Anda di halaman 1dari 2

TEMA : Refleksi dan Tawaran Epistemologi Baru dalam Filsafat

JUDUL :
Bagi saya filsafat tidak hanya sekedar teori. Namun Filsafat bisa dikatakan sebagai
suatu tindakan atau suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam
tentang pertanyaan-pertanyaan besar dan mendasar dalam hidup manusia (apakah hidup itu,
apa tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana wujud Tuhan, dimana Tuhan berada atau
bagaimana hidup yang baik) dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan
sistematis. Filsafat ialah cermin kehidupan. Sebagai sebuah cermin, ia merefleksikan
berbagai sudut pandang kehidupan. Seperti koin, setiap bagian kehidupan juga selalu
mempunyai dua sisi yang bertolak belakang dan kita tidak boleh melihatnya hanya dari satu
sisi. Pun kadang untuk memahami sesuatu hal kita harus menjauh terlebih dahulu, memberi
jarak antara kita dengan apa yang kita lihat agar dapat melihat sudut pandang yang lebih jelas
dan menyeluruh sehingga persepsi kita lebih luas, utuh dan bijaksana.
Kemudian Filsafat sendiri bermula dari keraguan atau ketidakpuasan orang-orang
tentang pemikiran-pemikiran yang telah ada dan rasa keingintahuan yang besar terhadap
suatu hal atau permasalahan. Untuk mata kuliah kali ini cukup membuat saya tertarik dengan
filsafat dan mematahkan anggapan masyarakat bahwa filsafat itu ilmu yang tidak fleksibel.
Disini saya banyak belajar bahwa kita seharusnya memandang sesuatu tidak hanya dari satu
sudut pandang saja, melainkan masih banyak opsi pandangan yang lain yang dapat
dipertimbangkan. Dalam refleksi saya menjelaskan apa yang terjadi pada epistemologi barat,
Dimasa itu masalah-masalah agama berusaha dijauhi. Hampir dikatakan bahwa pembenukan
epistemologi barat modern sepenuhnya berakar pada ide-ide filsafat yang berkembang tanpa
ada sentuhan corak keagamaan sama sekali.
Padahal Filsafat banyak sekali memberikan dasar-dasar semua bidang kajian
pengetahuan seperti yang saya pelajari selama satu semester ini adalah kedudukan filsafat
dalam ilmu pengetahuan, Ruang lingkup, cabang-cabang filsafat umum sampai dengan
Filsafat Eksistensialisme dan konsep. Dengan belajar Filsafat, kita juga dilatih untuk menjadi
manusia yang utuh yaitu mampu berpikir secara logis, rasional, fleksibel dan kritis. Karena
Filsafat tidak mengajak atau menjadikan seseorang sesat bahkan gila sehingga berpikir di luar
nalar manusia normal. Tetapi mengajak seseorang untuk berpikir lebih kritis. Jadi, sudah
saatnya mematahkan dan mengubah mind set (pola pikir) negatif tentang Filsafat dan
menggantinya dengan pandangan yang lebih pantas bahwa Filsafat itu menyenangkan bukan
menakutkan. Apalagi bila diajarkan dengan dosen yang tepat.
Epistemologi Barat
Dalam kaitanya dengan agama dan kehidupan spiritual rohaniah, Epistemologi Barat yang
tidak seimbang antara aspek jasmaniah dengan rohaniah, antara dunia dan akhirat, antara
rasio dengan jiwa. Dengan demikian seharusnya yang dilakukan pada masa itu
menyeimbangkan antara jasmaniah dan rohaniahnya, karna sangat pentinglah keterlibatan
agama dalam upaya mengembangkan dan menghasilkan pengetahuan. Disinilah terjadinya
kelemahan-kelemahan dan dampak negatif epistemologi tersebut.
Dalam penjelasan diatas perjalanan sejarah epistemologi barat, kemudian menghasilkan
empat aliran yang cukup dominan di dunia Barat Modern. Keempat aliran tersebut adalah
rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan intuisionisme.
Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham yang sangat menekankan akal sebagai
sumber pengetahuan manusian dan otoritas terakhir dalam penentuan kebenaran pengetahuan
manusia. Saya menambahkan bahwa akal dalam islam adalah nikmat besar yang Allah swt
titipkan dalam jasmani manusia. Disini sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang
diberikan beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum-pun
tidak berlaku baginya.
Empirisme dikatakan sebagai aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan. Seperti yang dikatakan oleh tokoh pemikir barat Thomas hobbes Ia berpendapat
bahwa aliran disini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan
cara observasi atau penginderaan. Disini bagi saya penginderaan tidak cukup memadai untuk
dijadikan sebagai patokan sumber ilmu pengetahuan, karena indera manusia memiliki
keterbatasan. Keterbatasan ini menyebabkan timbulnya kesalahan persepsi dari manusia
mengenai suatu objek.
Kritisisme adalah aliran epistemologi yang dikembangkan oleh Immanuel Kant. Kant tetap
mengakui bahwa akal dapat mencapai kebenaran, untuk itu ia kemudian menetapkan syarat-
syarat dalam pencapaian kebenaran akal. Disini dapat dipahami bahwa pada dasarnya akal
merupakan syarat bagi manusia untuk memproses dan mengembangkan ilmu, sebagaimana
hidup yang menjadi syarat bagi adanya gerak dan perasaan.
Kemudian dari semua ini kaitannya dengan ilmu, akal dan indra tidak dapat dipisahkan secara
tajam karena keduannya saling berhubungan dalam proses pengolahan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai