Disusun Oleh:
MILASARI DEWI JNR0210065
N.S ANGGIE FITRIA LESTARI JNR0210069
RESA NOVIANI JNR0210087
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
E. RENTANG RESPON
Gambar 1. Rentang Respon Risiko Bunuh Diri
Keterangan :
1. Peningkatan diri : seseorang dapat meningkatkan proteksi atau
pertahan diri secarawajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahan diri.
2. Beresiko destruktif : seseorang memiliki kecenderungan / berisiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.
4. Pencederaan Diri : seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diriakibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5. Bunuh diri : seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.
F. POHON MASALAH
b. Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak
ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat
mengontrol impuls.
H. DIAGOSA KEPERAWATAN
1. Risiko bunuh diri.
2. Harga diri rendah
3. Koping yang tak efektif.
K. DAFTAR PUSTAKA
Dessy, Rossyta,.2018. Asuhan Keperawatn Resiko Bunuh Diri
diakses dari
https://www.academia.edu/8977353/Asuhan_Keperawatan_RESIKO_B
UNUH_DIRI pada 28 Juli 2020
Haia, Nining,.2018. Bab II diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nininghaia-
6277-2-babii.pdf pada 28 Juli 2020
Inter-Agency Standing Committee (IASC). 2020. Catatan
tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah COVID-19 Versi
1.0. IASC: Geneva.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC
Khurniawan, Adji,.2018.Resiko Bunuh Diri diakses dari
https://www.academia.edu/23897284/Resiko_bunuh_diri pada 28 Juli
2020
Pradana, Dwi,.2018. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri
diakses dari
https://www.academia.edu/27862953/STRATEGI_PELAKSANAAN_
RESIKO_BUNUH_DIRI pada 28 Juli 2020
Stuart, W. Gail. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore:
Elsevier
Yolland, Amadea,.2015. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Resiko Bunuh Diri diakses dari
https://www.academia.edu/15320155/ASUHAN_KEPERAWATAN_P
ADA_KLIEN_DENGAN_RESIKO_BUNUH_DIRI pada 28 Juli 2020
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati.
(2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika