BAB I PENDAHULUAN Beton
BAB I PENDAHULUAN Beton
A. Latar Belakang
Beton adalah suatu bahan yang
mempunyai kekuatan yang tinggi
terhadap tekan,
tetapi sebaliknya mempunyai
kekuatan relative sangat rendah
terhadap tarik.
Beton tidak selamanya bekerja
secara efektif didalam
penampang-penampang struktur
beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja,
sedangkan bagian beton
yang retak dibagian yang tertarik
tidak bekerja efektif dan hanya
merupakan beban mati
yang tidak bermanfaat. Hal inilah
yang menyebabkan tidak
dapatnya diciptakan srtuktur-
struktur beton bertulang dengan
bentang yang panjang secara
ekonomis, karena terlalu
banyak beban mati yang tidak
efektif. Disampimg itu, retak-
retak disekitar baja tulangan bisa
berbahaya bagi struktur karena
merupakan tempat meresapnya
air dan udara luar kedalam
baja tulangan sehingga terjadi
karatan. Putusnya baja tulangan
akibat karatan fatal
akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan
yang dirasakan pada struktur
beton bertulang seperti
diuraikan diatas, timbullah
gagasan untuk menggunakan
kombinasi-kombinasi bahan
beton
secara lain, yaitu dengan
memberikan pratekanan pada
beton melalui kabel baja
(tendon)
yang ditarik atau biasa disebut
beton pratekan.
B. Rumusan Masalah
1. Akibatnya jika beton
terkena gaya tarik?
2. Cara menutupi beban
mati?
3. Dampak jika terlalu
banyak beban mati?
C. Tujuan
1. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas yang diberikan
dosen dalam mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, bagi
diri kami pribadi makalah ini juga
diharapkan bisa
digunakan untuk menambah
pengetahuan yang lebih bagi
mahasiswa.
2. Bagi bidang kesipilan
Tujuan pemberian gaya
pratekan adalah timbul tegangan-
tegangan awal yang berlawanan
dengan tegangan- tegangan yang
oleh beban-beban kerja. Dengan
demikian konstruksi
dapat memikul beban yang lebih
besar tanpa merubah mutu
betonnya.
MAKALAH
KONTRUKSI BETON 3
DOSEN PENGAMPU :
AGUNG ISWANDI, S.T.
DISUSUN OLEH :
SARMILA
NIM : 406 2019 034
PROGRAM STUDI PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah- Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang bangunan tahan gempa.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya
berharap semoga makalah tentang bangunan tahan gempa ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
SARMILA
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap
tarik. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampang-
penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif
bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja
efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
a.YvesGunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan
buku Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada tahun 1951.
Beliau memecahkan kesulitan dalam segi perhitungan struktur dari beton
pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan disebabkan oleh
pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki sebagai “Gaya
Parasit” maka Guyon dianggap sebagai yang memberikan dasar dan latar
belakang ilmiah dari beton pratekan.
b.Y.Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru
besar di California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu
mampu memperhitungkan gaya-gaya parast yang tejadi pada struktur. Ia
mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang “ Load Balancing”.
Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang
sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah
ditetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban seimbang ini.. Beban-
beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan horizontal)
merupakan “inbalanced load”, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa.
Tegangan akhir dalam penampang didapat dengan menggunakan
tegangan merata akibat “Balanced” dan tegangan lentur akibat
“Unbalanced Load”. Tanpa melalui prosedur rumit dapat dihitung dengan
mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian baja
tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu dimana baja prategang
hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari Inbalanced Load. T.Y.
Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai
dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal
(ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan
dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal,
sehingga dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh gempa.
c.W.Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran” Full Prestressing”,karena penggunaanya tidak
kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan
menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan Full Prestessing ini
tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton
pratekan dan Full Prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal
dari pada struktur yang sama tetapi dari beton bertulang biasa dengan
menggunakan tulangan baja mutu tinggi.
Dalam definisi lain, beton prategang merupakan beton bertulang yang telah
diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial
dalam akibat beban kerja. (SNI 03-2847-2002).
Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi
Penampang
Penampang efektif bekerja
tidak efektif
Korosi terjadi akibat retak beton Tanpa retak >> tidak terjadi korosi
Proses produksi >> konvensional, lebih Proses produksi >> metoda khusus / rumit,
murah, penggunaan alat serta pekerja lebih lebih mahal, penggunaan alat dan skill
pekerja khusus dan supervisi yang ketat,
sedikit dan supervisi yang konvensional
tingkat ketelitian yang tinggi
1. Kelebihan
a. Struktur beton prategang akan terhindar dari retak terbuka di daerah tarik
akibat beban kerja
b. Beton prategang lebih tahan terhadap korosi
c. Kedap air, sehingga bagus digunakan untuk proyek yang dekat dengan
perairan
d. Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban
rencana bekerja, lendutan akhir setelah beban rencana bekerja akan lebih
kecil daripada beton bertulang biasa
e. Lebih efisien karena dimensi penampang struktur beton prategang lebih
ramping
f. Lebih hemat dalam penggunaan baja
g. Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntirnya meningkat
2. Kekurangan
a. Diperlukan kontrol dan monitoring quality control (QC) yang lebih ketat
dalam proses pembuatannya
b. Terdapat kehilangan tegangan pada pemberian gaya prategang awal
c. Diperlukan biaya tambahan untuk pengangkutan.
Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor,
oleh karena itu disebut pretension method. Adapun prinsip dari pratarik ini
secara singkat adalah sebagai berikut :
Tahap 1:
Siapkan bekisting (formwork) yang telah lengkap dengan lubang untuk kabel
tendon (tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen balok.
Tahap 2 :
Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri, tendon atau kabel
prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong (tendon duct), selanjutnya
ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang
adalah dengan cara mengikat salah satu angker, kemudian ujung angker lainnya
ditarik (ditarik dari satu sisi). Tetapi ada pula yang ditarik dikedua sisinya
kemudiang diangker secara bersamaan.
Tahap 3 :
Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya konsentris telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya
konsentris tendon memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap
tarik.Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampang-
penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif
bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja
efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.
Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur
beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu
banyak beban mati yang tidak efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja
tulangan bisaberbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air
dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan.
Putusnya baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur. Dengan
kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti
diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi-kombinasi
bahanbeton secara lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton
melalui kabel baja (tendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan.
B. Saran
1. Penggunaan struktur prategang akan lebih baik pada struktur yang memiliki
geometri yang beraturan serta memiliki besar pembebanan yang merata.
2. Sebelum mendesain suatu struktur pelat, dua hal penting yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan lendutan dan punching shear apakah memenuhi
syarat atau tidak. Hal ini mengingat bahwa pelat adalah struktur yang tipis
sehingga syarat kekakuan lebih menentukan daripada syarat kekuatan.
3. Model struktur dalam tugas akhir ini hanya didesain untuk bangunan dua
lantai. Apabila model struktur tersebut hendak dibuat menjadi bangunan tinggi,
maka harus didesain ulang dengan menggunakan dinding geser sebagai struktur
penguat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=Bambang+Suryoatmono.
+Dalam+EDISI+KE-3+JILID+1+BETON+PRATEGANG
%2C+oleh+Edward+G.+Nawy%2C+468.+Erlangga
%2C+2002&oq=Bambang+Suryoatmono.+Dalam+EDISI+KE-
3+JILID+1+BETON+PRATEGANG%2C+oleh+Edward+G.+Nawy
%2C+468.+Erlangga
%2C+2002&aqs=chrome..69i57j69i59.2682j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://dokumen.tips/documents/makalah-beton-prategang-56b482ef1b030.html
https://tekniksipilblog006.wordpress.com/2016/10/02/makalah-beton-prategang/
http://jumantorocivilengiinering.blogspot.com/2013/06/beton-prategang-
https://www.academia.edu/37667158/Makalah_Struktur_Beton_Prategang