Anda di halaman 1dari 27

PEMERIKSAAN FISIK

edyramdhani

TBM CORONARIUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
VITAL SIGN
Tanda vital :
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tekanan darah
4. Nadi
5. Pernapasan
6. Suhu

 Keadaan umum : apakah pasien tampak sakit ringan, sedang atau


berat.
 Kesadaran :
Composmentis :
Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya,

Apatis :
Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

Delirium :
Gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

Somnolen :
Kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.

Sopor coma (Stupor) :


Keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma :
Tidak bias dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun ( tidak ada respon kornea maupun reflex muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

Glasgaw Coma Scale (GCS) :


Eye :
1. Tidak membuka mata dengan rangsang nyeri.
2. Membuka mata karena rangsang nyeri.
3. Membuka mata karena rangsang verbal.
4. Membuka mata spontan.

Verbal :
1. Tidak ada respon.
2. Suara tidak jelas (Mengerang).
3. Kata-kata tidak sesuai/Tidak tepat.
4. Bingung/Konfusi
5. Orientasi baik dan dapat bercakap-cakap.

Motorik :
1. Mematuhi/Mengikuti perintah.
2. Ekstensi abnormal (Decerebrasi).
3. Fleksi abnormal (Decorticasi).
4. Menarik diri terhadap nyeri (Menghindar).
5. Melokalisir nyeri (Melindungi daerah nyeri).
6. Mematuhi/Mengikuti perintah.
 Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
Compos Mentis (GCS : 15-14)
Apatis (GCS : 13-12)
Somnolen (GCS : 11-10)
Delirium (GCS : 9-7)
Sporo coma (GCS : 6-4)
Coma (GCS: 3))

 Nadi
Yang dinilai dari pemeriksaan nadi adalah frekuensi nadi per
menit, irama, isi atau kualitas serta ekualitas nadi.

Frekuensi :
Takikardi adalah laju denyut jantung yang lebih cepat dari pada
laju normal.
Dapat terjadi pada keadaan demam, aktivitas fisis, ansietas,
tirotoksisitas, miokarditis, gagal jantung, dehidrasi, atau renjatan.

Irama :
Dalam keadaan normal irama nadi adalah teratur. Disritmia
(aritmia) sinus adalah ketidak teraturan nadi. Pada keadaan ini
denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih
lambat pada waktu ekspirasi.
TEKANAN DARAH
Cara mengukur tekanan darah :
Persiapan
1. Pasien dalam keadaan santau dan rileks
2. Pasang manset pada lengan atas pasien
3. Tempatkan stetoskop pada telinga
4. Pastikan kepala stetoskop dalam kondisi on
5. Cari denyut arteri brakhialis, letakkan kepala stetoskop pada
denyut arteri (tangan kiri)
6. Patikan katup kantung tekanan dalam keadaan tertutup
(dengan memutar skrup searah jarum jam sampai rapat)
Pengukuran
7. Pompa kantung tekanan sampai suara nadi hilang, naikkan 20
mmHg
8. Buka perlahan katup kantung tekanan dengan kecepatan 2
mmHg per detik
9. Dengarkan dan tanda bunyi yang terdengar pertama dan
terakhir kali muncul saat jarum pada manometer turun.
10. Bunyi pertama menunjukkan sistole, bunyi terakhir
menunjukkan diastole.
Penutup
11. Buka katup kantong tekanan sampai jarum pada manometer
menunjuk angka nol.
12. Buka manset pada pasien, kempiskan lalu gulung dan masukkan
kembali pada kotak penyimpanan.
13. Pengukuran tekanan darah selesai.

PERNAFASAN
Nilai normal frekuensi napas :
Bayi : 30-40 x/menit
Anak : 20-30 x/menit
Dewasa : 16-20 x/menit
Pola pernapasan :
1. Dispneu : susah bernafas, adanya retraksi.
2. Bradipneu : frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama
teratur.
3. Takipneu : frekuensi pernapasan cepat yang abnormal.
4. Hiperpneu : pernapasan cepat dan dalam.
5. Chyne stokes : periode pernapasan cepat dalam yang bergantian
dengan periode apneu. Umumnya pada bayi dan anak selama
tidur nyenyak, depresi dan kerusakan otak.
6. Kusmaul : napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal atau
lambat, umumnya pada asidosis metabolik.
7. Biot : Napas tidak teratur, menunjukkan adanya kerusakan otak
bagian bawah dan depresi pernapasan.
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER
KEPALA
Seperti apa warna rambut?
Apakah rambut mudah rontok?
Ukuran kepala?

MATA
Kelopak mata cekung atau tidak?(apabila cekung berarti tanda
dehidrasi)
Konjungtiva hiperemis atau tidak hiperemis?
Konjungtiva iketerik atau anikterik?
Pupil : ukuran (isokor/anisokor) reflek cahaya direk/indirek (positif atau
negatif).
Cornea : edema, ulkus.
COA : hipema, hipoma.

TELINGA
Bagaimana Ukuran daun telinga?
Apakah ada cairan/tidak?
Bagaimana liang telinga?
Bagaimana membrane timpani?

HIDUNG
Apakah ada cairan/tidak?
Bagaimana bentuk septum nasi?

LEHER
Inspeksi : apakah ada masa/tidak?
Palpasi : apabila ada masa. Bagaimana ukuran masa, konsiitensi,
nyeri, batas, mobile?
Auskultasi : pada tyroid apakah ada bruit?
PENGUKURAN JVP
1. Pasien tidur dengan posisi semi powler.
2. Pasien disuruh memiringkan kepala kekiri pasien.
3. Tentukan vena jugularis.
4. Letakkan mistar pertama di angulus ludivici sejajar dengan tempat
tidur, kemudian ukur tingginya vena jugularis dengan mistar
kedua titik nol dari mistar pertama.

THORAK
PARU PARU
INSPEKSI
Cara : dilihat dinding dada pasien dari posisi kaki atau kepala pasien
Bagaimana Bentuk dada? (Barel chest, pegion chest).
Bagaimana pergerakan dinding dada? Apabila Tertingal bernapas
berarti ada cairan, udara atau massa.

PALPASI
Cara : palpasi semua lapang thorak dengan meletakkan telapak tangan,
pasien disuruh menyebutkan 99, kemudian bandingkkan getaran suara
yang dirasakan.

Vocal fremitus simetris atau tidak simetris


Udara : Melemah
Cairan : Melemah
Massa : Melemah
Infiltrate : Mengeras
PERKUSI
Cara : lakukan perkusi di semua lapang thorak diantara celah tulang
kosta dengan membandingkan bagian kiri dan kanan setiap lobus paru.
Normal : Sonor
Cairan : Redup
Udara : Hipersonor
Massa : Redup
Infiltrate : Redup

AUSKULTASI
Cara : letakkan steteskop di semua lapang thorak diantara celah tulang
kosta dengan membandingkan bagian kiri dan kanan setiap lobus paru.
Normal : Vesikuler
Cairan : Melemah/menghilang
Udara : Melemah/menghilang
Massa : Melemah/menghilang
Infiltrate : Ronkhi basah
Asma : Ekspirasi memanjang, wheezing.
Capitas : Amporik

JANTUNG
INSPEKSI
Cara : apakah ada iktus cordis?

PALPASI
Cara : pegang iktus cordis. Evaluasi apakah kuat angkat?

PERKUSI
Batas pinggang jantung, cara :
Perkusi pada garis para sternal kiri dari ICS 3, dari sonor ke redup.
Batas jantung kiri, cara :
Perkusi pada linea midclavikula kiri ke linea axilaris anterior, cari batas
paru lambung, dari sonor ke timpani, naik dua jari, ICS 5 perkusi dari
lateral ke medial dari sonor ke redup.

Batas jantung kanan, cara :


Perkusi pada linea midclavikula kanan, cari batas paru hepar, dari sonor
ke redup, naik dua jari, ICS 5 perkusi dari lateral ke medial dari sonor ke
redup.

AUSKULTASI
ABDOMEN
INSPEKSI
Cara : dilihat semua lapang abdomen.
Distensi : Asites, obstruksi, perporasi gaster.
Dc / Ds : Obstruksi

AUSKULTASI
Cara : letakkan stetoskop diseluruh lapang perut (9 regio abdomen).
BU negatif : Ileus paralitik, peritonitis
BU meningkat : Obstruktif
Borborigni sound : Obstruktif
Metalic sound : Obstruktif
PALPASI
Cara : palpasi semua lapang perut (9 regio abdomen). Kemudian palpasi
organ (hepar, lien, ginjal, vesika urinaria) apabila ada pembesaran
organ harus di interprestasikan (ukuran, konsistensi, batas, pemukaan,
nyeri atau tidak)

Defans muskuler : Peritonitis.


