Penelitian
Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
kacangan, yaitu kepik coklat Riptortus linearis F, kepik hijau Nezara viridula Linn
dan kepik hijau pucat Piezodorus hybneri Genn. Kepik hijau N. viridula L.
merupakan hama penting pada beberapa tanaman, termasuk pada kedelai. N. viridula
L tergolong famili Pentatomidae ordo Hemiptera. Kepik hijau ini tersebar di daerah
tropik maupun subtropik seperti di Amerika, Afrika, Asia, Australia dan Eropa
(CABI, 2016).
hama. Insektisida sintetik hanya dapat mematikan stadia nimfa dan imago, Namun
stadia telur tidak terpengaruh dan berkembang menjadi stadia dewasa. Sehingga
diperlukan alternatik pengendalian hama yang efisien, efektif dan ramah terhadap
salah satu agen pengendalian hayati yang sering dimanfaatkan untuk mengendalikan
hama tanaman. Salah satu cendawan entomopatogen yang sering digunakan untuk
pengendalian serangga hama adalah cendawan Beauveria bassiana (Bals.). Hal ini
2
serangga inang, berbeda dengan bakteri dan virus yang harus termakan oleh serangga
inang (Rai et al. 2014). Beberapa alasan lain yang menyebabkan cendawan
reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora yang tahan
lama di alam maupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan, relatif aman, bersifat
selektif, relatif mudah diproduksi, dan sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi
(Rustama 2008).
Salah satu media agar yang sering digunakan dalam perbanyakan cendawan
yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang
kacang tunggak, kacang hijau, dan kacang kedelai hitam (Ravimannan et al. 2014).
Selain penelitian dengan sumber protein, berbagai sumber karbohidrat juga berhasil
digunakan sebagai media alternatif seperti pati singkong (Kwoseh et al. 2012),
2011).
pertumbuhan mikroorganisme adalah singkong, ubi jalar, kentang, jagung dan beras.
Cendawan ditumbuhkan di media PDA. Oleh karena itu periu dilakukan penelitian
tentang infektivitas cendawan dari sumber karbohidrat berbeda terhadap telut, untuk
3
B. Identifikasi Masalah
dari sumber karbohidrat yang berbeda terhadap telur N. viridula L. Kedua, pengaruh
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan fokus, sempurna, dan mendalam
maka diperlukan pembatasan variabel penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
N. viridula L. sudah lama dikenal sebagai hama penting tanaman kedelai yang
kentang, cabai, kapas, dan tembakau. Menurut Tengkano dkk. (2007), dari survei
tahun 2003 diketahui bahwa kepik hijau merupakan salah satu dari tiga hama yang
Provinsi Lampung.
Imago N. viridula L berukuran panjang 16 mm. Menurut (Fortes dkk. 2006) seekor
imago betina kepik hijau mampu menghasilkan telur berkisar 104-470 butir. Telur N.
viridula L berukuran 1,2 mm x 0.75 mm (Rosita, 2005), dan diletakkan oleh imago
betina secara berkelompok pada permukaan daun. Telur yang baru diletakkan
berwarna kuning pucat, setelah 3-4 hari berubah menjadi kemerah-merahan dan pada
saat akan menetas berwarna merah bata. Lama inkubasi telur berkisar antara 5-7 hari
kemudian berubah menjadi coklat muda, pada dorsal abdomen dan bercak putih pada
sisi abdomen. Antenna tegak dan berwarna coklat kekuning-kuningan demikian juga
tungkainya. Mata merah dan rostrum berwarna coklat yang mencapai koksa belakang.
Nimfa instar pertama hidup secara berkelompok dan tidak makan (Squitier, 2017).
6
Nimfa instar dua memiliki warna dasar coklat kehitam-hitaman dengan bintik
putih pada abdomen, mereka menyebar dan mulai aktif makan. Nimfa instar tiga
masih berbentuk bulat telur, hanya ukuran tubuh lebih besar. Kepala dan antena
berwarna hitam, pada kepala terdapat bercak kuning. Toraks berwarna hitam
kecoklatan, demikian juga abdomen atau tungkai. Pada batas toraks dan abdomen
terdapat bercak putih yang berbentuk segi empat. Pada sisi lateral terdapat bercak
putih, berbentuk bulat dan di antara subdorsal dengan dorsal terdapat juga bercak
putih kekuningan yang tidak beraturan. Rostrum berwarna hitam dan masih mencapai
Nimfa instar empat berwarna hitam atau hijau cerah berbintik putih pada kepala
dan toraks. Pada bagian dorsal toraks terdapat bercak hitam yang tidak beraturan.
Connexivum terdapat pada bagian dorsal abdomen dan berwarna putih kemerahan.
Bagian ventral abdomen berwarna lebih terang dari kepala dan toraks. Antena
berwarna hitam dan pada sambungan ruas berwarna lebih terang (Squitier, 2017).
hemelitra dan morfologinya berbeda dengan nimfa instar keempat. Tubuh nimfa
instar kelima berwarna pucat. Antenna terdiri dari lima ruas, berwarna hijau pucat
tetapi pada sambungan ruas kedua, ketiga dan keempat berwarna abu-abu. Mata
merah, gena dan batas luar jagum berwarna hitam. Verteks bercak tua yang tidak
teratur dan bagian ventral kepala berwarna pucat. Pronotum, mesonotum hemilitra
yang telah berkembang hingga batas ruas abdomen dan sisi lateral berwarna jingga
dan hitam. Sisi bagian belakang pronotum berwarna hitam demikian pula pada bagian
depan mesonotum. Tungkai hijau pucat dengan bercak merah muda, tibia belakang
7
hitam, berambut serta tarsus berwarna coklat. Abdomen berwarna hijau muda dan
berbercak sama dengan instar keempat. Connexivum berbercak putih pada bagian
dalam dan subdorsal. Lempeng connexivium berwarna merah terang (Squitier, 2017).
Stadium nimfa berbeda-beda dipengaruhi oleh suhu. Lama siklus hidup kepik hijau
mulai telur hingga dewasa berkisar 35-45 hari (Waterhouse dan Sands, 2001).
Imago N. viridula L memiliiki warna hijau terang baik jantan maupun betina.
Bentuk tubuh dan ukuran imago jantan lebih kecil dibandingkan imago betina, bentuk
tubuh bulat panjang. Bagian ventral tubuh lebih terang dan lebih cembung daripada
bagian dorsalnya. Antena filiform, berwarna hijau terang dan terdiri dari lima ruas.
Pada ujung ruas ketiga, keempat, dan kelima berwarna coklat kemerahan. Mata
majemuk menonjol dan berwarna coklat kehitaman, rostrum berwarna hijau terang.
Hemelitra berwarna hijau dengam membrane hialin. Tungkai berwarna hijau terang
B. Kentang
sebagai sumber karbohidrat, sumber nutrisi tinggi (terutama vitamin dan mineral),
2 Protein 2,00 gr
3 Lemak 0,30 gr
4 Karbohidrat 19,10 gr
5 Kalsium 11,00 mg
6 Fosfor 56,00 mg
7 Serat 0,30 g
8 Besi 0,30 mg
9 Vitamin B1 0,09 mg
10 Vitamin B 2 0,03 mg
11 Vitamin C 16,00 mg
12 Niasin 1,40 mg
C. Singkong
dari Brazil (Amerika Selatan). Singkong memiliki peranan penting sebagai makanan
sangat miskin protein. Sumber protein terdapat pada daun singkong karena
mengandung asam amino dan metionin. Singkong memiliki berbagai kandungan gizi
antara lain kalori, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, asam
O
1 Magnesium 21 mg
3 Fosfor 27 mg g
4 Karbohidrat 38,06 g
5 Kalsium 16 mg
6 Vitamin C 0,00 mg
7 Protein 1,36 g
8 Besi 0,27 mg
9 Lemak 0,28 g
10 Vitamin B1 0,01 mg
Sumber: USDA, 2000
D. Ubi Jalar
karbohidrat, protein, lemak, dan serat yang tinggi diantara jenis umbi-umbian
(Widodo 1989). Selain itu, ubi jalar kaya akan vitamin (B1, B2, C, dan E), mineral
(kalsium, potassium, magnesium, dan zink), dietary fiber serta karbohidrat bukan
serat (Suda et al. 2003). Ubi jalar memiliki berbagai kandungan gizi antara lain air,
pati, protein, gula pereduksi, mineral, lemak, asam askorbat, kalium, sulfur, kalsium,
magnesium, natrium, besi, mangan, vitamin A dan kalori (Kotecha dan Kadam 1998,
6 Abu 0,93 g
7 Serat 2,79 %
8 Vitamin C 28,68 %
9 Antosianin 0,06 mg
Sumber: Suprapta (2003)
E. Jagung
yang penting dalam menu masyarakat di Indonesia. Jagung kaya akan komponen
pangan fungsional, termasuk serat pangan yang dibutuhkan tubuh, asam lemak
ensensial, isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten
(provitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya (Suarni dan Yasin
2011).
Kandungan gizi utama jagung adalah pati (72-73%), dengan nisbah amilosa
dan amilopektin 25-30% : 70-75%, namun pada jagung pulut (waxy maize) 0-7%:
93-100%. Kadar gula sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) berkisar
antara 1-3%. Protein jagung (8-11%) terdiri atas lima fraksi, yaitu: albumin, globulin,
10 Gula 3,2 g
Sumber: Larson 2003
F. Beras
nucellus dan Seed coat), embrio dan endosperm. Padi tersusun dari zat pati
(endosperm) 89-94%, kulit luar yang disebut sekam (Hull atau Huks) 16-28%,
lapisan aleuron (termasuk di dalamnya, nucellus dan seed coat) 4-6%, kulit ari
(pericarp) 1-2 % dan lembaga (embryo atau germ) 2-3% dari berat gabah (Juliano
mineral dan selulosa dalam jumlah kecil (Soedarmo dan Sediaoetama 1977).
G. Hipotesis
tumbuhkan pada media yang berbeda memikili tingkat infektivitas yang berbeda pula
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metodologi Penelitian
13
Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor satu adalah
kontrol dan jenis media sumber karbohidrat yaitu media dari kentang, beras, ubi jalar,
singkong, dan jagung, faktor dua adalah kerapatan konidia yaitu 10 8, 107, dan 106
konidia/ml.
C. Prosedur Penelitian
Kelompok telur, nimfa maupun imago diperoleh dari lahan pertanaman yang
Panompuan Jae, yaitu pada lahan pertanaman kacang panjang dan tanaman padi.
dalam kurungan kasa. Di dalam kurungan kasa diisi kacang panjang yang sudah
dicuci dengan air, agar terbebas dari residu insektisida sintetis. Selanjutnya,
kelompok telur, nimfa maupun imago dipelihara di dalam laboratorium. Setiap dua
hari, pakan diganti dengan kacang panjang yang masih segar dan sebelumnya juga
kurungan untuk menghindari kompetisi antar umur stadia serangga. Kelompok imago
juga dimasukkan ke dalam kurungan yang sama untuk mendapatkan telur-telur yang
dihasilkan oleh imago. Kelompok telur yang umurnya sama dikumpulkan menjadi
14
satu ke dalam cawan petri sebagai perlakuan telur. Umur telur yang digunakan
sebagai perlakuan adalah telur yang berumur 2 hari setelah diletakkan imago.
bassiana berasal dari BBPPTP (Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
agar 15 g dan akuades 1 l (Goettel & Inglis 1997). Media PDA dipadatkan dalam
cawan petri berdiameter 9 cm. Cendawan diinkubasi selama 21 hari pada suhu kamar.
agar (PDA) dalam penelitian ini adalah kentang yang akan dijadikan media dikupas
dan dicuci menggunakan air bersih, selanjutnya kentang ditimbang sebanyak 400 gr,
akuades sebanyak 1 liter sampai mendidih. Kentang yang sudah matang kemudian
merata sambil dipanaskan, akuades ditambahkan hingga mencapai volume 1 liter jika
terjadi penguapan, selanjutnya PDA cair dimasukkan ke dalam botol schott untuk
15
sterilisasi menggunakan autoklaf. Pembuatan media perbanyakan dari ubi jalar dan
ditimbang sebanyak 400 gr, kemudian dicuci sebanyak 3 kali. Selanjutnya direbus
dengan akuades sebanyak 1 liter sampai mendidih, kemudian disaring. Larutan beras
dimasukkan ke dalam gelas breaker dan ditambahkan agar dan dextrose masing-
ditambahkan hingga mencapai volume 1 liter jika terjadi penguapan, Media beras
Untuk pembuatan media perbanyakan dari jagung, jagung dipisahkan dari tongkolnya
setelah itu dicacah (dipotong kecil-kecil) dan ditimbang sebanyak 400 gr, kemudian
pada media PDA yang berisi cendawan entomopatogen, kemudian dikerok dengan
kuas halus. Selanjutnya konidia dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok
menggunakan vortex selama kurang lebih 60 detik. Kerapatan konidia dari masing-
didapatkan kerapatan konidia yang tertinggi yaitu 108 konidia/ml. Kerapatan konidia
107, 108 konidia/ml kemudian diaplikasikan pada telur. Umur telur yang diuji adalah 2
hari setelah diletakkan imago, kemudian telur N. viridula L yang telah diberi
perlakuan diletakkan dalam cawan petri yang telah dialasi tisu. Aplikasi pada masing-
sebanyak 5 kali semprot dengan menggunakan sprayer volume 2 ml. Jumlah telur
yang diuji pada tiap satuan percobaan adalah 11 butir, setiap perlakuan masing-
masing diulang sebanyak 3 kali. Selanjutnya cawan petri ditetesi akuades setiap hari
untuk menjaga kelembaban. Parameter pengamatan adalah persentase telur yang tidak
menetas, lama waktu telur menetas, jumlah nimfa instar 1 yang mati setelah kluar dari
telur.
T
N= × 100 %
U
Keterangan :
6. Analisis Data
dan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji DNMRT pada taraf nyata 5%.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bidochka MJ, Kamp AM, de Croos JNA. 2000. Insect pathogenic fungi: from genes
Burge MN. 1988. Fungi in Biological Control System. Manchester (GB): Manchester
University Pr.
Hasyim A, dkk. 2009. Patogenisitas jamur entomopatogen terhadap stadia telur dan
343.
18
Juliano BO. 1972. The rice caryopsis and its composition.In: Houston DF(ed.). Rice,
Juli 20014.
Millstein JA, Brown GC, Nordin GL. 1983. Microclimate moisture and conidial
production rate and duration under constant and fluctuating moisture regimes.
Milner RJ, Staples JA, Lutton GG. 1997. The Effect of humidity on germination and
Pathol.(69): 64-69
kendal payak pada larva Spodoptera litura. SAINTEK. Jurnal ilmiah ilmu-ilmu
(Viegas) Zare & Gams untuk menekan perkembangan telur hama penghisap
pathogenic fungi as biopesticides. Ind J Sci Res and Tech. 2 (5): 7-13.
Sallam MN, McAvoy CA, Samson PR, Bull JJ. 2007. Soil sampling for Metarhizium
Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Samuels RI, dkk. 2002. Infection of Blissus antilus (Hemiptera: Lygaeidae) Eggs by
dan jumlah larva penggerek batang tebu bergaris (Chilo sacchariphagus, ///(1),
43-48. http://doi.org/10.15575/811.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
Suarni, Yasin M. Jagung sebagai sumber pangan fungsional. Iptek Tanaman Pangan.
6 (1 ): 41-56.
Suprapta, Dewa Ngurah. 2003. Ubi Jalar Ungu Mengandung Antioksidan Tinggi.
Tanada Y, Kaya HK. 1993. Insect Pathology. California (US): Academic Pr. Inc.
USDA. 2009. Corianter seeds nutrition facts (USDA national nutrient data).