Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “A” DENGAN TYPHOID

LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ira Pristanti
2. Redhi Sud U
3. Lilis Mudrikah
4. Heny Fitrianingsih
5. Septian Wahyu
6. Djumiah
7. Nur Wahyudi
8. Siti Musyarofah
9. Luthfi Hakim Ahmad

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Hidayat, 2008, hal:120).
Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di
daerah tropis dan subtropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per
100.000 (Widagdo,2011)
Demam thypoid dan demam para thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus
yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk
penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan
masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang
(Maharani, 2012).
Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini
tersebar di seluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan
penyakit lebih bersifat sporadis dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang
berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada
satu keluarga pada saat yang bersamaan (Widoyono,2011)
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang lazim didapatkan di daerah tropis dan
subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat.
Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi di
negara yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air minum
bersih belum terpenuhi dan oleh karena itu penyakit demam thypoid mudah menyebar
melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan serangga. Sumber
utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air atau makanan yang tercemar
kuman salmonella secara langsung maupun tidak langsung (dari orang yang sakit maupun
dari ‘’carrier’’) yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan perorangan.
Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam makanan) dengan air yang
tercemar akan mempermudah penularan demam tifoid apabila tidak dimasak dengan baik
(Ranuh, 2013).

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-
2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5- 11 tahun) hingga remaja (11-18
tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan lain mengingat latar belakang anak
berbeda. (Hidayat, Alimul Aziz A. 2009).
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan, perkembangan dan rentang
sakit. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran,
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga bisa di ukur
dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran, panjang (cm, meter). Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur. Dalam proses berkembangnya anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. (Cahyaningsih, Sulistyo Dwi, 2011).
B. Tujuan
1. Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Demam Thypoid pada Anak” adalah agar penulis dapat memahami dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak
2. Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah Demam Thypoid
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah Demam
Thypoid
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada klien dengan
Demam Thypoid
d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada klien dengan masalah
Demam Thypoid

C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam penanganan
demam thypoid pada anak
2. Bagi Penulis
a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan demam thypoid
pada anak
b. Untuk meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan demam
thypoid pada anak.
c. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan masalah Demam
Thypoid
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan
oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis
lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C).
Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus abdominalis (demam
tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan,dan
gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2019, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai
Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella
typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan
yang penting di Indonesia maupun di daerah-daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011) Etiologi dari demam Thypoid adalah Salmonella typhi,
termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella
bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai
bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan
makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam
atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah komponen
dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagelum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii
terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2015, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari,
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu
makan berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005)
adalah:
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga
b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai
samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis
pada anak dewasa
d. Relaps

Relaps (Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,


akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah
suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi
karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh
obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi
invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
D. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung
oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ
lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh
terutama limpa, usus, dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2016, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi
plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan
sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu
hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada
usus halus (Suriadi &Yuliani, 2016)
E. Pathway
Salmonella typhi,

Menginfeksi saluran cerna demam

Tifus abdominalis
Hipertermi
mual,nafsu makan Di serap usus halus

Masuk dlm peredaran darah tukak di usus


Nutrisi kurang
Menyebar ke tubuh
dari kebutuhan Nyeri
tubuh
Badan lemah,lesu

Perdarahan dan perforasi

Kekurangan
volume cairan Resiko syok
hipovolemik
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2016, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam tifoid adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
3. Biakan empedu Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa
pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh
4. Pemeriksaan widal Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,
sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna.
G. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
a. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan
ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan denyut nadi.
b. Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh
perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum ditandai dengan
nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase serum
menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi pankreatitis
c. Pneumonia atau bronkhitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya disebabkan karena
adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen ST dan
gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan nekrosis

e. Trombosis dan flebitis


Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala residual yaitu
termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebelum
akut, tuna wicara, tuna rungu, mielitis tranversal, dan psikosis
f. Komplikasi lain
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom nefrotik,
meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan artritis.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh KUman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) paracatamol
2. keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang lebih
dari selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet
Diet yang sesuaicukup kalori dan tinggi protein.
Asuhan Keperawatan
.1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit
kepala, demam, nyeri dan juga pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit,
demam,nyeri dan juga pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual,
muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan juga diare, klien
mengeluh nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita
penyakit seperti ini sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit
yang sama (penularan).
a. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
a) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor, dankoma
b) Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
c) Tanda-tanda vital,normalnya:
Tekanan darah : 95 mmHg Nadi : 60-120 x/menit Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit
2. Pengkajian sistem tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan
rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung,
telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan
pada ndera
c) Pemeriksaan dada
1) Paru-paru Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas Palpasi : kesimetrisan taktil
fremitus Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
Auskultasi : suara paru
2) Jantung Inspeksi : amati iktus cordis Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung Auskultasi : bunyi jantung
d) Pemeriksaan abdomen Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen,
gerakan Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan Perkusi : suara
peristaltic usus Auskultasi : frekuensi bising usus
e) Pemeriksaan ekstremitas Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan
adanya alat bantu.
3. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
1. Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak
naik, pemantauan kehamilansecara berkala. Kehamilan dengan resiko yang
tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbanganak
2. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus
lamadan anak yang lahirdengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu
tumbanganak
3. Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkarkepala (49-
50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
4. pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringanotot (cubitan tebal untuk
pada lengan atas, pantat dan juga paha mengetahui lemak subkutan), keadaan
lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan
juga mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem,
anemia dan gangguan lainnya.
5. Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan
anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat,
melompat, menaiki tangga,menendang bola dengan seimbang, egosentris dan
menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata
kata,bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan
dengan kotak –kotak.
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat sosial:
bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
6 Tumbuh kembang pada anak usia 6-12tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau
dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak
wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan
menitik beratkan padaaspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain
alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak
awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan dating
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
7. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan
manajemen kesehatan Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat –
sejahtera yang dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan
dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan
pada ketentuan media dan keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti
tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
2.Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan.
3. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih, penggunaan alat
bantu, penggunaan obat-obatan.
4. Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,
kemampuan untuk mengusahakanaktivitas sehari-hari (merawat diri,
bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan
aktivitas.
5. Pola istirahat tidur
Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidurklien, apa ada gangguan tidur dan
penggunaan obatobatan untuk mengatasi gangguan tidur.
6. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan kemampuan persepsi klien.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikapklien mengenai dirinya, persepsi
klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal
diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
emosional sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
8. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakitterhadapseksualitas anak.
10. Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai
stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk
mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama
orangtua untuk selalu mendukung anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya
anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yangdianut. Anak-
anak hanyan mengikuti dari orang tua.

8. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran cerna.
b. nyeri berhubungan dengan tukak di usus
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,nafsu makan
turun
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,nafsu makan turun

9. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran cerna
1. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
2. Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipetermia
5. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jka perlu
6. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
7. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
b. nyeri berhubungan dengan tukak di usus
1. mengkaji nyeri
2. lakukan kompres hangat
3. lakukan distraksi dan relaksasi
4.kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,nafsu makan
turun
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Monitor asupan makanan - Monitor hasil pemeriksan laboratorium
6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
7.Fasilitasi menentukan pedoman diet
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
10.Berikan makanan tingi kalori dan tinggi protein - Berikan suplemen
makanan,jika perlu
11.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,nafsu makan turun
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, madi
teraba lemah,tekanan darah menurun, turgor kulit menurun,membrane
mukosa kering,hematokrit meningkat,haus,lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
3. Hitung kebutuhan cairan - Berikan asupan cairan - Berikan posisi modified
Trendelenburg
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
6. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonic (mis. RL) - Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis ( mis.glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An “A”
Umur : 8 tahun
Tanggal lahir : 29/10/2013
Pendidikan : TK
Jeniskelamin : Laki – laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gegunung Kulon 3/2 Rembang
No RM : 015176

2.PenanggungJawab
Nama : Bp “ L”
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMP
Jeniskelamin : Laki – laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gegunung Kulon 3/2 Rembang
Hubungan dengan pasien : Ayah

a. Keluhan utama : Ibu pasien mengatakan anaknya demam


b. Riwayat penyakit saat ini
Ibu pasien mengatakan anaknya demam sejak 7 hari, demam naik turun, batuk, pilek,
mual dan muntah 2x,pasien tidak nafsu makan oleh keluarga langsung di bawa ke
RSUD dr R Soetrasno rembang tanggal 27 mei 2021 sampai di IGD di lakukan
pemeriksaan K U : lemah, kesadaran : compos mentis, S : 379 C, N: 90x/menit,
RR: 20x/menit. Serta mendapatkan terapi inf. RL 16 tpm, inj. PCT 170mg/8jam (K/P)
c. Riwayat kesehatan dahulu
Umur 6 bulan masuk RS dengan penyakit diare
d. Riwayat kesehatan sebelumnya
Ibu pasien mengatakan anaknya diare pada saat umur 6 bulan.

e. Riwayat penyakit yang di derita


Demam, batuk, pilek
f. Riwayat imunisasi
0 bulan : Hb0 3 bulan: DPT/Hb2,polio 3
1bulan: BCG,polio 1 4 bulan : DPT/Hb3,polio 4
2 bulan : DPT/Hb1,polio 2 9 bulan : belum campak
g. Riwayat nutrisi
pemberian ASI sejak lahir anak minum ASI adekuat, dibantu PASI karena ibu pasien
sudah mulai bekerja,makanan tambahan diberikan usia 6 bulan,nafsu makan mulai
membaik.
2. Pengkajian Pola Fungsi
1. Pola tidur.
Ibu mengatakan An.A waktu dirumah tidurnya teratur pada siang dan malam hari,
selama dirumah sakit An.A susah tidur karena sakit yang dialami dan sering kebangun
pada malam hari.
2. Mandi.
Ibu mengatakan waktu dirumah An.A mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore, dan sedang
di rumah sakit An A mandi 1x sehari mandi hanya dilap saja.
3. Aktifitas bermain.
Ibu mengatakan sewaktu dirumah An A sangat aktif bermain dan sangat banyak aktifitas
yang dilakukannya dirumah seperti mengaji di sore hari. Selama di rumah sakit An.A
hanya bisa berbaring di tempat tidur karena tubuhnya merasakan pegal dan lemah.
4. Eliminasi.
Ibu mengatakan BAB dan BAK anaknya tidak ada keluhan.
3.PemeriksaanFisik

Pemeriksaan Fisik

Ku : lemah, kesadaran : compos mentis, S : 37 C, N: 90x/menit, RR: 20x/menit,BB 17 Kg,TB


95cm,pasien demam naik turun, batuk, dan pilek

1.Kepala.

- Rambut

Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak ada lesi.

- Mata

Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva normal,pupil
isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.

- Telinga

Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan telinga pasien
simetris kiri dan kanan.

- Hidung

Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terdapat polip, pernafasan 28 x/menit.

- Mulut dan gigi

Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri dan kanan, dan tidak
ada kelainan.

2. Leher.

Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada leher.

3.Thorax.

- Paru-Paru

I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan oto bantu
pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan 28x/menit

P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema
P : Sonor

A : Irama pernafasan vesikuler

- Jantung

I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi

P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.

P : Redup

A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup

4. Abdomen.

I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi

P : Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik.

P : Timpani

A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit

5. Punggung.

Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada tulang
punggung pasien.

6.Ekstremitas.

Atas : Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan bawah 18 tetes/menit. Bawah : Pada ekstremitas bawah kaki kanan
pasien terpasang tensimeter yang terhubung ke monitor.

Pengkajian tumbuh kembang

a. Personal social

Pada usia 7 tahun sesuai DDST pasien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan
mandiri, cuci tangan dan mengeringkan tangan dan mampu mnyebutkan nama teman.

b. Motorik halus

Pada usia 7 tahun sesuai dengan DDST pasien sudah bisa membuat menara 10 kubus,
dan menggambar rumah.
c. Komunikasi/bahasa

Pada usia 7 tahun sesuai DDST pasien sudah lancer berbicara dan sudah pandai
bercerita.

d. Motorik kasar

Pada usia 7 tahun sesuai DDST pasien sudah bisa berlari dan bermain sepak bola.

4. Pemeriksaan penunjang
Hasilpemeriksaanlaborat

pemeriksaan Hasil
Darah rutin
Hemoglobin 11
Lekosit 7,7
Hematrokit 27,7
Eritrosit 4,08
Trombosit 151
Kimia klinik
S. Paratyphi A H Negative
S. Paratyphi A O Positif 1/60

5. Terapi Medis

Terapi Medis tanggal 27/5/2021


Infus. RL 16 tpm
Inj. PCT 170mg/8jam

Pemberian diet
Anak mendapatkan diet bubur halus

1) ANALISA DATA
Nomor Data focus Etiologi Problem
1. Ds: ibu pasien mengatakan Proses infeksi Hipertermi
anaknya demam Salmonella thypi
Do: Ku lemah, kes: Cm, lemas,
suhu: 378 C, N: 90x/menit,
RR:20x/menit
Resiko nutrisi
Anoreksia kurang dari
2. kebutuhan tubuh
Ds: Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak nafsu makan.
Do: pasien tampak tidak nafsu
makan, lemas, porsi makan
masih utuh. Mual, dan
muntah 2x

2) Prioritas diagnose keperawatan


1. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
2. Resiko nutrisi kurang dari kbutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

3. NCP

RENCANA
No
TGL/JAM Tujuan & Intervensi Rasional
dx
Kriteria Hasil
27/5/2021 I Tujuan: Mandiri Mandiri
Setelah 1. Monitor tanda vital. 1. Untuk megetahui
Jam 14.30 dilakukan keadaan umum
tindakan dan perubahan
keperawatan suhu pasien.
selama 1x24jam
tidak terjadi 2. Anjurkan ibu 2. Agar terjadi proses
hipertermi mengompres hangat di dilatasi pada pori-
dengan bagian dahi, ketiak, pori pasien.
KH: selakangan
- Pasien 3. Anjurkan ibu untuk 3. Pakaian tipis bisa
demam turun memakai pakaian yang membantu proses
- Suhu (36-37C) tipis pengeluaran suhu
- Akral teraba tubuh.
hangat.
4. Kolaborasi dengan tim
medis dalam 4. Untuk
pemberian obat turun mempercepat
panas. peyembuhan.

Tujuan: Mandiri
II Setelah 1. Kaji pola makan Mandiri
dilakukan pasien. 1. Untuk mengkaji
tindakan pola makan
keperawatan pasien.
selama 1x24 jam 2. Anjurkan ibu untuk
kebutuhan nutrisi memberi makan sedikit
anak dapat tapi sering. 2. Untuk
teratasi dengan meningkatkan
Kh: 3. Anjurkan ibu untuk nafsu makan.
1. Ibu paien menyiapakan makanan
mengatakan dalam keadaan hangat.
anaknya nafsu 3. Untuk menambah
makan nafsu makan
2. Porsi makan 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Agar anak
pasien habis. gizi dalam pemberian menghabiskan
diit porsi makannya.

4. Implementasi
Tgl& Jam Diagnos Implementasi Respon
a
27/5/2021 I - Memonitor TTV pasien Ds:Ibu pasien mengatakan
jam 14.00 anaknya masih demam

Do:pasien tampak lemah, lemas,


mulut tampak merah, suhu:
375C

Jam 14.10 I - Menganjurkan ibu untuk Ds: Ibu pasien mengatakan


mengompres hangat pada bersedia untuk
dahi, ketiak,dan mengompres.
selakangan.
Do:Ibu pasien tampak
mengompres hangat anak.

Jam 14.20 I - Menganjurkan ibu untuk Ds:Ibu pasien mengatakan


memakaikan pakaian tipis bersedia untuk memakaikan
pada aak. baju tipis pada anaknya.

Do:Ibu pasien tampak


memakaikan baju tipis pada
anaknya.

- Megkaji pola makan pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


Jam 14.35 II anaknya tidak mau makan
.
Do:anak tampak lemas
.

- Menganjurkan ibu pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


Jam 15.00 II untuk memberikan makan beredia untuk memberi
sedikit tapi sering makan anaknya sering tapi
sedikit.
Do:pasien tampak masih belum
Jam. mau makan
16.10 I
- Berkolaborai dengan tim Ds:Ibu pasien mengatakan
medis dalam pemberian bersedia anaknya di suntik
obat turun panas. obat turun panas.

Do:pasien tampak tenang saat di


Jam 16.20 beri suntikan.
II

- Menganjurkan ibu pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


untuk memberikan bersedia untuk memberikan
makanan dalam kondisi makanan dalam keadaan
hangat hangat.

Do:pasien tampak tidak mau


makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diit
Jam 16.40 II Ds:Ibu pasien mengatakan
anaknya sudah mulai mau
makan tapi sedikit.

Do:ahli gizi tampak memberi


edukasi ibu pasien
28/5/2021 I - Memonitor TTV pasien Ds:Ibu pasien mengatakan
14.30 anaknya masih demam

Do:pasien tampak lemah, lemas,


mulut tampak merah, suhu:
385C

14.55 I Menganjurkan ibu untuk Ds: Ibu pasien mengatakan


mengompres hangat pada bersedia untuk
dahi, ketiak,dan selakangan mengompres.

Do:Ibu pasien tampak


mengompres hangat anak.

15.30 I Berkolaborai dengan tim Ds:Ibu pasien mengatakan


medis dalam pemberian bersedia anaknya di suntik
obat turun panas obat turun panas.

Do:pasien tampak tenang saat di


beri suntikan.

16.00 II Megkaji pola makan pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


anaknya tidak mau makan
.
Do:anak tampak lemas

16.20 II - Menganjurkan ibu pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


untuk memberikan makan beredia untuk memberi
sedikit tapi sering makan anaknya sering tapi
sedikit.
Do:pasien tampak masih belum
mau makan

29/5/2021 I - Memonitor TTV pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


jam 14.00 anaknya masih demam

Do:pasien tampak lemah, lemas,


mulut tampak merah, suhu:
375C

Jam 14.10 I - Menganjurkan ibu untuk Ds: Ibu pasien mengatakan


mengompres hangat pada bersedia untuk
dahi, ketiak,dan mengompres.
selakangan.
Do:Ibu pasien tampak
mengompres hangat anak.

Jam 14.20 I - Menganjurkan ibu untuk Ds:Ibu pasien mengatakan


memakaikan pakaian tipis bersedia untuk memakaikan
pada aak. baju tipis pada anaknya.

Do:Ibu pasien tampak


memakaikan baju tipis pada
anaknya.

Ds:Ibu
- Megkaji pola makan pasien pasien mengatakan
Jam 14.35 II anaknya mau makan tetapi
sedikit hanya 4 sendok
.
Do:anak tampak lemas
.
- Menganjurkan ibu pasien Ds:Ibu pasien mengatakan
Jam 15.00 II untuk memberikan makan beredia untuk memberi
sedikit tapi sering makan anaknya sering tapi
sedikit.
Do:pasien tampak makan 4
Jam. sendok
16.10 I
- Berkolaborai dengan tim Ds:Ibu pasien mengatakan
medis dalam pemberian bersedia anaknya di suntik
obat turun panas. obat turun panas.
Do:pasien tampak tenang saat di
Jam 16.20 beri suntikan.
II

- Menganjurkan ibu pasien Ds:Ibu pasien mengatakan


untuk memberikan bersedia untuk memberikan
makanan dalam kondisi makanan dalam keadaan
hangat hangat.

Do:terdapat sisa makanan di


atas meja pasien. Masih ½
- Kolaborasi dengan ahli gizi porsi
dalam pemberian diit
Jam 16.40 II
Ds:Ibu pasien mengatakan
anaknya sudah mulai mau
makan tapi sedikit.

Do:ahli gizi tampak memberi


edukasi ibu pasien

5. Evaluasi

Tgl& Jam No.Diagnosa Evaluasi


30/5/2021 I S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam
Jam O : pasien tampak lemah, lemas, mulut terlihat
16.50 merah, suhu 375C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

II S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mulai


nafsu makan tapi sedikit
O: pasien tampak makan makanan dari RS habis 4
sendok dari porsi RS
A:masalah teratasi sebagian
P:Lanjutka intervensi 1,2,3,4

Anda mungkin juga menyukai