Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH NERS ISLAMI

KEPALA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA

DOSEN PEMBINGBING :
Disusun oleh :
Abdul kholib (1130221081)
Dwi Nofiantini ( 1130221088 )
Pandu rahmat (1130221055)
Qori amanah (1130221052)
Rachmayanti sugi wilujeng ( 1130221090)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

i
DAFTAR ISI

SAMPULDEPAN................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 1
A Latar Belakang..................................................................... 1
B Rumusan Masalah............................................................... 2
C Tujuan.................................................................................. 2
1 Tujuan Umum............................................................ 2
2 Tujuan Khusus........................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI................................................................. 4
Keluarga Dalam Islam ................................................................ 4
Kepala keluarga dalam islam.................................................... 6
Pengertian Gangguan Kejiwaan.................................................. 7
Pandangan Islam tentang Penyakit Jiwa ................................... 12
Doa dan Zikir dalam Islam.......................................................... 13
Intervensi islam yang berbasis ibadah ........................................ 14
BAB 3 PEMBAHASAN...................................................................... 11
BAB 4 KESIMPULAN SARAN........................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat, serta
izinNYA lah kami dapat menyelesaikan makalah sains keperawatan dengan topik “Kepala
keluarga dengan gangguan jiwa “ . Perlu kita sadari bahwa ners islami merupakan bagian
tak terpisahkan dari suatu profesi, tak terkecuali perawat. Spiritualitas menjadi sumber
dukungan dan kekuatan bagi pasien dalam menghadapi penyakitnya. Praktik pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien memiliki berbagai manfaat, diantaranya meningkatkan
pemulihan yang cepat, pencegahan penyakit, dan memberikan ketenangan bagi pasien.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
sifatnya membangun akan sangat kami apresiasi. Meskipun demikian, kami sangat
berharap semoga degnan adanya makalah ini akan memberikan wawasan baru serta dapat
membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin

ttd,

Penyusun kelompok 8

iii
iiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan mental sebagai satu acuan untuk memahami konsep World Health
Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/caca. Kesehatan jiwa menjadikan kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya .

Orang dengan gangguan jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai
manusia. Gangguan mental diartikan sebagai tidak adanya atau sesuatu kekurangan dalam
hal kesehatan mental. Dari pengertian ini, orang yang menunjukkan kekurangan dalam hal
kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental.
Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Kaplan dan Sadock, 1997)8 yang
mengatakan gangguan mental itu “as any significant deviation from an ideal state of
positive mental health” artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan
mental merupakan indikasi adanya gangguan mental. Fitrah manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama
tauhid. seperti yang ada dalam (QS Ar Ruum 30:30): Artinya: “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Saat ini kesehatan jiwa masih saja menjadi salah satu yang cukup bermasalah di dunia
termasuk di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2016
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Kita dapat melihat bahwa di
Indonesia dengan berbagai faktor biologis, jiwa terus mengalami pertambahan yang

1
kemudian berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas
manusia dalam jangka yang panjang. Data Riskesda pada tahun 2013, menunjukkan
provalensi gangguan mental emosional, yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi
dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas yang mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
jumlah dari penduduk Indonesia sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 psikologi dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk maka, bisa diprediksikan bahwa jumlah
gangguan penduduk. Dari fakat-fakta di atas dapat menunjukkan bahwa perlu adanya
penanganan yang serius terkait penyakit gangguan kejiwaan ini

Gangguan jiwa khususnya skizofrenia merupakan masalah yang terkait dengan


gangguan kognitif, pikiran dan perilaku mal-adaptif (Hawari, 2001; Maramis, 1998;
Sarwono, 2001). Keluarga dengan salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa
dapat menimbulkan konflik, menjadi beban obyektif dan subyektif, saling menyalahkan,
dan keterlibatan dalam permusuhan antar anggota keluarga (Pharoah, 2010; Fitryasari,
2009). Berbagai masalah bio-psiko-sosialkultural dapat menyebabkan terjadinya gangguan
jiwa, tetapi sampai saat ini penyebab pasti gangguan jiwa masih terus dalam kajian.
Keadaan ini menyebabkan model keyakinan kesehatan keluarga terhadap gangguan jiwa
tidak adekuat, dianggap karena kutukan, roh halus, dibikin orang lain, atau karena hal lain
yang belum jelas. Model keyakinan kesehatan seseorang akan mempengaruhi upaya
mencari pengobatan. Berbagai upaya pendidikan kesehatan, pemberian psiko-edukasi
terhadap keluarga yang sedang menunggu salah satu anggota keluarga yang dirawat di
rumah sakit jiwa, tetapi sebagian masyarakat masih tetap menjadikan stigma terhadap
gangguan jiwa di masyarakat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini berusaha menyajikan
makalah bagaimana merawat kepala keluarga dengan gangguan jiwa menurut islam .

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada manusia
melalui perantara Rasul-Rasul Allah, yang merupakan satu sistem keyakinan atas adanya
yang mutlak di laura manusia, satu sistem peribadatan, serta sistem norma yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah Azza wa Jalla, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam lainnya.1Jadi dapat diartikan bahwa manusia merupakan mahluk sosial, jika
dipandang dalam konsep islami manusia adalah multiinteraksi di dalam QS Al-Imron ayat
112 disebutkan bahwa “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang teguh kepada tali Allah (Hablumminallah) dan tali manusia
hablumminannas)” ayat di atas menunjukkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari

2
lingkungan interaksinya kepada manusia lainnya, terlebih lagi interaksinya kepada Allah
maupun kepada alam

Pengobatan yang dilakukan oleh muslim memang sejak dulu beragam, baik dari segi
ilmu kedokteran maupun ilmu psikis (mental). Namun, yang kita akan bahas di sini adalah
pengobatan Psikoterapi karena saya menganggap bahwa, pembahasan ini sangat penting
untuk dibahas. Proses penyembuhan yang dilakukan orang pada zaman dahulu,
menggunakan berbagai media yang bersumber dari alam sekitar. Seiring berkembangnya
zaman banyak para ahli yang mencari alternatif lain dalam penyembuhan pasien/klien.
Dengan adanya alternatif yang bisa membuat proses penyembuhan menjadi lebih mudah,
yang mana hadirlah psikoterapi yang mampu menuntaskan permasalahan yang kian
banyak dari berbagai penyakit baik yang bersifat fisik maupun psikis.

B. Rumusan Masalah
1. Keluarga Dalam Islam
2. Kepala keluarga dalam islam
3. Pengertian Gangguan Kejiwaan
4. Pandangan Islam tentang Penyakit Jiwa
5. Kesehatan Mental Dalam Al-Quran
6. Doa dan Zikir dalam Islam

C . TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan tentang kepala keluarga dengan gangguan
jiwa,dalam perspektif islam

2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian keluarga dalam Islam
2. Mampu menjelaskan pengertian kepala keluarga dalam islam
3. Mampu menjelaskan pengertian gangguan kejiwaan
4. Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang Penyakit Jiwa
5. Mampu menjelaskan Kesehatan Mental Dalam Al-Quran
6. Mampu menjelaskan Doa dan Zikir dalam Islam

3
BAB II

Tinjauan teori

2.1 Keluarga Dalam Islam

Islam adalah agama yang mengatur segala sisi kehidupan dan senantiasa menganjurkan
umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia (baca fungsi agama
dalam kehidupan). Dalam kehidupan seorang manusia tidaklah hidup sendiri dan tentunya
ia memiliki keluarga meskipun tidak utuh. Seperti yang kita ketahui keluarga adalah
lembaga terkecil dalam masyarakat dimana seseorang tumbuh dan mendapatkan
pendidikan dari orangtuanya agar bisa menjalankan kehidupannya bermasyarakat. Sebuah
keluarga terdiri dari suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang masih terikat
hubungan darah atau nasab serta hubungan pernikahan (baca arti nasab dalam islam).

Arti Keluarga Dalam Islam

Dalam islam, keluarga memiliki sebuah arti penting dimana keluarga merupakan bagian
dari masyarakat islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal islam sejak
kecil.Dibangun dengan pondasi pernikahan syar’i. Keluarga dalam islam merupakan
rumah tangga yang dibangun dari suatu pernikahan antara seorang pria dan wanita yang
dilaksanakan sesuai syariat agama islam yang memenuhi syarat pernikahan dan rukun
nikah yang ada. Pernikahan juga awal membangun rumah tangga islam dan keluarga
sakinah, mawaddah dan warahmah. Adapun hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT
berikut ini

ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً إِ َّن فِي َذلِكَ آليَا‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن خَ ل‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu,
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs.Ar-Ruum : 21)

Keharmonisan dalam rumah tangga

Memiliki keluarga yang harmonis dan sesuai dengan ajaran agama islam adalah dambaan
setiap muslim dan untuk mewujudkannya ada beberapa cara menjaga keharmonisan dalam
rumah tangga tersebut. Keluarga sakinah, mawaddah warahmah yang berarti keluarga

4
yang penuh kasih sayang, cinta dan ketentraman dibangun diatas nilai-nilai islam dan
berawal dari pernikahan yang hanya mengharap ridha Allah SWT. Dalam Alqur’an Allah
SWt berfirman :

ً ‫َوالَّ ِذينَ يَقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ إِ َماما‬

“Dan orang orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa”. (QS Alfurqan : 74)

2.1.3 Peran Keluarga Dalam Islam

Sebuah keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan karena setiap manusia atau
muslim tentunya berangkat dari sebuah keluarga. Jadi bisa disimpulkan bahwa keluarga
adalah tempat dimana pondasi nilai-nilai agama diajarkan oleh kedua orangtua dan
anggota keluarga lainnya kepada seorang anak. Adapun peran keluarga dalam islam antara
lain

Menanamkan ajaran islam

. Dalam sebuah keluarga, suami istri yang menikah akan menjalankan dan membangun
rumah tangga dengan ajaran agama islam dan hal tersebut juga akan diajarkan pada anak-
anaknya.Dari sebuah keluarga, seorang anak akan melihat bagaimana orangtuanya shalat,
berpuasa, membaca alqur’an dan lain sebagainya. Sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah akan senantiasa menanamkan iman dan membentuk anak-
anaknya menjadi pribadi dengan akhlak dan budi pekerti yang baik terutama saat bergaul
dalam masyarakat (baca cara meningkatkan akhlak terpuji dan pergaulan dalam islam).
Sebagaimana disebutkan dalam dalil berikut ini

‫ك أَاَّل تَ ْعبُدُوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َم„„ا‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
‫َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًم‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya

5
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (Qs Al isra : 23)

Memberikan rasa tenang

Keluarga adalah orang terdekat bagi setiap manusia dan tempat mencurahkan segala isi
hati maupun masalah. Keluarga juga merupakan tempat berkeluh kesah bagi setiap
anggotanya karena hanya keluargalah yang ada dan senantiasa memberikan perhatian
kepada setiap orang meskipun keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda. Dalam
Alqur’an sendiri disebutkan bahwa keluarga yang sakinah adalah keluarga yang dipenuhi
dengan ketentraman dan ketenangan hati.

Menjaga dari siksa api neraka

Telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga adalah tempat dimana nilai-nilai islam dan
ajaran agama diajarkan untuk pertama kali dan dalam keluarga juga, orangtua serta anak-
anaknya akan menjaga satu sama lain dari perbuatan maksiat dan saling mengingatkan.
(baca cara mendidik anak dalam islam) Seperti yang disebutkan dalam QS At Tahrim ayat
6 bahwa seorang muslim harus menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan dosa dan
siksa api neraka.

َ ‫ْص„ونَ هَّللا َ َم„ا أَ َم‬


‫„رهُ ْم‬ ُ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َك„ ةٌ ِغاَل ظٌ ِش„دَا ٌد اَل يَع‬
َ‫َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬

Hai orang-orang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari (kemungkinan siksaan)
api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ( QS Altahrim : 6).

2.2 Kepala keluarga dalam islam

Di dalam Islam telah digariskan bahwa setiap diri adalah pemimpin (minimal untuk
dirinya sendiri) dan untuk kepemimpinannya itu ia dituntut untuk bertanggung jawab,
tidak hanya kepada manusia tapi juga kepada Allah swt.5 Sebagaimana yang termaktub
dalam QS Al-An‟am(6); 165Artinya : “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-
penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)

6
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”.

Di samping itu, terdapat pula hadis yang menyatakan kepemimpinan setiap individu bagi
dirinya sendiri, yakni : Demikian pula Dengan institusi keluarga, didalamnya yang
beranggotakan suami, isteri dan anak, juga membutuhkan pemimpin. samping itu, setiap
entitas tersebut juga mempunyai tanggungjawab sebagai pemimpin diri sendiri, baik yang
mempunyai posisi sebagai produsen (suami), distributor (isteri), dan konsumen (anak).
Namun, dalam institusi keluarga tersebut, posisi laki-laki atau suami yang merupakan
produsen, dalam umumnya masyarakat Indonesia merupakan pemimpin atau kepala
keluarga

Kepala keluarga, di samping mempunyai peranan sebagai produsen, dia juga mempunyai
peranan yang lain, yakni seperti membimbing, mendidik, dan juga mengarahakan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan, bahwa hakikat kepala keluarga harus mempunyai beberapa
fungsi dan tanggungjawab dalam kepemimpinannya, sebagaimana berikut:

1. Memberikan nafkah kepada keluarga (isteri dan anak-anaknya)


2. Menegakkan Amar ma‟ruf Nahi Munkar
3. Menjaga Keamanan Umat (Minimal Keamanan Keluarga)

1 Pemimpin (Kepala Keluarga) Menurut QS. Al-Nisa’ (4): 34.


Dalam kitab-kitab klasik yang menjelaskan dan menafsirkan teks-teks ajaran Islam tidak
asing lagi bahwa kaum laki-laki di gambarkan lebih superior dari kaum perempuan.
Biasanya argument penguatan supremasi tersebut menggunakan ayat AlQur`an An-Nisa‟
(4);34. Penafsiran yang bercorak demikian pada dasarnya tidak bias dipisahkan dengan
situasi sosio kultural pada waktu penafsiran itu dilakukan

2.3 Pengertian Gangguan Kejiwaan


Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku atau psikologi seseorang yang
secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan sesuatu gejala
penderitaan (distress) di dalam satu tau lebih fungsi penting manusia. Gangguan jiwa juga
merupakan masalah yang serius, penting dan berbahaya, karena dapat menyangkut
keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.

