Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL

A.      Pengertian Piutang


Piutang adalah suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau
memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan
memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang.
(Harngren dan Harison,1997 : 42)
Piutang adalah semua tagihan kepada seseorang atau badan usaha atau kepada pihak
lainnya dalam satuan uang, yang timbul dari transaksi masa lalu. Piutang akan diakui pada
saat barang dijual atau pada saat jasa diserahkan. Piutang merupakan bagian salah satu bagian
penting perusahaan dan tergolong sebagai aktiva lancar (jika pembayarannya akan dilakukan
kurang dari satu tahun). Piutang dapat terjadi sebagai akibat dari adanya penjualan barang
dan jasa secara kredit. Piutang merupakan klaim penjual sebesar jumlah yang ditransaksikan .
setiap transaksi mencakup dua pihak :
 Kreditor, yang menjual sesuatu dan mendapatkan piutang (aktiva)
 Debitor, yang melakukan pembelian dan mempunyai hutang.
Penjualan barang dan jasa secara kredit yang menimbulkan piutang mempunyai
keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari adanya penjualan barang dan jasa secara kredit
yang menimbulkan piutang ini antara lain dapat meningkatkan pendapatan dan laba (profit)
dengan melakukan penjualan kecakupan pelanggan yang lebih luas. Sedangkan kerugiannya
yakni perusahaan tidak akan memperoleh pembayaran dari beberapa pelanggan dan hal itu
menimbulkan beban. Beban itu disebut beban piutang tak tertagih, beban piutang ragu-ragu
atau beban kredit macet.
Piutang dalam suatu lingkup usaha merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Piutang
terjadi sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan.
Pemberian jangka waktu kepada pelanggan untuk melunasi kewajibannya merupakan
kebijakan tersendiri dari setiap perusahaan.
Pemberian kelonggaran pembayaran kewajiban kepada pelanggan ini dapat
menguntungkan dan merugikan perusahaan. Pemberian piutang akan meningkatkan aktivitas
dalam suatu perusahaan karena pelanggan diberikan kemudahan atau keringanan dalam
membayar kewajibannya kendati sudah mendapatkan barang atau sudah menikmati jasanya.
Pemberian piutang ini bisa juga semakin memperbanyak cakupan bisnis suatu perusahaan.
Namun disisi lain piutang dapat menimbulakam kerugian. Hal ini berkaitan dengan
ketidakpastian dalam pembayaran piutang. Piutang dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan karena untuk masa kedepan akan ada kemungkinan debitur tidak sanggup
membayar kewajibannya.
Oleh karena itu dalam memberikan piutang kepada pelanggan perusahaan juga harus
mempunyai bebarapa pertimbangan tersendiri. Selain itu perusahaan juga harus
mempertimbangkan untuk membuat penyisihan jika terjadi kemungkinan debitur tidak
sanggup untuk membayar utangnya.

2.      Jenis-Jenis Piutang

Pada umumnya piutang di klasifikasikan menjadi piutang dagang / piutang usaha, piutang
wesel dan piutang lain-lain.

a.       Piutang dagang / piutang usaha

1
Piutang dagang adalah perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Perjanjian
kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh
dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan. Biasanya piutang dagang tidak
melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana
pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu (Jay M. Smith dan K. Fred
Skousen,1987 : 287)

b.      Piutang wesel


Piutang wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik (pembuat surat)
kepada si wajib bayar (yang berutang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera
dalam surat tersebut pada waktu yang telah di tentukan di masa yang akan datang. Jangka
waktu pada piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.

c.       Piutang lain-lain


Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan,
pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan
usaha (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang
dagang maupun piutang wesel (Al Haryono Jusup, 2005 : 53)

3.      Perbedaan masing-masing jenis piutang

Piutang Piutang wesel Piutang lain-lain


dagang/usaha
Jangka waktu kurang Jangka waktu Jangka waktu
dari 1 tahun bermacam-macam lebih dari satu
2/10, n/30 tetapi pada tahun atau
umumnya paling termasuk dalam
sedikit 60 hari piutang jangka
panjang.
Dimasukkan  dalam Bagian yang jatuh Pada umumnya
aktiva lancar temponya dalam termasuk dalam
waktu 1 tahun piutang jangka
diperlakukan panjang.
sebagai aktiva
lancar, sedangkan
yang lebih dari satu
tahun piutang
jangka panjang
Berkaitan dengan Mensyaratkan Tidak berkaitan
operasi utama adanya jaminan dengan operasi
perusahaan sehingga sehingga jika saat sehari-hari dan
harus dapat ditagih jatuh tempo tidak biasanya
dapat melunasi dilaporkan
maka jaminan dineraca sebagai
tersebut dapat kelompok aktiva
dijual tidak lancar.

2
Metode Penaksiran Piutang Tak Tertagih /Kerugian Piutang

Terdapat tiga metode untuk menaksir piutang yang tidak tertagih yaitu :

1.      Persentase Penjualan


Dalam metode ini perusahaan menetapkan persentase dari jumlah penjualan kredit untuk
menaksir kerugian perusahaan akibat adanya piutang yang tidak tertagih.
Persentase didasarkan pada kebijakan kredit perusahaan dan pengalaman pada waktu lalu.

Contoh :

PT. Hokindo menetapkan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih adalah sebesar 1% dari
penjualan kredit bersih. Apabila jumlah penjualan kredit selama tahun 2011 adalah sebesar
Rp. 100.000.000 maka kerugian piutang ditaksir sebesar (1 % x 100.000.000 = 1.000.000).

Jurnal untuk mencatat kerugian piutang tersebut adalah :


Des 31       Kerugian Piutang         1.000.000
                              CKP                                         1.000.000
(Untuk mencatat kerugian piutang tahun ini)

Apabila jumlah piutang yang dihapus (kerugian piutang sesungguhnya) berbeda cukup besar
bila dibandingkan dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk tahun berikutnya
harus dirubah.

Jika pada rekening CKP sampai akhir tahun bersaldo kredit sebesar Rp. 250.000 maka saldo
CKP setelah penyesuaian adalah Rp. 1.250.000 (Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000) begitu pula
sebaliknya.

2.      Persentase Saldo Piutang

Dalam metode ini saldo piutang pada akhir periode dapat digunakan sebagai dasar untuk
menaksir piutang usaha yang tidak dapat ditagih.
Contoh :
PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha sebesar
Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari saldo piutang
usaha yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk menghitung kerugian piutang
harus memperhatikan saldo rekening CKP sebelum penyesuaian. Jika salso CKP sebelum
penyesuaian bersaldo nol maka jumlah kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal
penyesuaiannya adalah:

Des 31       Kerugian Piutang         2.500.000


                              CKP                                         2.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000 maka
kerugian piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000). Jurnal penyesuaian
yang dibuat sebagai berikut :

3
   Des 31    Kerugian Piutang         1.250.000
                              CKP                                         1.250.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000 maka
kerugian piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000). Jurnal penyesuaian
yang dibuat sebagai berikut :

   Des 31    Kerugian Piutang         3.500.000


                              CKP                                         3.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)

3.      Analisa Umur Piutang


Dalam metode ini, perusahaan membuat daftar umur piutang pelanggan dengan membuat
kelompok umur piutang berdasarkan masa lewat waktu dari jatuh tempo piutang dan juga
menetapkan persentase taksiran kerugian piutang yang didasarkan pada kebijakan dan
pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.
Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka tingkat
kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.
Contoh analisa umur piutang adalah sebagai berikut :
Untuk piutang yang belum jatuh tempo, 2 % tak tertagih. Untuk piutang yang jatuh tempo
kurang dari 30 hari, 5 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 31 hari sampai 60 hari, 10 % tak
tertagih. Yang jatuh tempo 61 hari sampai 90 hari, 25 % tak tertagih. Piutang yang jatuh
tempo diatas 90 hari, 50 % tak tertagih. 

Analisa Umur Piutang


PT. Hokindo
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
No Pelanggan Jumlah Belum Jumlah Hari Wakt Jatuh Tempo
Jatuh Lewat u
Tempo
1-30 31-60 61-90 > 90
1 A 25.000 15.000 10.000
2 B 18.000 7.000 11.000
3 C 42.000 35.000 6.000 1.000
4 D 10.000 10.000
5 E 25.000 25.000
6 F 20.000 12.000 8.000
7 G 25.000 15.000 5.000 5.000
Total 165.000 104.000 50.000 6.000 5.000

Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya jumlah
piutang tak tertagih sebagai berikut :

Status Piutang                     Saldo               %  tak tertagih              Piutang tak tertagih
Belum JT                Rp. 104.000.000                      2 %                  Rp. 2.080.000
Sudah JT :

4
1-30                                    Rp.    50.000.000                     5 %                  Rp. 2.500.000
31-60                      Rp.      6.000.000                     10 %                Rp.    600.000
61-90                      Rp.      5.000.000                     25 %                Rp. 1.250.000 +
                                                                   Total                            Rp. 6.430.000
  Des 31     Kerugian Piutang         6.430.000
                              CKP                                         6.430.000

3.      Pengalihan Piutang Dagang


Pengalihan piutang adalah perusahaan mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya kepada
pihak lain (lembaga keuangan, bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan untuk
mempercepat penerimaan kas dari piutangnya.

Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan piutangnya karena :

a.       Situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh
pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki perusahaan sedapat dan
secepat mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.

b.       Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga
memerlukan biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil jumlahnya
dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.

Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :

         Penjualan piutang

Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat menjual
piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang) agar membayar
utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutang ditanggung oleh pihak
pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang
untuk menjaga kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang
akan mengurangi hasil penagihan piutang.

Misal :
Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai Rp.
2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp. 2.250.000. CKP
pada tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjaga-jaga Bank BCA menahan
10 % dari harga jual piutang usaha. Maka :
Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 – Rp.
150.000)
Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 – Rp. 2.250.000)
Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000)

Kas                        Rp. 2.025.000


Kas ditahan                        Rp.     225.000
      Piutang usaha yang dijual        Rp. 2.250.000

         Penggadaian/penjaminan piutang

5
Piutang usaha dapat dijaminkan untuk memperoleh pinjaman uang dari bank atau lembaga
keuangan lainnya.Penagihan piutang usaha yang dijaminkan tetap dilakukan oleh perusahaan
peminjam. Hasil penagihan tersebut kemudian digunakan untuk membayar pinjaman ke
Bank. Jika pinjaman sudah lunas sisa piutang usaha menjadi milik peminjam.

Misal :
Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan
jaminan piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari piutang
yang dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18 % setahun.
Jumlah pinjaman Rp. 1.800.000 (90 %  x Rp. 2.000.000). Pinjama yang diterima Rp.
1.775.000 (Rp. 1.800.000 – Rp. 25.000).Jurnal yang dibuat :

Kas                        Rp. 1.775.000


Biaya adm             Rp.       25.000
      Utang Bank                              Rp. 1.800.000
(Untuk mencatat pinjaman ke Bank)

Piutang usaha yang dijaminkan      Rp. 2.000.000


      Piutang usaha                                       Rp. 2.000.000
(Untuk mencatat piutang usaha yang dijaminkan ke Bank)

Pada saat menerima pembayaran piutang usaha yang dijaminkan tersebut, jurnal yang dibuat
adalah jurnal untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan dan jurnal untuk mencatat
pembayaran pinjaman.

Misal :
Pada tanggal 31 Mei 2005 PT. Hokindo menerima pembayaran piutang yang dijaminkan
sebesar Rp. 1.500.000. Bunga bulan Mei sebesar Rp. 30.000 (Rp. 2.000.000 x 18 % x 1/12)
sehingga jumlah uang yang dibayar ke Bank sebesar Rp. 1.530.000 (Rp. 1.530.000 + 30.000).
Jurnal yang dibuat :

Kas                        Rp. 1.500.000


      Piutang usaha yang dijaminkan                        Rp. 1.500.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang  yang dijaminkan)

Utang bunga          Rp. 1.500.000


Biaya bunga           Rp.       30.000
      Kas                              Rp. 1.530.000
(Untuk mencatat pembayaran pinjaman)

Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan harus
dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang dagangan yang
telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :

Retur penjualan                 Rp. 50.000


      Piutang usaha yang dijaminkan                        Rp. 50.000

         Penjualan dengan kartu kredit.


Penjualan dengan kartu kredit terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu : Penjual, Penerbit Kartu
Kredit dan Pembeli.

6
Penjualan dengan kartu kredit bagi penjual diperlakukan sebagai penjualan kredit. Piutang
yang timbul bukan kepada pembeli tetapi kepada penerbit kartu kredit.

Misal :
Butik Syahmina menerima pembayaran dengan kartu kredit sebrsar Rp. 1.000.000 atas baju,
kebaya, dan jilbab yang dibeli oleh seorang pembeli yang menggunakan American Express.
Biaya jasa yang diberikan kepada penerbit kartu kredit sebesar 5 % (Rp. 1.000.000 x 5 % =
Rp. 50.000) dari jumlah transaksi sehingga jumlah yang dibayar oleh American Express
sebesar Rp. 950.000 (Rp. 1.000.000 – Rp. 50.000). Jurnal untuk transaksi tersebut diatas
adalah :

Piutang dagang                   Rp. 1.000.000


      Penjualan                                 Rp. 1.000.000
(Untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)

Kas                                    Rp.     950.000


Biaya jasa kartu kredit       Rp.       50.000
      Piutang dagang                         Rp. 1.000.000
(Untuk mencatat penerimaan pembayaran dari penerbit kartu kredit)

II.                 PIUTANG WESEL

Piutang wesel dibedakan menjadi dua:


1.      Piutang wesel tidak berbunga
2.      Piutang wesel berbunga

PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG WESEL


Sama dengan Piutang dagang, prosedur akuntansi bagi Piutang wesel dapat dibagi:
1.      Saat terjadinya Piutang wesel/pengakuan Piutang wesel
2.      Penilaian Piutang wesel/saat Piutang wesel dimiliki
3.      Lenyapnya Piutang wesel
Sebelum membahas prosedur akuntansi bagi Piutang wesel. Akan diperkenalkan dua istilah yang
belum ada dalam Piutang dagang.

A. TANGGAL JATUH TEMPO/MATURITY DATE


Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam bulan, tanggal jatuh tempo dicari dengan menghitung
bulan dari tanggal penerbitannya.

Contoh: JT Piutang wesel 3 bulan sejak 1 Mei à1 Agustus


                                    JT Piutang wesel 2 bulan sejak 31 Juli à 30 September
Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam hari, perlu untuk menghitung secara pasti jumlah hari
untuk menentukan tanggal jatuh tempo. Dalam perhitungan, tanggal penerbitan wesel dihilangkan
tetapi tanggal jatuh tempo dimasukkan.
Contoh: Tanggal JT Piutang wesel 90 hari sejak 28 Agustus?
                        Waktu wesel---------------------------à 90 hari
                        Agustus (31-28)                      =   3
                        September                               = 30               
Oktober                                   = 31    
                                                   64
                        Tanggal JT à November                       26

7
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa bulan Agustus hanya dihitung 3 hari, karena wesel tertanggal 28
Agustus. September penuh. Oktober penuh. Namun November hanya dihitung 26 hari untuk
mencukupkan total hari jadi 90 hari. 

B. PERHITUNGAN BUNGA DARI PIUTANG WESEL


Rumus utama dalam penghitungan bunga:

Nilai nominal Tingkat bunga Jangka waktu Bunga


wesel    X Setahun    X dlm pecahan     =
setahun
Apabila umur wesel dinyatakan dalam hari à dibagi 360
Apabila umur wesel dinyatakan dalam bulan àdibagi 12

I.    AKUNTANSI TERJADINYA PIUTANG WESEL


Penyebab terjadinya Piutang wesel:
1.      Penjualan kredit
  Jurnal: PIUTANG WESEL XXX
               PENJUALAN                  XXX
2.      Pemberian pinjaman
 Jurnal: PIUTANG WESEL XXX
               KAS                  XXX

3.      Perubahan dari Piutang dagang


 Jurnal: PIUTANG WESEL XXX
             PIUTANG DAGANG                  XXX

II.                BUNGA WESEL


  Jurnal: KAS XXX
      PIUTANG WESEL          XXX
      PENDAPATAN BUNGA          XXX

III.             DISKONTO PIUTANG WESEL

Seperti Piutang dagang, piutang wesel dilaporkan sebesar Nilai Realisasi Bersih Kas.

Rekening cadangan kerugian piutang weselà CKP.

Penilaian untuk Piutang wesel sama dengan Piutang dagang.

Saat dimilikinya Piutang wesel, kemungkinan Piutang wesel dijual (didiskontokan) ke bank, artinya:
meminjam uang ke bank dengan menggunakan jaminan wesel yang dimiliki.

Perhitungan diskonto:
Diskonto   =  Nilai JT x Tarif diskonto x Periode diskonto

8
Diskonto à pengurangan oleh bank atas pinjaman yang diberikan selama waktu diskonto.

  Jurnal: KAS XXX


      PW.DIDISKONTOKAN          XXX

Atau:

Jurnal: KAS XXX


BUNGA DISKONTO XXX
     PW.DIDISKONTOKAN           XXX

9
BAB II

HUTANG DAGANG

A. PENGERTIAN HUTANG
Hutang usaha ( account payable ), hutang dagang ( trade accounts payable )
merupakan saldo yang terhutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan, atau jasa
yang dibeli dengan akun terbuka atau secara kredit. Hutang usaha muncul karena adanya
kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran
atasnya. Hutang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak tertentu yang harus
dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi ( satu tahun ) dihitung dari
tanggal pembuatan neraca per 31 Desember.
Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik hutang jangka panjang
misalnya obligasi atau menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.

Kewajiban memiliki tiga karakteristik utama :


1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan
transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.
2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.
3. Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi

Timbulnya Hutang Jangka Panjang


Saat skala operasional perusahaan berkembang atau dalam membangun suatu perusahaan
dibutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan untuk Investasi dalam aktiva tetap
yang akan memberikan manfa’at dalam jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang
jangka panjang atau dengan menambah modal.
Ada beberapa kelebihan menarik hutang jangka panjang melalui obligasi dibanding
menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
1. Keuntungan menarik obligasi
Pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara dalam kebijakan perusahaan sehingga
tidak mempengaruhi manajemen.
2. Bunga obligasi mungkin lebih rendah dibanding deviden yang harus dibayarkan
kepada pemegang saham.

10
3. Bunga merupakan biaya yang dibebankan pada perusahaan yang dapat mengurangi
kewajiban pajak sedangkan deviden adalah pembagian laba yang tidak dapat
dibebankan sebagai biaya.

B. JENIS HUTANG
Secara garis besar hutang jangka panjang digolongkan pada dua golongan yaitu :
1. Hutang Obligasi : Hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui
pengeluaran surat-surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Dalam
surat obligasi dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan
obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.
 Tujuan utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang apabila
jumlah modal yang diperlukan terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi
pinjaman.
 Keuntungan potensial yang akan diperoleh bila perusahaan mengeluarkan
obligasi adalah meningkatkan laba perusahaan, sehinggah laba untuk pemegang
saham juga akan meningkat.
 Obligasi yang timbul dari suatu kontrak dikenal sebagai indenture obligasi (bond
indenture) dan merupakan janji untuk membayar :
1. Sejumlah uang yang sudah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo ditambah
2. Bunga periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh tempo (nilai
nominal)
 Setiap obligasi dinyatakan dengan sertifikat dan mempunyai nilai nominal
 Pembayaran bunga obligasi biasanya dilakukan setengah tahunan
 Jenis-Jenis Obligasi
 Obligasi berjamin adalah obligasi yang dijamin dengan harta kekayaan dengan
perusahaan tertentu, dan tanpa jaminan adalah obligasi yang penerbitannya
tidak dijamin dengan satu jaminan.
 Obligasi Berjangka adalah obligasi yang memiliki jatuh tempo dalam satu
tanggal. Obligasi berseri adalah obligasi yang memiliki jatuh tempo secara
atau berangsur. Obligasi yang dapat ditebus adalah obligasi yang memberikan
hak kepada penerbitannya untuk menebus dan menarik obligasi tersebut
sebelum jatuh tempo.

11
 Obligasi Konvertibel adalah suatu obligasi yang dapat konfersi dengan surat
berharga lain pada satu waktu setelah penerbitannya. Obligasi yang didukung
komoditas, dan dengan diskonto besar
 Obligasi terdaftar adalah obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik. Obligasi
atas tunjuk (kupon) obligasi yang tidak tercantum nama pemiliknya dan dapat
ditrasfer dari satu pemilik kepemilik lain cukup melalui penyerahan saja.
 Obligasi laba tidak membayar bunga kecuali perusahaan penerbitnya meraih
laba. Obigasi Pendapatan membayar bunga dari sumber pendapatan tertentu.
 Wesel bayar jangka panjang adalah utang wesel yang jangka waktu
pelunasannya lebih dari satu periode akuntansi. Perusahaan akan menerbitkan
wesel bayar jangka panjang apabila membutuhkan dana dalam jumlah besar
atau melakukan pembelian yang tidak bias dibayar langsung tetapai melalui
pembayaran angsuran.
2. Hutang Hipotik
Hutang Hipotik : Hutang yang timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman
yang dijaminkan dengan harta tetap. Dalam penjanjian disebutkan harta peminjam
yang dijadikan jaminan berupa tanah atau gedung. Jika peminjam tidak melunasi
pada waktunya, pemberi pinjaman dapat menjual jaminan tersebut yang kemudian
diperhitungkan dengan hutang.

12
BAB III

PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

A. PENGERTIAN PERSEDIAAN DAN CARA PENCATATAN

Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untuk
diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan
digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu: Sistem Periodik dan
Sistem Perpetual.

Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang men-debet
akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau Kas. Pada
waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan
mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan harga
pokok dari persediaan yang ada di gudang.

Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal
untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada akhir tahun,
persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan
ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual,
persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu
periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal
penyesuaian. Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit
akun Persediaan sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil
inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebet akun Persediaan
Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ini dibuat
sekaligus dalam satu periode.

Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun
belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran
ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.

Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual


Membeli
barang
dagangan Pembelian 10.00 Persediaan Brg Dag
1. 10.000
secara Hutang 0 10.000 Hutang 10.000
kredit Rp
10.000
Retur Hutang
Hutang
2. pembelian Retur 500 500
500 Persediaan Brg Dag 500
Rp 500 Pembelian
3. Terdapat Piutang/Kas 4.000 Piutang/Kas 4.000
barang Penjualan 4.000 Penjualan 4.000
yang dijual. HPP 1.500
Harga jual Persediaan Brg Dag 1.500

13
Rp 4.000
dan harga
pokok
barang Rp
1.500
Mutlak harus dilakukan
inventarisasi fisik karena Tanpa inventarisasi sudah dapat
Pada akhir
tanpa inventarisasi fisik diketahui persediaan, namun
tahun 
barang, tidak dapat diketahui inventarisasi perlu dilakukan 
persediaan yang ada
Misalkan
menurut
4. perhitunga
Ikhtisar L/R
n fisik pada
Persediaan Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama
akhir tahun 150
B.D. 150 dengan saldo rekening persediaan,
saldo
perusahaan perlu membuat jurnal, jika
persediaan
Persediaan sama tidak perlu membuat jurnal.
Rp 200 dan 200
B.D 200
pada awal
Ikhtisar L/R
tahun Rp
150.

B. PENGERTIAN UMUM
- Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun
perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu
untuk membeli bahan-bahan bangunan.
- Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual
dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam membuat barang yang akan dijual.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki
persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang
perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting
karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa
mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung
berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi
besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN BERSIH – PERSEDIAAN
AKHIR

14
1. Inventory perusahaan dagang
Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan
dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan
kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang
dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan.
2. Inventory perusahaan industry
Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang
atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih
lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan
baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha
utama perusahaan.

Misalnya : Perusahaan industri permintaan kapas, bahan bakunya


adalah kapas dari petani atau perkebunan, diolah menjadi benang, benang
merupakan barang jadi baginya. Sedangkan perusahaan industri kain bahan
bakunya adalah benang yang diolah menjadi kain sebagai barang jadi, dan
perusahaan industri pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain dan
seterusnya.
Dengan gambaran diatas maka persediaan untuk perusahaan-
perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan
yaitu:
a) Bahan baku (direct material)
b) Barang dalam proses ( Work in proses)
c) Barang jadi (Finished goods)

A. Membukukan Mutasi Persediaan Barang Dagang Ke Kartu Persediaan Barang


Dagang
Mutasi barang dagang harus didukung oleh dokumen yang sah dan telah mendapat
otorisasi dari pihak yang berwenang, baik penerimaan maupun pengeluaran barang
dagang.penerimaan barang dagang adalah pembelian barang dagang dan retur penjualan
barang dagang. Sedangkan pengeluaran barang dagang adalah penjualan barang dagang dan
retur pembelian barang dagang. Semua penerimaan dan pengeluaran dimutasi ke dalam kartu
persediaan barang dagang. Ada 3 metode pencatatan, yaitu : metode periodik, metode
perpetual, dan metode pajak.

1. Metode Fisik (Physical system)


Pada metode fisik, kartu persediaan awal periode dari barang yang dibeli dan hanya
menginformasikan harga pokok barang yang disediakan untu dijual. Perhatikan contoh
berikut.

15
Contoh :
berikut adalah data persediaan barang dagang yang terjadi pada UD Aneka Jaya periode
desember 2010 dengan nama barang mi instan.
1Des Persediaan 100 dus @ Rp.44.000,-
6 Des Faktur No. 18 dari PT Sumber Alam untuk pembelian 150 dus @44.000,-
9 Des Faktur No. 29 dari PT Pangan Utama untuk pembelian 100 dus @44.500,-
16 Des Faktur No. 41 dari PT Sumber Alam untuk pembelian 100 dus @44.500,-
23 Des Faktur No. 57 dari PT Pangan Utama untuk pembelian 150 dus @44.000,-
28 Des Faktur No. 63 dari PT Sumber Alam untuk pembelian 100 dus @44.500,-

Catatan mutasi barang mi instan pada bulan Desember 2010 dalam kartu persediaan adalah
sebagai berikut :
Nama Barang : Mi Instan A
Kartu Persediaan
No. Kode : N. 025
UD Aneka Jaya Satuan : Karton (dus)
Tanggal No. Jumlah Harga Jumlah Harga
Dibeli dari Jumlah Harga
Diterima Buktu Satuan Satuan Persediaan Barang
2010  1     100  Rp.44.000,-  Rp. 4.400.000,-  Rp. 4.400.000,-
Des  6  F. 18  PT Sumber Alam 150  Rp.44.000,-  Rp. 6.600.000,-  Rp. 11.000.000,-
 9  F. 29  PT Pangan Utama 100  Rp.44.500,-  Rp. 4.450.000,-  Rp. 15.450.000,-
 16  F. 41  PT Sumber Alam 100  Rp.44.500,-  Rp. 4.450.000.-  Rp. 19.900.000,-
 23  F. 57  PT Pangan Utama 150  Rp.44.000,-  Rp. 6.600.000,-  Rp. 26.500.000,-
 28  F. 63  PT Sumber Alam 100  Rp.44.500,-  Rp. 4.450.000,-  Rp. 30.950.000,-
 Total 700    Rp.30.950.000,-  Rp.108.200.000,-

Setelah diadakan perhitungan secara fisik, persediaan mi instan pada tanggal 31 desember
2010 adalah 200 dus.
a) Menggunakan metode MPKP (FIFO)
Nilai persediaan pada tanggal 32 desember 2010 adalah :
F. 63 100 dus x Rp.44.500,- = Rp.4.450.000,-
F. 57 100 dus x Rp.44.000,- = Rp.4.400.000,- 
Rp.8.850.000,-
Haraga pokok barang dagang mi instan yang dijual dalam bulan desember 2010 :
Persediaan barang yang tersedia untuk dijual Rp.30.950.000,-
Nilai persediaan pada tanggal 31 desember 2010 Rp. 8.850.000,- 
Rp.22.100.000,-
Jadi, harga pokok penjualan mi instan dalam bulan desember 2010 adalah Rp.22.100.000,-
b) Menggunakan MTKP (LIFO)

16
Nilai persediaan pada tanggal 31 desember 2010 adalah :
Persediaan awal 100 dus x Rp.44.000,- = Rp.4.400.000,-
F. 18 100 dus x Rp.44.000,- = Rp.4.400.000,- 
Rp.8.800.000,-
Harga pokok barang dagang mi instan yang dijual dalam bulan desember 2010 :
Persediaan barang yang tersedia untuk dijual Rp.30.950.000,-
Nilai persediaan pada tanggal 31 desember 2010 Rp. 8.800.000,- 
Rp.22.150.000,-
Jadi, harga pokok penjualan mi instan dalam bulan desember 2010 adalah Rp.22.150.000,-
d) Metode Perpetual (perpetual system)
Dalam pencatatan metode ini, garga pokok penjualan barang yang dijual dapat dihitung
setiap terjadi transaksi penjualan. Di dalam kartu persediaan dicatat sebagai mutasi
keluar.
Contoh :
Berikut adalah data persediaan barang dagang yang terjadi pada UD Aneka Jaya periode
desember 2010. UD Aneka Jaya menjual barang i=mi insstan merek A, B, dan C.
Khusus Data Untuk Mi Instan A, berikut adalah data transaksinya.
1Des Persediaan75 dus @ Rp.33.000,-
5 Des Faktur No. 14 dari PT Pangan Utama untuk pembelian 100 dus @ Rp.34.000,-
Fotokopi faktur No. 202 TB Sumber Rejeki untuk penjualan 30 dus @
14 Des
Rp.40.000,-
20 Des Faktur No. 31 dari PT Sumber Alam untuk pembelian 75dus @ Rp.35.000,-
23 Des Fotokopi faktur No. 204 TK Ijo untuk penjualan 45 dus @ Rp.39.000,-
26 Des Fotokopi faktur No. 206 Jago untuk penjualan 50 dus @ Rp.38.000,-
29 Des Fotokopi faktur No. 208 TB Sumber Rejeki untuk penjualan 40 dus Rp.39.000,-

Diminta :
Buatlah catatan mutasi barang dagang mi instan A dalam kartu persediaan, beserta jurnla
umumnya dengan metode : - MPKP,
- MTKP, dan
- Rata-rata bergerak
Jawab :
a. Metode MPKP (FIFO)
KARTU PERSEDIAAN BARANG 
 Nama Barang : Mi Instan A Metode : MPKP (FIFO)
 Satuan : dus Nomor Kartu :

17
            Kode Barang : 102
No. Persediaan Masuk Persediaan Keluar Saldo
Tanggal Bukti Harga Jumlah Harga Jumlah Uni Jumlah
Unit Unit
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) t Harga (Rp) (Rp)
201 1               75 33.000 2.475.000
0 5 F. 14 100 34.000 3.400.00       75 33.000 2.475.000
0 100 34.000 3.400.000
Des 175   5.875.000
14 CF 202       30 33.000 990.000 45 33.000 1.485.000
100 34.000 34.000.000
145   4.885.000
20 F. 31 75 35.000 2.625.00       45 33.000 1.485.000
0 100 34.000 3.400.000
75 35.000 2.625.000
220   7.510.000
23 CF 204       45 33.000 1.485.000 100 34.000 3.400.000
75 35.000 2.625.000
175   6.025.000
26 CF 206       50 34.000 1.700.000 50 34.000 1.700.000
75 35.000 2.625.000
125   4.325.000
29 CF 208       40 34.000 1.360.000 10 34.000 340.000
75 35.000 2.625.000
85   2.965.000

Jurnal metode MPKP (FIFO)


Re
Tanggal Keterangan Debet Kredit
f
2010 5  Persediaan barang dagang  Rp.3.400.000,-  
Des Utang dagang    Rp.3.400.000,-
14  Piutang dagang Rp.1.200.000,-
 
Penjualan Rp.1.200.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 990.000,-
Persediaan barang dagang   Rp. 990.000,- 
20 Persediaan barang dagang Rp.2.625.000,-
Utang dagang   Rp.2.625.000,-
23 Piutang dagang Rp.1.755.000,-  
Penjualan Rp.1.755.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.485.000,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.485.000,-
26 Piutang dagang   Rp.1.900.000,-  

18
Penjualan Rp.1.900.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.700.000,-
Persediaan barang dagang Rp.1.700.000,-
29  Piutang dagang Rp.1.560.000,-  
Penjualan Rp.1.560.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.360.000,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.360.000,-

b. Metode MTKP (LIFO)


KARTU PERSEDIAAN BARANG 
 Nama Barang : Mi Instan A Metode : MTKP (LIFO)
 Satuan : dus Nomor Kartu :
            Kode Barang : 102
Persediaan Masuk Persediaan Keluar Saldo
Tanggal No. Harga Jumlah Harga Jumlah Uni Jumlah
Unit Unit
Bukti (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) t Harga (Rp) (Rp)
201 1               75 33.000 2.475.000
0 5 F. 14 100 34.000 3.400.00       75 33.000 2.475.000
0 100 34.000 3.400.000
Des 175   5.875.000
14 CF 202       30 34.000 1.020.000 75 34.000 2.475.000
70 34.000 34.000.000
145   4.885.000
20 F. 31 75 35.000 2.625.00       75 33.000 2.475.000
0 70 34.000 2.380.000
75 35.000 2.625.000
220   7.480.000
23 CF 204       45 35.000 1.575.000 75 34.000 3.400.000
70 35.000 2.625.000
30   6.025.000
175   5.905.000
26 CF 206       30 35.000 1.050.000 75 33.000 2.475.000
20 34000 680000 50 34.000 1.700.000
      125   4.175.000
29 CF 208       40 34.000 1.360.000 75 33.000 2.475.000
10 34.000 340.000
85   2.815

Jurnal metode MTKP (LIFO)


Re
Tanggal Keterangan Debet Kredit
f

19
2010 5  Persediaan barang dagang  Rp.3.400.000,-  
Des Utang dagang    Rp.3.400.000,-
14  Piutang dagang Rp.1.200.000,-
 
Penjualan Rp.1.200.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.020.000,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.020.000,-
20 Persediaan barang dagang Rp.2.625.000,-
Utang dagang   Rp.2.625.000,-
23 Piutang dagang Rp.1.755.000,-  
Penjualan Rp.1.755.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.575.000,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.575.000,-
26 Piutang dagang Rp.1.900.000,-  
Penjualan Rp.1.900.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.730.000,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.730.000,-
29  Piutang dagang Rp.1.560.000,-  
Penjualan Rp.1.560.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.360.000,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.360.000,-

c. Metode rata-rata bergerak (moving average)


KARTU PERSEDIAAN BARANG 
 Nama Barang : Mi Instan A Metode : rata-rata bergerak (moving average)
 Satuan : dus Nomor Kartu :
          Kode Barang : 102
Persediaan Masuk Persediaan Keluar Saldo
Tanggal No. Harga Jumlah Harga Jumlah Uni Jumlah
Unit Unit
Bukti (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) t Harga (Rp) (Rp)
201 1               75 33.000 2.475.000
0 5 F. 14 100 34.000 3.400.00       175 33.571 5.875.000

Des 0
14 CF 202       30 33.571 1.007.143 145 33.571 4.867.857
20 F. 31 75 35.000 2.625.00       220 34.058 7.492.857
0
23 CF 204       45 34.058 1.532.630 175 34.058 5.960.227

20
26 CF 206       50 34.058 1.702.922 125 34.058 4.257.305
29 CF 208       40 34.058 1.362.338 85 34.058 2.894.967

Jurnal metode rata-rata bergerak (moving average)


Re
Tanggal Keterangan Debet Kredit
f
2010 5  Persediaan barang dagang  Rp.3.400.000,-  
Des Utang dagang    Rp.3.400.000,-
14  Piutang dagang Rp.1.200.000,-
 
Penjualan Rp.1.200.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.007.143,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.007.143,-
20 Persediaan barang dagang Rp.2.625.000,-
Utang dagang   Rp.2.625.000,-
23 Piutang dagang Rp.1.755.000,-  
Penjualan Rp.1.755.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.532.630,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.532.630,-
26 Piutang dagang Rp.1.900.000,-  
Penjualan Rp.1.900.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.702.922,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.702.922,-
29  Piutang dagang Rp.1.560.000,-  
Penjualan Rp.1.560.000,-
Harga pokok penjualan Rp.1.362.338,-
Persediaan barang dagang   Rp.1.362.338,-

3. Metode Pajak
UU Perpajakan hanya mengakui metode penilaian persediaan dengan cara FIFO dan rata-
rata bergerak (moving average). Apabila Wajib Pajak menggunakan metode lain dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak/laba kena pajak, terlebih dahulu harus melakukan
koreksi fiscal untuk menyesuaikan besarnya harga pokok penjualan menurut akuntansi dan
pajak.
a. Apabila harga pokok menurut akuntansi lebih besar daripada menurut pajak, harus
dilakukan koreksi positif.
Contoh :

21
Barang tersedia dijual Rp 500.000.000,00
Persediaan akhir (LIFO) Rp 100.000.000,00 –
Harga pokok penjualan Rp 400.000.000,00

Barang tersedia dijual Rp 500.000.000,00


Persediaan akhir (FIFO) Rp 150.000.000,00 –
Harga pokok penjualan Rp 350.000.000,00

Selisih nilai persediaan akhir :


 Menurut akuntansi Rp 100.000.000,00
 Menurut pajak Rp 150.000.000,00 –
Koreksi positif (Rp 50.000.000,00)
Besarnya pajak tangguhan = 25% x Rp50.000.000,00 = Rp12.500.000,00
Jurnal penyesuaian :
Beban pajak tangguhan Rp12.500.000,00
Utang pajak tangguhan Rp12.500.000,00
b. Apabila harga pokok menurut akuntansi lebih kecil daripada menurut pajak, harus
dilakukan koreksi negatif.
Contoh :
Barang tersedia dijual Rp 500.000.000,00
Persediaan akhir (LIFO) Rp 100.000.000,00 –
Harga pokok penjualan Rp 400.000.000,00

Barang tersedia dijual Rp 500.000.000,00


Persediaan akhir (LIFO) Rp 75.000.000,00 –
Harga pokok penjualan Rp 425.000.000,00

Selisih nilai persediaan akhir :


 Menurut akuntansi Rp 100.000.000,00
 Menurut pajak Rp 75.000.000,00 –
Koreksi negatif (Rp 25.000.000,00)
Besarnya pajak tangguhan = 25% x Rp25.000.000,00 = Rp6.250.000,00
Jurnal penyesuaian :

22
Beban pajak tangguhan Rp6.250.000,00
Utang pajak tangguhan Rp6.250.000,00

D. Membuat Laporan Persediaan Barang Dagang


Laporan persediaan barang dagang dibuat secara periodik untuk memberikan informasi
yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas persediaan barang dagang. Walaupun
pencatatan persediaan barang dagang dilakukan secara perpetual, dimana mutasi persediaan
sudah dapat diidentifikasi, pembuatan laporan persediaan barang dagang merupakan ikhtisar
dari kartu persediaan barang dagang, karena dalam laporan ini memuat berbagai jenis
persediaan barang dagang beserta informasi saldo awal, mutasi pesediaan, dan saldo akhir
persediaan.
Format laporan persediaan barang dagang disesuaikan dengan kepentingan dan informasi
yang diperlukan oleh perusahaan. Berikut contoh format laporan persediaan barang dagang.

LAPORAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG


Bulan

Kode Persediaan Mutasi Persediaan


No. Nama Barang
Barang awal Keluar Masuk Akhir

Contoh format laporan persediaan barang dagang

E. Melakukan Perhitungan Fisik Persedian Barang Dagang Secara Periodik


Perhitungan fisik persediaan barang dagang (stock opname) dilakukan secara periodik
untuk mengetahui kesesuaian antara pencatatan pada persediaan barang dagang dan
jumlah fisik di gudang. Waktu pelaksanaan perhitungan fisik persediaan barang dagang
dilakukan menurut kebijakan departemen akuntansi.
Di akhir perhitungan fisik persediaan barang dagang akan dihasilkan laporan
perhitungan fisik persediaan (stock opname). Berikut ini adalah contoh format laporan
perhitungan fisik persediaan (stock opname) .

23
Tes Formatif
I. Pilihlah jawabab yang tepat untuk soal – soal dibawah ini.
1. baku yang akan diperoses menjadi barang jadi disebut….
a. Merchandise Inventory d. Finished goods inventory
b. Raw material inventory e. Inventory system
c. Work in process inventory
2. Persediaan barang yang telah di proses namun masih membutuhkan proses lagi untuk
menjadi barang jadi di sebut….
a. Merchandise Inventory d. Finished goods inventory
b. Raw material inventory e. Inventory system
c. Work in process inventory
3. Harga pokok penjualan barang yang di akui bersamaan dengan pengakuan
penjualan.sistem pencatatan persediaan ini menggunakan …..
a. Perpetual inventory system d. First in first out
b. Physical inventory system e. Last in first out

24
c. Weighted average menthod
4. Dalam penerapan sistem pencatatan fisik, harga pokok penjualan dihitung tiap...
a. Awal periode setelah sisa barang dihitung secara fisik
b. Awal periode setelah sisa barang dihitung secara perpetual
c. Pertengahan periode setelah sisa barang dihitung secara fisik
d. Akhir periode setelah sisa barang dihitung secara fisik
e. Akhir periode setelah sisa barang dihitung secara perpetual
5. Perusahaan yang menjual barang yang jenisnya banyak, harga satuan tiap jenis barang
relatif murah sehingga secara teknis harga pokok penjualan untuk tiap jenis barang
sulit dihitung oleh karena itu menggunakan sistem...
a. Sistem fisik d. Sistem pembelian
b. Sistem perpetual e. Sistem penjualan
c. Sistem harga jual barang 
6. Setiap barang yang masuk (dibeli) diberi tanda pengenal yang menunjukkan harga
satuan sesuai dengan faktur yang diterima adalah metode...
a. Metode sediaan dasar
b. Metode masuk terakhir keluar pertama
c. Metode masuk pertama keluar pertama
d. Metode rata-rata sederhana
e. Metode tanda pengenal khusus
7. Pada supermarket yang biasa membuat laporan keuangan bulanan (Interim), sehingga
relatif sulit dilakukan penghitungan barang secara fisik adalah metode...
a. Metode laba kotor d. Metode sediaan dasar
b. Metode harga eceran e. Metode taksiran
c. Metode rata-rata
8. Tugas bagian kartu sediaan adalah...
a. Secara periodik membuat laporan sediaan barang
b. Secara periodik membuat laporan keuangan
c. Secara periodik membuat laporan penjualan
d. Secara periodik membuat laporan pembelian
e. Secara periodik membuat laporan hutang
9. Persediaan menimal yang harus ada unutk mempertahankan kestabilan jumlah
persediaan barang dagang suatu perusahaan, merupakan metode…..
a. Basic stock method d. Simple averge method

25
b. Gross margin method e. Weighted average method
c. Retail method

10. Penilaian persediaan barang dagangan akhir periode dengan asumsi, barang yang
lebih dulu masak (dibeli) dianggap yang lebih dulu keluar (dijual). Metode pencatatan
persediaan ini disebut …..
a. Specific indetifications method d. First in first out
b. Simple average method e. Last in first out
c. Weighted average method
11. Pada tanggal 1 desember 2010, ud aneka jaya membeli barang dari pt Indofood
sebanyak 100 dus @ Rp. 43.000,00 secara kredit. Jika menggunakan system fisik,
jurnal yang dibuat oleh Ud Aneka Jaya adalah
a. Pembelian Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
b. Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
c. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Pembelian Rp.4.300.000,00
d. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
e. Pembeliaan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
12. Berdasarkan soal N0.11, jika ud aneka jaya menggunakan system perpetual , jurnal
yang dibuat oleh ud aneka jaya adalah……
a. Pembelian Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
b. Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
c. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Pembelian Rp.4.300.000,00
d. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
e. Pembeliaan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00

26
13. Pada tanggal 16 desember 2010, ud aneka jaya menjual barang dagangan kepada took
sangkuriang secara kredit sebesar Pembelian Rp.4.300.000,00. Harga pokok barang
yang dijual sebesar Rp.3.400.000,00 .jurnal yang dibuat ud aneka jaya jika
menggunakan physical system adalah …..
a. Piutang dagang Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
b. Penjualan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
c. Harga pokok penjualan Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
d. A dan C benar
e. A dan B benar
14. Berdasarkan soal N0.13 , jurnal yang dibuat ud aneka jaya jika menggunakan
perpetual system adalah…..
a. Piutang dagang Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
b. Penjualan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
c. Harga pokok penjualan Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
d. A dan C benar
e. A dan B benar
15. Bagian yang tidak terkait dengan perhitungan persedian barang adalah….
a. Bagian gedung d. Petugas penghitung
b. Petugas pengecek e. Coordinator penghitungan
c. Petugas kasir

II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar.


1. Jelaskan yang dimaksud dengan merchandise inventory!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan FOB shipping point dan FOB destination!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan perpetual inventory system dan physical inventory
system!
4. Jelaskan perbedaan simple average method dan weighted average method!
5. Jelaskan perbedaan gross margin method dan retail method!

27
Tugasnya menyesuaikan data persediaan bila ternyata ada persediaan yang dianggap
material antara jumlah persediaan secara fisik dan yang tercantum dalam kartu
persediaan.
1. Bagian gudang
Tugasnya menyesuaikan data persediaan bila ada perbedaan persediaan yang dianggap
material antara jumlah persediaan secara fisik dan yang tercantum dalam kartu
persediaan.

Tes Formatif
III. Pilihlah jawabab yang tepat untuk soal – soal dibawah ini.
16. baku yang akan diperoses menjadi barang jadi disebut….
d. Merchandise Inventory d. Finished goods inventory
e. Raw material inventory e. Inventory system
f. Work in process inventory
17. Persediaan barang yang telah di proses namun masih membutuhkan proses lagi untuk
menjadi barang jadi di sebut….
d. Merchandise Inventory d. Finished goods inventory
e. Raw material inventory e. Inventory system
f. Work in process inventory
18. Harga pokok penjualan barang yang di akui bersamaan dengan pengakuan
penjualan.sistem pencatatan persediaan ini menggunakan …..
d. Perpetual inventory system d. First in first out
e. Physical inventory system e. Last in first out
f. Weighted average menthod
19. Dalam penerapan sistem pencatatan fisik, harga pokok penjualan dihitung tiap...
f. Awal periode setelah sisa barang dihitung secara fisik
g. Awal periode setelah sisa barang dihitung secara perpetual
h. Pertengahan periode setelah sisa barang dihitung secara fisik
i. Akhir periode setelah sisa barang dihitung secara fisik
j. Akhir periode setelah sisa barang dihitung secara perpetual
20. Perusahaan yang menjual barang yang jenisnya banyak, harga satuan tiap jenis barang
relatif murah sehingga secara teknis harga pokok penjualan untuk tiap jenis barang
sulit dihitung oleh karena itu menggunakan sistem...

28
d. Sistem fisik d. Sistem pembelian
e. Sistem perpetual e. Sistem penjualan
f. Sistem harga jual barang 
21. Setiap barang yang masuk (dibeli) diberi tanda pengenal yang menunjukkan harga
satuan sesuai dengan faktur yang diterima adalah metode...
a. Metode sediaan dasar
b. Metode masuk terakhir keluar pertama
c. Metode masuk pertama keluar pertama
d. Metode rata-rata sederhana
e. Metode tanda pengenal khusus
22. Pada supermarket yang biasa membuat laporan keuangan bulanan (Interim), sehingga
relatif sulit dilakukan penghitungan barang secara fisik adalah metode...
d. Metode laba kotor d. Metode sediaan dasar
e. Metode harga eceran e. Metode taksiran
f. Metode rata-rata
23. Tugas bagian kartu sediaan adalah...
a. Secara periodik membuat laporan sediaan barang
b. Secara periodik membuat laporan keuangan
c. Secara periodik membuat laporan penjualan
d. Secara periodik membuat laporan pembelian
e. Secara periodik membuat laporan hutang
24. Persediaan menimal yang harus ada unutk mempertahankan kestabilan jumlah
persediaan barang dagang suatu perusahaan, merupakan metode…..
d. Basic stock method d. Simple averge method
e. Gross margin method e. Weighted average method
f. Retail method

25. Penilaian persediaan barang dagangan akhir periode dengan asumsi, barang yang
lebih dulu masak (dibeli) dianggap yang lebih dulu keluar (dijual). Metode pencatatan
persediaan ini disebut …..
d. Specific indetifications method d. First in first out
e. Simple average method e. Last in first out
f. Weighted average method

29
26. Pada tanggal 1 desember 2010, ud aneka jaya membeli barang dari pt Indofood
sebanyak 100 dus @ Rp. 43.000,00 secara kredit. Jika menggunakan system fisik,
jurnal yang dibuat oleh Ud Aneka Jaya adalah
f. Pembelian Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
g. Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
h. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Pembelian Rp.4.300.000,00
i. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
j. Pembeliaan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
27. Berdasarkan soal N0.11, jika ud aneka jaya menggunakan system perpetual , jurnal
yang dibuat oleh ud aneka jaya adalah……
f. Pembelian Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
g. Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
Utang dagang Rp.4.300.000,00
h. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Pembelian Rp.4.300.000,00
i. Utang dagang Rp.4.300.000,00
Persediaan barang dagang Rp.4.300.000,00
j. Pembeliaan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
28. Pada tanggal 16 desember 2010, ud aneka jaya menjual barang dagangan kepada took
sangkuriang secara kredit sebesar Pembelian Rp.4.300.000,00. Harga pokok barang
yang dijual sebesar Rp.3.400.000,00 .jurnal yang dibuat ud aneka jaya jika
menggunakan physical system adalah …..
f. Piutang dagang Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
g. Penjualan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
h. Harga pokok penjualan Rp.4.300.000,00

30
Penjualan Rp.4.300.000,00
i. A dan C benar
j. A dan B benar
29. Berdasarkan soal N0.13 , jurnal yang dibuat ud aneka jaya jika menggunakan
perpetual system adalah…..
f. Piutang dagang Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
g. Penjualan Rp.4.300.000,00
Piutang dagang Rp.4.300.000,00
h. Harga pokok penjualan Rp.4.300.000,00
Penjualan Rp.4.300.000,00
i. A dan C benar
j. A dan B benar
30. Bagian yang tidak terkait dengan perhitungan persedian barang adalah….
d. Bagian gedung d. Petugas penghitung
e. Petugas pengecek e. Coordinator penghitungan
f. Petugas kasir

IV. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar.


1. Jelaskan yang dimaksud dengan merchandise inventory!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan FOB shipping point dan FOB destination!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan perpetual inventory system dan physical inventory
system!
4. Jelaskan perbedaan simple average method dan weighted average method!
5. Jelaskan perbedaan gross margin method dan retail method!

31
Sumber : http://dasar-akuntansi.blogspot.com/2009/09/akuntansi-persediaan.html

32

Anda mungkin juga menyukai