Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“APLIKASI NON LINEAR DALAM EKONOMI DAN BISNIS”

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS

DOSEN PENGAMPU

Nyimas Dian Maisyarah, S.E., M.S., Ak.

DISUSUN OLEH

R-010 Akuntansi
Kelompok 2

Nurazizah (C1C021042)
Prabu Ikhlas (C1C021043)
Muti’a Azkia (C1C021044)
Ivan Leonardo (C1C021045)
Septianingsi (C1C021046)
Tasya Safitri (C1C021047)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu dan berjalan dengan lancar. Penulisan makalah yang berjudul “Aplikasi
Non Linear Dalam Ekonomi Dan Bisnis” dibuat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Matematika Ekonomi dan Bisnis.

Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Nyimas Dian Maisyarah, S.E., M.S., Ak. selaku dosen pengampu mata
kuliah Matematika Ekonomi dan Bisnis, karena tugas yang diberikan ini dapat
membantu wawasan dan pengetahuan penulis menjadi lebih luas.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kekurangan-kekurangan yang ada. Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai
semua kritikan dan saran dari pembaca. Hal itu bertujuan untuk membangun
makalah ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jambi, 01 November 2021

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1

1.3 Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

2.1 Keseimbangan Pasar ......................................................................... 2

2.2 Pengaruh Pajak-Spesifik terhadap Keseimbangan Pasar .................. 3

2.3 Pengaruh Pajak-Proporsional terhadap Keseimbangan Pasar ........... 6

2.4 Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar ............................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 12

3.2 Saran ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ceteris paribus (faktor-faktor yang dianggap tetap) dalam fungsi
penawaran adalah teknologi, pajak dan subsidi. Apa yang terjadi kalau pemerintah
mengenakan pajak atau subsidi? Pajak (Tx) dan subsidi (S) yang dikenakan pada
suatu barang akan dapat mempengaruhi keseimbangan pasar barang tersebut.
Pajak dan subsidi dikenakan oleh pemerintah. Bila faktor-faktor yang dianggap
tetap itu berubah, maka fungsi penawaran akan berpindah tempat atau bergeser.
Dengan adanya pajak maka posisi keseimbangan menjadi berubah karena
produsen menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga
keseimbangan yang tercipta menjadi lebih tinggi dari harga keseimbangan
sebelum ada pajak dan jumlah keseimbangannya pun menjadi lebih sedikit.

Untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi


tersebut diperlukan matematika ekonomi sebagai alat untuk membantu
pembahasan atau penyelesaian masalah ekonomi tersebut. Utamanya dalam
pembahasan nanti akan digunakan aplikasi fungsi linear.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diidentifikasi dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana keseimbangan pasar sebelum pajak?


b. Bagaimana keseimbangan pasar setelah pajak spesifik dan proporsional?
c. Bagaimana pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar?

1.3 Tujuan
Setelah mengetahui latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun
tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui bagaimana keseimbangan pasar sebelum pajak.


b. Mengetahui bagaimana keseimbangan pasar setelah pajak spesifik dan
proporsional.
c. Memahami pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keseimbangan Pasar

Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan


(equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukkan
oleh kesamaan Qd = Qs, yakni perpotangan kurva permintaan dengan kurva
penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar ini tercipta harga keseimbangan
(equilibrium price) dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).

Qd = Qs

Ket :

Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan

Contoh soal 1 :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15
– Q, sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Berapa harga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar?

Penyelesaian

Permintaan : P = 15 – Q → Q = 15 – P Keseimbangan
Penawaran : P = 3 + 0,5Q → Q = -6 + 2P Pasar : Qd = Qs
Qd = Qs Q = 15 – P

15 – P = -6 + 2P Q = 15 – (7)

15 + 6 = 2P + P Q=8

21 = 3P Jadi, Pe = 7 dan Qe = 8.

P=7

2
Kurva keseimbangan pasar sebelum pajak

2.2 Pengaruh Pajak-Spesifik terhadap Keseimbangan Pasar

Pengenaan pajak atau pemberian subsidi atas suatu barang yang


diproduksi/dijual akan mempengaruhi keseimbangan pasar barang tersebut,
mempengaruhi harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan.

Pengaruh pajak. Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang akan
menyebabkan harga jual barang tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak,
produsen akan berusaha mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut kepada
konsumen, yaitu dengan jalan menawarkan harga jual yang lebih tinggi.
Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih tinggi dari
pada harga keseimbangan sebelum pajak, di lain pihak jumlah keseimbangannya
menjadi lebih sedikit.

Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual


menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebih besar
(lebih tinggi) pada sumbu harga. Jika sebelum pajak bersamaan penawarannya P
= a + bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ + t = (a + t) + bQ.
Dengan kurva penawaran yang lebih tinggi, ceteris paribus, titik keseimbangan
pun akan bergeser menjadi lebih tinggi.

Contoh soal 2 :

Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15


– Q, sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q Terhadap barang tersebut dikenakan
pajak sebesar 3 per unit. Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan

3
sebelum pajak, dan berapa pula harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan
sesudah pajak?

Penyelesaian

Sebelum pajak, Pe = 7 dan Qe = 8 (lihat penyelesaian contoh soal 1 tadi).


Sesudah pajak, harga jual yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tinggi,
persamaan penawarannya berubah dan kurvanya bergeser ke atas.

 Penawaran sebelum pajak : P = 3 + 0,5Q

Penawaran sesudah pajak : P = 3 + 0,5Q + 3

P = 6 + 0,5Q → Q = -12 + 2P

 Sedangkan persamaan permintaannya tetap : P = 15 – Q → Q = 15 – P

Keseimbangan pasar :

Qd = Qs Q = 15 – P

15 – P = -12 + 2P Q = 15 – (9)

15 + 12 = 2P + P Q=6

27 = 3P

P = 27/3

P=9

Jadi, sesudah pajak : P’e = 9 dan Q’e = 6.

Kurva keseimbangan pasar sesudah pajak-spesifik

4
a) Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen

Karena produsen mengalihkan sebagian beban pajak tadi kepada


konsumen, melalui harga jual yang lebih tinggi, pada akhirnya beban pajak
tersebut ditanggung bersama oleh baik produsen maupun konsumen. Besarnya
bagian dari beban pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk) adalah selisih antara
harga keseimbangan sesudah pajak (P,e) dan harga keseimbangan sebelum pajak
(Pe).

tk = P’e – Pe

Dalam contoh soal 2 di atas, tk = 9 – 7 = 2. Berarti dari setiap unit barang


yang dibelinya konsumen menanggung beban (membayar) pajak sebesar 2.
Dengan perkataan lain, dari pajak sebesar 3 per unit barang, sebesar 2 (atau 67%)
pada akhirnya menjadi tanggungan konsumen.

b) Beban pajak yang ditanggung oleh produsen.

Besarnya bagian dari beban pajak yang ditanggung oleh produsen (tp)
adalah selisih antara besarnya pajak per unit barang (t) dan bagian pajak yang
menjadi tanggungan konsumen (tk).

tp = t – tk

Dalam contoh soal 2 tadi, tp = 3 – 2 = 1. Berarti dari setiap unit barang


yang diproduksi dan dijualnya produsen menanggung beban (membayar) pajak
sebesar 1. Dihitung dalam satuan persen, beban pajak yang ditanggung oleh pihak
produsen ini hanya sebesar 33%, lebih sedikit daripada yang ditanggung pihak
konsumen. Jadi meskipun pajak tersebut dipungut oleh pemerintah melalui pihak
produsen, namun sesungguhnya pihak konsumenlah yang justru lebih berat
menanggung bebannya.

c) Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah

Besarnya jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah (T) dapat dihitung
dengan mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah pengenaan pajak (O'P)
dengan besarnya pajak per unit barang (t).

T = Q’e x t

5
Dalam contoh soal tadi, T = 6 x 3 = 18. Penerimaan dari pajak merupakan
salah satu sumber pendapatan pemerintah, bahkan merupakan sumber pendapatan
utama. Dengan inilah pemerintah menjalankan roda kegiatannya sehari-hari,
membangun prasarana publik seperti jalan dan jembatan, membayar cicilan utang
pada negara lain, membiayai pegawai-pegawainya, membangun proyek-proyek
sarana publik seperti rumah sakit dan sekolah, juga membeli perlengkapan
pertahanan. Jadi, pajak yang disetorkan oleh rakyat kepada pemerintah akhirnya
kembali ke rakyat lagi, dalam bentuk lain. Jika dalam melunasi pajak anda
memainkan "persetujuan rahasia" dengan petugas pajak, berarti anda berbagi
"rezeki" dengan sang oknum pajak hanya untuk merasakan keuntungan jangka
pendek, tidak menghiraukan masa depan negara dan bangsa (termasuk anak cucuk
anda sendiri!).

Catatan tentang persamaan penawaran sesudah pajak :

Dalam contoh di depan kita memasukkan unsur pajak ke dalam persamaan


penawaran yang berbentuk P = f(Q); yakni jika semula P = a + bQ maka sesudah
pajak menjadi P = a + bQ + t. Apabila persamaan penawarannya berbentuk Q =
f(P), misalnya , kita pun dapat memasukkan unsur pajak tersebut

secara langsung, tanpa harus mengubah dulu fungsi penawaran yang berbentuk Q
= f(P) menjadi bentuk P = f(Q). Dalam hal ini rumusannya adalah

Hasilnya tidak akan berbeda, sebab:

bQ = -a + P - t → P = a + bQ + t

2.3 Pengaruh Pajak-Proporsional terhadap Keseimbangan Pasar

Pajak proporsional ialah pajak yang besarnya ditetapkan berdasarkan


persentase tertentu dari harga jual; bukan ditetapkan secara spesifik (misalnya 3
rupiah) per unit barang, sebagaimana yang diuraikan dalam materi sebelumnya.
Meskipun pengaruhnya serupa dengan pengaruh pajak spesifik, menaikkan harga

6
keseimbangan dan mengurangi jumlah keseimbangan, namun analisisnya sedikit
berbeda.

Jika pengenaan pajak spesifik menyebabkan kurva penawaran bergeser ke


atas sejajar dengan kurva penawaran sebelum pajak, dengan kata lain lereng
kurvanya tetap, maka pajak proporsional menyebabkan kurva penawaran
memiliki lereng yang lebih besar daripada kurva penawaran sebelum pajak.

Jika persamaan penawaran semula P = a + bQ (atau )

maka, dengan dikenakannya pajak proporsional sebesar t% dari harga jual,


persamaan penawaran yang baru akan menjadi:

P = a + bQ + tP Ket :

P – tP = a + bQ t : pajak proporsional dalam %

(1 – t)P = a + bQ

atau

Dari sini terlihat kurva penawaran P = f(Q) sesudah pajak proporsional


mempunyai penggal vertikal yang lebih tinggi [sekarang a/(1 – t), semula hanya
a] dan juga lereng yang lebih besar [sekarang b/(1 – t), semula hanya b]. Untuk
melihat pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar, ikutilah contoh berikut.

Contoh soal 3 :

Andaikan kita memiliki data yang sama seperti pada contoh soal 1, yakni
permintaan P = 15 - Q dan penawaran P = 3 + 0,5Q. Kemudian, pemerintah
mengenakan pajak sebesar 25% dari harga jual. Hitunglah harga keseimbangan
dan jumlah keseimbangan tanpa pajak serta dengan pajak.

Penyelesaian

Sebelum pajak, P = 7 dan Qe = 8 (lihat lagi penyelesaian contoh soal 1).


Sesudah pajak, persamaan penawarannya akan berubah, sementara persamaan
permintaannya tetap P = 15 – Q atau Q = 15 – P.

Penawaran sesudah pajak, dengan t = 25% = 0,25 :

P = 3 + 0,5Q + 0,25P

7
0,75P = 3 + 0,5Q

atau Q = -6 + 1,5P

Keseimbangan pasar :

Qd = Qs

15 – P = -6 + 1,5P → 21=2,5P, P = 8,4

Q = 15 – P = 15 – 8,4 = 6,6

Jadi, sesudah pajak : P’e = 8,4 dan Q’e = 6,6.

Patut dicatat, dalam hal ini besarnya pajak yang diterima oleh pemerintah
dari setiap unit barang adalah t x P’e = 0,25 x 8,4 = 2,1.

Kurva keseimbangan pasar sesudah pajak-proporsional

Besarnya beban pajak yang ditanggung oleh konsumen untuk setiap unit
barang yang dibeli adalah tk = P’e – P = 8,4 – 7 = 1,4 (atau 67%). Sedangkan
yang ditanggung oleh produsen adalah tp = t – tk = 2,1 - 1,4 = 0,7 (atau 33%).
Adapun jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah dari perdagangan barang ini
adalah T = Q’e x t = 6,6 x 2,1 = 13,86. Dari perhitungan-perhitungan di sini kita
dapat menyimpulkan, bahwa pada akhirnya pihak konsumen juga yang
menanggung beban lebih berat dari pajak penjualan

2.4 Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar

Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, oleh karena itu ia
sering juga disebut pajak negatif. Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap
keseimbangan pasar berbalikan dengan pengaruh pajak, sehingga kita bisa
menganalisisnya seperti ketika menganalisis pengaruh pajak. Subsidi dapat

8
bersifat spesifik dan dapat pula bersifat proporsional. Dalam makalah ini hanya
diuraikan subsidi yang bersifat spesifik.

Pengaruh subsidi. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu


barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan
adanya subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil
sehingga ia bersedia menjual lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan yang
tercipta di pasar lebih rendah daripada harga keseimbangan sebelum atau tanpa
subsidi, dan jumlah keseimbangannya menjadi lebih banyak.

Dengan subsidi spesifik sebesar s kurva penawaran bergeser sejajar ke


bawah, dengan penggal yang lebih kecil (lebih rendah) pada sumbu harga. Jika
sebelum subsidi persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah subsidi ia
akan menjadi P’ = a + bQ – s = (a – s) + bQ. Dengan kurva penawaran yang
lebih rendah, ceteris paribus, titik keseimbangan pun akan bergeser menjadi lebih
rendah.

Contoh soal 4 :

Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15


– Q, sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Pemerintah memberikan subsidi
sebesar 1,5 atas setiap unit barang yang diproduksi. Berapa harga keseimbangan
serta jumlah keseimbangan tanpa dan dengan subsidi?

Penyelesaian

Tanpa subsidi, P = 7 dan Qe = 8 (periksa kembali penyelesaian contoh


kasus 1). Dengan subsidi, harga jual yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih
rendah, persamaan penawaran berubah dan kurvanya bergeser turun.

 Penawaran tanpa subsidi : P = 3 + 0,5Q


 Penawaran dengan subsidi : P = 3 + 0,5Q – 1,5
P = 1,5 + 0,5Q → Q= -3 + 2P
Karena persamaan permintaan tetap P = 15 – Q atau Q = 15 – P, maka
keseimbangan pasar sesudah subsidi :

Qd = Qs

15 – P = -3 + 2P → 18 = 3P, P = 6

9
Q = 15 – P = 15 – 6 = 9

Jadi, dengan adanya subsidi : P’e = 6 dan Q’e = 9.

Kurva keseimbangan pasar setelah adanya subsidi

a) Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen

Subsidi produksi yang diberikan oleh pemerintah menyebabkan ongkos


produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih sedikit daripada ongkos
sesungguhnya untuk menghasilkan barang tersebut. Perbedaan antara ongkos
produksi nyata dan, ongkos produksi yang dikeluarkan merupakan bagian subsidi
yang dinikmati oleh produsen. Karena ongkos produksi yang dikeluarkan oleh
produsen lebih kecil, ia bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah,
sehingga sebagian dari subsidi tadi dinikmati pula oleh konsumen. Besarnya
bagian dari subsidi yang diterima, secara tidak langsung, oleh konsumen (sk)
adalah selisih antara harga keseimbangan tanpa subsidi (Pe) dan harga
keseimbangan dengan subsidi (P’e).

sk = Pe – P’e

Dalam contoh soal 4 di atas, sk = 7 – 6 = 1. Berarti dari setiap unit barang


yang dibelinya, konsumen secara tidak langsung menerima subsidi sebesar 1, atau
67% dari subsidi per unit barang.

b) Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen

10
Besarnya bagian dari subsidi yang dinikmati oleh produsen (sp) adalah
selisih antara besarnya subsidi per unit barang (s) dan bagian subsidi yang
dinikmati oleh konsumen (sk).

sp = s – sk

Dalam contoh soal tadi, sp = 1,5 – 1 = 0,5. Berarti dari setiap unit barang
yang diproduksi dan dijualnya, produsen menerima subsidi sebesar 0,5, atau 33%
dari subsidi per unit barang.

c) Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah

Besarnya jumlah subsidi yang diberikan oleh pemerintah (S) dapat


dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah disubsidi (Q’)
dengan besarnya subsidi per unit barang (s).

S = Q’e x s

Dalam contoh soal ini, S = 9 x 1,5 = 13,5 .

11
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak (baik
orang atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya balas jasa
(kontraprestasi) secara langsung. Sistem perpajakan yang dikenakan pemerintah
terhadap suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu pajak tetap (lump-
sum tax) dan pajak proporsional (proportional tax).

Suatu barang yang terkena pajak tetap (lump-sum tax) akan


mengakibatkan pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam arah yang
sejajar, sedangkan suatu barang yang terkena pajak proporsional (proportional
tax) akan mengakibatkan berputarnya kurva penawaran ke kiri atas.

Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada


masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang dihasilkan atau di
tawarkannya.

1.2 Saran

Adapun saran dalam penulisan makalah yang berjudul “Aplikasi Non


Linear Dalam Ekonomi Dan Bisnis” ini ialah diharapkan bahwa pembaca dapat
memahami serta menambah wawasan tentang bagaimana keseimbangan pasar
sebelum pajak, bagaimana keseimbangan pasar setelah pajak spesifik dan
proporsional, serta bagaimana pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa tulisan
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik
dan sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy (2002). Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi, edisi kedua,
Yogyakarta, BPFE-YOGYAKARTA

13

Anda mungkin juga menyukai