Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RANGKUMAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH
SUCI CAHYA NINGTIAS (031901058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2021
Paradigma Manajemen Pendidikan dan Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen pendidikan

 Pengertian Paradigma Manajemen pendidikan

Arti paradigma adalah daftar contoh perubahan[3]. Jadi paradigama adalah cara pandang
seseorang yang dapat mempengaruhi dirinya maupun lingkungan didalam berfikir dan bersikap.

Adapun Paradigma manajemen pendidikan dapat di artikan sebagai pandangan seseorang


didalam melakukan pembaharuan atau perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik lagi dengan
system-sistem yang lebih baik lagi demi mengahsilkan lulusan (Output) yang terbaik.

 Adanya Faktor yang Mempengaruhi Paradigma Manajemen pendidikan

Paradigma manajemen pendidikan di pengaruhi oleh Kemajuan IPTEK yang sangat cepat dan
massif menuntut kemampuan sumberdaya pendidikan melakukan penyesuaian yang signifikan.
Mobilitas pekerja pada tataran internasional yang gerakannya melintasi batas-batas negara
(borderless movement) menuntut pendidikan makin harus dikelola secara bermutu Krisis ekonomi
dan multikrisis lain yang menyertainya mendorong dunia pendidikan untuk dapat makin
memperkuat diri atau setidaknya dapat mempertahankan capaian pembangunan pendidikan yang
telah ada sekarang.

1. Pelaksanaan otonomi daerah yang berpengaruh pada perubahan sistem


Pengelolaan Pendidikan. Komitmen penganggaran dari pemerintah dan masyarakat masih
rendah Etos kerja tenaga kependidikan masih rendah Prestasi belajar siswa rendah Indeks
SDM rendah, No. 112 dari 175 negara Daya saing ekonomi dan daya kekompetitifan investasi
rendah Praktik-praktik KKN dan Percaloan.
2. Masih rendahnya pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan, baik
karena faktor ekonomi, kultural, jender, maupun geografis. Mutu proses dan luaran sekolah
kita untuk sebagian besar belum terandalkan dilihat dari capaian prestasi belajar peserta
didik dan keterampilan yang diperoleh. Luaran sekolah untuk sebagian besar belum relevan
dengan kebutuhan pembangunan dan dunia kerja.
3. Kemampuan manajemen sekolah (school management capability) yang
masih lemah, sehingga muncul aneka distorsi dan sulitnya mendongkrak partisipasi
masyarakat terhadap sekolah. Usaha-usaha inovasi atau pembaruan pendidikan
persekolahan yang dilakukan belum dapat diimplementasikan secara optimum akibat masih
relatif lemahnya komitmen guru dan tenaga kependidikan serta dukungan masyarakat untuk
menjaga sustainabilitasnya.
4. Prestasi siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang
disurvai. Kemampuan matematika siswa SMP di Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 42
negara Kemampuan IPA berada pada urutan ke-10 dari 42 negara peserta.

 Bentuk-Bentuk Paradigma (Pembaruan) Manajemen Pendidikan

Educational Decentralization Pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber


daya (dana, manusia, peralatan, dan lain-lain) untuk kepentingan pendidikan dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun pada tingkat di
bawahnya. Dengan adanya desentralisasi ini diharapkan akan terjadi peningkatan pemerataan,
efektifitas, efisiensi, dan relevansi pelayanan di bidang ini dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat lokal.

Community-based Education (CBE): Masyarakat sebagai pilar utama pembangunan


pendidikan. Pendidikan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat
sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. WAHANA COMMUNITY-
BASED EDUCATION Dewan Pendidikan merupakan badan yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di kabupaten/kota. Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran
serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah,
maupun jalur pendidikan luar sekolah. Peran Dewan Pendidikan Pemberi pertimbangan
(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Pendukung
(supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Mediator antara pemerintah (Eksekutif) dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Legislatif) dengan masyarakat. Peran Komite Sekolah Pemberi
pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di
satuan pendidikan. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan. Mediator antara pemerintah (Eksekutif) dengan masyarkat di
satuan pendidikan.

School-based Management (MBS) Komunitas sekolah berkewenangan besar dalam


merencanakan program, mengimplementasikan kurikulum, menata sumber daya insani dan
anggaran sekolah Sekolah memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti orang tua siswa
dan masyarakat Manajemen sekolah perlu dilakaukan secara demokratis, tranparant,
komunikatif dan partisipatif Kepala sekolah membagi wewenang dan tanggung jawab kepada
para pelaksana tugas.
School-based Quality Improvement (MPMBS) Sekolah merupakan unit utama
dan fungsional dalam meningkatkan mutu pendidikan Sekolah berwenang dalam
menentukan unggulan utamanya Sekolah memiliki peluang untuk bersaing sehat dengan
sekolah-sekolah lainnya Sekolah berpeluang untuk menyusun program alternatif sesuai
dengan potensi, konteks, dan kebutuhannya.

Competency-based Curriculum Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai


yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak Tindakan cerdas untuk mengerjakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu Penuh tanggung jawab untuk mengerjakan tugas-tugas
di bidang pekerjaan tertentu Pengembangan landasan kemampuan kepribadian.
Competency-based Curriculum Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know
how and how why) Kemampuan berkarya (know to do) Kemampuan menyikapi dan berperilaku
dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai, dan mengambil keputusan secara bertanggung
jawab (to be) Dapat hidup bermasyarakat dengan kerja sama, saling menghormati, dan
menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (live together).

Life-skill Education Sekolah harus mampu mempersiapkan siswa untuk untuk tidak
hanya tahu, melainkan terampil dalam menghadapi tantangan hidup di masyarakat. Sekolah
mempersiapkan siswa dengan berbagai ketrampilan, seperti penguasaan bidang studi,
menganalisis dan menghambil keputusan secara rasional, berkomunikasi baik tulis maupun lisan
dalam bahasa asing, bekerjasama, berempati, dan keterampilan vokasional tertentu.

Contextual Teaching and Learning (CTL) Perencanaan pembelajaran sesuai dengan


perkem-bangan mental (developmentally appropriate) siswa. Membentuk group belajar yang
saling tergantung (interdependent learning groups). Mempertimbangan keragaman siswa
(disversity of students). Mengorganisasikan lingkungan pembelajaran mandiri (self-regulated
learning) denmgan titik tekan kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi
berkelanjutan. Memperhatikan multi-intelegensi siswa. Menggunakan teknik bertanya
(quesioning) yang meningkatkan pembelajaran, perkembangan pemecahan masalah dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dari siswa.
Authentic-based Assessment Evaluasi tidak sebatas untuk mengukur apa yang diketahui
oleh peserta didik, melainkan apakah dia bisa menampilkan diri atau berbuat atas dasar
pengetahuannya itu.

Evaluasi berfokus pada kinerja riel yang dapat ditampilkan oleh anak didik
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan mengobservasi perilaku Evaluasi didasari atas
konteks dan kondisi riel anak didik Pendekatan Peningkatan Mutu Pendidikan:

Simultan Pendekatan Manajemen Sekolah = Manajamen Berbasis Sekolah/MBS atau


Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/MPMBS
Pendekatan Kurikulum = Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK.
Pendekatan Pembelajaran = Pembelajaran Kontekstual/CTL
Pendekatan dalam evaluasi = Evaluasi berbasis kinerja/Penilaian otentik/OBA
Pendekatan Produk = Pembelajaran berbasis luaran/PBL dan dampak/PBD 5 PILAR
MBS/MPMBS Otonomi, manajemen sekolah atas dasar potensi, kekhasan, kemampuan,
kebutuhan, dan tuntutan masyarakat. Partisipasi, manajemen sekolah secara transparan dengan
melibatkan seluruh komunitas sekolah menurut tupoksinya Fleksibilitas, manajemen sekolah
atas kondisionalitas sekolah dan lingkungannya Akuntabilitas, kebertanggungjawaban dan
pertanggungjawaban komunitas sekolah dalam mengelola program-programnya.

Sustainabilitas, keberlanjutan dan pemberlanjutan aneka program yang telah dibuat.


Arah Pendidikan Versi Unesco Learning to know (landasan ilmu pengetahuan), Learning to do
(aplikasi), Learning to be (penggalian potensi diri) Learning to life together (hidup bermitra dan
sekaligus berkompetisi, hidup berdampingan dan bersahabat antarbangsa). Paradigma
Manajemen Masa Depan
Manajemen Berbasis Sekolah
 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Menurut Para Ahli
Judith Capman
Menurut Judith Capman, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah merujuk pada
bentuk administrasi pendidikan dimana sekolah menjadi unit kecil utama dalam pengambilan
keputusan.

Candoli
Menurut Candoli, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebuah metode untuk
memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak didir
menurut yuridikasi dan mengikuti sekolahnya.

Pada konsep ini menegaskan saat sekolah itu dibebani dengan pengembangan total
kependidikan dengan tujuan melayani kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah itu, personal
sekolah akan mengembangkan program yang lebih meyakinkan mereka mengetahui siswa dan
kebutuhan mereka.

Mulyasa (2006:11)
Menurut Mulyasa mengutip dari pendapat BPPN dan Bank Dunia menyatakan MBS
merupakan alternatif sekolah dalam program desentralisasi dalam bidang pendidikan yang dapat
ditandai dengan otonomi yang luas pada tingkatan sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional.
 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Tujuan dari MBS adalah untuk menentukan dengan cara memperdayakan semua potensi
sekolah dan stakeholdernya sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menjalankan kaidah
manajmen pendidikan sekolah profesional.

Selain itu, Tujuan MBS adalah memberdayakan sekolah terutama Sumber Daya
Manusianya seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan masyarakat
sekitarnya melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas dan sumber daya lain untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah bersangkutan.

Supaya mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dapat meningkat
dalam mengelola serta memberdayakan sumber daya yang tersedia.
Agar kepedulian warga sekolah dan masyarakat dapat meningkat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

Tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah dapat
meningkatkan mutu sekolahnya
Kompetensi yang sehat antar sekolah terkait mutu pendidikan dapat dicapai.
 Manfaat MBS
Manfaat MBS akan mengasilkan nilai positif bagi sekolah, antara lain sebagai berikut :
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi sekolah
yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
yang ada
Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas
Untuk mengambil keputusan dapat lebih partisipatif terutama untuk menetapkan target
peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, menjalankan rencana peningkatan
mutu, melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu
Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala prioritasnya
Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi
Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya inovatif
Penerapan Manajemen berbasis sekolah yang efektif dapat mengidentifikasi beberapa
manfaat dari penerapan MBS sebagai berikut :

Memungkinkan orang orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputsan yang
akan meningkatkan peningkatan pembelajaran
Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan penting.
Mendorong muculnya kreatifitas dalam merancang bangun program pembelajaran
Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang
dikembangkan disetiap sekolah
Menciptakan perencanaan anggaran yang realistis ketika orang tua dan guru akan mulai
menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program program
sekolah
Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan di semua level

Manajemen Kurikulum Pendidikan dan Manajemen Pendidikan di Sekolah

Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif,


komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran
dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
ditetapkan.

Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami,


membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan selain dituntut
kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun
pemerintah.

 Ruang lingkup manajemen kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup manajemen kurikulum meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan
antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan
kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan dimana sekolah itu berada.

 Prinsip dan fungsi manajemen kurikulum

Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum,
yaitu :

a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek
yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta
didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam
manajemen kurikulum.

b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi, yang


menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum

c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen


kurikulum, perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus


mempertimbngkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan
manajemen kurukulum tersebut sehingga memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga,
dan waktu yang relative singkat.

e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.

Pengertian Manajemen Sekolah

Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam
penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah
manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula
yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi
ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan
dengan makna yang sama.
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen
yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh
A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :

“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing),
memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah
kegiatan yang berkesinambungan”.

Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
bahwa:

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan


usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian
manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai
“keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang
tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan
sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang
untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu
terutama berupa lembaga pendidikan formal”.

Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat
umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah
tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :

(1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan

(2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya

(3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

 Fungsi Manajemen

Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan


dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen.
Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari
beberapa ahli, sebagai berikut:

Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :

 planning (perencanaan);
 organizing (pengorganisasian);
 actuating (pelaksanaan); dan
 controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :

 planning (perencanaan);
 organizing (pengorganisasian);
 commanding (pengaturan);
 coordinating (pengkoordinasian); dan
 controlling (pengawasan).

Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen,
mencakup :

 planning (perencanaan);
 organizing (pengorganisasian);
 staffing (penentuan staf);
 directing (pengarahan); dan
 controlling (pengawasan).

Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :

 planning (perencanaan);
 organizing (pengorganisasian);
 staffing (penentuan staf);
 directing (pengarahan);
 coordinating (pengkoordinasian);
 reporting (pelaporan); dan
 budgeting (penganggaran).

Pendidik dan Kependidikan, Manajemen Sarana dan Prasarana Disekolah dan


Manajemen Keuangan Disekolah

 Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan Indonesia memang mulai menampakkan


Kecenderungan membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sertifikasi dan
pemberian.Tunjangan sebagai alat untuk mendongkrak kesejahteraan pendidik mulai berjalan,
walaupun di sana sini masih ada beberapa kekurangan. Salah satu kekurangan yaitu masih banyak
Pendidik dan tenaga pendidik swasta, GTT/PTT, dan pendidik dan tenaga pendidik di
daerah.Terpencil kurang tersentuh kebijakan mensejahterakan ini.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah delapan tahun terakhir juga


menunjukkan perhatian terhadap pendidik dan tenaga kependidikan ini semakin baik. Beberapa
contoh dari hal tersebut yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41Tahun 2009 Tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, Serta Tunjangan
Kehormatan Profesor, Permendiknas nomor 24 tahun 2008 mengenai Tenaga Administrasi Sekolah,
Permendiknas nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah, penilaian
kinerja guru, dan lain-lainnya.Pengakuan kedudukan pendidik sebagai tenaga profesional merupakan
bagian dari Pembaharuan sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya memperhatikan
berbagai Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan, kepegawaian,
Ketenagakerjaan, keuangan, dan pemerintahan daerah.

Sehubungan dengan hal itu, maka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen Menjadi sangat penting.Selain itu juga terdapat peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Program Pendidikan Profesi
Guru Pra Jabatan. Peraturan ini Memuat tentang bagaimana awal mula karier seorang guru dan
bagaimana pengembangan Karier kedepannya.Sebelumnya, keluar Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Bahwa setiap Guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru yang berlaku secara Nasional.

Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan Minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini Atau psikologi yang diperoleh
dari program studi yang terakreditasi.

Guru pada SMP/mts, Atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum Diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran Yang diajarkan / diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan Minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan
mata Pelajaran yang diajarkan / diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Guru Pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
Akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan Khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh Dari program
studi yang terakreditasi.

Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain Yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata Pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.

Guru Pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik
Perubahan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan Indonesia sebagian besar
didorong oleh semangat reformasi kekuasaan dan dilanjutkan dengan reformasi birokrasi yang terus
berjalan sampai saat ini. Kebijakan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan mengalami
pergeseran, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat lokal.
Ashar (2012:58) menyebutkan bahwa pergeseran paradigma manajemen pendidik dan
tenaga kependidikan dari sentralistik menuju manajemen pendidik dan tenaga kependidikan
desentralistik merupakan fenomena yang pernah dialami oleh sebagian besar negara-negara maju
dalam mengatasi permasalahan mutu pendidikan yang dihadapinya.
Secara konseptual, terdapat dua jenis desentralisasi pendidikan, yaitu: pertama,
desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan dalam hal kebijakan pendidikan dan aspek
pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) sebagai
otonomi daerah dan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah, dan kedua,
desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat
sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.Persoalannya perubahan manajemen pendidik dan
tenaga kependidikan Indonesia seperti disebutkan bagian-bagian sebelumnya menyisakan
kebimbangan terhadap kemungkinan perbaikan karakter bangsa. Bagaimana mungkin memperbaiki
karakter bangsa dengan mutu pendidik dan tenaga pendidik terbatas.

Padahal seperti ditekankan oleh Arifin (2012:200), bahwa salah satu hal yang sangat penting
membentuk bangsa yang berkarakter akan efektif bilamana diberikan pada konteks pendidikan, baik
di sekolah, kultur sekolah, maupun komunitas luas.Pertama, mengoptimalkan peran pendidikan
nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa,
dan diwujudkan dalam suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya.
Landasan yang digunakan yaitu pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa.Bingkai karakter bangsa adalah watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak,
dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain (Balitbang Depdiknas, 2010: 3). Interaksi seseorang
dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa, termasuk didalamnya
proses pembelajaran di lembaga pendidikan.Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, mengembangkan
kemampuan, dan membentuk watak.

 Manajemen Saran dan Prasarana

A. Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan untuk mengatur dan
mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang,
manajemen sarana dan prasarana adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah secara efektif dan efisisen. Mulyasa juga
menambahkan bahwa tugas dari manajemen sarana dan prasarana yaitu mengatur dan menjaga
sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti
dalam proses pendidikan.[2]

B. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut
:

1. Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan
bagi warga sekolah atau madrasah.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kualitas maupun
kuantitas dan relevan dengan kepentingan dan kebutuhan pendidikan.

Secara lebih rinci Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang mengidentifikasi
beberapa hal mengenai tujuan sarana dan prasarana pendidikan yaitu:

1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem


perencanaan dan pengadaan secara hati-hati dan saksama, sehingga sekolah atau madrasah
memiliki sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kebutuhan dana yang efisien.

2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah itu harus secara tepat
dan efisien.

3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikana secara teliti dan
tepat, sehingga keberadaan sarana dan prasarana tersebut akan selalu dalam keadaan siap pakai
ketika akan digunakan atau diperlukan[3].

Jadi, tujuan dari manajemen sarana dan prasarana pendidikan yaitu agar dapat memberikan
kontribusi yang optimal terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.

C. Prinsip-Prisip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Hunt Pierce prinsip dasar dalam manajemen sarana dan prasarana disekolah sebaai
beriku:[4]

1. Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambaran cita dan
citra masyarakat seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan.

2. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan prabot sekolah


hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dan dengan pertimbangan suatu tim ahli yang
cukup cakap yang ada di masyarakat.

3. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan prabot sekolah hendaknya


disesuaikan memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya karakter mereka dan
dapat melayai serta menjamin mereka diwaktu belajar, bekerja, dan bermain sesuai dengan bakat
mereka.

4. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan prabot sekolah serta alat-alatnya


hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang bersumber dari kepentingan serta
keunaan atau manfaat bagi anak-anak/murid-murid dan guru-guru.

5. Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif melatih
para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri
serta mlaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan fungsi dan profesinya.

6. Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk mengenal,


baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunaka dengan tepat fungsi bangunan dan
perlengkapannya.
7. Sebagai penangung jawab harus mampu memelihara dan mengunakan bangunan dan
tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya ksehatan, keamanan, kebahagiaan dan
keindahan serta kemajuan dari sekolah dan masyarakat.

8. Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan sekolah yang
dipercayakan kepadanya, melainkan harus memperhatikan seluruh alat-alat pendidikan yang
dibutuhkan oleh anak didiknya.

D. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan meliputi perencanaan, pengorganisasian,


pelaksanaan, pengawasaan, dan evaluasi kegiatan pengadaan barang, pembagian dan penggunaan
barang (inventasi), perbaikan barang, dan tukar tambah maupun penghapusan barang.[5]

Proses yang dilakukan dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

 Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan.

Perencanaan sarana atau alat pelajaran tidak semudah perencanaan prasarana (meja kursi)
yang hanya mempertimbangkan selera dan dana yang tersedia. Untuk proses pengadaan sarana
harus mempertimbangkan lebih banyak dan semuanya bersifat edukatif. Adapun tahap-tahap
perencanaan sarana (alat pelajaran) sebagai berikut :

a. Mengadakan analisis tentang mata pelajaran apa saja yang membutuhkan sarana
dalam penyampaian pembaelajarannya. Hal ini dilakukan oleh para guru bidang studi.

b. Apabila kebutuhan sarana yang diajukan para guru melampaui kemampuan daya beli
sekolah, maka diadakan seleksi yang berdasarkan pada prioritas terhadap alat-alat yang mendesak
pengadaannya.

c. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah
ada ini perlu ditinjau lagi, dan mengadakan re-inventarisasi.

d. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan,


baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak.

e. Mencari dana apabila masih kekurangan dana dalam pengadaan sarana pendidikan.

f. Menunjuk seseorang dalam melaksanakan pengadaan sarana dan prasrana.


Penunjukkan ini sebaiknya berdasarka pada keahlian, kelincahan berkomunikasi, kejujuran, dan
sebagainya.

 Pengadaan Sarana dan Prasarana

Pengadaan sarana pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh


sarana pendidikan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses pendidikan dan pengajaran. Pengadaan
sarana pendidikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pembeliaan artinya sarana pendidikan tersebut harus dibeli sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

b. Membuat sendiri yaitu sarana pendidikan dapat dibuat sendiri oleh sekolah.
c. Menerima hibah atau bantuan atau sumbangan dari pihak lain, dan menyewa atau
meminjam artinya sarana pendidikan yang diperlukan disewa atau dipinjam dari pihak lain dalam
jangka waktu tertentu.

d. Guna susun (kanibalisme) artinya suatu pengadaan barang dengan menggunakan


barang-barang yang sudah tidak bisa dipakai kemudian disusun kembali sehingga menjadi sarana
pendidikan atau daur ulang.

 Pemeliharaan dan Penyimpanan Sarana dan Prasarana

Kegiatan setelah proses pengadaan adalah pencatatan, penyimpanan, dan pemeliharaan


sarana pendidikan. Pencataan atau yang lebih dikenal dengan inventarisasi harus dilaksanakan
secara terperinci. Tujuan dari inventarisasi adalah sebagai berikut:

a. Tertib administrasi dan tertib sarana pendidikan.

b. Pendaftaran, pengendalian dan pengawasan setiap sarana.

c. Usaha untuk memanfaatkan penggunaan setiap sarana.

d. Menunjang proses belajar mengajar.

 Manajemen Keuangan Disekolah

Pengertian manajemen keuangan sekolah

Manajemen keuangan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan sekolah. Sementara itu dalam pelaksanaanya juga harus memperhatikan pada
prinsip manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengawasan dan juga pengendalian.

Beberapa kegiatan yang berhubungan dengan manajemen keuangan seperti mendapatkan


dan menetapkan sumber pendanaan, pemanfaatan, pelaporan, pemeriksaan sampai
pertanggungjawabannya.

Tujuan penerapan manajemen keuangan sekolah

Pelaksanaan suatu manajemen tentunya harus memiliki tujuan yang jelas. Dalam hal ini,
tujuan penerapan manajemen keuangan sekolah adalah memenuhi kebutuhan pendanaan yang
berhubungan dengan kegiatan sekolah yang bisa dilakukan dengan cara direncanakan lebih dulu,
diupayakan pengadaannya, dibukukan dengan transparan dan juga digunakan untuk pembiayaan
program sekolah dengan efektif dan efisien.

Sementara itu, secara umum tujuan manajemen keuangan sekolah adalah untuk:

a) Agar bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemakaian dana sekolah


b) Meningkatkan akuntanbilitas dan juga tranparansi yang berhubungan
dengan keuangan sekolah
c) Meminimalisir penyalahgunaan anggaran untuk hal yang tidak diperlukan

Lantas, dari mana sebenarnya sumber keuangan sekolah didapatkan? Sumber keuangan
sekolah tidak hanya didapatkan dari iuran wajib siswa saja, ada beberapa pemasukan lain yang
masuk ke dalam keuangan kas sekolah seperti dari bantuan orang tua, dana BOS, sumbangan hingga
unit bisnis. Sumber keuangan tersebut harus di manage dengan baik untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.

Prinsip penerapan manajemen keuangan sekolah

Dalam penerapannya, Anda juga perlu tahu bahwa manajemen keuangan sekolah tidak bisa
asal di jalankan. Tapi harus memperhatikan pada sejumlah prinsip yang berlaku yaitu transpransi,
akuntanbilitas, efektivitas dan juga efisiensi. Berikut penjelasannya:

 Transparansi

Transparansi artinya manajemen keuangan sekolah harus bisa dilakukan secara terbuka.
Keterbukaan tersebut berhubungan dengan sumber keuangan sekolah, berapa jumlahnya,
bagaimana rincian penggunaannya hingga pertanggungjawabannya. Ini akan lebih memudahkan
pihak berkepentingan menggambarkan kondisi keuangan organisasi atau sekolah.

 Akuntanbilitas

Dalam manajemen keuangan, akuntanbilitas artinya pemakaian uang sekolah yang sesuai
dengan perencanaan. Dan berdasarkan hal tersebutlah penggunaan uang sekolah pun harus bisa
dipertanggungjawabkan sesuai dengan rencananya.

 Efektivitas

Dalam manajemen keuangan sekolah, bisa dikatakan efektivitas bila kegiatan yang dilakukan
bisa mengatur keuangan untuk pembiayaan aktivitas dalam rangka mencapai tujuan dari lembaga
pendidikan yang bersangkutan serta kualitas outcomes nya juga harus sangat sesuai dengan
rencana.

 Efisiensi

Prinsip ini berhubungan dengan kuantitas hasil dari kegiatan. Sementara dalam manajemen
keuangan, ini merupakan perbandingan antara input dan output atau bisa dibilang daya dan
hasilnya.

Itulah pembahasan mengenai manajemen keuangan sekolah dilihat dari segi pengertian,
tujuan dan prinsip dasar saat akan menerapkannya. Tidak mudah menjalankan manajemen
keuangan, oleh sebab itu dibutuhkan orang-orang yang memang berkompeten dalam bidangnya
sehingga tidak asal melakukan pencatatan saja namun juga bertanggungjawab atas semua data yang
ada. Beberapa sekolah bahkan ada saja yang memang mempekerjakan tenaga khusus untuk
menyelesaikan masalah dalam manajemen keuangan.

Manajemen hubungan sekolah dan kepemimpinan pendidikan di sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan suatu sistem terbuka, artinya
sekolah merupakan lembaga yang tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan dan masyarakat.
Dengan demikian sekolah seharusnya menjalin kerja sama dengan lingkungannya, hal ini agar
sekolah bisa tetap eksis dan bertahan di tengah masyarakat yang selalu membutuhkan pendidikan
yang berkualitas dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 butir 6, yang berbunyi: Pendidikan diselenggarakan
dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Dewasa ini, persaingan dalam dunia pendidikan semakin tinggi, hal ini terlihat dengan
munculnya iklim persaingan antarlembaga pendidikan, menurut data yang dikeluarkan oleh The
Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2014 dalam Efferi (2014:99), ada
beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya iklim persaingan tersebut, diantaranya: 1) Lebih
dari 50%, munculnya persaingan disebabkan karena pada satu area terdapat beberapa lembaga
pendidikan. 2) Pada negara dengan tingkat ekonomi yang rendah, faktor kinerja atau tampilan
sekolah tidak mempunyai hubungan dengan pilihan mereka terhadap sebuah lembaga pendidikan.
3) Bagi orang tua dengan tingkat ekonomi yang rendah, faktor utama dalam memilih lembaga
pendidikan tergantung pada biaya yang akan dikeluarkan, tidak demikian sebaliknya pada orang tua
yang mampu secara ekonomi, maka faktor kualitas pengajar akan menjadi pertimbangan.

| Terkadang tingkat sosial atau status juga menjadi bahan pertimbangan. Ada lembaga
pendidikan yang menerima siswa dari berbagai status atau latar belakang, namun tidak jarang ada
juga sekolah yang membatasi siswa dari kalangan atau tingkat sosial tertentu saja.

Persaingan antar lembaga pendidikan merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan
dan berlangsung semakin ketat. Kondisi demikian semestinya disikapi lembaga pendidikan dengan
berbagai langkah antisipatif jika mereka menginginkan eksistensi dan pengembangan secara
berkelanjutan (Efferi, 2014). Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan ialah
dengan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat sekitarnya karena bagaimanapun
adanya dukungan dan minat masyarakat terhadap pendidikan sangat penting dalam hal ini peran
hubungan masyarakat (humas).

 Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Kindred Leslie dalam bukunya School Public Relation dalam Ismaya (2015:157),
mengemukakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara
sekolah dengan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertiaan warga masyarakat tentang
kebutuhan dari karya pendidikan serta mendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam
usaha memajukan sekolah.

Mulyasa dalam Rahmat (2016), menyatakan hubungan sekolah dengan masyarakat pada
hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan
antara lain untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan
serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, mengarahkan masyarakat untuk
menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat.

Seperti dikutip oleh Suriansyah dalam Ahmadi (2014), yang menyatakan bahwa hubungan
sekolah dengan masyarakat antara lain:

1. Information given to the public (memberikan informasi secara jelas dan lengkap
kepada masyarakat
2. Persuassion directed at the public, to modify attitude and action (melakukan
persuassi kepada masyarakat dalam mengubah sikap dan tindakan yang perlu
mereka lakukan terhadap sekolah;
3. Effort to integrated attitudes and action of institution with its public and of public
with the institution (suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan yang
dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat, dan dari masyarakat ke
sekolah).

Pada dasarnya dari beberapa pengertian di atas, mengandung makna pokok yang sama
bahwa hubungan sekolah dan masyarakat merupakan segala tindakan dalam menciptakan
hubungan harmonis antara suatu lembaga pendidikan dengan masyarakatnya baik internal maupun
eksternal agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Manajemen dan public relation atau yang kerap disebut dengan hubungan masyarakat
menurut Rhenald Kasali (1994) bahwa manajemen dan public relation merupakan dua bidang ilmu
yang berkembang secara terpisah. Akan tetapi, perkembangannya pada abad ke-20 ini, manajemen
akhirnya berhasil meningkatkan peranannya pada hampir setiap kehidupan. Seperti pada
hubungannya antara manajemen dan bidang-bidang lainnya, manajemen juga telah menyatu
dengan public relations. Artinya, manajemen telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi
penerapan konsepsi public relations dalam kehidupan manusia. Public relations punya peranan yang
penting dalam upaya mengefektifkan organisasi dengan membangun hubungan jangka panjang
dengahn lembaga-lembaga strategis.

Kepemimpinan pendidikan di sekolah

Pengertian kepemimpinan pendidikan Kepemimpinan secara umum didefenisikan sebagai


kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok
agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Defenisi pemimpin menurut beberapa ahli, sebagi berikut :


a. Ahmad Rusli dalam kertas

Kerjanya pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan (1999) menyatakan pemimpin adalah


individu manusia yang diamanahkan memimpin pengikutnya dalam pencapaian matlamat yang telah
ditetapkan.

b. [CITATION kar94 \l 1033 ]menyebutkan dalam bukunya pemimpin adalah


seorang pribadi yang memiliki kecakapan kelebihan khususnya kecakapan
dan

Kelebihan disatu bidang, sehingga ia mampu mempengaruhi orang- orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Modern Dictionary of sociology (1996) pemimpin ialah seseorang yang menempati peranan
sentral atau posisi dominan atau pengaruh dalam kelompok.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kalau seseorang pemimpin harus dapat
memberikan pengaruh terhadap kelompok yang dipimpinnya, dan dalam upaya mempengaruhi
seorang pemimpin harus memiliki sifat- siafat seperti menghargai, menghormati sehingga terbentuk
kesatuan diantara kelompok.

Fungsi kepemimpinan pendidikan Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah:

1.Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerja sama dengan


penuh rasa kebebasan.
2.Pemimpin ikut serta dalam memberikan ransangan dan bantuan kepada anggota.
3.Pemimpin membantu kelompok tentang apa tindakan yang akan diambil
selanjutnya.
4.Pemimpin bertanggung jawab dalam pengembangan anggota.

Menurut keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan No. 0296 Tahun 1996 Kepala
Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan
pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Kepala sekolah selain
penyelenggaraan opendidikan di sekolah juga berperan sebagai pendidik, manajer, administrasion,
supervisor, pemimpin, pembaharu, pembangkit minat.

Dalam setiap melaksanakan peranannya seorang [pemimpin kependidikan harus menjalani


tugas-tugas sebagai berikut:

 dalam peranannya sebagai pendidik, kepala sekolah bertugas membimbing guru,


karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan iptek, dan sebagai
contoh dalam pembelajaran.
 dalam peranannya sebagai manajer kepala sekolah bertugas
 menyusun program, pengorganisasian sekolah, mengoptimalkan sumberdaya
sekolah, dan mengendalikan sekolah.
 sebagai administrator kepala sekolah bertugas mengelola administrasi kegiatan
belajar mengajar dan bimbingan konseling, kesiswaan, ketenagaan, keuangan,
sarana- prasarana, persuratan dan urusan rumah tangga sekolah.
 sebagai supervisor kepala sekolah menyusun program supervisi pendidikan dan
memanfaatkan hasil supervisi meningkatkan kemajuan sekolah.
 sebagai pembaharu kepala sekolah bertugas mencari dan melakukan pembaharian
terhadap berbagai aspek disekolah.
 sebagai pembangkit minat, seorang kepala sekolah harus mampu mempengaruhi
anggota dalam mencapai kemajuan sekolah yang telah ditetapkan.

Supervisi pendidikan di sekolah dan sistem informasi di sekolah

Supervisi adalah usaha memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual atau
kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dan kurikulum (Sahertian 2000: 19). Ohiwerei and
Okoli (2010) mengemukakan definisi supervisi sebagai berikut.

Supervision is the process whereby an authorized person whose nomenclature is thereafter


called supervisor sees to the work of others to see whether it is in line with stated standard, and if
not, he corrects, directs, teaches, demonstrates, assisting in teaching techniques, conferring with
teachers, assisting in processing of evaluating and examination and revising curriculum and courses
of study, holding conferences or group meeting to discuss problems, attending local, state, regional
and national professional conventions, etc.

Daresh (2001) juga mengemukakan definisi sebagai berikut.

Supervision is a process of overseeing the ability of people to meet the goals of the
organization in which they work. He stresses that supervision should be seen as a process rather
than as a professional role.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka supervisi sebagai sisi kurikulum. Teknis pelaksanaan
supervisi secara individual atau berkelompok. Supervisor dapat mengadakan pertemuan pribadi
dengan guru yang disupervisi atau mengadakan rapat guru untuk membahas temuan hasil supervisi
yang dilakukan sebagai bentuk pembinaan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi..

Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan
bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi
juga mengembangkan potensi kualitas guru. Sahertian (2000) juga menyatakan bahwa permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara
mengubah pola pikir yang bersifat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu
sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai
subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data,
fakta yang objektif.

Mukhtar dan Iskandar (2009) menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya
supervisi dalam proses pendidikan yaitu;

• Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan sering


menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum, guru dan
kepala sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan memerlukan
bantuan-bantuan khusus dalam mengatasi hambatan-hambatan yang
muncul pada saat memenuhi tuntutan pengembangan kurikulum; dan

• Pengembangan personel, pegawai atau karyawan yang dapat dilaksanakan


secara formal secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Jadi supervisi
harus dilaksanakan agar pengembangan seluruh staf pendidikan
berkesinambungan sehingga dapat mengatasi berbagai hambatan yang
timbul akibat adanya berbagai perubahan dalam dunia pendidikan.

Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam


penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah sebagai supervisor dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut
terjadi karena proses belajar-mengajar yang dilaksanakan guru merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.

Beberapa definisi sistem informasi sebagai berikut:

1). John F. Nash: Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat
teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang
penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai
intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.

2). Henry Lucas: Sistem Informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur prosedur yang
diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan dan pengendalian di dalam.

Sedangkan konteksnya dengan dunia pendidikan .khususnya sekolah:


Dinyatakan bahwa Sistem informasi akademik di sekolah adalah system yang mengelola
semua aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan akademis, seperti proses pembelajaran, tugas, ujian,
nilai, pengelolaan siswa dan guru, kelulusan, dan alumni.

Kemudian dalam menyebutkan sistem Informasi Akademik Sekolah (SIAS) adalah sebuah
program pengelolaan informasi akademik sekolah berbasis web yang dibuat oleh Kamshory
Developer. Program ini dirancang untuk mengelola sekolah untuk semua jenjang mulai dari Sekolah
Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Program ini mendukung
sekolah dengan berbagai jurusan.

1. Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Sistem Informasi

 Input, yaitu menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk proses.
 Proses, yaitu menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan
suatu informasi yang bernilai tambah.
 Penyimpanan, yaitu suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data.
 Output, yaitu suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari suatu proses
informasi.
 Kontrol, yaitu suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Komponen Sistem Informasi

Merupakan komponen sistem informasi terdiri dari :

 Perangkat keras (hardware), terdiri dari komputer, printer, jaringan.


 Perangkat lunak (software).
 Data, merupakan komponen dasar informasi.
 Manusia (user).

3. Daftar Modul-modul Pada Sistem Informasi Akademik Sekolah

SIM Sekolah dibagi ke dalam beberapa sistem yang semuanya akan terintegrasi saat
dioperasionalkan, yaitu :

 Sistem Informasi Profil (Portal Sekolah) : yang nantinya akan berisi Profil
Sekolah, Visi, Misi, Fasilitas, program-program, Berita/Artikel, kegiatan/agenda, informasi
kesiswaan, forum, galeri foto, dan buku tamu.
 Sistem Informasi Personalia : yang berisi Data Guru dan Staf untuk
mengelola informasi penting tentang tenaga pengajar maupun staf yang terdaftar di sekolah,
seperti biodata, pangkat, jabatan, alamat, status bekerja, jam kerja, riwayat pendidikan,
riwayat karir, riwayat pelatihan, tingkat kehadiran, info gaji dan lain-lain.
 Sistem Informasi Sarana dan Prasarana : berisi mengenai Manajemen Aset
sekolah mulai dari penomoran aset, lokasi aset, penggunaan aset dan jumlah aset.
 Sistem Informasi Keuangan : akan berisi data pembayaran biaya pendidikan
siswa, seperti SPP, uang pembangunan, dan biaya-biaya lain. Data pembayaran tersebut
akan ditampilkan dalam format laporan yang akan memudahkan pihak sekolah dalam
melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

Manajemen pengendalian mutu sekolah dan manajemen pembelajaran di sekolah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan dan satuan pendidikan. Beberapa fakta
yang menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kita masih rendah, hal ini terlihat jika dibandingkan
dengan negara lain.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik yang dilakukan
pada tingkat nasional maupun daerah, antara lain penguatan regulasi hak untuk mendapatkan
pendidikan bagi anak usia sekolah, pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik, penguatan dan
peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan,
pengadaan buku ajar dan media pelajaran. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan masalah ini maka dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan selain melalui cara-cara yang di atas, juga perlu adanya peningkatan
mutu manajemen pengendalian mutu pendidikan, salah satu diantaranya dengan meningkatkan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan, pengendalian output yg berorentasi pada mutu.

Issu tentang mutu pendidikan terus berkembang sejalan dan sejurus dengan perkembangan
kebutuhan dan kesiapan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu sebabnya adalah rendahnya
peluang kerja bagi alumni tingkat SLTA dan beratnya persaingan bagi alumni Perguruan Tinggi,
sebagai tenaga potensial yang terampil dalam merebut dan memanfaatkan kesempatan kerja.

Mutu pendidikan dalam arti luas ditentukan oleh tingkat keberhasilan seluruh faktor yang
terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping itu mutu pendidikan tidak saja ditentukan
oleh pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga harus disesuaikan dengan apa yang
menjadi pandangan dan harapan masyarakat. Seiring dengan kecenderungan ini penilaian
masyarakat tentang mutu lulusan sekolah pun terus-menerus berkembang. Mutu pendidikan itu
bersifat multi dimensi yang meliput aspek input, proses dan keluaran (output dan outcomes). Oleh
karena itu, indikator dan standar mutu pendidikan dikembangkan secara holistic mulai dari input,
proses dan keluaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan mutu lembaga pendidikan adalah
kebermutuan dari berbagai pelayanan/services yang diberikan oleh institusi pendidikan.kepada
peserta didik maupun kepada tenaga staf.

Seperti telah disampaikan di awal bahwa konsep mutu bagi pelanggan berbeda-beda. Robert
dan Prevost dalam Cristopher (1996:62), berdasarkan hasil penelitiannya telah membuktikan adanya
perbedaan dimensi mutu yang meliputi:

1. Bagi pemakai jasa pendidikan, mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada dimensi
ketanggapan pendidik dalam memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai customers,
kepedulian, kelancaran komunikasi/ hubungan antara peserta didik dan petugas
pendidikan
2. Bagi penyelenggara pendidikan, mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada
kesesuaian pelayanan pendidikan yang diselenggarakan dalam perkembangan ilmu dan
otonomi profesi pendidik.
3. Bagi penyandang dana pelayanan pendidikan, mutu pelayanan lebih terkait kepada
efisiensi pemakaian sumber dana dan kewajaran pembiayaan.

Pendapat lain yang mendukung pernyataan tentang mutu pelayanan

Pendidikan, sebagaimana model analisis posisi sistem pendidikan yang dikembangkan oleh
Abin Hasyim (1996:19-21), mutu pendidikan dapat diidentifikasi dari gugus perangkat komponen
sistemnya dan gugus perangkat indikator kinerjanya. Perangkat komponen sistem meliputi: tujuan,
persyaratan ambang, perangkat masukan proses, perangkat keluaran dan perangkat stakeholders.
Sedangkan perangkat kinerja terdiri atas efisiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas,
kesehatan organisasi, adaptabilitas dan semangat berinovasi. Mutu pendidikan dapat diperoleh
beradasarkan dimensi mutu dari seorang customer (peserta didik), dikaitkan dengan kompetensi
keilmuannya, kecepatan pelayanan, kepuasan terhadap lingkungan fisik, dosen yang ramah,
terampil, profesional dan biaya pendidikan yang terjangkau.

Persepsi mutu bagi peserta didik yang paling utama adalah kepuasan. Dimensi mutu dari
seorang guru/dosen adalah kelengkapan peralatan, sarana penunjang mengajar dan metode
mengajar serta hasil proses belajar mengajar. Menurut pandangan Umaedi (1999:7) dalam konteks
pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses
pendidikan, yang bermutu terlibat berbagai input, seperti: bahan ajar (kognitif, afektif atau
psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber belajar lainnya serta penciptaan suasana belajar yg
kon duktif

 Manajemen pembelajaran di sekolah

Pendidikan atau sekolah dituntut untuk terus meningkatkan mutu pembelajaran.


Pembelajaran yang bermutu adalah pintu masuk utama agar siswa atau peserta didik dapat
berkembang secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapakan. Melalui pembelajaran yang bermutu, sekolah diharapkan mampu mempersiapkan
siswa atau pendidik. Mampu menghadapi perubahan dan perkembangan yang terjadi. Melalui
pembelajaran yang bermutu.

Agar mutu pembelajaran terus dapat meningkat, maka proses pembelajaran itu harus
dikelola dengan baik. Dengan perkataan lain diperlukan manajemen untuk meningkatkan mutu
pembelajaran itu. Melalui manajemen peningkatan mutu pembelajaran dicari metode, cara atau
strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Diperlukan upaya- upaya dan kondisi tertentu,
untuk meningkatkan mutu pembelajaran itu. Tanpa mengabaikan faktor lain, dapat di katakan
pembelajaran yang bermutu adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran melalui pelaksanaan
atau penerapan manajemen peningkatan yang bermutu, mutu proses pembelajaran tercipta dan
semakin meningkat, mutu pembelajaran yang semakin meningkatnya aktivitas dan kreativitas
peserta didik, semakin di siplin peserta didik, dan semakin meningkatnya motivasi belajar peserta
didik.

Dalam era globalisasi sekarang ini, pelaksanaan manajemen pemelajaran menjadi kebutuhan
bagi setiap sekolah. Meningkatkan pengelolaan lembaga harus dikelola secara profesional dengan
mempertimbangkan potensi sekolah. Pada SDN 4 Tolitoli sudah mulai

Menerapkan manajemen pembelajaran, walaupun pelaksanaannya belum berjalan baik


sebagaimana yang diharapkan. Pelaksanaan manajemen pembelajaran akan mendukung
pelaksanaan pembelajaran yang lebih berkualitas.

Sarana prasarana media dan faktor pendukung lainnya, dalam mengembangkan program
pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia tenaga pendidik,sistem
manajemen yang diterapknoleh sekolah. Infrastruktur yang terbatas, tetapi dikelolaoleh tenaga-
tenaga pfopesional akan menghasilkan mutu pembelajaran yang baik.

Dalam mewujudkan evaluasi melalui kegiatan kontrol, dimulai dari


pemantauan/pengamatan terhadap tingkat efektifitas. Ukurannya adalah hasil yang dicapai dalam
mewujudkan tugas pokok melalui kegiatan membandingkan dengan tujuan didalam perencanaan,
berdasarkan penahapannya. Adapun tahap kegiatan evaluasi diungkapkan oleh Stoner (1989 : 231)
yaitu :

1. Menetapkan standar prestasi,


2. Mengukur prestasi sekarang dan membandingkannya dengan standar yang telah
ditetapkan,
3. Mengambil tindakan mengoreksi prestasi yang tidak memenuhi standar.”

Gambaran hasil penelitian


Gambaran hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi pembelajaran dilakukan
oleh guru dengan baik, yaitu dengan menetapkan proses, isi, dan instrument evaluasi diuraikan
secara transparan dan sistematis untuk memberikan motivasi pada siswa dalam meningkatkan
kemampuannya. Proses penilaian yang dilakukan mencakup seluruh asapek yaitu kognitif, afektif fan
psikomotorik. Tindak lanjut dari hasil evaluasi adalah pemberian kesempatan pengayaan dan
perbaikan. Hasil evaluasi dituangkan dalam analisis hasil belajar dan dilaporkan pada kepala sekolah.

Sanjaya (2009: 197) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kegiatan pembelajaran diantaranya:

Faktor guru,faktor sarana dan alat yang tersedia, dan faktor lingkungan. Dilihat dari faktor
guru,hal yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran antara lain:

(1) Jenis kelamin serta semua pengelaman hidup guru yang menjadi
latar belakang sosial mereka,
(2) Pengelaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang
pendidikan guru,
(3) Segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat guru,
(4) Pengadangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

Dilihat dari segi faktor lingkungan, ada dua hal yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan
pembelajaran,antara lain:

(1) Organisasi kelas yang meliputih jurnlah siswa dalam satu kelas.
(2) Iklim sosial,psikologi meliputih keharmonisan hubungan antara
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran baik secara internal maupun
secara eksternal. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara
orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai