NIM : 20071000052
1. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan dambaan bagi setiap
warga negara. Masyarakat, baik yang terorganisir dalam suatu lembaga pendidikan,
maupun orang tua/wali murid sangat berharap agar murid dan anak-anak mereka
mendapatkan pendidikan yang bermutu. Menurut pendapat saudara, bagaimana
pendidikan yang bermutu itu dan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan !
Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam pengembangan
potensi yang dimiliki peerta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan keselamatan masa depan
bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur sebagai cita-cita pendidikan nasional
dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan
agama dan pendidikan umum. Oleh karena itu harus mampu mendidik diperbagai hal, agar ia
menjadi seorang pendidik yang proposional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam
kreativitas dan kehidupan sehari-harinya. Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam
pembelajaran, perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Mengikuti Penataran
Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman
untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang masing-masing.
Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan:
Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan peningkatan
terutama pendidikan untuk menghadapi arus globaliasi.
Hal ini akan menambah wawasan, adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan
arab dan inggris serta computer.
3. Memperbanyak Membaca
Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya berpedoman
pada satu atau beberapa buku saja, guru yang berprofesional haruslah banyak membaca berbagai
macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga sebagai pendidik
tidak akan kekurangab pengetahuan-pengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan
berkembang di dalam mayarakat.
Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah
sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang
kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya serta
mengatai permasalahan-permasalahan dan kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan
pendidikan akan bisa tercapai dengan cepat.
Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan ini
guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta
bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan yang diberikan di sekolah
lebih sedikit apabila dibandingkan jam pendidikan di dalam keluarga.
B. Peningkatan Materi
Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi perlu sekali mendapat
perhatian karena dengan lengkapnya meteri yang diberikan tentu akan menambah lebih luas akan
pengetahuan. Hal ini akan memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan mengamalkan
pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan benar. Materi yang disampaikan pendidik
harus mampu menjabarkan sesuai yang tercantum dalam kurikulum. Pendidik harus menguasai
materi dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan lebih actual dan hangat.
Sehingga peserta didik tertarik dan termotivasi mempelajari pelajaran.
Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, maka sebagai salah satu
indicator dalam peningkatan kualitas pendidikan perlu adanya peningkatan dalam pemakaian
metode. Yang dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau membuat
metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya atau penggunaanya yang sesuai
dengan materi yang disajikan, sehingga mmperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajar
mengajar. Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang akan
disampaikan sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan jenuh atau monoton. Untuk
itulah dalam penyampaian metode pendidik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
D. Peningkatan Sarana
Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka
meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan
adanya usaha meningkatkan sebagai berikut:
2) Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belaja mengajar
4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang akan diajarkan.
Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan tentang sarana dan prasarana, ini
dijelaskan dalam buku “Admitrasi Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang
menjelaskan: sarana sekolah meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, contoh: gedung sekolah (school building),
ruangan meja, kursi, alat peraga, dan lain-lainnya. Sedangkan prasarana merupakan semua
komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya proses belajar mngajar atau
pendidikan di sekolah, sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib
sekolah dan semuanya yang berkenaan dengan sekolah.[19]
Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik selamanya lancar seperti
yang diharapkan, kadang-kadang mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala
tersebut perlu diatasi dengan berbagai usaha sebagai berikut:
1) Memberi Rangsangan
Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk menumbuhkan dan
menggerakkan bakat peserta didik secara integral dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari
sisitem nilai hidup peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Motivasi
merupakan daya penggerak yang besar dalam proses belajar mengajar, motivasi yang diberikan
kepada peserta didik dapat berupa:
a. Memberikan penghargaan.
Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi yang
bagus, baik berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan
agar peserta didik selalu termotivasi untuk lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-
temannya secara sehat, karena dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan kualita
pendidikan.
b. Memberikan hukuman.
Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu sendiri berkaitan
dengan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan.
Pengadaan ini dipergunakan untuk meningkatkan prestasi peserta didik untuk membantu
peserta didik dalam pembentukan mental yang tangguh selain pembentukan pengetahuan.untuk
membantu proses pengajaran yang selalu dimulai dari hal-hal yang nyata bagi siswa. Demikian
bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan, semoga dengan beberapa point diatas
pendidikan di Indonesia akan lebih baik.
2. Tujuan Pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang
dimotori oleh pengembangan afektif, seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya
diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif serta puas akan sukses
yang dicapai. Jelaskan macam-macam tujuan pendidikan dan tujuan ilmu pendidikan!
Jawab: Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
Mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan dimensi ini bisa dianalisis apakah
suatu produk itu bermutu ataukah tidak. Ada delapan dimensi mutu, seperti yang dinyatakan oleh
Garvin dalam M. N. Nasution (2001) bahwa delapan dimensi mutu adalah sebagai berikut:
1. Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.
2. Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan dan pengembanganya.
3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara
berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
4. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini
berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
6. Kemampuan pelayanan (Service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan
kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.
7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif
sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan
individual.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan
perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri.
Prespektif mutu
Semakin kecil perbedaan antara kinerja dengan harapan, berarti pelanggan semakin puas dan
akan mempersepsikan baik atas mutu jasa yang diberikan apabila diaplikasikan kedalam sekolah.
Antara kinerja dengan harapan sering terjadi rumpang (gap) karena sering tidak dilakukan
konfirmasi (disconfirmation). Dengan kata lain, kepuasan (atau tidak kepuasan) pelanggan dan
mutu jasa yang dipersepsikan, dipengaruhi oleh perbedaan harapan dengan persepsi terhadap
kinerja.
Atas dasar ini, maka sekolah harus mengupayakan terwujudnya kesamaan persepsi antara
harapan dan kinerja diperoleh kepuasan bagi para pelanggan melalui peningkatan mutu jasa
pendidikan yang diberikan.
Para pelanggan yang dimaksud adalah: (1) Pelanggan Primer, yaitu pihak menerima jasa
pendidikan secara langsung, dalam hal ini adalah peserta didik: (2) pelanggar Sekunder, yaitu
pihak yang berkepentingan terhadap mutu pendidikan seperti, orang tua, instansi/sponsor,
pemerintah, para pengelola sekolah yang secara langsung maupun secara tidak langsung terksit
dengan jasa pendidikan: dan (3) Pelanggan Tersier yaitu masyarakat, khususnya dunia usaha
karena mereka yang membutuhkan sumber daya manusia terdidik dan terampil untuk
pembangunan. Pelanggan Tersier tidak langsung terkait dengan pelanggan jasa pendidikan, tetapi
bekepentingan terhadap mutu jasa pendidikan karena mereka yang memanfaatkan hasil jasa itu.
Mekanisme pemenuhan harapan pelanggan dapat dibagi ke dalam tiga tingkat berikut
ini. Tingkat pertama, merupakan tingkat terendah dari pihak manajemen sekolah terhadap
harapan pelanggan. Pihak manajemen sekolah hanya relatif karena sekedar ingin menampung
keluhan dari para pelanggan baru kemudian dicari langkah penyelesaiannya. Pendekatan tingkat
ini tidak efektif dalam konteks manajemen mutu yang berfokus pada pelanggan.
Tingkat kedua, merupakan pemahaman terhadap harapan pelanggan pada tingkat yang lebih
tinggi, yang ditandai dengan pendekatan aktif dari pihak manajemen sekolah untuk
berkomunikasi dengan pelanggan. Namun demikian pada pendekatan ini belum sampai pada
usaha untuk memahami pelanggan, tetapi sekedar ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
pelanggan. Teknik yang biasanya dilakukan antara lain menjalin kerjasama, service desk, survei
tak berstruktur, analisis data penjualan, dan memperhatikan umpan balik pelanggan.
Tingkat ketiga, merupakan pemahaman terhadap harapan pelanggan dengan pendekatan yang
proaktif dari pihak manajemen sekolah untuk sengaja didesain untuk menjaring informasi dari
pelanggan. Dengan demikian pihak manajemen sekolah akan mampu memahami secara penuh
terhadap harapan-harapan dari para pelanggan pendidikan. Teknik yang biasa digunakan antara
lain wawancara pribadi, kelompok fokus, survei terstruktur, benchmarking dan sebagainya.
Akhirnya, oleh karena keinginan, kebutuhan dan harapan para pelanggan pendidikan cenderung
berkembang seiring dengan perkembangan jaman, berarti sekolah senantiasa dituntut untuk
melakukan perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Dalam rangka melakukan perbaikan
mutu memerlukan komitmen perbaikan dengan melibatkan aspek motivasi manusia, aspek
teknologi yang digunakan, dan aspek budaya organisasi secara seimbang. Hal ini penting oleh
karena akan berpengaruh terhadap perubahan kebijakan manajemen, organisasi, fungsi
manajemen, dan upaya pengendalian mutu. Ketimpangan pada salah satu aspek akan
mengganggu upaya-upaya perbaikan yang berarti tidak terwujutnya mutu dan kepuasan
pelanggan.
Keenam dimensi diatas selaras dengan konsep mutu pendidikan dari segi proses dan produk.
Dari segi proses, pendidikan disebut bermutu apabila peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh proses belajar mengajar yang efektif,
pendayagunaan sumber-sumber intruksional secara optimal, dan efisien pengelolaan input-input
material maupun non material (Suyata, 1996).
Sedangkan dari segi produk, pendidikan disebut bermutu apabila peserta didik dapat
menyelesaikan studinya dengan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagaimana diberikan dalam tugas belajarnya, memperoleh kepuasan, dan mampu
memanfaatkan secara fungsional hasil belajarnya, dan memperoleh pekerjaan yang relevan.
Evolusi mutu
Di era globalisasi moderen sekarang ini, mutu atau kualitas bukan lagi pilihan tetapi sudah
menjadi keharusan. Anda mungkin pernah melihat iklan atau billboard di kota anda yang
mengatakan bahwa mereka lebih baik, lebih cepat, lebih aman, dsb. Mereka mencoba
memposisikan diri seolah lebih unggul dari yang lainnya, lebih menguntungkan dari pesaing
mereka.. Sekarang sudah saatnya bahwa kualitas tidak lagi semata berbicara tentang produk atau
jasa, tetapi lebih dari itu. Mutu sudah memainkan peranan penting dalam pemasaran dan
pemerakan (branding). Ingat baik-baik, bahwa suatu perusahaan hanya dapat menghasilkan
keuntungan apabila mempunyai pasar sasaran (target market) degan pangasa pasar yang
menguntungkan. Jika marketing dan branding merupakan kata kuncinya, maka mutu adalah
merupakan komponen paling penting yang menyokongnya.
6. Manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah bagaimana berbagai unsur / satuan
pendidikan dikelola / diberdayakan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
pemakai jasa pendidikan. Jelaskan Unsur – unsur / Satuan pendidikan sebagai indikator dalam
manajemen mutu pendidikan.
Jawab: Layanan yang diberikan institusi pendidikan atau sering disebut dengan layanan
manajemen sekolah belakangan ini menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah, orang tua
peserta didik, pemakai jasa pendidikan, dan masyarakat. Pemerintah melalui kebijakan-
kebijakannya berusaha meningkatkan mutu layanan yang diberikan institusi pendidikan kepada
masyarakat. Usaha perbaikan tersebut antara lain berupa perluasan akses, standar nasional
pendidikan, standar layanan minimal, perbaikan sarana dan prasarana, beasiswa peserta didik
miskin, dan dekonsentrasi dana pendidikan. Masyarakat semakin besar memberikan perhatian
terhadap pendidikan, terutama melalui kesadaran terhadap kebutuhan mutu layanan manajemen
sekolah yang baik. Secara sederhana, unsur-unsur dalam pendidikan dapat diringkas menjadi
dua aspek yang memengaruhi keberhasilan proses pendidikan, yaitu aspek yang berasal dalam
diri individu yang sedang belajar, dan aspek yang berasal dan luar diri individu.
Aspek yang terdapat di dalam individu dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu aspek
psikis dan aspek fisik. Kedua aspek tersebut keberadaannya ada yang ditentukan oleh aspek
keturunan, ada juga yang oleh aspek lingkungan, dan ada pula yang ditentukan oleh keturunan
dan lingkungan. Aspek yang berasal dan luar individu dikelompokkan menjadi aspek
lingkungan alam, pendidik, metode mengajar, kurikulum, program, metode pelajaran, sarana
dan prasarana, dan kondisi sosial-ekonomi. Aspek yang berasal dari luar individu memerlukan
pengelolaan (manajemen) untuk mengarahkan pada tujuan pendidikan. Keberhasilan
pengelolaan aspek-aspek tersebut akan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pendidikan.
Peningkatan mutu tersebut tentu saja dapat diukur melalui adanya perbaikanperbaikan efisiensi
dan keefektifan pendidikan.
Standar sekolah yang baik akan memunculkan banyak alternatif aspek dan indikator
untuk menentukan mutu pendidikan. Kalau aspek dan indikator tersebut diajukan kepada orang-
orang sekitar, bisa dipastikan jawabannya bermacam-macam. Ada yang langsung mengacu
kepada status sekolah bersangkutan, termasuk sekolah favorit atau tidak. Mungkin ada juga
yang memberikan sejumlah kriteria, seperti reputasi sekolah, kurikulum, dan nasib lulusan di
antara mereka yang diterima di sekolah favorit jenjang berikutnya atau jumlah mereka yang
diterima di perusahaan elite), tingkat kesulitan tes masuk, rasio peserta didik dan pendidik,
lokasi, SPP dan uang gedung, keunikan sekolah (sekolah internasional atau berbahasa asing),
aktivitas ekstra kurikuler, dan bermacam-macam kriteria lainnya (Tjiptono, 2008).
7. Realisasi Manajemen Mutu Berbasis Sekolah sangat berkaitan erat dengan pelaksanaan
Otonomi Daerah, seperti tercantum dalam Undang – Undang No. 22 Tahun 1999, tentang
Pemerintahan Daerah. Daerah memiliki otonomi dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsanya sendiri. Jelaskan Implikasi UU.
No. 22 Tahun 1999 terhadap bidang pendidikan dan apa tujuannya
Jawab: Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem
sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat. Sementara
dalam sistem desentralisasi, wewenang pegaturan tersebut diserahkan kepada pemerintah
daerah (Mulyasa, 2014: 22). Konsep desentralisasi ini telah diatur dalam UndangUndang
No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Pemberlakuan Undang-Undang No. 22 tahun
1999 tentang Otonomi Daerah mengisyaratkan mengenai kemungkinan-kemungkinan
pengembangan suatu wilayah dalam suasana yang lebih kondusif dan dalam wawasan
yang lebih demokratis. Termasuk berbagai kemungkinan pengelolaan dan pengembangan
dalam bidang pendidikan. Pemberlakuan undang-undang tersebut menuntut adanya
perubahan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik kepada yang lebih
bersifat desentralistik (Chan dan Sam, 2007: 2). Desentralisasi dalam pendidikan
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya dari segi manajeman dan
pengelolaan. Ketentuan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 22
dan Nomor 25 tahun 1999 sebagaimana diuraikan di atas secara otomatis telah membawa
perubahan dalam bidang pendidikan. Pada awalnya manajemen pendidikan merupakan
wewenang pusat, namun dengan berlakunya undang-undang tersebut maka kewenangan
dialihkan ke daerah dalam hal ini kota atau kabupaten. Berkenaan dengan hal tersebut
maka muncul berbagai pengertian tentang desentralisasi pendidikan.
Menurut Fasli Djalal, seperti dikutip Riant Nugroho (2008), terdapat relasi
antara desentralisasi dengan manajemen pendidikan. Desentralisasi pendidikan
adalah sistem manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang
menekankan kepada kebhinekaan. Desentralisasi pendidikan diartikan sebagai
pelimpahan wewenang yang lebih luas (Nugroho, 2008: 28). Pengertian tersebut
di atas mengandung prinsip subsidiaritas yaitu segala sesuatu yang telah
dilakukan lembaga di bawah maka tidak perlu dilakukan lembaga di atasnya.
Perlu dipahami bahwa prinsip ini bukan berarti pemerintah pusat lepas tangan dari
pelaksanaan pendidikan. Desentralisasi tidak hanya mendorong pemerintah
nasional membangun manajemen pendidikan yang terdesentralisasi, melainkan
juga menjadi pendorong bagi daerah untuk mengembangkan manajemen
pendidikan yang bermutu. Adapun yang dimaksud dengan desentralisasi
manajemen pendidikan adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada daerah untuk membuat keputusan manajemen dan menyusun perencanaan
sendiri dalam mengatasi masalah pendidikan dengan mengacu kepada sistem
pendidikan nasional. Desentralisasi pendidikan dapat diterapkan dalam beberapa
tingkat dan struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat
pusat sampai tingkat satuan pendidikan. Sedangkan tujuan dari desentralisasi
manajemen pendidikan adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi
manajemen dan kepuasan kerja pegawai melalui pemecahan masalah-masalah
yang berhubungan langsung dengan daerah lokal. Desentralisasi manajemen
pendidikan berusaha mengurangi campur tangan atau intervensi pejabat atau unit
pusat terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang sepatutnya dapat diputuskan
dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah, pemerintah daerah atau masyarakat
(Hidayat dan Machali, 2012: 52).
8. Budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Budaya mutu terdiri
dari nilai-nilai, tradisi, prosedur dan harapan tentang promosi mutu. Bagaimana
karakteristik organisasi yang memiliki budaya mutu. Jelaskan !.
Jawab: Setiap organisasi memiliki budaya sendiri yang sifatnya spesifik karena kenyataan
bahwa setiap organisasi mempunyai kepribadian khas (unik) (Carrel dkk, 1997) yang
dipengaruhi berbagai hal, antara lain; karakteristik dan struktur organisasinya menurut
Robbins (2001) dan MIT (2002), serta nilai dan norma yang dianut anggotanya,
kepercayaan, kebiasaan yang berlaku di dalam organisasi, dan filosofi organisasi yang
dianut (Ouchi, 1981). Hal ini mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu dalam
organisasi yang dapat mempengaruhi semua kegiatan karyawan dalam organisasi, baik
bekerja, cara memandang pekerjaan, bekerja dengan kolega, maupun melihat ke masa
depan mereka dan menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya
(Gibson, 1996). Berbagai faktor tersebut menurutnya termasuk dalam pengertian budaya
organisasi Ouchi (1981) yakni sebagai suatu pola dari asumsi ± asumsi dasar yang
ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud
agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah ± masalahnya yang timbul
akibat adaptasi eksternal dan integrasi yang sudah berjalan dengan cukup baik (Schein,
1992: 221).
Budaya organisasi yang telah diyakini sebagai sumber kekuatan baru dalam
meningkatkan kinerja organisasi, seharusnya juga telah menjadi tumpuan pada
pengembangan setiap organisasi termasuk pada organisasi publik, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Andrew Pettigrew (1979) diawal tahun 1980an, dan Peter and
Waterman, Jr. (1982), bahwa dalam pengembangan organisasi tidak bisa lagi hanya
bertumpu pada perangkat keras organisasi (hard system tools) seperti strategi, struktur
dan sistem, tanpa memperhatikan budaya organisasi. Sebagai implikasinya dibutuhkan
landasan budaya organisasi yang paling sesuai dengan karakteristik yang cocok untuk
diterapkan pada seluruh lapisan organisasi yakni budaya organisasi yang mewakili
persepsi yang sama dari para anggota organisasi sebagai sebuah sistem makna bersama
dengan harapan bahwa setiap individuindividu yang memiliki latar belakang yang
berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi, akan memahami
budaya organisasi dengan pengertian yang sama dan wajib diajarkan atau disosialisasikan
kepada setiap anggota ± anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami,
memikirkan dan merasakan berkenaan dengan landasan budaya yang dimaksud.
Oleh karena itu, penting bagi setiap organisasi memahami karakteristik budaya
organisasi yang sedang hidup dan berkembang dalam organisasinya, dan menggantinya
dengan karakteristik yang lebih tepat jika diperlukan. Untuk mengidentifikasi
karakteristik budaya organisasi yang dimaksud, pada penelitian ini dirujuk pada
karakteristik budaya organisasi menurut Reilly Ill, Chatman, dan Caldwell yang disebut
oleh Robins (2005) sebagai faktor ± faktor objektif yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi, yakni inovasi dan pengambilan resiko, perhatian pada hal detail, orientasi
pada hasil, orientasi pada orang, orientasi pada tim, keagresifan, dan stabilitas. Masing ±
masing karakteristik tersebut menurut Robbins (2005) berada di suatu kontinum mulai
dari rendah sampai tinggi, sehigga menilai organisasi berdasarkan ketujuh karakteristik
ini akan menghasilkan suatu gambaran utuh mengenai budaya sebuah organisasi.
9. Gugus Kendali Mutu (GKM). adalah kelompok – kelompok kecil karyawan (4 – 8 orang)
yang melakukan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu secara teratur, sukarela
dan berkesinambungan dalam bidang–bidang pekerjaannya dengan menerapkan prinsip-
prinsip dan teknik-teknik pengendalian mutu. Apa Maksud dan Tujuan serta Manfaat dari
GKM. Jelaskan !.
Jawab: Maksud dari GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan
untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka
meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan. Sistim ini dilaksanakan melalui
pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi sesuatu masalah
(inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) di lingkungan
kerja seluruh jajaran SDM perusahaan, sehingga dapat membentuk kebiasaan (habit)
yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif. Fungsi dan kegunaan
GKM adalah (1) Penerapan/pentradisian GKM di lingkungan perusahaan IKM akan
ikut mempercepat sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui praktek nyata dalam
kehidupan perusahaan sehari-hari, sehingga hasilnya akan jauh lebih efektif daripada
sistim ceramah teori yang sering terkendala oleh daya-serap peserta dari kalangan IKM,
dan (2) Apabila pemasyarakatan GKM dapat diterapkan semakin meluas di kalangan
IKM, hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan dan pertumbuhan IKM terutama
oleh faktor pendorong knowledge-based.
Maksud pelatihan GKM adalah untuk menghasilkan suatu konsep baru untuk
meningkatkan mutu dan dan produktivitas kerja industri/jasa. Pengertian GKM di dalam
perusahaan adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri 3 - 8 orang dari unit kerja
yang sama dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan
pertemuan untuk melakukan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah. GKM ini
adalah untuk mendaya gunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama
sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dan produktivitas,
nilai tambah serta meningkatkan keuntungan semua pihak termasuk produsen,
karyawan, konsumen maupun pemerintah. Tujuan GKM adalah untuk mendayagunakan
seluruh aset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara
lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Tujuan penerapan GKM, antara
lain untuk :