7
Macam-macam gangguan jiwa yang tercantum dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders) sendiri jumlahnya ada hampir 300.

Macam-macam gangguan jiwa yang bisa terjadi

Mengingat begitu banyaknya jenis gangguan jiwa, para pakar mengelompokkannya ke


dalam beberapa kategori di bawah ini:

1. Gangguan Cemas

Gangguan kecemasan berhubungan dengan rasa takut terhadap objek atau situasi. Mereka
juga umumnya mengalami peningkatan detak jantung dan sering berkeringat.

Penyakit kejiwaan ini terdeteksi jika respons seseorang tidak sesuai dengan situasi atau
tidak dapat mengendalikan respons yang dikeluarkan.

2. Gangguan Mood

Jenis gangguan jiwa ini berhubungan dengan sering merasa sedih, kelewat bahagia, atau
gejolak dari kebahagiaan hingga kesedihan berlebih.

Contoh dari gangguan mood (suasana hati) adalah depresi dan bipolarDepresi umumnya
dicirikan dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau
menghargai diri rendah, gangguan tidur atau nafsu makan, kelelahan, dan konsentrasi yang
buruk. Sedangkan bipolar biasanya terdiri dari episode mania dan depresi, yang dipisahkan
oleh periode suasana hati yang normal. Episode mania melibatkan suasana hati yang
meningkat atau mudah tersinggung, aktivitas berlebihan, bicara cepat, harga diri
meningkat, dan kebutuhan tidur yang sedikit.

Orang yang mengalami serangan mania, tetapi tidak mengalami episode depresi juga
diklasifikasikan sebagai gangguan bipolar.

3. Gangguan Psikotik

Penyakit kejiwaan psikotik melibatkan kesadaran atau pola pikir yang terdistorsi. Dua
gejala yang paling umum adalah halusinasi dan delusi.

Skizofrenia merupakan salah satu contoh gangguan psikotik, yang ditandai dengan distorsi
dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, dan perilaku

8
4. Gangguan Makan

Gangguan makan melibatkan emosi, sikap, dan perilaku ekstrem yang melibatkan berat
badan serta makanan. Gangguan makan dapat berupa asupan makanan yang tidak
mencukupi atau berlebihan, yang akhirnya dapat merusak kesejahteraan individu.

Bentuk gangguan makan yang paling umum, yaitu Binge Eating Disorder, Anorexia
Nervosa, dan Bulimia Nervosa.

5. Kontrol Impuls

Gangguan kontrol impuls membuat penderitanya tidak dapat menahan keinginan atau
dorongan untuk melakukan tindakan yang membahayakan diri atau orang lain.

Sering kali, orang-orang dengan gangguan ini menjadi begitu terlibat dengan objek
kecanduan sehingga cenderung mengabaikan tanggung jawab.

Pyromania (menyalakan api) dan kleptomania (mencuri) adalah contoh gangguan kontrol
impuls.

6. Gangguan Kepribadian

Gangguan Kepribadian

Ini adalah jenis gangguan jiwa yang membuat penderitanya mempunyai pola pikir atau
perilaku yang cenderung kaku dan tidak sehat. Seseorang dengan gangguan kepribadian
mengalami kesulitan dalam memahami dan berhubungan dengan situasi bersama individu
lainnya. Hal ini menyebabkan masalah dan keterbatasan yang signifikan dalam hubungan,
aktivitas sosial, pekerjaan, dan sekolah.

7. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)

Seseorang yang mengalami OCD diselimuti dengan pikiran atau ketakutan konstan, yang
membuat mereka melakukan tindakan tertentu. Contoh OCD adalah seseorang dengan rasa
takut berlebihan terhadap kuman, sehingga ia terus-menerus mencuci tangan.

9
8. Gangguan Stres Pasca-trauma (PTSD)

Gangguan stres pasca-trauma alias Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah jenis
gangguan jiwa yang mengikuti peristiwa traumatis atau menakutkan di masa lampau.
Contohnya, serangan seksual atau fisik. Seseorang yang mengalami PTSD umumnya
mempunyai pikiran maupun kenangan yang abadi dan cenderung “kebas” secara
emosional.Keadaan tersebut terjadi ketika seseorang mengembangkan gejala emosional
atau perilaku dalam menanggapi peristiwa maupun situasi yang menegangkan.

Sindrom respons stres biasanya dimulai dalam waktu tiga bulan semenjak terjadinya
peristiwa, dan berakhir dalam enam bulan setelah faktor penyebab stres berhenti atau
hilang.

9. Gangguan Disosiatif

Penderita gangguan disosiatif cenderung mengalami perubahan dalam ingatan, kesadaran,


identitas, dan kesadaran umum tentang diri maupun lingkungannya.Jenis gangguan jiwa
ini sering dikaitkan dengan stres luar biasa, yang mungkin merupakan akibat dari peristiwa
traumatis atau kecelakaan, termasuk bencana yang mungkin dialami atau disaksikan.

10. Gangguan Factitious

Penyakit kejiwaan yang bersifat menipu ini adalah kondisi ketika seseorang secara sadar
dan sengaja menciptakan atau mengeluhkan gejala fisik maupun emosional agar dirinya
bisa berperan sebagai pasien.

11. Gangguan Seksual dan Gender

Konseptualisasi gangguan seks dan gender terus berkembang sebagai tanggapan atas
pengaruh budaya, ilmiah, politik, dan komersial yang beragam.

Gangguan seksual dan gender diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama, yaitu:

Disfungsi seksual, yaitu masalah yang menghambat motivasi atau kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas seksual

Paraphilias, yaitu pola berulang dari gairah dan/atau perilaku seksual yang melibatkan
target ekspresi seksual yang tidak tepat.

10
Gangguan identitas gender, yaitu pengalaman ketidaknyamanan yang intens dengan peran
gender yang ditetapkan, disertai dengan keinginan untuk hidup sebagai lawan jenis.

12. Gangguan Gejala Somatik

Gangguan gejala somatik sebelumnya dikenal sebagai gangguan psikosomatis. Jenis


gangguan jiwa ini melibatkan seseorang yang memiliki fokus berlebih pada gejala fisik,
seperti nyeri, kelemahan, atau sesak napas.

Individu tersebut akan memiliki pikiran, perasaan, maupun perilaku berlebihan yang
berkaitan dengan gejala fisik tertentu.

13. Gangguan Tic

Orang dengan gangguan ini membuat suara atau melakukan gerakan tubuh yang tidak
teratur dan berulang, cepat, secara tiba-tiba, serta tidak terkendali. Hal ini terjadi akibat
suatu perubahan di bagian otak yang mengontrol gerakan.

Kelainan ini dapat diturunkan dalam keluarga dan kemungkinan ada penyebab genetik.
Kondisi ini juga sering terjadi bersamaan dengan kondisi lain, seperti Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)

Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, diantaranya:


1. Tidak bekerja bisa membuat orang kehilangan kesempatan menunjukkan
aktualisasi dirinya, sehingga akan sangat memungkinkan orang mengalami
harga diri rendah yang akan berdampak pada gangguan jiwa.
2. Predisposisi biologis adalah adanya gangguan jiwa sebelumnya. Hal ini sering
terjadi apabila adanya stigma negative yang ada dimasyarakat telah membuat
klien ditolak atau tidak diperlakukan baik dimasyarakat.
3. Kepribadian tertutup akan cenderung menyimpan permasalahan sendiri,
sehingga masalah akan semakin menumpuk. Hal ini yang akan membuat klien
bukannya menyelesaikan permasalahannya, namun akan bingung dengan
permasalahannya dan dapat membuat klien depresi
4. Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami klien misalnya adanya aniaya
seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan
memicu klien mengalami gangguan jiwa

11
5. Konflik dengan teman atau keluarga akan memicu klien mengalami stressor
yang berlebihan maka akan membuat klien mengalami gangguan jiwa.

Ciri ciri gangguan jiwa


1. Timbulnya rasa sedih. Rasa sedih ini terkadang timbul dari hal-hal yang
sepele terjadi. Karena kesehatan mental yang terganggu bukan karena
penyebab kesedihan secara langsung.

2. Rasa rendah diri dan hilangnya kepercayaan pada diri. Rasa rendah diri
menyebabkan seseorang menjadi tersinggung, sehingga menyebabkan orang
yang bersangkutan tidak mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia tidak mau
mengemukakan pendapatnya dan inisiatif. Lama kelamaan pada dirinya akan
hilang kepercayaan diri bahkan ia mulai tidak mempercayai orang lain.

3. Pemarah. Bila seseorang mudah sekali marah, maka kita menduga bahwa ia
oversensitif. Ia cenderung untuk merasa dimaki karena pengalaman masa
lampau.

2.4 Pandangan Islam tentang Penyakit Jiwa

Dalam perspektif Islam, penyakit jiwa sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk
atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti sifat tamak, dengki, iri hati,
arogan, emosional dan seterusnya. Emosi/Marah Marah pada hakikatnya adalah
memuncaknya kepanikan di kepala, lalu menguasai otak atau pikiran dan akhirnya kepada
perasaan. Kondisi semacam ini seringkali sulit untuk dikendalikan. Lebih lanjut As-
Syarqawi mengungkapkan, bahwa emosi marah akan menimbulkan beberapa pelampiasan,
misalnya secara lisan akan memunculkan caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara
fisik akan menimbulkan tindakan-tindakan destruktif.Atas dasar inilah maka nabi
melarang orang yang sedang marah untuk melakukan putusan atau memutuskan sesuatu
perkara sebagaimana sabdanya: “Seseorang jangan membuat keputusan diantara dua orang
(yang berselisih) sementara ia dalam keadaan marah”.

Al-Ghazali berpendapat, bahwa cara untuk menanggulangi kemarahan sampai batas yang
seimbang dengan jalan mujahadah untuk kemudian menanamkan jiwa sabar dan kasih
sayang

12
Kesehatan Mental Dalam Al-Quran

Ketundukan manusia merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi
kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of man).11 Fitrah
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. seperti yang ada dalam (QS Ar Ruum 30:30):
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

2.5 Doa dan Zikir dalam Islam

Selain doa yang dipanjatkan kehadirat Allah SWT di atas, tidaklah lengkap jika tidak
disertai iringan zikir. Beberapa contoh zikir dalam terjemahan bahasa Indonesia sebagai
berikut: Membaca tasbih “subhanallah" (Maha Suci Allah), Membaca tahmid
“alhamdulilah” (Segala puji bagi Allah), Membaca tahlil “laa ilaaha illallahu" (tidak ada
Tuhan kecuali Allah), Membaca takbir “allahu akbar" (Allah Maha Besar), Membaca
hauqalah “laa haula walaa quwwata illaa billaah" (tidak ada daya, upaya dan kekuatan
kecuali kepunyaan Allah), Membaca hasbalah “hasbiyallaahu wa ni'mal wakiil" (cukuplah
Allah dan sebaik-baiknya pelindung), Membaca istighfar “astagfirullaahal ‘azhiim" (saya
mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung), Membaca lafaz baaqiyaatush shaalihat
“subhanallah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah" (Maha Suci Allah, dan segala puji
bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar)

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater.,
menyatakan doa dan zikir mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Terapi,
psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik karena ia
mengandung kekuatan spritual/kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa
optimisme terhadap penyembuhan.Karenanya, Allah berfirman: “dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadmu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Q.S.
2:155).

13
Selain pendapat diatas ada intervensi lain sebagai berikut .Intervensi islam menurut Dr.
Fuad Nashori dibedakan menjadi terapi yang berbasis ibadah dan berbasis akhlak.
Beberapa intervensi Islam yang berbasis ibadah seperti intervensi dzikir, do’a,
membaca/mendengarkan/murattal/ta dabur al-qur’an, sholat, puasa, zakat dan haji.
Adapun intervensi islam yang berbasis akhlak meliputi, ikhlas, ridha, syukur, qanaah,
sabar,pemaaf,husnudzon, tawakal, muhasabah, dan tafakur.

Allah SWT berfirman dalam (QS Al-Syu’ara:80-81) Dan Apabila Aku sakit, Dialah
yang menyembuhkan aku. Dan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
kembali).

Didalam hadis riwayat Muslim juga disebutkan bahwa kami tidak mengirimkan
penyakit didunia ini kecuai kami mengirimkan obat untuk menyembuhkanya. Ketenangan
jiwa merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan kita. Orang yang memiliki
ketenangan jiwa akan merasakan kebahagian, kenikmatan hidup baik jasmani maupun
rohani. Jiwa yang tenang juga mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Berbeda
halnya dengan orang yang memiliki banyak pikiran (stres) ia akan merasakan kegelisahan
yang membuat hidupnya tidak merasakan ketenangan, ada hambatan-hambatan yang
terjanggal didalam otak/saraf. Orang yang mengalami gangguan jiwa/strees
kebahagiannya hilang, sering merasa beban hidup yang dialaminya itu terlalu berat maka
berpotensi untuk melakukan hal-hal yang berdaa diluar nalar mereka. Intervesi Islam
adalah salah satu proses pengobatan yang mampu mengembalikan ketenangan jiwa.

2.6 Intervensi islam yang berbasis ibadah adalah

1.. Dzikir

Dzikir diyakini dapat membuat hati menjadi tenang.Ketenangan hati, membuahkan


bersihnya pikiran dan sehatnya jasmani. Untuk itulah dzikir dijadikan terapi unggulan bagi
kalangan sufi dan ahlu alThariqah.Dzikir akan membawa pemikiran dan kondisi jiwa
seseorang menjadi terarah dan seimbang. Dzikir memiliki nilai magis, di samping
berfungsi sebagai bagian dari seni, dzikir juga memiliki daya sentuh pada proses
penyehatan jiwa. Mulai dari menumbuhkan keyakinan kepada Allah Azza wa Jalla, hingga
menciptakan kenyamanan spiritual.

14
Pada pelaksanaannya dzikir dilakukan dipandang dari posisinya, beberapa ahli ilmu jiwa
dalam islam membagi beberapa tempat antara lain:

1. Dzikir majlis, ialah dzikir yang dilakukan di dalam sebuah majelis dzikir, baik mesjid,
maupun zawiyah. Dipimpin oleh seorang syaikh atau guru spiritual yang menuntun dan
membimbing para salik dalam melakukan tindakan dzikir, mulai dari kalimat hingga
ritme, bahkan menentukan jumlah kalimat yang harus dibacakan.

2. Dzikir jidariyah, yakni dzikir yang dilakukan secara individu. Dengan cara
menempelkan bagian dahi ke sebuah dinding, dalam keadaan duduk. Ini dapat
dilakukan di mana saja, termasuk dilakukan pada dinding rumah.

3. Dzikir khalwatiyah, ialah melalui cara mengasingkan diri ke tempat yang dianggap
representatif. Dengan tujuan agar mendapatkan pencerahan spiritual. Kesendiriannya
dapat dilakukan di dalam gua atau pusat-pusat kebugaran seperti kaki gunung, dekat
mata air dan sejenisnya.

4. Dzikir ijtima’iyah, ialah pertemuan para ahli dzikir, yang secara bersama-sama dengan
masyarakat umum melakukan ijtima’. Biasanya di bawah bimbingan seorang Mursyid
melantunkan dzikir beberapa tahap. Para ahli tarekat menyebut dengan dua cara, yakni
dzikirkhofi (tersembunyi) dan dzikir jahri(dengan suara keras). Namun ditinjau dari alat
dzikirnya, mereka membedakan atas dzikir lisan, dzikir qalb dan dzikir jawarih.

2. Do’a

Do’a adalah ibadah kepada Allah dengan cara memohon segala harapannya, hanya
kepada Dia. Sesuai dengan perintah-Nya. Selain do’a sebagai ibadah mahdhah, juga
memiliki daya magis untuk melakukan penyembuhan atas gangguan jiwa. Do’a diyakini
sebagai bagian dari pengobatan cara Rasulullah SAW. Dengan demikian maka kedudukan
pengobatan menggunakan do’a dinilai sebagai ibadat

Berbagai bentuk do’a yang dianggap tepat serta tidak menyimpang dari syariat, dapat
membantu meringankan beban fisik dan psikis para hamba Tuhan. Di antara do’a-do’a
yang tidak menyimpang, untuk dipergunakan sebagai sarana terapi adalah:

1. Do’a Ikhtiyary Ialah do’a yang dibuat para ulama, yang redaksinya secara langsung
ditujukan pada yang diharapkan. Di dalamnya termasuk shalawat, wirid-wirid, hizib,

15
beberapa potongan ayat yang dengan sengaja dibaca berulang-ulang atau dibaca
sesuai kebutuhan pembacanya.
2. Do’a Ma’tsurat Ialah do’a yang inventarisir ulama bersumber dari Rasulullah SAW,
dengan redaksi khusus. Seperti membiasakan diri melakukan aurad Rasul, baik dari
Nabi Muhammad SAW ataupun Nabi-nabi sebelumnya. Salah satunya adalah wirid
ba’da salat maktubah, atau berbagai kebiasaan Rasulullah SAW yang tertuang dalam
hadis-haditsnya.
3. Ruqyah atau Mantera Ruqyah artinya mantra. Ditinjau dari macamnya, mantra
dibagi menjadi dua bagian. Pertama mantra shahihah. Yakni mantra yang baik.
Mantra ini bersumber dari perilaku Rasulullah SAW. Baik bersumber dari Nabi
sendiri, maupun bersumber dari malaikat. Kedua, adalah mantra fasidah. Ialah mantra
yang digolongkan pada mantra jahiliah, yakni setiap mantra yang tidak mengaitkan
dengan Allah. Mantra sendiri merupakan bentuk do’a yang kalimatnya tidak dengan
tegas memohon sesuatu kepada Tuhan. Seperti ruqyah Jibril, yang dikenalkan oleh
Rasulullah SAW kepada para sahabatnya, yakni ‫سبوح قدوس ربنا ورب المالئكة والروح‬

Semua dilakukan secara kontinu. Inilah yang disebut dengan wirid. Kemudian
dari kesinambungan-nya akan membangkitkan energi spiritual yang dianggap mampu
mensinergi segala hal yang dibutuhkan. Misalnya seseorang menghendaki
ketenangan, maka “wiridan” merupakan solusi awal.

3. Al-Qur’an

Terapi dengan al-Qur’an maksudnya ialah menggunakan alQur’an sebagai media atau cara
memberikan pelayanan penyembuhan (Syifa) pada gangguan kesehatan, baik kesehatan
fisik maupun psikis. Terapi menggunakan al-Qur’an dibagi menjadi dua cara antara lain

1. Membaca dengan penuh konsentrasi, melalui epistemologi yang telah ditentukan.


Misalnya seseorang yang membacakan akan mendapat pengaruh, baik bagi diri yang
membacanya maupun bagi yang dido’akan dengan wasilah membaca al-Qur’an.
Lantunan suara dan ritme yang ditawarkan para sufi dalam pembacaan al-Qur’an
diyakini dapat menyembuhkan gangguan jiwa dan memiliki energi untuk menjaga
kesehatan jiwa. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menyarankan agar membaca
dengan tartil. Apalagi jika diwarnai dengan keindahan suara dan fasihnya lidah.
2. . Memahami kandungan yang terdapat dalam ayat-ayat tertentu, sesuai dengan
kebutuhan. Adapun secara teknis, seseorang memulai dengan membaca dan

16
memahami kandungan maknanya. Lalu dibukalah mata hati kita agar mampu
membaca kandungan atau maknanya. Melalui cara ini ayat al-Qur’an akan dirasakan
hidup di segala jaman. Akhirnya dirasakan akan mampu menawarkan solusi bagi
segala persoalan. Al-Qur’an tidak sekedar kitab suci yang isinya sekedar tuntunan
ibadah mahdhah atau ghairmahdhah.Namun ternyata memiliki kemampuan terapi
bagi jiwa. Sebagaimana terdapat dalam beberapa ayat di dalamnya, antara lain:
Dalam surat al-isra ayat 82, yang berbunyi: “Dan kami turunkan dari alQur’an
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-
Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
Syekh Ibrahim Muhammad alJamili memandang bahwa setiap huruf dalam al-Qur’an
mengandung obat bagi penyehatan gangguan jiwa. Bahkan apabila dilakukan secara tepat,
hurufhuruf tersebut akan mampu dijadikan media penyembuhan pada gangguan fisik.
Gangguan dalam bahasan psikoterapi islam dikenal dengan istilah syaitan.
Namun beberapa kalangan memandang bahwa al-Qur’an dapat mengandung obat bagi
seseorang dalam beberapa cara, di antaranya:
a. Membaca
Seseorang yang membaca alQur’an dengan ritme murattal, disertai unsur rasa yang dalam,
tanpa adanya unsur ‘ajalah, akan dengan mudah menciptakan kondisi nafsalmuthmainnah.
Suara yang indah atau nada yang tepat pada saat melantunkan al-Qur’an, akan
mengakibatkan relaksasi yang maksimal. Dampaknya akan menjadikan pembaca menjadi
tenang jiwanya
b. Menuliskan
Dalam penulisan huruf hijaiah dan beberapa ayat al-Qur’an, tidak secara sederhana
sebagaimana menuliskannya dalam ilmu khat. Namun memerlukan perhatian yang
seksama, apalagi setelah dikaitkan dengan astronomi. Maka untuk menggunakan huruf
atau tulisan alQur’an sebagai bentuk terapi, harus adanya pemahaman mengenai astronomi
secara universal. Sehingga dapat dipahami semua karakter alam yang dihubungkan dalam
keadaan seseorang, terutama kondisi jiwanya.
c. Merenungi atau mempelajari
Perenungan atas fenomena yang digambarkan pada setiap ayat dalam al-Qur’an dapat
mengilhami pembacanya agar dapat menumbuhkan kreatif yang lebih tinggi.
Terapi menggunakan perenungan ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Tinggal seseorang
menjelaskannya berdasarkan kisah tauladan yang tertera dalam setiap ayat adu surat. Lalu
dijelaskan hubungannya dengan orang yang sedang mengalami gangguan jiwa. Dengan

17
harapan munculnya ketenangan serta perbandingan dalam pikirannya yang mengakibatkan
kembalinya pemikiran jernih untuk menyelesaikan segala persoalan

4. Sholat.
Terapi menggunakan sholat merupakan bentuk terapi yang telah menghubungkan antara
kegiatan fisik dan non fisik. Pada awalnya sholat merupakan kegiatan fisik yang dijadikan
sebagai alat penyembahan terhadap Allah Azza wa Jalla. Namun berangsur ke depan,
beberapa pakar ilmu jiwa mencoba melakukan tajribat (uji coba/analisis) terhadap
pengaruh sholat bagi kesehatan jiwa/mental. Mulai dari takbiratulihram, hingga mengucap
salam, terdiri dari serangkaian ucapan, konsentrasi dan gerakan, yang membawa dampak
pencerahan pada jiwa.
Salah satunya adalah pemikir tentang jiwa dari China, ia mengasumsikan bahwa beberapa
organ tubuh manusia dan kelenjar yang terdapat dalam tubuh manusia, sangat erat
hubungannya dengan kesehatan jiwa. Yakni sistem darah, sistem limfa, sistem saraf, otot
dan sistem rangka. Setiap gerakan dalam sholat dianggap memiliki hubungan dengan
kesehatan fisik, yang secara otomatis akan membawa dampak pada kesehatan naf.
Salah satunya adalah kajian mengenai pengaruh ruku’ pada kerja fieshu (gerbang paru-
paru), Xinshu (gerbang hati), Danshu(gerbang empedu).
Merujuk pada surat al-Ankabut ayat 45, yang berbunyi:“Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya
sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (Sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadatibadat yang lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
5. Puasa
Firman Allah Azza wa Jalla dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:“Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.Baik puasa wajib maupun puasa sunah
adalah ibadah yang utama dan istimewa, balasannya yang besar dan berlipat ganda. Lebih
dari itu, berpuasa juga dapat membentuk pribadi-pribadi yang tangguh dan teguh, pribadi
yang harmonis dan seimbang dalam berinteraksi dengan Allah (hubungan vertikal) dan
dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia (hubungan horizontal).Sesungguhnya
masih teramat banyak manfaat serta fadhilah yang dapat diperoleh dengan menjalankan
ibadah puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunah.

18
Puasa merupakan ibadah yang membutuhkan kesabaran. Seseorang akan dididik disiplin,
meskipun tidak ada orang lain yang melihatnya. Dalam hal ini unsur teologis memegang
peranan penting dalam mendisiplinkan jiwa manusia.Puasa juga termasuk jenis terapi jiwa
yang pelakunya hampir tidak menyadari.Dalam melaksanakan puasa, kaum muslimin
dituntut untuk menahan hal-hal yang dianggap dapat membatalkannya.Yang pan puasa
sendiri merupakan bagian dari riyadhatal-nafs.Dalam hal ini jiwa dilatih untuk menuju
manusia yang berakhlaqal-Karimah (manusia yang memiliki kreativitas mula). Dalam
pandangan psikoterapi Islam, puasa dinilai sebagai bentuk terapi bagi orang-orang yang
telah menyadari dirinya telah banyak dikotori dengan setumpuk perbuatan maksiat pada
Tuhan. Tingkat penyadaran ini dalam kajian psikoterapi islam adalah kesadaran tertinggi.
Maka bentuk penyehatan atau pemulihan jiwa seperti ini memerlukan dua tahap, yakni
pemahaman tentang keilmuan puasa serta pelaksanaan puasa dengan baik dan benar.Puasa
yang tidak sekedar menahan makan dan minum.Namun memiliki pesan pelatihan ruhani
yang mendisiplinkan kerja ruhani dan nafsani.Hingga berdampak pada kerja jasmani.

2.7 Intervensi Islam yang Berbasis Akhlak


a. Ikhlas
Secara umum, ikhlas dimaknai sebagai sebuah ketulusan dalam memberi pertolongan,
kerelaan dan penerimaan. Dalam konteks Jawa, ikhlas menurut Poerwadaminta (1939)
diistilahkan dengan eklas, yang bermakna nriman, kanthi lega lila terusing batin. Makna
tersebut merupakan makna yang digunakan oleh umumnya masyarakat Jawa. Menelisik
lebih dalam ke akar katanya, ikhlas berasal dari kata kholasho (Bahasa Arab) yang berarti
Murni. Ikhlas dalam konteks ini dimaknai sebagai niat yang murni semata-mata
mengharap penerimaan dari Tuhan dalam melakukan suatu perbuatan, tanpa
menyekutukan Tuhan dengan yang lain.
Seorang yang ikhlas dapat dikatakan sebagai seorang yang religius-spiritual. Seorang
yang religius, sebagaimana diungkapkan oleh Emmons, Barret & Schnitker (2008), adalah
seorang yang prososial karena mudah berempati, jujur, adil dan menunjukkan
penghargaan pada norma-norma prososial. Perilaku yang ditinjukkan dalam konteks sosial
adalah perilaku menolong, altruisme, serta memiliki sikap anti-kekerasan dan menghindari
konflik.Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila ikhlas dimaknai dalam wujud
manifestasi dan efeknya yaitu sebagai perilaku menolong.
b. Ridho

19
Secara umum, Ridho dipahami sebagai perasaan suka, senang, perkenan atau
kerelaan, dan ketulusan yang bersumber dari dua pihak yang berinteraksi atau sedang
menjalin kerja sama dan kesepakatan. Ridho dapat terjadi pada seluruh lini kehidupan
yang dijalankan secara positif.19 Ridho merupakan sesuatu yang diterima dengan lapang
dada, apa yang terjadi kepada diri kita adalah sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah
dan kita harus tetap sabar iklas menerimanya
c. Syukur
Dalam Islam, kata syukur secara bahasa bermakna membuka dan menyatakan.
Membuka kenikmatan, menyatakan kenikmatan dan menyebut kenikmatan dengan lisan.
Hakikat syukur adalah menggunakan nikmat Allah Azza wa Jalla untuk taat kepada-Nya
dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat.20 Dalam menjalani berbaga ujian
manusia haruslah menyikapinya dengan bersabar dan bersyukur karena bentuk nikmat
Allah Azza wa Jalla tidak selalu datang dalam bentuk yang menyenangkan, namun juga
dapat datang dalam bentuk malapetaka ataupun dalam bentuk suatu penyakit. Al-Jauziyah
mengatakan bahwa syukur adalah sebuah tujuan (mengarah kepada Allah Azza wa Jalla).
Sabar merupakan tindakan terpuji karena menyampaikannya pada syukur. Kebersyukuran
kepada Allah Azza wa Jalla dapat diwujudkan dengan hati, lisan, maupun perbuatan
(anggota tubuh)
d. Qanaah
Menurut bahasa qanaah artinya menerima apa adanya atau tidak serakah. Sedangkan
secara istilah ialah satu akhlak mulia yaitu menerima rezeki apa adanya dan
menganggapnya sebagai kekayaan yang membuat mereka terjaga statusnya dari meminta-
minta kepada orang. Sedangkan menurut Hamka, qanaah ialah menerima dengan cukup,
yang di dalamnya mengandung lima perkara pokok, yakni sebagai berikut:
1. Menerima dengan rela apa adanya
2. Memohon tambahan yang sepantasnya kepada Allah yang dibarengi dengan usaha.
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah.
4. Bertawakal kepada Allah.
5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
e. Sabar
Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali berkata, “Sabar adalah menerima dengan
lapang dada hal-hal yang menyakitkan dan menyusahkan serta menahan amarah atas
perlakuan kasar. Barang siapa masih mengeluh bila diperlakukan buruk oleh orang lain,
maka hal itu menunjukkan masih buruknya akhlak orang tersebut, karena akhlak yang

20
mulia sesungguhnya adalah menerima secara lapang dada semua bentuk perlakuan yang
menyakitkan. Di tempat lain dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali berkata,
“sesungguhnya yang dimaksud dengan sabar adalah ketetapan hati yang didorong oleh
motif keagamaan untuk melawan keinginan yang muncul akibat dorongan hawa nafsu.
Sabar terklasifikasikan menjadi dua.
f. Pemaaf
Al-‘Afwu (Pemaaf) adalah salah satu nama dari nama-nama mulia Allah Azza wa Jalla
(Asmaa ‘ullah al-Husna). Dalam al-Qur’an nama mulia ini disebut di antaranya dalam
surat anNisaa’ ayat 149 yang berbunyi. “Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan,
menyembunyikannya atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sungguh,
Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa”.yang dimaksud dengan al-‘Afwu adalah belakang
dada dalam memberikan maaf kepada orang yang melakukan kesalahan, dengan tanpa
disertai rasa benci di hati, apalagi merencanakan pembalasan terhadap orang yang
melakukan kesalahan itu, meskipun dia sanggup melakukan pembalasan itu.
Suka memberi maaf ialah sifat mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam
masalah ini, mereka harus meneladani Rasulullah SAW baik dalam ucapan maupun
tindakannya. Rasulullah SAW sangat menganjurkan manusia untuk mempunyai jiwa
besar, bersikap toleran dan suka memberikan maaf.Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun dan suka kepada orang yang suka memberi ampun.” Rasulullah juga
bersabda “Barang siapa mau memberi maaf di saat dia mampu (membalas), Allah akan
mengampuni dosa-dosanya besok di hari yang penuh dengan kesulitan.” (HR al-Bukhari)

g. Husnudzan
Dalam psikologi Islam, husnudzan adalah perilaku hati dan kebaikan akhlak yang
senantiasa mendorong manusia untuk berprasangka baik kepada Tuhan dan kepada orang
lain. Berprasangka baik kepada Tuhan ditandai dengan sikap Tawakal, merasakan kasih
sayang dan kemaafan Tuhan.Husnudzan (berpikir positif) merupakan cara berpikir yang
sangat dihargai dalam islam karena dengan berpikir positif manusia akan terbebas dari
beban hidup dan dari pengalaman-pengalaman traumatik pernah dialami. Karena itu
agama salam sangat mementingkan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya bersikap positif terhadap Allah.
h. Tawakal
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tawakal berarti berserah (kepada kehendak
Tuhan), dengan segenap hati percaya kepada Tuhan terhadap penderitaan, percobaan dan

21
lain-lain. Sedangkan dalam KBBI, tawakal adalah pasrah diri kepada kehendak Allah
Azza wa Jalla dan percaya sepenuh hati kepada Allah Azza wa Jalla.
Ibnu Qayyim memberikan ketentuan-ketentuan aspek tawakal sebagai berikut:
1. Memiliki keyakinan yang benar tentang kekuasaan dan kehendak Allah Azza wa Jalla.
2. Mengetahui hukum sebab akibat akan urusan yang dikerjakan.
3. Memperkuat qalbu dengan tauhid.4.
4. Menyandarkan qalbu kepada Allah dan merasa senang di sisi-Nya.
5. Memiliki prasangka yang baik kepada Allah.
6. Menyerahkan qalbu sepenuhnya kepada-Nya dan menghalau apa saja yang
merintanginya.
7. Pasrah atau menyerahkan semua urusan kepada-Nya

i. Muhasabah
Muhasabah adalah introspeksi diri, mawas, atau meneliti diri. Menurut Ibnu Jarir At-
Thabari mengemukakan bahwa muhasabah adalah mengoreksi segala yang diperbuat di
hari kemarin untuk hari esok.Menurut Ibnu Al-Qayyim rahmatullah, Muhasabah memiliki
pengaruh dan manfaat yang luar biasa, antara lain:
1. Mengetahui aib sendiri.
2. Dengan bermuhasabah, seseorang akan kritis pada dirinya dalam menunaikan
hak Allah.
3. Dengan Muhasabah akan membantu seseorang untuk muraqabah.
4. Dengan muhasabah seseorang mampu memperbaiki hubungan di antara sesama
manusia.
5. Terbebas dari sifat munafik
6. Dengan muhasabah akan terbuka bagi seseorang pintu kehinaan dan kedudukan
di hadapan Allah.
7. Manfaat paling besar yang akan diperoleh adalah keberuntungan masuk dan
menempati Surga Firdaus serta memandang wajah Rabb Yang Mulia lagi Maha
SucI
j. Tafakur
Malik Badri menjelaskan bahwa tafakur merupakan aktivitas berpikir internal yang
meliputi proses-proses dan pengetahuan yang dimiliki individu dalam aspek kognitif,
melibatkan perasaan maupun emosi dalam aspek afeksi, serta khusus dalam hal ini
ruhani.Tafakur merupakan aktivitas perenungan pada alam semesta beserta isinya, yang

22
melibatkan aspek kognisi, afeksi serta spiritual. Seseorang yang bertafakur berarti
memproses informasi yang didapatkan dari pancar indera, melibatkan perasaan dalam
memahami makhluk ciptaannya.Urgensi bertafakur adalah dalam rangka membiasakan
aktivitas internal manusia khususnya aspek kognisi dan afeksi sehingga memunculkan
perilaku positif.

23
BAB III

PEMBAHASAN

Islam menjelaskan pentingnya pengembangan pribadi untuk menjadi manusia yang


berkualitas. Manusiayang berkualitas itu adalah manusia memiliki ilmu pengetahuan yang
luas,senantiasa meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah serta Sikap dantingkah
lakunya benar-benar merefleksikan nilai-nilai keislaman dengan yakin. Di samping itu
pribadinya penuh dengan rasa kesatuan,kemandirian, semangat kerja tinggi,
kedamaian, kasih sayang dan memilikirasa empati yang kuat sertakeberadaannya membawa
maslahat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Keadaan yang demikian itu hanya bisa diwujudkan oleh individu-individu yang memiliki
jiwa yang sehat dan kepribadian yang yang ideal dan
berkualitas. Meskipun secara prinsip susah meraihnya tetapi dengan berbagai upaya yang
dilakukan secara sadar, aktif dan terencana sesuai dengan prinsip-prinsip .Islam semua orang
berpotensi untuk mencapainya. Gambaran sifat-sifat di atas hanya manpu dimiliki oleh
mereka yang memiliki kesabaran yang tinggi dalamkehidupannya.
Firman Allah Swt.
(Q.S. ar-Ra’d [13]: 11).45

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (QS.Ar-Ra’du 13: 11)
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater., dalam bukunya Manajemen Stres, Cemas, dan
Depresi memaparkan beberapa ayat dan hadist yang dapat diamalkan sebagai doa bagi
mereka yang sedang menderita stres, cemas, dan atau depresi atau penyakit fisik lainnya.
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. “(tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedangkan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S.
2:112)
2. “(yaitu), orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang”
(Q.S. 13:28)

24
3. “Dan janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman” (Q.S 3:139)
4. “Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa, apabila berdoa kepada-Ku”
(Q.S 2:186)
5. “Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan” (Q.S 26:80)
6. “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman" (Q.S. 10:57)
7. “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-Ku, dan masuklah ke dalam
surga-Ku" (Q.S 89:27-30)
8. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk Allah,
Tuhan semesta alam" (Q.S 6:162)
9. “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebesar-besar taqwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam" (Q.S 3:102)
10. “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya maka dengan
izin Allah, penyakit itu akan sembuh” (H.R. Muslim dan Ahmad)
11. “Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah tidak mendatangkan penyakit kecuali
mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua" (H.R Tirmidzi)
12. “Aku mohon kepada Allah yang Maha Agung agar menyembuhkan aku dengan
tidak menderita sakit lagi" (H.R Bukhori)
13. “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". “Ya Allah
Tuhannya manusia, hilangkanlah derita, sembuhkanlah penyakit, Engkaulah Zat
Maha Penyembuh kecuali Engkau" (H.R Ahmad, Nasai dari Muhammad bin
Khatib). “Ya Allah yang maha mencukupi aku, dan yang sebaik-baik melindungi
aku, Ya Robbi, curahkanlah kesabaran dalam hatiku, dan jadikanlah aku mati di
dalam Islam” (H.R Abu Dawud dari Auf bin Malik)
14. “Ya Allah, hidupkanlah aku bila hidup itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku
jika wafat itu lebih baik bagiku” (H.R Bukhori dan Muslim dari Anas)

24
Tokoh-tokoh Islam yang menyoroti kesehatan mental perspektif Islam adalah kesehatan
mental yang berhubungan erat dengan persoalan tauhid atau keimanan bahkan akhlak. Hal
ini sebagaimana dikemukakan oleh Bustaman bahwa kesehatan mental tidak akan terbentuk
jika hanya mengan!dalkal logika dan nalar semata, sentuhan agama menjadi bagian mutlak
untuk mengembangkan mental yang sehat (Hanna Jumhanna Bustaman: 2001).
Peribadatan yang dilakukan semata mata karena Allah pada prinsipnya adalah untuk
menciptakan ketenangan lahir dan batin bagi setiap individu. Di samping itu ketaatan atau
kepatuhan terhadap segala aturan yang telah Allah tetapkan dan akhlak yang baik terhadap
sesama makhluk juga dalam rangka menciptakan ketenteraman dan kebahagian hidup
bagisetiap individu sebagai makhluk berketuhanan sekaligus makhluk social.

24
BAB IV
PENUTUP DAN SARAN

1. Kesimpulan
Hidup manusia tidak selamanya berjalan lurus, adakalanya goncangangoncangan
hadir dalam langkah kehidupan manusia. Kegoncangan tersebut bisa jadi akibat oleh
musibah, kegagalan, dan sebagainya. kondisi tersebut biasanya dihadapi dengan berbagai
perasaan. Disini kepribadian sangat menetukan. Apabila kepribadiannya utuh dan jiwanya
sehat, ia akan menghadapi semua maslah tersebut dengan tenang. Kepribadian yang di
dalamnya terkandung unsur-unsur keimanan yang teguh berbagai masalah menimpa dirinya
dihadapi dengan hati yang tenang. Namun orang yang jiwanya goncang dan jauh dari agama
boleh jadi ia akan marah tanpa sasaran yang jelas atau memarahi orang lain sebagai sasaran
kemarahan. Unsur penting yang membantu pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan adalah
iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran agama. Oleh sebab itu, iman dijadikan sebagai
prinsip pokok dalam ajaran agama Islam, menjadi pengendali sikap, tindakan, ucapan, dan
perbuatan. Tanpa kendali iman, manusia akan mudah terdorong melakukan hal-hal yang akan
merugikan dirinya sendiri atau orang lain dan menimbulkan penyesalan dan kecemasan yang
akan menyebabkan terganggunya kesehatan mental.

Intervensi Islam yang dapat dilakukan bisa dibedakan menjadi terapi yang berbasis
ibadah dan terapi yang berbasis akhlak. Terapi yang berbasis ibadah meliputi dzikir, do’a,
membaca/memahami al-Qur;an, sholat, puasa, zakat, dan haji. Terapi yang berbasis akhlak
yakni ikhlas, ridha, syukur, qanaah, sabar, pemaaf, husnudzon, tawakal, muhasabah, dan
tafakur.Metode intervensi islam antara lain doa ,zikir,baca alqur an dan aktivitas keagamaan
lain adalah ikhtiar yang penting bagi setiap manusia yang sedang mengalami sakit, baik sakit
jasmani maupun sakit mental. Pengobatan medis bukanlah satusatunya jalan untuk sembuh
dari suatu penyakit, akan tetapi menyandarkan segala harapan dan kemampuan untuk sembuh
dari suatu penderitaan penyakit kepada Allah yang maha segala-Nya adalah hal yang paling
positif. Manusia hanya mampu berikhtiar termasuk dokter yang mengobati, tetapi yang dapat
menyembuhkan hanyalah Allah melalui doa yang dipanjatkan manusia.
2.Saran
1. Perawat dapat melibatkan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa
2. Dalam pengobatan gangguan jiwa diperlukan pengobatan bersinergi antara medis dan
segi spiritualitas pasien,sehingga membantu percepatan kesembuhan bisa melibatkan
tokoh keagamaan dalam proses bimbingan ,
DAFTAR PUSTAKA

Ainur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2005
Ibn Faris bin Zakariya‟, Abu al-Husain Ahmad. Mu‟jam alMakayis fi Al-Lughah. Cet.I;
Bairut: Dar al-Fikr,1994.
Aulia, Agama dan Kesehatan Badan/ Jiwa, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1974 Anwar Al
Jundi, Mafahim Al Ulum Al Ijtimaiyah wa An-Nafs wa Al Akhlaq fi Dhau Al Islam, Kairo:
Daar Al I`tisham, 1977. Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam, Jakarta:
Kencana, 2010. Badan Layanan Umum Daerah RumahSakitJiwa Aceh, Buku Profil BLUD
Rumah Sakit Jiwa Aceh, 2016.

Anda mungkin juga menyukai