Anda di halaman 1dari 13

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TETANG JUAL-BELI ONLINE

Asha
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
ashabungin@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai prespektif hukum islam tentang jual beli
online. Jual beli online merupakan terend baru di kalangan masyarakat khususnya di indonesia.
Sistem jaul beli online meruakan bentuk transaksi yang memungkinkan penjual dan pembeli
melakukan tukar-menukar barang tanpa harus berttatap muka. Dalam islam jual beli online
termasuk dalam kategori salam. Salam merupakan suatu bentuk transaksi jual beli, dimana
barang masih berada dalam tanggungan penjual tetapi pembayarannya segera, secara langsung
atau dalam bentuk tunai. Dengan demikian jual beli online dalam perspektif hukum islam
dibolehkan selama memenuhi beberapa syarat; seperti transparansi, kejujuran dan keterbukaan.
Kata Kunci: Hukum, Jual Beli, Online

A. Pendahuluan
Kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia merupakan anugerah Tuhan yang
paling fenomenal. Dengan kecerdasan tersebut manusia menciptakan segala sesuatu untuk
memenuhi kebutuhannya dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu hasil ciptaan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya adalah teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
teknologi informasi tersebut manusia menjalin komunikasi melalui virtual. Komunikasi yang
terjalin tersebut tidak hanya terjadi secara regional, tetapi juga secara internasional. Segala
sesuatu yang menjadi kebutuhan dasar manusia, dengan adanya teknologi komunilasi dan
informasi begitu mudahnya terpenuhi.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan, manusia saat ini lebih banyak menggunakan jasa
internet, baik dalam hal pekerjaan kantor, kegiatan pemerintahan, kegiatan rumah tangga,
belajar-mengajar, liburan, jual beli dan sebagainya. Dalam hal bidang usaha dan pemasaran
dalam hal ini jual beli, internet memiliki peran yang sangat penting. Salah satu model jual beli
yang saat ini sangat trend dan sangat diminati masyarakat adalah jual beli barang secara
online.
Agama islam merupakan agama rahmatal lil alamin. Artinya agama islam bukan
hanya mengatur hubungan antara sang pencipta (khaliq) dengan yang dicipta (makhluk) dalam
bentuk ‘ibadah, tetapi Islam juga mengatur hubungan antar sesama ciptaan makhluk, seperti
halnya muamalah atau jual beli, nikah, warisan, dan lain sebagainya agar manusia hidup rukun
di dalam rasa damai, adil dan kasih sayang. 1
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa fenomena jual beli secara
online adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita hindari. Hal itu merupakan bentuk
perkembangan zaman yang harus kita hadapi dan kita sikapi secera proforsional. Di sisi lain
fenomena tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi kita ummat mulim, mengapa karena
praktik-prakit ibadah kita tentu harus merujuk kepada dasar dasat yang pundamen, yakini al-
Qur’an dan Hadits, kemudian termasuk Ijma’ para Ulama. Oleh karena itu dalam tulisan yang
sederhana ini penulis mencoba membahas mengenai; bagaimanakah hukum jual beli online
dalam perfektif islam? Seperti apa jual beli online yang dibolehkan dalam islam?. Tulisan ini
berupaya membahas dua isu pokok tersebut yang nantinya diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang mendalam bagi pembaca tentang perspektif hukum islam tentang jual beli
online.
B. Pembahasan
1. Jual Beli
Apabila kita menelususri literatur istilah jual beli merupakan gabungan dari dua
suku kata, yakni kata “Jual dan Beli”. Pada intinya kedua kata ini “Jual” dan “Beli”
memiliki makna yang cukup berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kata “Jual”
memiliki makna adanya suatu aktivitas atau perbuatan menjual atau menyerahkan sesuatu,
sedangkan “Beli” bermakna adanya aktivitas atau perbuatan membeli atau memperoleh
seuatu.2 Menurut bahasa, jual beli berarti menukarkan sesuatu dengan sesuatu.3
Sedangkan menurut Hidayat menjelaskan bahwa Jual beli merupakan suatu
aktivitas tukar menukar barang dengan barang lain dengan menggunakan catacara tertentu.
Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang. Jual beli
itu sendiri yaitu: tukar menukar barang dengan barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lainatas dasar saling merelakan. 4

1
Abdul Munip, “Hukum Islam dan Muamalah (Asas-asas Hukum Islam dalam Bidang Muamalah)”, Jurnal
Penelitian dan Pemikiran Islam Vol. 5 No. 1 (2018): h. 73
2
Suhrawardi Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000), h. 128
3
A, Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘ala Madzahib Al-Arba’ah (Lebanon: Dar Al-Fikr, 2003), juz 2, h. 123
4
Endang Hidayat , Fiqih Jual Beli (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 9
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Salim mengatakan jual beli merupakan
suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang memiliki nilai setara dengan dasar
sukarela. dimana salah satu pihak sebagai penerima barang dan pihak lainnya sebagai
penerima uang yang merupakan ganti terhadap barang yang telah diserakan ke pembeli,
dengan perjanjian dan kesepakatan tertentu yang telah dibenarkan dan sesuai dengan
syariat agama islam.5
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa, jual beli
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas menukar barang dengan barang atau jasa tertentu
dengan dasar sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Dimana dalam aktivitas
tersebut ada pihak yang menerima uang dan ada pihak lain yang menerima barang atau
jasa. Dengan kaidah,perjanjian atau kesepakatan tertentu yang telah dibenarkan dan sesuai
dengan syariat agama islam.
2. Jual Beli Online
Di era modern saat ini dengan kecanggihan media eletronik khususnya internet,
aktivitas jual beli khususnya yang bersifat online, sudah menjadi alternative bahkan gaya
hidup yang sangat popular. Apalagi pada masa pandemi Virus Covid-19 pemerintah
melarang untuk berkerum dan menghimbau untuk melakukan aktivitas di dalam rumah,
dengan menetapkan aturan yang cukup ketat. Maka jual beli online terhadap kebutuhan
sehari-hari menjadi sangat popular dan merupakan solusi yang cukup epektif.
Jual beli online sendiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan jual beli barang dan
jasa melalui media elektronik, dan media sosial, khususnya melalui via internet. Ada
beberapa contoh system penjualan produk secara online melalui jasa internet seperti situs
bukalapak.com, berniaga.com, tokobagus.com, lazada.com, kaskus, olx.com, dll.6
Selain itu jual beli online atau via internet dapat diartikan jual beli yang
dilakukan melalui media elektronik. Untuk melakukan transaksi jual beli penjual dan
pembeli tidak harus bertemu secara langsung atau saling menatap muka secara langsung.
Pembeli dapat menentukan ciri-ciri dan jenis barang yang diinginkan kemudian membayar

5
Munir Salim, “Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam”, Al-Daulah Vol. 6 No. 2 (2017):
h. 372
6
Tira Nur Fitria, "Bisnis jual beli online (online shop) dalam Hukum Islam dan Hukum Negara", Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 3 No .1 (2017): h. 55
sesuai dengan harga yang tertera. Kemudian penjual menyerahkan barang yang akan dijual
belikan.7
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli online
merupakan aktivitas menukar barang degan jasa melalui media eletronik yang tidak
mengharuskan pembeli dan penjual bertemu secara langsung. Tetapi mereka hanya
berkomunikasi melalui media eletronik.
Kemudian setidaknya ada 3 karakteristik jual beli online yaitu:
a. Terjadinya transaksi antara dua belah pihak;
b. Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi;
c. Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut.8
Jadi dalam system atau proses jual beli online terjadi transaksi antara dua pihak.
Di dalam proses tersebut terjadi pertikaran barang, jasa, dan informasi dengan
menggunakan jasa internet. Dengan kata lain prosese transaksi dalam jual beli ini
menjadikan internet sebagai media utama dalam mendukung proses transaksi.
3. Kelebihan Dan Kekurangan Jual Beli Online
Pada dasarnya ada banyak keuntungan dapat kita peroleh melalui bisnis online,
namun di samping itu terdapat beberapa kekurang yang dimiliki. Kelebihan dan
kekurangan jual beli online, ternyata tidak hanya dirasakan oleh pembeli tetapi juga oleh
penjual. Berikut ini akan dipaparkan kekurangan dan kelebihan bisnis online.
a. Kelebihan bagi penjual
1) Dapat dilakukan kapan dan di manapun
Jadi binis online atau jual beli dengan media online dapat dijalankan di
manapun dan kapanpun, tidak harus memutuhkan tempat khusus. Dengan media
online kegiatan ini bisa dilakukan di mana saja, aslakan dapat dijangkau jaringan
internet.
2) Tidak dipungut biaya
Jual beli online merupakan bisnis yang gratis, setidak-tidaknya kita hanya
mengeluarkan dana awal saat memasang koneksi internet atauapu membeli data

7
Achmad Suromhan dan Eka Rahayu "Jual Beli Onlinedaam Perspektif Islam." Iqtishodiyah, Vol. 5 No.1
(2019): h. 25
8
Tira Nur Fitria, "Bisnis jual beli online (online shop) dalam Hukum Islam dan Hukum Negara", h. 55
internet dan perlengkapan utama seperti PC dan smart phone. Selebihnya, tidak ada
pembayatan khusus untuk melakukan transaksi online apalagi dalam skala yang
besar. Tapi itu bukan berarti bahwa tidak membayar pajak.
3) Dapat tetap berjalan meskipun penjual sedang tidur
Kelebihan lain dari bisnis ini adalah bisa berjalan selama 24 jam. Bahkan
saat pemilik toko online sedang tertidur lelap, makan konsumen tetap bisa melihat
produk yang kita jual dan tidak perle kahwatid adanya pencurian.
4) Tidak banyak mengeluarkan tenaga
Tidak seperti halnya toko di pasar atau Mall yang harus membutuhkan
tenaga yang ekstra, apalagi jika tokonya dalam skala besar. Jual beli online dapat
dilakukan dalam ruang sederhana ataupun kamar tidur.
5) Produk dapat dilihat orang siapapun
Produk yang dijual di dunia maya, bukan hanya dapat dilihat oleh orang-
orang dalam skala tertentu. Bahkan produk tersebut bisa diakses oleh orang-orang
di seluruh dinua. Bahkan ternyata produk yang dijual secara online biasa terkenal
di seluruh dunia, tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitar kita.
6) Mudah mempromosikan produk
Memiliki produk yang jual secara online, mempromosikannya itu sangatlah
mudah, cukup memasang foto produk kemudian anda unggah di media sosial.tdak
serumit dengan menjual barang secara offline. Penjual harus mempromosikan
barangnya dot to dor dan itu membutuhkan waktu dan tenaga yang eksrta.
b. Kekurangan bagi penjual
1) Sangat bergantung pada internet
Salah satu kelemahan dari jual beli online adalah saat anda idak bisa
berkoneksi dengan internet. Karena semua aktivitas jual beli berbasis online
menggunakan jasa internet. Apalagi misalnya dalam kondisi tertentu terjadi
pemadaman listrik, maka akan sangat kesulitan dalam terkoneksi iternet.
2) Kurangnya kepercayaan konsumen
Beberapa kasus penipuan yang terjadi belakang ini dalam sistem jual beli
online. Hal ini dapat merusak citra penjual bahkan mengurangi kepercaaan
konsumen karena trauma tehadap barang-barang yang telah dipesan, apalagi dalam
skala yang besar dan harga yang idak sedikit. Hal itu bisa saja merusak nama
penjual, neskipun sebenarnya, bisa saja itu dilakukan oleh orang-orang ertentu.
3) Masalah pengiriman barang dan produk
Salah satu yang menjadi penghamabat bisnis online adalah masalah
pengiriman paket. Karena produk yang dibeli oleh konsumen, biasaya tidak
termasuk ongkos kirim, dan biayasa ongkos kirim itu umumnya ditanggung oleh
pembeli. Sehingga tidak jarang konsumen berfikir dua kali untuk membeli produk
tersebut. Dalam beberapa kasus harga ongos kirim tiga kali lipat harga produk.9
c. Kelebihan bagi pembeli
1) Memberikan kemudahan dalam bertrasaksi antara penjual dan pembeli
Salah satu keunggulan jual beli online adalah dalam hal transaksi. Jadi hanya
brmdalkan satu kali klik saja barang yang kita ingikan lansung kita dapatkan. Begiu
juga dengan pembayataran, dengan tersedianya berbagiman macam alat taransaksi
yang disediakan oleh bank secara online maka hal tersebut sangat memudahkan
bagi penual maupun pembeli.
2) Tidak membutuhkan waktu yang lama
Berbeda halnya dengan membeli barang secara offline, misalnya konsumen
harus ke pasar untuk mencari poduk yang diinginkan. Dengan kata lain konsumen
harus meluangkan waktu khusus untuk membeli barang. Tetapi dengan jual beli
online kita hanya butuh beberapa menit untuk memesan barang yang kita butuhkan,
sambil mengerjakan pekerjaan yang lain. Meskipun bagi pelanggang yang berada
di luar kota tentu masih membuhkan waktu agar barang yang dipesan tersebut
sampai ke tangan pembeli.
3) Hemat biaya
Hemat biaya yang dimaksud dalam hal ini adalah konsumen tidak harus
mengeluarkan biaya besar untuk ke pasar ataupun ke toko untuk mencari barang
yang dibuthkan. Karena ke pasar ataupun ke toho bukan hanya membutuhkan biaya
transpor tetapi juga biasa konsumsi dll.

9
Husnan dkk, Buku Pintar Bisnis Online (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015), h. 4-6
d. Kekurangan bagi pembeli
1) Barang tidak sesuai
Kekurangan utama yang sering kita alami dari jual beli online adalah
konsumen tidak bisa melihat secara langsung barang yang akan dibeli. Mungkin
saja terdapat cacat atau ketidak sesuaian ukuran yang kita harapkan. Sehingga tidak
jarang konsumen merasa tertupu dan kecewa. Meskipun saat ini juga ada sistem
COD (cash on delivery) tetapi hal tersebut juga mengalamai kekurangan, karena
barang tidak bisa dibuka jika belum dibayar secara tunai.
2) Rawan penipuan
Karena barang yang dipesan oleh konsumen tidak dapat dilihat dan disentuh
secara langsung, maka dalam berbagai kasus banyak konsumen yang tertipu, sebab
barang yang dibeli tidak sesuai dengan harapan.10

4. Dasar Hukum, Rukun, dan Syarat Jual Beli dalam Islam


Ada beberapa dalil yang menjadi dasar disyariatkannya jual beli dalam islam
sebagai berikut:
a. Dasar Hukum Jual Beli
Ada beberapa dalil yang menjadi dasar disyariatkannya jual beli dalam islam sebagai
berikut:
1) Firman Allah Swt dalam surah al-Baqarah Ayat: 275
ْ‫ٱلربَ ٰو ْۗا‬
ِ ‫س ٰذَ ِل َك بِأَنَّ ُه ۡم قَالُ ٓواْ إِنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل‬ ِّۚ ِ ‫ط ُن ِم َن ۡٱل َم‬ َ ٰ ‫طهُ ٱل َّش ۡي‬ُ َّ‫ٱلربَ ٰواْ ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّذِي يَت َ َخب‬ ۡ
ِ َ‫﴿ٱلَّذِينَ يَأ ُكلُون‬
ٓ َ ‫ٱلربَ ٰو ِّۚاْ فَ َمن َجا ٓ َء ۥه ُ َم ۡو ِع‬
ُ ُ ‫ف َوأ َ ۡم ُر ٓۥهُ إِ َلى ٱللَّ ِۖ ِه َو َم ۡن َعادَ فَأ ُ ْو ٰ َلئِ َك أَصۡ ٰ ََح‬ َ ‫ة ِمن َّربِِۦه فَٱنت َ َه ٰى فَ َل ۥه ُ َما َس َل‬ٞ ‫ظ‬ ِ ‫َوأ َ َحلَّ ٱللَّهُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم‬
﴾٥٧٢ َ‫ار ه ُۡم فِي َها ٰ َخ ِلد ُون‬
ِ ِۖ َّ‫ٱلن‬
Terejemahannya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah

10
Achmad Suromhan dan Eka Rahayu, "Jual Beli Onlinedaam Perspektif Islam”. h. 25
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Setidaknya terdapat 3 hal pokok yang ditegaskan dalam ayat ini; Pertama,
penjelasan mengenai hukum bagi para pelaku riba di hari akhir karena terlibat dalam
taransaksi tersebut. Kedua, proses transaksi atau jual beli diperbolehkan, selama
memenuhi syarat-syarat yangsesuai dengan syariat silam. Ketiga, adapun mereka yang
terlibat dalam perbuatan riba, dan mreka bertobat dari hal tersebut, maka tobatnya pasti
diterima, dan harta yang didapat dari transaksi riba sebelum tobat menjadi halal
hukumnya.11
Dengan kata lain jual beli pada dasarnya adalah boleh selama dalam proses
transaksi tersebut tidak dapat unsur-unsur riba atau kecurangan, yang dapat merugikan
kedua belah pihak, baik penjual maupum pembeli.
2) Firman Allah Swt dalam surah al-Baqarah Ayat: 282
ُ ُۢ ِ‫﴿ ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَ ۡي ٍن إِلَ ٰ ٓى أ َ َج ٖل ُّم َس ّٗمى فَ ۡٱكتُب ُو ِّۚهُ َو ۡليَ ۡكتُ ُ ب َّۡينَ ُك ۡم كَات‬
….. ‫ ُ بِ ۡٱلعَ ۡد ِّۚ ِل‬

Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil…..”
Ayat ini merupakan ayat tepajang dalam al-Qur’an yang membahas tentang
utang-piutang, para Ulama juga menamai ayat ini sebagai ayat utang-piutang. Ayat ini
pada dasarnya memberikan informasi tentang perintah pentinya untuk mencatat atau
mendokumentasikan suatu transaki jual beli yang dilakukan antara penjual dan
pembeli, jika transaksi tersebut dilakuan tidak secara tunai.

3) Firman Allah Swt dalam surah an-Nisa’ Ayat: 29


َ‫اض ِمن ُك ِّۡۚم َو ََل ت َۡقتُلُ ٓواْ أَنفُ َس ُك ِّۡۚم إِ َّن ٱللَّهَ َكان‬ ٓ َّ ِ‫﴿ ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َۡأ ُكلُ ٓواْ أَمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل إ‬
ٖ ‫َل أَن ت َ ُكونَ تِ ٰ َج َرة ً َعن ت ََر‬
﴾٥٢ ‫بِ ُك ۡم َر ِح ّٗيما‬

11
Samsul Basri dkk, “Metode Pengajaran Ekonomi Syariah Berdasarkan Kandungan Surat Al-Baqarah
Ayat 275-280”, Ta’budina-Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7 No. 2 (2018): h. 128
Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Dalam ayat ini ditegaskan salah satu prisip dasar dalam jual beli yakini saling
rela dalam proses transaksi. Setidaknya ada tiga bentuk nyata dalam transaksi yang
dilandasi kerelaan. Pertama, adanya ijab qabul antara penjual dan pembeli dengan
perkataan. Kedua, ijab dan qabul dengan perbuatan. Ketiga, ijab dan qabul dengan
perkataan dan perbuatan.12
b. Rukun jual beli
Suatu transaksi atau jual beli dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun sesuai
dengan ketentuan syariat. Adapun rukun jual beli sebagai berikut :
1) Orang yang berakad ( penjual dan pembeli )
2) Sighat ( lafadz ijab dan qabul )
3) Ada barang yang diperjualkanbelikan
4) Ada nilai tukar pengganti barang13
c. Syarat jual beli
Beberapa syarat jual beli yang mengatur terkait proses barang atau benda yang
akan diperjual belikan, sebagai berikut :
1) Barang tersebut dalam kondisi yang baik, tidak cacat dan rusak.
2) Barang yang diperjualbelikan adalah halal.
3) Barang yang ada atau tidak ada ditempat, namun pihak penjual menegaskan
kesanggupan diadakannya barang tersebut.
4) Barang tidak dalam proses penawaran oleh orang lain saat berakad.
5) Harga barang harus disepakati dengan jumlah sesuai dengan keinginan kedua belah
pihak.14

12
Ade Wahidin, “prinsip saling rela dalam transaksi ekonomi islam (tafsir analisis surah an-nisa’ ayat 29)”,
ad-deenar jurnal ekonomi dan bisnis. Vol. 2 No. 2 (2018): h. 129
13
Deery Anzar Susanti, “Jual beli online menurut hukum islam”, Asraf-Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 1 No 2
(2020): h.180-189
14
Deery Anzar Susanti, “Jual beli online menurut hukum islam”, h.180-189
5. Hukum Jual Beli Online Dalam Islam
Hukum dasar jual beli adalah boleh selama tidak ada larangan, termasuk jual beli
online. Pada dasarnya, jual beli secara online termasuk dalam jenis jual beli salam
(pesanan).
a. Pengertian jual beli salam
Dalam literatur kata as-salam sepadan dengan kata as-salaf. Kata ini
bermakna: menjual sesuatu dengan sifat-sifat tertentu, masih dalam tanggung jawab
pihak penjual tetapi pembayarannya seara langsung atau tunai. Para ulama fikih
menamakannya dengan istilah al- Mahawi’ij. Hal tersebut bermakna sesuatu yang
medesak, karena jual beli tersebut barangnya tidak ada di tempat, sementara dua belah
pihak yang melakukan jual beli dalam keadaan terdesak. Pihak pemilik uang
membutuhkan barang, dan pemilik barang memerlukan uang, sementara barang berada
di tempat.15
b. Dasar hukum jual beli salam
Sebagaiaman telah dikutip sebelumnya dalam Q.S al-Baqarah Ayat 282, yang
artinya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah
walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

15
Sitti Mujiatun, "Jual Beli dalam Perspektif Islam: Salam dan Istisna”, Jurnal Riset Akuntansi dan
Bisnis Vol. 13 No. 2 (2014): h.202-216
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
Dalil di atas mejadi dasar dibolehkannya transaksi salam atau jual beli online.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan trasasksi antara penjual
dan pembeli. Mengingat dalam sistem jual beli online pemabayaran dilakukan terlebih
dahulu kemudian barang dikirim setelahnya atau dalam jangka waktu tertentu.
c. Syarat-syarat akad atau transaksi salam
Meskipun sistem jual beli salam atau jual beli online diperbolehkan tetapi ada
beberapa atauran atau syrat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam transaksi
tersebut, antara lain:
1) Kuantitas dan kualitas barang atau produk terjamin.
2) Penjual menyebutkan sifat barang yang dapat dijangkau pembeli, yakni barang
tersebut dapat ditakar, ditimbang, maupun diukur. Terkait kualitas, misalnya barang
tersebut berupa baju maka perlu disebutkan jenis kainnya.
3) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak
pemesan.
4) Penjual memaparkan spesifikasi barang sejelas-jelasnya.
5) Tidak menutup-nutupi cacat yang tersembunyi. Barang yang dijual, waktu, dan
tempat penyerahan dinyatakan dengan jelas.
6) Barang yang dijual jelas tidak termasuk barang haram yang tidak dibolehkan dalam
islam. Pada saat akad, para pihak dapat memastikan waktu yang jelas, sehingga
objek atau barang dapat diserahkan kemudian berdasarkan penentuan tanggal yang
telah ditetapkan.
7) Pembayaran barang dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati.
Misalnya melalui sistem COD (Cash On Delivery) atau pengiriman langsung,
waktu dan tempat pembayaran dapat ditentukan pada saat akad. Setelah mengetahui
barang benar-benar sesuai apa yang diinginkan dan tidak ada cacat tersembunyi,
maka pembayaran dapat langsung dilakukan.16
C. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bawa, dewasa ini sistem jual beli online
yang berkembang di kalangan masyarakat kususnya di indensia adalah fenomena yaang tidak
dapat dihindari. Sistem jual beli online ini menjadi salah satu alternatif yang memberikan
kemudahan dalam bertransakis antara penjual dan pembeli tanpa harus bertatap muka secara
langsung. Apalagi dalam kondisi Pandemi seperti saat ini, preaturan pemerintah melarang
masyarakat unuk bertemu secara langsung ataupun berkerumun di tempat umum, karena hal
tersebut dikhawattirkan menjadi media penyebaran COVID-19. Selain itu sistem jual beli
online juga memberikan memberkan efisiensi waktu, serta berbagai macam piliha. Mekipun
demikian selain memberikan, ternyata sistem jual beli online ini juga memiliki kelemahan.
Salah satu di antaranya adalah rawan penipuan.
Pada dasarnya muamalah atau jual beli, diperbolehkan selama tidak ada larangan
yang terhadap jual beli tersebut, termasuk dalam hal ini adalah jual beli onlie. Dalam fikih
mualalah sistem jual beli online termasuk dalam kategori salam. Salam merupakan bentuk
jual beli di mana barang masih berada dalam tamggungan penjual, tetapi pembayarannya
secara ulang atau tunai, kemudian barang akan dikirim atau serahkan setelahnya dalam waktu
tertentu yang telah disepakati bersama. Meskipun jual beli online hukunya bole, tetapi antara
penjual dan pembeli harus menepati asas-asas tertentu dalam jual beli secara syariat islam.
Misalnya, asas trasparansi, asas kejujuran, asas keterbukaan dan asas kerelaan antara penjual
dan pembeli.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan, baik dari
segi metode penulisan, analisis data, kerangak fikir dan komten. Oleh karena itu saran yang
mebangun untuk perbaikan tulisan ini kedepannya sangat kami harapkan. Kemudian terkait

16
Efrita Norman dan Idha Aisyah. "Bisnis Online di Era Revolusi Industri 4.0 (Tinjauan Fiqih
Muamalah”, Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah Vol. 1 No.1 (2019): 39-40
tema artikel yang dibahas dalam tulisan ini, penulis berharap, kedepannya ada buku khusus
yang membahas secara tuntas tentang hukum jual beli online. Sebab penulis meresakan sedikit
kesulitan menemukan literatur ataupun referensi dalam bentuk buku. Meskipun terdapat
beberpa jurnal ilmiah yang membahas hal tersebut. Selajutnya penulis mengucapkan banyak
terimaksih kepada pembaca yang budiman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Al-Jaziri. Kitab Al-Fiqh ‘ala Madzahib Al-Arba’ah. Lebanon: Dar Al-Fikr, 2003.

Anzar Susanti, Deery. “Jual beli online menurut hukum islam”, Asraf-Jurnal Ekonomi Islam. Vol.
1 No 2 (2020): h.180-189

Basri, Sambul dkk. “Metode Pengajaran Ekonomi Syariah Berdasarkan Kandungan Surat Al-
Baqarah Ayat 275-280”, Ta’budina-Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7 No. 2 (2018): h. 173-
193

Endang Hidayat. Fiqih Jual Beli. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015.

Husnan dkk. Buku Pintar Bisnis Online. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015.

Munip, Abdul. “Hukum Islam dan Muamalah (Asas-asas Hukum Islam dalam Bidang
Muamalah)”, Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam Vol. 5 No. 1 (2018): h. 72-80

Mujiatun, Sitti. "Jual Beli dalam Perspektif Islam: Salam dan Istisna”, Jurnal Riset Akuntansi dan
Bisnis Vol. 13 No. 2 (2014): h. 202-216

Nur Fitria, Tira. "Bisnis jual beli online (online shop) dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara", Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 3 No .1 (2017): h. 52-62.

Norman, Efrita dan Idha Aisyah. "Bisnis Online di Era Revolusi Industri 4.0 (Tinjauan Fiqih
Muamalah”, Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah Vol. 1 No.1 (2019):
h. 39-40

Suhrawardi Lubis. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000.

Salim, Munir. “Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam”, Al-Daulah Vol. 6 No.
2 (2017): h. 371-386.

Surohman, Achmad dan Eka Rahayu. "Jual Beli Online dalam Perspektif Islam." Iqtishodiyah,
Vol. 5 No.1 (2019): h. 21-32

Wahidin, Ade. "Prinsip Saling Rela Dalam Transaksi Ekonomi Islam (Tafsir Analitis Surat An-
Nisa’ Ayat 29)." Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol 2. No. 2 (2018): h.
110-134.

Anda mungkin juga menyukai