Nyeri tekan Mc burney, rovsing sign, rebound tendernes : Apendisitis

Ginjal kanan :
Cara : letakkan tangan kanan di pinggang kanan pasien sedangkan
tangan kiri letakkan diperut pasien, kemudian dipalpasi apakah ginjal
teraba atau tidak teraba.

Ginjal kiri :
Cara : letakkan tangan kiri di pinggang kiri pasien sedangkan tangan
kanan letakkan diperut pasien, kemudian di palpasi apakah ginjal
teraba atau tidak teraba.
Hepar :
palpasi dimulai dari sias kanan ke arkus kosta kanan. Suruh pasien tarik
napas kemudian pada saat pasien menghembuskan napas denga supel
perut pasien ditekan dengan pinggir jari telunjuk.
Pembesaran : tepi tajam/tumpul. Konsistensi lunak/keras. Permukaan
rata/berbenjol.

Lien :
palpasi dimulai dari sias kanan ke umbilikal dilanjutkan ke arkus kosta
kiri. Suruh pasien tarik napas kemudian pada saat pasien
menghembuskan napas denga supel perut pasien ditekan dengan
pinggir jari telunjuk. Membentuk garis shuffner, umbilikal SII.

PERKUSI
Timpani : Normal
Hipertimpani : Udara
Redup : Cairan, massa

CVA :
Cara : Letakkan tangan kiri disudut costofrenikus kemudian pukul
secara gentel bergantian bagian kiri dan kanan. Diperhatikan apakah
pasien merasa nyeri atau tidak.

SHIFTING DULNES :
Cara : pasien dalam posisi tidur kemudian perkusi abdomen pasien dari
umbilikal ke lateral. Dari suara perkusi timpani ke redup. Kemudian
pasien disuruh miring lanjutkan perkusi abdomen yang sebelumnya
suara perkusi redup menjadi timpani.
MEMERIKSA TANDA-TANDA RANGSANGAN OTAK
Adakah Peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mual,
muntah, kejang
a. Pemeriksaan Kaku kuduk
b. Pemeriksaan Kernig
 Posisikan pasien untuk tidur terlentang.
 Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°) dengan tubuh, tungkai
atas dan bawah pada posisi tegak lurus.
 Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha.
 Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari
sudut 135°, karena nyeri atau spasme otot hamrstring/nyeri
sepanjang N. Ischiadicus, sehingga panggul ikut fleksi dan juga
bila terjadi fleksi involunter pada lutut kontraletral maka
dikatakan kernig sign positif.

Gambar Pemeriksaan Tanda Kernig

c. Pemeriksaan Brudzinski
Brudzinski I (brudzinski neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbarin, tangan pemeriksa
yang satu lagi ditempatkan di dada pasien untuk mencegah
diangkatkan badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga
dadu menyentuh dada.
Positif bila gerakan kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi
lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektori.
Gambar Pemeriksaan Brudzinski I

Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan
pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi
panggul.

Brudzinski III (brudzinski’s check sign)


Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari
pemeriksa tepat dibawah os ozygomaticum.

Brudzinski IV (brudzinski’s symphisis sign)


Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari
tangan pemeriksa.
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
NERVUS I OLFAKTORIUS (PEMBAU)
Anjurkan pasien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan
dengan memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak merangsang
seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah.

NERVUS II OPTICUS (PENGLIHATAN)


Melakukan pemeriksaan visus, dapat dilakukan dengan :
a. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Dengan kartu snellen, pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak
enam meter antara pasien dengan tabel. Ketajaman penglihatan
normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh
setiap mata (visus 6/6).
b. Pemeriksaan penglihatan perifer
Pemeriksa penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi
tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata
hingga korteks oksipitalis. Dapat dilakukan dengan :
Tes konfrontasi, jarak antara pemeriksa dengan pasien 60-100 cm,
objek yang digerakkan harus berada tepat ditengah-tengah jarak
tersebut. Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa/ballpoint)
digerakkan mulai dari lapang pandang kanan dan kiri (lateral dan
medial) atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup
dan mata yang diperiksa harus menatap lurus kedepan dan tidak
boleh melirik kearah objek tersebut. Syarat pemeriksaan lapang
pandang pemeriksa harus normal.
c. Refleks pupil
Respon cahaya langsung
Pakai senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu
pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil
dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil
yang disinari akan mengecil.
Respon cahaya konsensual
Jika pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya
mengecil dengan ukuran yang sama.
d. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)
Digunakan alat optamoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka
fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak)
dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus
carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan
mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar kearah diskus. Semua
vena keluar dari diskus optikus.
e. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada N. Optikus.

NERUS III OCULOMOTORIUS


a. Ptosis
Pada keadaan normal bila seorang melihat kedepan maka batas
kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara
bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris
lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien
mendongakkan kepala kebelakang/keatas (untuk konpensasi) secara
kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
b. Gerakan bola mata
Pasien diminta melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint
kearah medial, atas dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya
penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus.
Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam)
sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke
satu sisi.
c. Pemeriksaan pupil
1. Bentuk dan ukuran pupil
2. Perbandingan pupil kanan dan kiri
3. Refleks pupil, meliputi pemeriksaan :
a. Refleks cahaya langsung
b. Refleks cahaya tidak langsung
c. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

NERVUS IV THROCLEARIS
Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke lateral bawah,
strabismus konvergen, diplopia.

NERVUS V THRIGEMINUS
a. Cabang optalmicus
Memeriksa refleks berkedip pasien dengan menyentuhkan kapas
halus saat pasien melihat keatas.
b. Cabang maxilaris
Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah dan gigi.
c. Cabang mandibularis
Memeriksa pergerakan rahang dan gigi

Gambar Pemeriksaan Nervus Trigeminus

NERVUS VI ABDUSEN
Pergerakan bola mata ke lateral
NERVUS VII FACIALIS
Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata
(menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan
pemeriksa), moncongkan bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi,
bersiul (suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan
kiri dan kanan apakah sama kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin
akan keluar kebagian sisi yang lumpuh).

NERVUS VIII AUDITORIS/VESTIBULOKOKHLEARIS


Memeriksa ketajaman pendengaran klien dengan menggunakan
gesekan jari, detik arloji dan audiogram. Audiogram digunakan untuk
membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes rinne dan tes
weber.

NERVUS IX GLOSOPHARINGEAL
Memeriksa gerakan reflek lidah, pasien diminta mengucap AH, menguji
kemampuan rasa lidah depan, dan gerakan lidah keatas, bawah dan
samping. Pemeriksaan N. IX dan N X karena secara klinis sulit
dipisahkan maka biasanya diperiksa bersama-sama, anamnesis meliputi
kesedak/keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan
disartria.
Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter
perhatikan apakah terdapat pergerakan uvula, kemudian pasien
disuruh menyebut “ah” jika uvula terletak ke satu sisi maka ini
menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan
bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.
Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah
komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik) sentuh
bagiaan belakang faring pada setiap sisi dengan scapula, jangan lupa
menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula
tersebut (N IX) setiap kali dilakukan.
Dalam keadaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks.
Jika kontraksi tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan
kelumpuhan N X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat
menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekurent unilateral),
kemudian disuruh batuk, tes juga rasa kecap secara rutin pada
posterior lidah (N IX).

NERVUS X VAGUS
Memeriksa sensasi faring, laring dan gerakan pita suara.

NERVUS XI ACCESSORIUS
Pemeriksaan N XI dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya
dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk
menekan bahunya kebawah, kemudian pasien disuruh memutar
kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba
massa otot sternokleido mastoideus.

NERVUS XII HYPOGLOSAL


Pemeriksaan N XII dengan cara : inspeksi lidah dalam keadaan diam
didasar mulut, tentukan adanya atropi dan fasikulasi (kontraksi otot
yang halus ireguler dan tidak ritmik). Pasien diminta menjulurkan
lidahnya yang berdeviasi kearah sisi yang lemah jika terdapat lesi upper
atau lower motorneuron unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil
dan kecil.
Kombinasi lesi UMN bilateral dari N IX, X dan XII disebut kelumpuhan
pseudobulbar.
MEMERIKSA FUNGSI MOTORIK
A. Pengamatan
 Gaya berjalan dan tingkah laku
 Simetri tubuh dan extermitas
 Kelumpuhan badan dan anggota gerak
B. Gerakan volunter
 Mengangkat kedua tangan dan bahu
 Fleksi dan extensi artikulus kubiti
 Mengepal dan membuka jari tangan
 Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul
 Fleksi dan ekstensi artikulus genu
 Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
 Gerakan jari-jari kaki
C. Palpasi
 Pengukuran besar otot
 Nyeri tekan
 Kontraktur
 Konsistensi
Meningkat : meningitis, kelumpuhan
Menurun : kelumpuhan akibat lesi, kelumpuhan akibat denerfasi
otot

MEMERIKSA FUNGSI SENSORIK


Kepekaan saraf perifer, klien diminta memejamkan mata :
a. Menguji sensasi nyeri :
Dengan menggunakan alat digoreskan pada beberapa area kulit,
minta pasien untuk bersuara pada saat dirasakan sensasi tumpul
atau tajam.
b. Menguji sensasi panas dan dingin
Dengan menggunakan dua tabung tes, satu berisi air panas dan satu
air dingin, sentuh kulit dengan tabung tersebut minta pasien untuk
mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.
c. Sentuhan ringan
Dengan menggunakan bola kapas atau lidi kapas, beri sentuhan
ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan
kulit minta pasien untuk bersuara jika merasakan sensasi.
d. Vibrasi/getaran
Dengan garputala, tempelkan batang garpu tala yang sedang
bergetar dibagian distal sendi interfalang dari jari dan sendi
interfalang dari ibu jari kaki, siku dan pergelangan tangan. Minta
pasien untuk bersuara pada saat dan tempat di rasakan vibrasi.

MEMERIKSA REFLEKS KEDALAMAM TENDON


1. Refleks fisioligis
a. Refleks bisep :
 Posisi : dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan
lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau
membentuk sudut sedikit lebih dari 90° di siku.
 Identifikasi tendon : meminta pasien memfleksikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
 Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon M. Biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada
sendi siku.
 Respon : fleksi lengan pada sendi siku.

Gambar Refleks Biceps


b. Refleks triceps
 Posisi : dilakukan dengan pasien duduk, dengan perlahan
tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk
sudut kanan di bahu atau lengan bawah harus menjuntai ke
bawah langsung di siku.
 Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi.
 Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.

Gambar Refleks Triceps

c. Reflek brachiradialis
 Posisi : dapat dilakukan dengan duduk, lengan bawah harus
beristirahat longgar dipangkuan pasien.
 Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis tendon
melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10
cm proksimal pergelangan tangan. Posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.

 Respon : fleksi pada lengan bawah dan supinasi pada siku


dan tangan
Gambar Reflek Brachiradialis

d. Reflek patella
 Posisi : dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang
 Cara : ketukan pada tendon patella
 Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi M. Quadrisep
femoris

Gambar Reflek Patella


e. Reflek achiles
 Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi tempat
tidur atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki
melintasi diatas kaki yang lain.
 Identifikasi tendon : mintalah pasien untuk plantar flexi.
 Cara : ketukan hammer pada tendon achiles.
 Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi M.
Gastroenemeus

Gambar Reflek Achiles

2. Refleks patologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus tertentu.
a. Refleks babinski
 Pasien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
 Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien
agar kaki tetap pada tempatnya.
 Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior.
 Respon : positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari
kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
Gambar Reflek Babinski

b. Reflek chaddok
 Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari posterior ke anterior.
 Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Gambar Reflek Chaddok

c. Reflek schaeffer
 Menekan tendon achilles.
 Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
Gambar Reflek Achilles

d. Reflek oppenheim
 Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksimal
ke distal.
 Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Refleks Oppenheim

e. Reflek gordon
 Menekan pada M. Gastroenemius (otot betis)
 Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Gambar Reflek Gordon


f. Reflek gonda
 Menekan (memfleksikan) jari-jari ke 4, lalu melepaskannya
dengan cepat.
 Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Gambar Reflek Gonda

GENITALIA
INSPEKSI :
Ukuran, Lokasi OUE, tanda radang
PALPASI :
Ukuran, konsistensi, suhu, nyeri.

Pemeriksaan rectal touche


Deskripsikan:
 Tonus spinter ani : kuat/longgar
Kuat : normal
Longgar : peritonitis
 Ampula : kolaps/tidak
Kolaps : peritonitis/obtruksi
 Mukosa : licin
 Ada atau tidak ada masa
 Prostat : konsitensi, teraba/tidak teraba nodul
 Lokasi nyeri tekan
 Handscoon : lendir/darah/fases

Anda mungkin juga menyukai