NIM : 4.32.20.0.02
Kelas : IL2A
BAB VII
PUSAT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD)
1. Prinsip Kerja
Untuk menyalakan listrik di daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN. Namun, jika
perkembangan pemakaian tenaga listrik telah melebihi 100MW, penyediaan tenaga listrik yang
menggunakan PLTD tidak ekonomis lagi. Untuk melayani beban PLTD dengan kapasitas di
atas 100 MW akan tidak ekonomis karena unitnya menjadi banyak, mengingat Unit PLTD yang
terbesar di pasaran sekitar 12,5 MW.
Gambar 1 menggambarkan prinsip kerja mesin diesel 4-langkah. Pada mesin diesel 4-langkah,
langkah tenaga terjadi 1 kali setiap 4 langkah atau setiap 2 putaran. Gambar 7.2
menggambarkan prinsip kerja mesin diesel 2-langkah. Mesin diesel 2-langkah dengan dimensi
dan jumlah putaran per detik yang sama dibandingkan dengan mesin diesel 4-langkah, dapat
menghasilkan daya 2 kali lebih besar. Hal ini disebabkan karena pada mesin diesel 2-langkah
terdapat 1 kali langkah tenaga untuk setiap 2 langkah atau setiap 1 putaran. Sedangkan pada
mesin diesel 4-langkah, langkah tenaga terjadi 1 kali setiap 4 langkah atau setiap 2 putaran.
Namun dalam prakteknya, angka 2 kali lebih besar untuk daya yang didapat pada mesin diesel
2 langkah tidak tercapai (hanya sekitar 1,8 kali). Hal ini terjadi karena proses pembilasan ruang
bakar silinder mesin diesel 2-langkah tidak sebersih diesel 4-langkah sehingga proses
pembakarannya tidak sesempurna seperti pada mesin diesel 4-langkah. Karena proses
pembakaran ini, maka efisiensi mesin diesel 2-langkah tidak bisa sebaik efisiensi mesin diesel
4-langkah dan pemakaian bahan bakarnya lebih boros.
P = Daya yang keluar dari poros mesin n = Jumlah putaran poros per detik [ppd]
Diesel [Daya Kuda]
2 = Pembagi n untuk mesin Diesel 4-
S = Jumlah silinder langkah
A = Luas permukaan torak [cm2 ] 1 = Pembagi n untuk mesin Diesel 2-
langkah
I = Langkah torak [meter]
k = Konstanta satuan = 1/75, mengingat
BMEP = Brake Mean Effective Pressure =
bahwa 1 Daya Kuda = 75 kgm/deti
Tekanan rata-rata [kg/cm2 ]
Dalam pembangkitan tenaga listrik yang menggunakan mesin Diesel, putaran mesin Diesel
harus konstan agar frekuensi yang didapat dari generator selalu konstan 50 Hz atau 60 Hz
sehingga untuk pengaturan daya keluar dari generator yang dapat diatur hanya nilai BMEP.
Pengaturan nilai BMEP ini dilakukan dengan mengatur pemberian bahan bakar yang harus
diikuti oleh pengaturan pemberian udara. Hal ini disebabkan bahan bakar memerlukan udara
untuk pembakaran. Namun, terlalu banyak udara atau terlalu sedikit udara untuk pembakaran
menyebabkan pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin Diesel menjadi tidak efisien.
Dalam mesin Diesel yang putarannya konstan, perubahan pemberian bahan bakar tidak dapat
diikuti oleh perubahan pemberian udara pembakaran secara seimbang sehingga nilai efisiensi
maupun nilai BMEP tidak konstan sebagai fungsi beban. Oleh karena itu, unit pembangkit
Diesel sebaiknya dioperasikan dengan beban konstan yang menghasilkan efisiensi maksimum,
yaitu pada kira-kira beban 80%.
Dalam perkembangan mesin Diesel,pabrik berusaha membuat mesin Diesel dengan daya
sebesar mungkin tetapi dengan mesin sekecil mungkin sehingga dicapai ongkos pembuatan
yang rendah. Untuk melaksanakan hal ini, para pembuat mesin diesel berusaha menaikkan nilai
BMEP dan nilai n. Usaha lainnya adalah menambah jumlah silinder S. Dalam praktiknya,
mesin Diesel paling banyak mempunyai 16 silinder.