LAPORAN
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ira Pristanti
2. Redhi Sud U
3. Lilis Mudrikah
4. Heny Fitrianingsih
5. Septian Wahyu
6. Djumiah
7. Nur Wahyudi
8. Siti Musyarofah
9. Luthfi Hakim Ahmad
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Hidayat, 2008, hal:120).
Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di
daerah tropis dan subtropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per
100.000 (Widagdo,2011)
Demam thypoid dan demam para thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus
yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk
penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan
masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang
(Maharani, 2012).
Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini
tersebar di seluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan
penyakit lebih bersifat sporadis dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang
berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada
satu keluarga pada saat yang bersamaan (Widoyono,2011)
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang lazim didapatkan di daerah tropis dan
subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat.
Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi di
negara yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air minum
bersih belum terpenuhi dan oleh karena itu penyakit demam thypoid mudah menyebar
melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan serangga. Sumber
utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air atau makanan yang tercemar
kuman salmonella secara langsung maupun tidak langsung (dari orang yang sakit maupun
dari ‘’carrier’’) yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan perorangan.
Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam makanan) dengan air yang
tercemar akan mempermudah penularan demam tifoid apabila tidak dimasak dengan baik
(Ranuh, 2013).
C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam penanganan
demam thypoid pada anak
2. Bagi Penulis
a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan demam thypoid
pada anak
b. Untuk meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan demam
thypoid pada anak.
c. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan masalah Demam
Thypoid
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan
oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis
lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C).
Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus abdominalis (demam
tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan,dan
gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2019, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai
Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella
typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan
yang penting di Indonesia maupun di daerah-daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011) Etiologi dari demam Thypoid adalah Salmonella typhi,
termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella
bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai
bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan
makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam
atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah komponen
dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagelum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii
terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2015, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari,
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu
makan berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005)
adalah:
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai
samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis
pada anak dewasa
d. Relaps
Tifus abdominalis
Hipertermi
mual,nafsu makan Di serap usus halus
Kekurangan
volume cairan Resiko syok
hipovolemik
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2016, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam tifoid adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
3. Biakan empedu Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa
pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh
4. Pemeriksaan widal Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,
sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna.
G. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
a. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan
ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan denyut nadi.
b. Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh
perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum ditandai dengan
nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase serum
menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi pankreatitis
c. Pneumonia atau bronkhitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya disebabkan karena
adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen ST dan
gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan nekrosis
8. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran cerna.
b. nyeri berhubungan dengan tukak di usus
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,nafsu makan
turun
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,nafsu makan turun
9. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran cerna
1. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
2. Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipetermia
5. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jka perlu
6. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
7. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
b. nyeri berhubungan dengan tukak di usus
1. mengkaji nyeri
2. lakukan kompres hangat
3. lakukan distraksi dan relaksasi
4.kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,nafsu makan
turun
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Monitor asupan makanan - Monitor hasil pemeriksan laboratorium
6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
7.Fasilitasi menentukan pedoman diet
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
10.Berikan makanan tingi kalori dan tinggi protein - Berikan suplemen
makanan,jika perlu
11.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,nafsu makan turun
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, madi
teraba lemah,tekanan darah menurun, turgor kulit menurun,membrane
mukosa kering,hematokrit meningkat,haus,lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
3. Hitung kebutuhan cairan - Berikan asupan cairan - Berikan posisi modified
Trendelenburg
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
6. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonic (mis. RL) - Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis ( mis.glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An “A”
Umur : 8 tahun
Tanggal lahir : 29/10/2013
Pendidikan : TK
Jeniskelamin : Laki – laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gegunung Kulon 3/2 Rembang
No RM : 015176
2.PenanggungJawab
Nama : Bp “ L”
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMP
Jeniskelamin : Laki – laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gegunung Kulon 3/2 Rembang
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pemeriksaan Fisik
1.Kepala.
- Rambut
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak ada lesi.
- Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva normal,pupil
isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
- Telinga
Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan telinga pasien
simetris kiri dan kanan.
- Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terdapat polip, pernafasan 28 x/menit.
Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri dan kanan, dan tidak
ada kelainan.
2. Leher.
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada leher.
3.Thorax.
- Paru-Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan oto bantu
pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan 28x/menit
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema
P : Sonor
- Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi
P : Redup
4. Abdomen.
P : Timpani
5. Punggung.
Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada tulang
punggung pasien.
6.Ekstremitas.
Atas : Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan bawah 18 tetes/menit. Bawah : Pada ekstremitas bawah kaki kanan
pasien terpasang tensimeter yang terhubung ke monitor.
a. Personal social
Pada usia 7 tahun sesuai DDST pasien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan
mandiri, cuci tangan dan mengeringkan tangan dan mampu mnyebutkan nama teman.
b. Motorik halus
Pada usia 7 tahun sesuai dengan DDST pasien sudah bisa membuat menara 10 kubus,
dan menggambar rumah.
c. Komunikasi/bahasa
Pada usia 7 tahun sesuai DDST pasien sudah lancer berbicara dan sudah pandai
bercerita.
d. Motorik kasar
Pada usia 7 tahun sesuai DDST pasien sudah bisa berlari dan bermain sepak bola.
4. Pemeriksaan penunjang
Hasilpemeriksaanlaborat
pemeriksaan Hasil
Darah rutin
Hemoglobin 11
Lekosit 7,7
Hematrokit 27,7
Eritrosit 4,08
Trombosit 151
Kimia klinik
S. Paratyphi A H Negative
S. Paratyphi A O Positif 1/60
5. Terapi Medis
Pemberian diet
Anak mendapatkan diet bubur halus
1) ANALISA DATA
Nomor Data focus Etiologi Problem
1. Ds: ibu pasien mengatakan Proses infeksi Hipertermi
anaknya demam Salmonella thypi
Do: Ku lemah, kes: Cm, lemas,
suhu: 378 C, N: 90x/menit,
RR:20x/menit
Resiko nutrisi
Anoreksia kurang dari
2. kebutuhan tubuh
Ds: Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak nafsu makan.
Do: pasien tampak tidak nafsu
makan, lemas, porsi makan
masih utuh. Mual, dan
muntah 2x
3. NCP
RENCANA
No
TGL/JAM Tujuan & Intervensi Rasional
dx
Kriteria Hasil
27/5/2021 I Tujuan: Mandiri Mandiri
Setelah 1. Monitor tanda vital. 1. Untuk megetahui
Jam 14.30 dilakukan keadaan umum
tindakan dan perubahan
keperawatan suhu pasien.
selama 1x24jam
tidak terjadi 2. Anjurkan ibu 2. Agar terjadi proses
hipertermi mengompres hangat di dilatasi pada pori-
dengan bagian dahi, ketiak, pori pasien.
KH: selakangan
- Pasien 3. Anjurkan ibu untuk 3. Pakaian tipis bisa
demam turun memakai pakaian yang membantu proses
- Suhu (36-37C) tipis pengeluaran suhu
- Akral teraba tubuh.
hangat.
4. Kolaborasi dengan tim
medis dalam 4. Untuk
pemberian obat turun mempercepat
panas. peyembuhan.
Tujuan: Mandiri
II Setelah 1. Kaji pola makan Mandiri
dilakukan pasien. 1. Untuk mengkaji
tindakan pola makan
keperawatan pasien.
selama 1x24 jam 2. Anjurkan ibu untuk
kebutuhan nutrisi memberi makan sedikit
anak dapat tapi sering. 2. Untuk
teratasi dengan meningkatkan
Kh: 3. Anjurkan ibu untuk nafsu makan.
1. Ibu paien menyiapakan makanan
mengatakan dalam keadaan hangat.
anaknya nafsu 3. Untuk menambah
makan nafsu makan
2. Porsi makan 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Agar anak
pasien habis. gizi dalam pemberian menghabiskan
diit porsi makannya.
4. Implementasi
Tgl& Jam Diagnos Implementasi Respon
a
27/5/2021 I - Memonitor TTV pasien Ds:Ibu pasien mengatakan
jam 14.00 anaknya masih demam
Ds:Ibu
- Megkaji pola makan pasien pasien mengatakan
Jam 14.35 II anaknya mau makan tetapi
sedikit hanya 4 sendok
.
Do:anak tampak lemas
.
- Menganjurkan ibu pasien Ds:Ibu pasien mengatakan
Jam 15.00 II untuk memberikan makan beredia untuk memberi
sedikit tapi sering makan anaknya sering tapi
sedikit.
Do:pasien tampak makan 4
Jam. sendok
16.10 I
- Berkolaborai dengan tim Ds:Ibu pasien mengatakan
medis dalam pemberian bersedia anaknya di suntik
obat turun panas. obat turun panas.
Do:pasien tampak tenang saat di
Jam 16.20 beri suntikan.
II
5. Evaluasi