Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI 4 PENYAKIT MENULAR DI

WILAYAH PUSKESMAS DOLO

DISUSUN OLEH
NAMA : FAHRI
NIM : PO7103119001

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
laporan praktikum surveilans epidemiologi mahasiswa
program studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik
kesehatan kemenkes palu

NAMA : Fahri
NIM : PO7103119001

Puskesmas Dolo
Senin, 12 oktober 2020

Kepala puskesmas Dolo Penanggung jawab mata kuliah

Irmawati, A.Md.Gz Fellysca V.M Politon.SKM.Kes


SAMPUL LUAR

DISUSUN OLEH:

NAMA : FAHRI

KELAS: TINGKAT 2 REGULER

NIM: PO7103119001

JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES
KEMENKES PALU
2020
SAMPUL DALAM

Laporan ini telah diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Praktikum Surveilans Epidemiologi

DISUSUN OLEH:

NAMA : FAHRI

KELAS: TINGKAT 2 REGULER

NIM: PO7103119001

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES


PALU
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Surveilans Epidemiologi mahasiswa Program Studi Diploma
III Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan kemenkes Palu

NAMA : FAHRI
KELAS : TINGKAT 2 REGULER
NIM : PO7103119001

Tempat praktek: puskesmas Dolo


Dari tanggal 5 oktober sampai tanggal 6 november 2020

Mengetahui,

Penanggung Jawab Praktikum

Fellysca V.M Politon.SKM.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yan Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunianya sehingga kami berhasil menyelesaikan
Laporan Praktik Surveilans Epidemiologi.
Laporan ini disusun untuk melengkapi penilaian tugas mata kuliah
praktik Surveilans Epidemiologi di jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Palu.
Perlu disadari bahwa penyusunan laporan ini tidak dapat selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian. Oleh
karena itu dengan kerendahan hati disampaikan terimakasih yang sebesar
besarnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
1. Sampul luar ...................................................................................i
2. Sampul dalam ................................................................................ii
3. Lembaran pengesahan....................................................................iii
4. Lembaran persetujuan.......................... ..........................................iv
5. Kata pengantar........................ ........................................................v
6. Daftar isi..........................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan
1.4. Ruang lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. surveilans epidemiologi
A. Pengertian surveilans epidemiologi
B. Pengumpulan data
C. Pengolahan data
D. Analisis dan interprestasi data

2.2. tinjauan teoritis tentang kasus/ penyakit yang ditemukan yang menjadi pokok
pembahasan
BAB 3 HASIL
3.1. Gambaran umum lokasi praktek (demografi,geografi, penduduk secara umum
dan penduduk sasaran)
3.2. hasil praktikum surveilans epidemiologi di lahan praktek (pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data).
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Praktikum surveilans epidemiologi adalah kegiatan praktik yang


dilakukan di Puskesmas dan masyarakat dengan kegiatan
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data
kasus/penyakit sehingga menjadi informasi. Informasi yang diperoleh
dan dapat dipergunakan sebagai Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
terhadap terjadi peningkatan kasus/wabah,sehingga dapat di jadikan
informasi dalam pengambilan keputusan oleh pejabat yang
berwenang.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimanakah gambaran surveilans epidemiologi 10 penyakit menular di
puskesmas Dolo tahun 2019-2020
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Bagaimanakah gambaran surveilans epidemiologi 10 penyakit
menular di puskesmas Dolo tahun 2019-2020
1.3.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi 5 penyakit menular di
puskesmas Dolo tahun 2019-2020
b. Mengetahui manajemen surveilans epidemilologi penyakit potensi
kejadian luar biasa (KLB) di puskesmas Dolo tahun 2019-2020
c. Mengetahui proses pencatatan data surveilans epidemiologi
penyakit potensi KLB di puskesmas Dolo tahun 2019-2020
1.4. Ruang lingkup
Ruang lingkup surveilans epidemiologi menurut tempat penerapannya
dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu:
1. Surveilans epidemiologi dalam masyarakat adalah pengamatan secara
sistematis dan terus menerus terhadap masalah Kesehatan termasuk
penyakit pada suatu wilayah tertentu atau pada populasi tertentu
2. Surveilans epidemiologi rumah sakit pelaksanaan surveilans khusus di
rumah sakit dimaksudkan untuk mengamati dan memantau penderita
penyakit infeksi yang di rawat di rumah sakit, untuk meminimalisir
penularan penyakit dalam lingkungan rumah sakit tersebut dengan
istilah istilah infeksi nosokommial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Surveilans Epidemiologi
Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Epidemiologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu epi atau upon yang berarti pada atau tentang.
Demos atau people berarti penduduk dan logia atau knowledge berarti ilmu.
Sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kejadian
atau kasus yang terjadi pada penduduk. Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan
pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-
masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit
atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan,
pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan.
2.2. Penyakit Menular

Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke
orang lain yang sehat. Beberapa penyakit menular yang umum di Indonesia dapat
dicegah melalui pemberian vaksinasi serta pola hidup bersih dan sehat. Penyakit
menular dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
secara langsung terjadi ketika kuman pada orang yang sakit berpindah melalui
kontak fisik, misalnya lewat sentuhan dan ciuman, melalui udara saat bersin dan
batuk, atau melalui kontak dengan cairan tubuh seperti urine dan darah. Orang
yang menularkannya bisa saja tidak memperlihatkan gejala dan tidak tampak
seperti orang sakit, apabila dia hanya sebagai pembawa (carrier) penyakit.
1. Penyakit Tuberkulosis (TB)

adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri


Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya
tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian.
TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih
dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.

Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa


menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari
percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau
bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan
tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.

Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama,


penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:

 Demam
 Lemas
 Berat badan turun
 Tidak nafsu makan
 Nyeri dada
 Berkeringat di malam hari

TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan


sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan
dengan cara:

 Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.


 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
2. HIV dan AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan
tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penurunan sistem kekebalan tubuh
mengakibatkan seseorang dapat dengan mudah terkena berbagai penyakit
infeksi yang sering berakibat fatal bagi dirinya.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi
serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan
tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan
dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
3. Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae. Kusta menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan
kulit. Kusta tipe Pausi Bacillary (PB) atau disebut juga kusta kering
adalah bilaman ada bercak keputihan seperti panu dan mati rasa atau
kurang merasa, permukaan bercak kering dan kasar serta tidak berkeringat,
tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada kulit antara 1-5 tempat. Ada
kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil pemeriksaan bakteriologis
negatif (-), tipe kusta ini tidak menular. Sedangkan Kusta tipe Multi
Bacillary (MB) atau disebut juga kusta basah adalah bilamana bercak
putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh kulit
badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak pada
kulit lebih dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf tepi dan hasil
pemeriksaan bakteriologi positif (+). Tipe seperti ini sangat mudah
menular.
Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui
percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak,
yang keluar saat batuk atau bersin.
Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari
penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang
lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama
untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.
Perlu dicatat, seseorang dapat tertular kusta jika mengalami kontak
dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular
kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan berhubungan
seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin
yang dikandungnya.
Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa
meningkatkan risiko seseorang terkena kusta, di antaranya:

 Bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti


armadillo
 atau simpanse
 Menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta
 Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa
kasus gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak
dalam tubuh penderita selama 20–30 tahun. Beberapa gejala kusta yang
dapat dirasakan penderitanya adalah:

 Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan


suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
 Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit
 Muncul luka tapi tidak terasa sakit
 Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
 Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
 Kehilangan alis dan bulu mata
 Mata menjadi kering dan jarang mengedip
 Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung

Jika kusta menyerang sistem saraf, maka kehilangan sensasi rasa termasuk
rasa sakit bisa terjadi. Hal ini bisa menyebabkan luka atau cedera yang
terdapat di tangan atau kaki tidak dirasakan oleh penderitanya, akibatnya
bisa muncul gejala hilangnya jari tangan atau jari kaki.

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah kusta. Diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan yang paling baik untuk
mencegah komplikasi sekaligus mencegah penularan lebih luas. Selain itu,
menghindari kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta juga penting
untuk mencegah kusta.
Gerakan terpadu untuk memberikan informasi mengenai penyakit kusta
kepada masyarakat, terutama di daerah endemik, merupakan langkah
penting dalam mendorong para penderita untuk mau memeriksakan diri
dan mendapatkan pengobatan. Pemberian informasi ini juga diharapkan
dapat menghilangkan stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi
terhadap penderita kusta.
4. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Dengue adalah birus penyakit yang ditularkan dari nyamuk
Aedes Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini telah
menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat
dan penyebarannya semakin luas, penyakit DBD merupakan penyakit
menular yang pada umumnya menyerang pada usia anak-anak umur
kurang dari 15 tahun dan juga menyerang pada orang dewasa. Penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan, iklim, mobilisasi yang tinggi,
kepadatan penduduk, perluasan perumahan dan perilaku masyarakat.
Demam yang mendadak tinggi hingga 39 derajat Celcius merupakan
gejala utama dari demam berdarah dengue. Demam ini akan berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat dan biasanya
diikuti gejala demam berdarah sebagai berikut:

 Nyeri kepala
 Menggigil dan lemas
 Nyeri di belakang mata, otot, dan tulang
 Ruam kulit hingga kemerahan
 Kesulitan menelan makanan dan minuman
 Mual dan muntah

Selanjutnya, gejala demam berdarah di atas akan diikuti oleh tanda


perdarahan, seperti:

 Gusi berdarah
 Mimisan
 Timbul bintik-bintik merah pada kulit
 Muntah darah
 Buang air besar berwarna hitam

Pada fase demam, demam berdarah dengue biasanya diikuti oleh fase kritis
selama 2-3 hari. Pada fase kritis inilah suhu tubuh menurun, hingga bagian
tubuh seperti tangan dan kaki dingin dan biasanya merasa seperti sudah
sembuh. Padahal, pada fase ini Anda harus waspada, sebab bisa terjadi
sindrom syok dengue yang dapat mengancam jiwa.Penyebab Demam
Berdarah Dengue

Penyebab demam bedarah adalah virus dengue yang ditularkan kepada


manusia melalui nyamuk Aedes aegypti. Saat virus dengue menginfeksi
nyamuk dan nyamuk menggigit manusia, maka bisa mengantarkan virus
tersebut ke dalam tubuh.

Aedes aegypti umumnya berukuran lebih kecil, badannya berwarna hitam


pekat dengan dua garis vertikal putih di punggung dan garis-garis putih
horizontal pada kaki.

Nyamuk ini biasanya ‘bekerja’ dari pagi hingga sore hari, meskipun
terkadang juga menggigit pada malam hari. Ia menyukai tempat gelap dan
sejuk, sehingga lebih banyak ditemukan di dalam rumah dibandingkan di
luar rumah yang panas.

Pada dasarnya, upaya pencegahan demam berdarah dengue dapat


dilakukan dengan menjaga kebersihan rumah. Selain itu, pastikan Anda
juga menjaga kebersihan lingkungan di sekitar Anda.

Cara terbaik untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti adalah dengan


menyingkirkan habitatnya. Anda harus mengosongkan wadah air yang
terbuka, sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di dalam wadah-wadah
terbuka tersebut.

Untuk mencegah gigitan nyamuk, Anda dapat mengenakan pakaian yang


menutupi kulit sepenuhnya. Menggunakan losion antinyamuk dan
kelambu saat beristirahat juga bisa membantu.
BAB III
HASIL

3.1. Gambaran umum lokasi praktek


3.1.1. Geografi
Puskesmas Dolo merupakan salah satu Puskesmas yang ada di kecamatan

Dolo yang terletak di Ibukota kecamatan yang secara administratif pemerintahan

sekarang terdiri dari 11 desa dan 37 dusun dengaan batas-batas wilayah

Puskesmas dolo sebagai berikut :

Di sebelah Utara : Kecamatan Sigi Biromaru

Di Sebelah Selatan : Kecamatan Sigi Biromaru

Di Sebelah Timur : Kecamatan Sigi Biromaru dan Kec. Dolo Barat

Di Sebelah Barat : Kecamatan Marawola dan Kecamatan Dolo Barat

Gambar 1 Peta Administrasi Kecamatan Dolo


Puskesmas Dolo terletak di Ibukota Kecamatan jarak tempuh sekitar 0,5

s/d 1 Km dengan waktu tempuh berkisar 5 menit. Berdasarkan elevasi ketinggian

dari permukaan laut dan bentuk permukaan tanah maka desa – desa diwilayah

kerja Puskesmas Dolo semuanya daratan.

Luas wilayah kerja Puskesmas Dolo 36,05 km2 terdiri atas 11 Desa

pada tahun 2019. Luas desa yang ada di kecamatan dolo mulai dari yang

terluas sampai dengan terkecil sebagai berikut : Desa waturalele ( 12,34 km 2),

desa Tulo (4,68 km2), desa Langaleso ( 3,34 km2 ). desa Kotarindau (2,86

km2). Desa Maku (2,40 km2), desa watubula (2,04 km2), desa Karawana (1,98

km2). Desa Soulowe (1,97 km2). Desa Potoya (1,83 km2). Desa Kotapulu (1,67

km2). dan Desa Kabobona (1,04 km2).

Grafik I. 1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Dolo


12.14

4.68
3.34
2.86
2.40
1.83 1.98 1.97 2.04
1.67
1.04

Puskesmas Dolo yang berada di wilayah kecamatan dolo terdiri dari 11

desa dan 37 dusun, Dari 37 dusun ada satu dusun yang terjauh berada di desa

waturalele dusun 3. Pada tahun 2019 terjadi perubahan tempat palayanan dari

puskesmas Dolo ke puskesmas kaleke.

Grafik I. 2 Jumlah Dusun di kecamatan Dolo Tahun 2019

4 4 4 4

3 3 3 3 3 3 3

Grafik I.2 memperlihatkan bahwa Desa yang memiliki jumlah dusun

paling banyak terletak di 4 (empat) desa yaitu Desa Kotarindau, Desa

Kotapulu, Desa Karawana, dan Desa Soulowe.


3.1.2. Demografi
a. Jumlah penduduk
Penduduk wilayah kecamatan Dolo berdasarkan penduduk tahun 2018
sebanyak 22.232 jiwa yang terdiri atas 11.533 jiwa penduduk laki-laki dan
10.699 jiwa penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk
Kecanatan Dolo dari tahun 2015-2018, dimana penduduk Dolo di tahun
2015 sebanyak 21.725 jiwa, sedangkan di tahun 2018 mencapai 22.232
jiwa.
b. Jumlah rumah tangga
Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama
serta pengelolaan makan dari satu dapur. Yang dimaksud makan dari satu
dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama-
sama menjadi satu. Desa Tulo memiliki jumlah rumah tangga (836 RT),
lebih banyak dibandingkan dengan Desa lainnya yang berada di
Kecamatan Dolo. Desa Watubula memiliki jumlah rumah tangga yang
paling sedikit (229 RT), kemudian diikuti Desa Waturalele (231 RT

Tabel I.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan
Jenis Kelamin Puskesmas Dolo Tahun 2017
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Total
(Tahun)
0-4 1.128 1.011 2.139
5-9 971 913 1.884
10-14 1.126 979 2.105
15-19 1.267 1.028 2.295
20-24 1.026 882 1.908
25-29 841 738 1.579
30-34 859 821 1680
35-39 878 859 1.737
40-44 836 782 1.618
45-49 688 694 1.382
50-54 572 612 1.184
55-59 456 492 948
60-64 358 299 657
65+ 527 589 1.116
Jumlah 2018 11.533 10.699 22. 232

Berdasarkan tabel I.3 dapat terlihat bahwa penduduk usia 15 s/d 19

tahun lebih banyak, artinya masih banyak generasi muda yang akan

membangun Kecamatan Dolo menjadi kecamatan yang semakin maju. Namun

banyaknya penduduk usia muda juga menjadi tanggung jawab bersama untuk

memberikan pendidikan dan kesehatan yang memadai agar tercipta generasi

emas untuk menyongsong bonus demografi di Indonesia.

Grafik I. 3 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Dolo

Maku
Waturalele
Watubula
Soulowe
Karawana
Potoya
Tulo
Kotapulu
Kotarindau
Kabobona
Langaleso

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Grafik I.4 memperlihatkan jumlah penduduk terbesar berada di Desa

Tulo (3782), sedangkan Desa Watubula (1027) dan Desa Waturalele (1043)

memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit..

Grafik I. 4 Jumlah Rumah Tangga Menurut Desa di Kecamatan Dolo


Maku

Waturalele

Watubula

Soulowe

Karawana

Potoya

Tulo

Kotapulu

Kotarindau

Kabobona

Langaleso

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

c. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk adalah rasio banyaknya penduduk per kilometer
persegi. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Dolo terletak di Desa
Kabobona dengan kepadatan sebesar 1858 jiwa/km2 dan terendah di Desa
Waturalele sebesar 86 jiwa/km2 dan Desa Watubula sebesar 503 jiwa/km2.

Grafik I. 5 Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Dolo

Maku
Waturalele
Watubula
Soulowe
Karawana
Potoya
Tulo
Kotapulu
Kotarindau
Kabobona
Langaleso

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

d. Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk, kematian dapat

diartikan sebagai peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara

permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Perubahan

jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung

pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini

dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan

tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah.

e. Angka Kematian Neonatal


Angka Kematian Neonatal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi
berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun.
Angka kematian neonatal (AKN) adalah 4 kematian per 1.000 kelahiran
hidup, Strategi intervensi yang diterapkan untuk menurunkan angka
kematian neonatal adalah melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan
semesta, peningkatan kualitas pelayanan pemberdayaan masyarakat dan
penguatan tatakelola, yang diikuti oleh peningkatan kualitas pelayanan
melalui AMP, dan juga sistem informasi yang tersedia saat ini, seperti
STBM smart, digitalisasi KIA dan e-PPGBM.
Grafik II. 1 Jumlah Kematian Neonatal Menurut Desa di Puskesmas Dolo
Maku 0

Waturalele 0

Watubula 1

Soulowe 0

Karawana 0

Potoya 1

Tulo 1

Kotapulu 1

Kotarindau 0

Kabobona 0

Langaleso 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Grafik II. 1 memperlihatkan bahwa kematian Neonatal paling banyak

terjadi di empat desa yaitu Kotapulu, Potoya, Tulo dan Watubula. Secara

keseluruhan jumlah kematian neonatal di Puskesmas Dolo adalah 4 jiwa,

Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi di bawah satu
tahun untuk setiap 1.000 kelahiran hidup. Kematian bayi berhubungan erat
dengan pemeriksaan neonatus. Angka kematian bayi merupakan indikator
yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu
masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan
lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya
dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam
bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab
kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB.
Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolak ukur yang sensitif
dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di
bidang kesehatan. Melihat tabel dibawah jumlah kematian bayi tahun 2019
tidak ada kematian.
Grafik II. 2 Jumlah Kematian Bayi Menurut Desa di Puskesmas Dolo
Maku

Waturalele

Watubula

Soulowe

Karawana

Potoya

Tulo

Kotapulu

Kotarindau

Kabobona

Langaleso
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

f. Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih terlalu tinggi. Mengingat
penyebabnya yang kompleks, diperlukan upaya bersama untuk menekan
angka ini. Laporan statistik MDGs Asean 2017 menunjukkan angka
kematian ibu di Indonesia masih di atas rata-rata angka kematian ibu di
negara-negara ASEAN sebesar 197 per 100 ribu kelahiran hidup, juga
terbesar kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Laos.
Berdasarkan studi Evidence Summit yang diinisiasi AIPI (Akademi Ilmu

Pengetahuan Indonesia), ada setidaknya enam faktor pemicu kematian ibu,

yakni kualitas pelayanan kesehatan, sistem rujukan kesehatan,

implementasi Jaminan Kesehatan Nasional, kebijakan pemerintah daerah

terkait kesehatan, juga faktor budaya dan pernikahan dini yang dinilai

masih sarat ketimpangan gender.

Grafik II. 3 Jumlah Kematian Ibu Menurut Desa di Puskesmas Dolo


g.
Maku

Waturalele

Watubula

Soulowe

Karawana

Potoya

Tulo

Kotapulu

Kotarindau

Kabobona

Langaleso

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Grafik II.3 memperlihatkan bahwa jumlah kematian ibu di wilayah kerja

puskesmas dolo terdapat di desa Maku satu orang

h. Morbilitas

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang ke sarana
kesehatan adalah 20% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita
(Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita di satu wilayah kerja dalam
waktu satu tahun).

3.2. hasil praktikum surveilans epidemiologi di lahan praktik


1. Pengumpulan data
a. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh penelitian dari hasil
UPTD Puskesmas Dolo kecematan dolo kabupaten sigi
2. Pengolahan data
a. Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu di edit terlebih dahulu dengan
perkataan lain perlu dibaca lagi dan diprbaiki
b. Coding
Untuk memudahkan analisis maka jawaban jawaban tersebut pada di
beri kode. Pemberian kode pada jawaban sangat penting jika
pengolahan data dilakukan dengan computer mengkode jawaban
adalah menaruh angka pada setiap jawaban.
c. Tabulating
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memperoleh data. Membuat
tabulasi tidak lain adalah memasukan data kedalam tabel tabel dan
mengatur angka angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam
berbagai kategori.
d. Entry
Yskni memasukkan data kedalam computer dalam menggunakan SPSS
e. Cleaning
Melakukan pengecekan Kembali data yang telah bersih apakah
datanya sudah benar atau belum
3. Analisis data
a. Analisis univariat
Analisi univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian untuk melihat distribusi dan presentase dalam pengambilan
10 penyakit yang menular di UPTD Puskesmas Dolo Kecematan Dolo
Kabupaten Sigi.

4. Interprestasi data
4 penyakit menular tahun 2019 dan 2020
1. DBD (Demam Berdarah Dengue)
Jenis Kelamin Umur Alamat Penyakit
L 10 tahun Soulowe DBD
P 5 tahun Soulowe DBD
P 9 tahun Soulowe DBD
L 6 bulan Tulo DBD
L 10 tahun Soulowe DBD
P 22 tahun Soulowe DBD
L 24 tahun Soulowe DBD
P 10 tahun Soulowe DBD
P 12 tahun Soulowe DBD
L 36 tahum Soulowe DBD
p 62 tahun Kabobona DBD
L 7 tahun Kotarindau DBD
L 7 tahun Kotarindau DBD

Grafik perbandingan penderita penyakit DBD berdasarkan bulan


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

2019 Column1

Berdasarkan grafik diatas, penderita penyakit TB paru pada tahun 2019 paling
banyak terjadi pada bulan februari, dan pada tahun 2020 penderita penyakit TB
paru juga banyak terjadi pada bulan februari
Grafik perbandingan penderita penyakit DBD berdasarkan umur
9

0
0 - 1 tahun 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 40-50 tahun > 50 tahun

2019 Column1

Pada gambar diatas, menunjukkan perbandingan golongan umur 0 bulan sampai


dengan golongan umur lebih dari 50 tahun sejak tahun 2019 sampai 2020, yang
paling tinggi kasus penderita DBD adalah usia balita yaitu umur 0 sampai 1 tahun

Grafik perbandingan Penderita penyakit DBD berdasarkan jenis kelamin


8

0
Laki-laki Perempuan

2019 Column1

Grafik diatas nenunjukkan bahwa sejak tahun 2019 penderita DBD paling banyak
laki-laki, dan tahun 2020 penderita penyakit DBD terbanyak juga berjenis
kelamin laki-laki.
Grafik perbandingan penderita penyakit DBD berdasarkan tempat tinggal
(DESA)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
kotarindau kotapulu potoya soulowe tulo kabobona

2019 Column1

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa desa yang paling banyak penderita
penyakit DBD pada tahun 2019 yaitu desa soulowe sedangkan pada tahun 2020
penderita penyakit DBD terbanyak yaitu di desa kotapulu

2. Penyakit HIV
Jenis kelamin Umur alamat Penyakit
L 34 Tulo HIV
L 31 Potoya HIV
P 28 Karawana HIV
P 26 Kotapulu HIV
L 22 Karawana HIV
P 20 Soulowe HIV
P 23 Tulo HIV
L 21 Potoya HIV
L 24 Kotapulu HIV
Grafik perbandingan penderita penyakit HIV berdasarkan jenis kelamin
3.5

2.5

1.5

0.5

0
laki-laki perempuan

2019 Column1

Grafik diatas nenunjukkan bahwa sejak tahun 2019 penderita HIV paling banyak
laki-laki, dan tahun 2020 penderita penyakit HIV Ssama banyaknya.

Grafik perbandingan penderita penyakit HIV berdasarkan usia


4.5

3.5

2.5

1.5

0.5

0
0-1 tahun 2-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun > 50 tahun

2019 Column1

Pada gambar diatas, menunjukkan perbandingan golongan umur 0 bulan sampai


dengan golongan umur lebih dari 50 tahun sejak tahun 2019 paling tinggi kasus
penderita HIV yaitu usia remaja dari umur 21-30 tahun, dan pada tahun 2020,
paling tinggi kasus penderita HIV yaitu pada usia remaja dari umur 21-30 tahun
Grafik perbandingan penderita penyakit HIV berdasarkan tempat tinggal
2.5

1.5

0.5

0
tulo potoya karawana kotapulu soulowe

2019 Column1

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa desa yang paling banyak penderita
penyakit HIV pada tahun 2019 yaitu desa potoya dan karawana sedangkan pada
tahun 2020 penderita penyakit HIV terbanyak yaitu di desa tulo dan kotapulu.

3. Penyakit kusta
Jenis kelamin Umur Alamat Penyakit
L 65 tahun Maku Kusta
L 50 tahun Maku Kusta
L 53 tahun Potoya Kusta
L 56 tahun Maku Kusta
P 48 tahun watubula Kusta
Grafik perbandingan penyakit kusta berdasarkan usia
2.5

1.5

0.5

0
0-1 tahun 2-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun > 50 tahun

2019 Column1

Pada gambar diatas, menunjukkan perbandingan golongan umur 0 bulan sampai


dengan golongan umur lebih dari 50 tahun sejak tahun 2019 paling tinggi kasus
penderita KUSTA yaitu usia lansia dari umur >50 tahun, dan pada tahun 2020,
paling tinggi kasus penderita KUSTA yaitu pada usia lansia dari umur 41-50
tahun..
Grafik perbandingan penyakit kusta berdasarkan jenis kelamin
3.5

2.5

1.5

0.5

0
laki-laki perempuan

2019 Column1

Grafik diatas nenunjukkan bahwa sejak tahun 2019 penderita KUSTA paling
banyak laki-laki, dan tahun 2020 penderita penyakit KUSTA yang paling banyak
yaitu perempuan

Grafik perbandingan penyakit kusta berdasarkan tempat tinggal


3.5

2.5

1.5

0.5

0
maku potoya watubula

2019 Column1

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa desa yang paling banyak penderita
penyakit KUSTA pada tahun 2019 yaitu desa maku, sedangkan pada tahun 2020
penderita penyakit KUSTA terbanyak yaitu di desa watubula
4. Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru

Jenis kelamin Umur Tempat tinggal Penyakit


P 4 tahun Soulowe TB paru
L 25 tqhun Soulowe TB paru
P 38 tahun Korarindau TB paru
L 29 tahun Karawana TB paru
L 20 tahun Kotarindau TB paru
L 64 tahun Potoya TB paru
L 28 tahun Watubula TB paru
L 53 tahun Soulowe TB paru
L 23 tahun Tulo TB paru
L 38 tahun Kotarindau TB paru

Grafik perbandingan penderita penyakit TB paru dengan bulan


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

2019 Column2

Berdasarkan grafik diatas, penderita penyakit TB paru pada tahun 2019 paling
banyak terjadi pada bulan januari, dan pada tahun 2020 penderita penyakit TB
paru juga banyak terjadi pada bulan januari
Grafik perbandingan penderita penyakit TB paru berdasarkan jenis kelamin
40

35

30

25

20

15

10

0
laki-laki perempuan

2019 Column1

Grafik diatas nenunjukkan bahwa sejak tahun 2019 penderita penyakit TB paru
paling banyak laki-laki, dan tahun 2020 penderita penyakit TB paru yang paling
banyak yaitu laki-laki

Grafik perbandingan penderita penyakit TB paru berdasarkan usia


16

14

12

10

0
0-1 tahun 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun

2019 Column1

Pada gambar diatas, menunjukkan perbandingan golongan umur 0 bulan sampai


dengan golongan umur lebih dari 50 tahun sejak tahun 2019 paling tinggi kasus
penderita TB paru yaitu usia lansia dari umur >50 tahun, dan pada tahun 2020,
paling tinggi kasus penderita TB paru yaitu pada usia lansia dari umur >50 tahun.
Grafik perbandingan penderita penyakit TB paru berdasarkan tempat
tinggal
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

2019 Column1

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa desa yang paling banyak penderita
penyakit TB paru pada tahun 2019 yaitu desa kotarindau dan tulo, sedangkan pada
tahun 2020 penderita penyakit TB paru terbanyak yaitu di desa watubula
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue. Dengue adalah birus penyakit yang ditularkan dari
nyamuk Aedes Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini
telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin
meningkat dan penyebarannya semakin luas, penyakit DBD merupakan
penyakit menular yang pada umumnya menyerang pada usia anak-anak
umur kurang dari 15 tahun dan juga menyerang pada orang dewasa.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan, iklim, mobilisasi yang
tinggi, kepadatan penduduk, perluasan perumahan dan perilaku
masyarakat
a. host
Sebagian besar Penderita penyakit DBD terbanyak berdasarkan usia yaitu pada
usia balita, dari umur 0-1 tahun sebanyak 14 orang. Karena kurangnya perhatian
orang tua tentang pentingnya pemberian imunisasi kepada anak.dan penyakit
DBD lebih banyak di derita oleh anak laki-laki. Karena anak laki-laki lebih aktif
bermain pada pagi sampai sore hari.
b. Agent
Sebagian besar penyakit DBD di sebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan dari nyamuk aedes aegepty
c. Environment
Sebagian besar penyakit DBD banyak terjadi di desa soulowe karena
kondisi lingkungannya yang kurang bersih dan kurangnya perhatian
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Cara pencegahan
Pada dasarnya, upaya pencegahan demam berdarah dengue dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan rumah. Selain itu, pastikan Anda
juga menjaga kebersihan lingkungan di sekitar Anda. Cara terbaik untuk
mengendalikan nyamuk Aedes aegypti adalah dengan menyingkirkan
habitatnya. Anda harus mengosongkan wadah air yang terbuka, sehingga
nyamuk tidak dapat bertelur di dalam wadah-wadah terbuka tersebut.
Untuk mencegah gigitan nyamuk, Anda dapat mengenakan pakaian yang
menutupi kulit sepenuhnya. Menggunakan losion antinyamuk dan
kelambu saat beristirahat juga bisa membantu.

A. HIV dan AIDS


HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan
tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penurunan sistem kekebalan tubuh
mengakibatkan seseorang dapat dengan mudah terkena berbagai penyakit
infeksi yang sering berakibat fatal bagi dirinya
a. Host
Sebagian besar penyakit HIV banyak di derita pada usia remaja sebanyak
9 orang. Karena pada usia remaja terjadi pergaulan seks bebas dengan
lawan jenis ataupun sesame jenis kelamin. Penderita penyakit HIV lebih
banyak di derita oleh laki-laki karena pergaulan laki-laki yang bebas dan
sering keluar malam dibandingkan perempuan.
b. Agent
Penyebab penyakit HIV yaitu Human Immunodeficiency Virus.
c. Environment
Sebagian besar penyakit HIV banyak terjadi di desa potoya dan karawana.
karena di desa potoya dan karawana masi terdapat banci yang
memungkinkan mereka saling berhubungan seks bebas
d. Pencegahan
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan
tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan
dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
B. KUSTA
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae. Kusta menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan
kulit. Kusta tipe Pausi Bacillary (PB) atau disebut juga kusta kering
adalah bilaman ada bercak keputihan seperti panu dan mati rasa atau
kurang merasa, permukaan bercak kering dan kasar serta tidak berkeringat,
tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada kulit antara 1-5 tempat. Ada
kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil pemeriksaan bakteriologis
negatif (-), tipe kusta ini tidak menular. Sedangkan Kusta tipe Multi
Bacillary (MB) atau disebut juga kusta basah adalah bilamana bercak
putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh kulit
badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak pada
kulit lebih dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf tepi dan hasil
pemeriksaan bakteriologi positif (+). Tipe seperti ini sangat mudah
menular.
a. Host
Sebagian besar penyakit kusta di derita oleh lansia yaitu umur lebih dari
40 tahun sebanyak 5 orang. Sebagian besar di derita oleh laki-laki karena
pada usia lansia terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh.
b. Agent
penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta tipe
Pausi Bacillary (PB) atau disebut juga kusta kering adalah bilaman ada
bercak keputihan seperti panu dan mati rasa atau kurang merasa,
permukaan bercak kering dan kasar serta tidak berkeringat, tidak tumbuh
rambut/bulu, bercak pada kulit antara 1-5 tempat. Sedangkan Kusta tipe
Multi Bacillary (MB) atau disebut juga kusta basah adalah bilamana
bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh
kulit badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak
pada kulit lebih dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf tepi dan hasil
pemeriksaan bakteriologi positif (+). Tipe seperti ini sangat mudah
c. Environment
Sebagian penyakit kusta terjadi di desa maku
d. Pencegahan
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah kusta. Diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan yang paling baik untuk
mencegah komplikasi sekaligus mencegah penularan lebih luas. Selain itu,
menghindari kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta juga penting
untuk mencegah kusta.
Gerakan terpadu untuk memberikan informasi mengenai penyakit kusta
kepada masyarakat, terutama di daerah endemik, merupakan langkah
penting dalam mendorong para penderita untuk mau memeriksakan diri
dan mendapatkan pengobatan. Pemberian informasi ini juga diharapkan
dapat menghilangkan stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi
terhadap penderita kusta.
C. Tuberkulosis Paru (TB Paru)
adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya
tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian.
TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih
dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.

a. Host

Sebagian besar penyakit TB paru banyak di derita oleh lansia yaitu pada
umur lebih dari 50 tahun berjumlah 26 orang. Dikarenakan pada usia
lansia yaitu pada umur lebih dari 50 tahunterjadi penurunan tingkat
kekebalan tubuh dan Sebagian besar di derita oleh laki laki memiliki
kebiasaan sering merokok dan kurang memperhatikan Kesehatan diri.

b. Agent

Penyebab penyakit TB paru yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis,


yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

c. Environment

Sebagian besar penyakit TB paru terjadi di desa kotarindau dan tulo.


Karena disana masih banyak terdapat lansia yang masih merokok dan
kurang perhatian tentang hidup sehat

d. Pencegahan

TB Paru dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan


dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat
dilakukan dengan cara:

 Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.


 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang 4 penyakit menular di wilayah

kerja puskesmas Dolo dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Penderita penyakit DBD pada tahun 2019-2020 paling banyak

golongan usia balita yaitu pada umur 0-1 tahun

 Penderita penyakit HIV pada tahun 2019-2020 paling banyak

golongan usia remaja yaitu pada usia 21-30 tahun.


 Penderita penyakit TB paru pada tahun 2019-2020 paling banyak

golongan usia lansia yaitu pada umur >50 tahun

 Penderita penyakit kusta pada tahun 2019-2020 paling banyak

golongan usia lansia yaitu pada umur >50 tahun.

 Di kecamatan Dolo kesehatan lingkungannya masih sangat rendah

karena masi banyak penderita penyakit menular. Khusunya di desa

soulowe karena disana banyak terdapat penyakit DBD

dibandingkan dengan desa lainnya. Hal ini disebabkan karena

kebiasaan penduduk yang tidak membersihkan lingkungannya

yaitu lingkungan tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab

penyakit DBD yaitu nyamuk aedes aegepty

B. SARAN

1. Penyakit DBD
Untuk mengurangi jumlah penyakit DBD, sebaiknya lebih
ditingkatkan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan
sehat. Serta selalu menjaga kebersihan lingkungannya. Peran dari
pihak Puskesmas Dolo, lebih ditingkatkan lagi penyuluhan pada
masyarakat setempat. Serta dilakukan monitoring pada lingkungan
masyarakat dengan melakukan fogging focus, abatesasi, dan
pemeriksaan jentik berkala.
2. Penyakit TB paru
Untuk mengurangi terjadinya kasus TBC paru, dapat dilakukan
pemberatasan yang mengacu pada program DOTS (Directly Observed
Treatmeant Short Course) yang artinya pengobatan jangka pendek
dengan pengawasan langsung, selain itu tidak terlepas dari aspek sosial
budaya masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, petugas
kesehatan seperti dokter diharapkan selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar dapat lebih optimal dalam mendiagnosa atau
mendeteksi penyakit TBC paru pada stadium dini..
3. Penyakit kusta
Untuk mengurangi terjadinya kasus penyakit kusta diharapkan dari
pihak puskesmas memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
memberikan informasi kepada msyarakat terutama di daerah endemik.
Langkah ini merupakan Langkah penting dalam mendorong para
penderita untuk mau memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan.
4. Penyakit HIV
Diharapkan dari pihak puskesmas terus memonitoring dan
memberikan motivasi serta menghibur para penderita penyakit HIV
agar tetap tetap semangat dan supaya mereka tidak stress dalam
menjalani hidup. Pihak puskesmas juga di harapkan untuk melakukan
penyuluhan terkait dengan informasi tentang penyakit HIV.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat.


Kampus IPB Pres Taman Kencana Bogor: PT Penerbit IPB
Press.

Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral
PPM-PLP Direktorat Epidemiologi dan Imunisasi. 1994.
Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai