian, Terbanding tetap berpendapat bahwa dalam


Pasal 16D Undang-Undang PPN telah dinyatakan bahwa “PPN dikenakan
atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan
semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang
dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan”,

i. bahwa dengan demikian, ketentuan pengkreditan Pajak Masukan tidak


merupakan keharusan, oleh karena itu terkait dengan ketentuan tersebut,
meskipun Pajak Masukan tidak dikreditkan oleh Pemohon Banding, namun
apabila aktiva yang pada saat pembeliannya terdapat PPN yang dapat
dikreditkan, maka pada saat penjualannya terutang PPN Pasal 16D sebesar
10%.

bahwa berdasarkan penilaian bukti yang terungkap dalam persidangan,


Majelis menilai dan berkesimpulan sebagai berikut :

bahwa koreksi objek pajak (DPP) PPN atas pengalihan mobil Toyota Kijang
B 8717 SO sebesar Rp76.000.000,00 dan mobil Opel Blazer sebesar
Rp36.000.000,00 tidak dipungut PPN dan pemilik kendaraan tersebut adalah
orang pribadi (bukan PKP) walaupun bukti kepemilikan masih atas nama PT
Nivana Nisya Syahbana Utama yaitu dealer mobil, hal ini karena belum
dilakukan Balik Nama kendaraan, menurut keyakinan Majelis pemilik yang
sebenarnya adalah orang pribadi dimaksud karena keadaan seperti ini adalah
merupakan peristiwa yang sering terjadi di masyarakat, sehingga tidak
dipungut PPN oleh penjualnya karena bukan PKP, pada saat perolehannya
dan terbukti tidak ada Pajak Masukan yang dikreditkan, oleh karena itu
dikaitkan dengan ketentuan Pasal 16D Undang-Undang PPN, transaksi
penyerahan mobil Toyota Kijang dan Opel Blazer tidak memenuhi unsur-
unsur sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 16D Undang-Undang
PPN, sehingga koreksi Terbanding tidak dapat dipertahankan.

bahwa objek pajak atas pengalihan mobil Daihatsu Taruna sebesar


Rp68.500.000,00 Pemohon Banding telah mengakui dalam persidangan atas
koreksi tersebut disetujui, oleh karena itu koreksi Terbanding tetap
dipertahankan.

bahwa dengan demikian, dari seluruh koreksi Terbanding atas objek pajak
PPN karena pengalihan mobil Kijang, Opel Blazer dan mobil Daihatsu Taruna
sebesar Rp180.500.000,00, yang tetap dipertahankan adalah koreksi sebesar
Rp68.500.000,00 atas pengalihan mobil Daihatsu Taruna, sedangkan koreksi
selebihnya sebesar Rp112.000.000,00 yang terdiri dari koreksi atas
pengalihan mobil Kijang B 8717 SO sebesar Rp76.000.000,00 dan mobil
Opel Blazer sebesar Rp36.000.000,00 tidak dapat dipertahankan.

bahwa berdasarkan hasil penelitian Majelis terhadap data / dokumen dalam


berkas banding, keterangan Pemohon Banding maupun Terbanding dalam
persidangan serta uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan bahwa
terdapat bukti yang meyakinkan bagi Majelis untuk mengabulkan sebagian
permohonan banding Pemohon Banding terhadap koreksi DPP PPN Masa
Pajak Januari sampai dengan Desember 2007 sebesar Rp 164.000.000,00,
sehingga PPN yang masih harus dibayar Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2007 dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

1 Dasar Pengenaan Pajak


a. Atas Penyerahan barang dan Jasa yang terutang PPN
a.1. Ekspor Rp 0,00
a.2. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri Rp 334.120.513.188,00
Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp 112.000.000,00
Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri Rp 334.008.513.188,00
a.3. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN Rp 0,00
a.4. Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Rp 97.173.991,00
a.5. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN Rp 0,00
a.6. Jumlah Rp 334.105.687.179,00
b. Atas Penyerahan barang dan Jasa yang tidak terutang PPN Rp 0,00
c. Jumlah seluruh penyerahan Rp 334.105.687.179,00
2 Perhitungan PPN Kurang Bayar:
a. Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri Rp 33.400.851.318,00
b. Dikurangi:
b.1. PPN yang disetor dimuka dalam masa pajak yang sama Rp 28.711.825.619,00
b.2. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Rp 0,00
b.3. STP (Pokok Kurang Bayar) Rp 0,00
b.4. Dibayar dengan NPWP sendiri Rp 4.682.814.575,00
b.5. Lain-lain Rp 0,00
b.6. Jumlah Rp 33.394.640.194,00
c. Diperhitungkan:
c.1. SKPPKP Rp 0,00
d. Jumlah Pajak Yang Dapat Diperhitungkan Rp 33.394.640.194,00
e. Jumlah perhitungan PPN Kurang/(Lebih) Bayar Rp 6.211.124,00
3 Kelebihan Pajak yang sudah:
a. Dikompensasikan ke masa pajak berikutnya Rp 901.306,00
b. Dikompensasikan ke masa pajak ……(karena pembetulan) Rp 0,00
c. Jumlah Rp 901.306,00
4 Jumlah yang kurang dibayar Rp 7.112.430,00
5 Sanksi Administrasi:
a. Sanksi Bunga Pasal 13 (2) KUP Rp 2.747.801,00
b. Kenaikan Pasal 13 (3) KUP Rp 0,00
c. Bunga Pasal 13 (5) KUP Rp 0,00
d. Kenaikan Pasal 13A KUP Rp 0,00
e. Kenaikan Pasal 17C (5) KUP Rp 0,00
f. Kenaikan Pasal 17 D (5) KUP Rp 0,00
g. Jumlah Rp 2.747.801,00
6 Jumlah PPN yang masih harus dibayar Rp 9.860.231,00

Memperhatikan : Surat Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan dan hasil pemeriksaan
serta pembuktian dalam persidangan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

2. Ketentuan perundang.undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku


dan yang berkaitan dengan perkara ini.

Memutuskan : Menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding atas Keputusan


Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-745/WPJ.06/2010 tanggal 25 Agustus
2010, tentang Keberatan Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Pertambahan Nilai Nomor : 00133/207/07/073/09 tanggal 24 Juni 2009 Masa
Pajak Januari sampai dengan Desember 2007, sehingga Pajak Pertambahan
Nilai yang terutang Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2007
dihitung kembali menjadi sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak Rp 334.105.687.179,00

Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri Rp 33.400.851.318,00


Jumlah Pajak Yang Dapat Diperhitungkan Rp 33.394.640.194,00
Jumlah perhitungan PPN Kurang/(Lebih) Rp 6.211.124,00
Bayar
Kelebihan Pajak yang sudah:
Dikompensasikan ke masa pajak berikutnya Rp 901.306,00
Jumlah yang kurang dibayar Rp 7.112.430,00
Sanksi Administrasi:
Sanksi Bunga Pasal 13 (2) KUP Rp 2.747.801,00
Jumlah PPN yang masih harus dibayar Rp 9.860.231,00

Anda mungkin juga menyukai