Pentingnya Self Esteem Sebagai Pembentukan Jati Diri Pada Remaja
Pentingnya Self Esteem Sebagai Pembentukan Jati Diri Pada Remaja
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Menurut Coopersmith (1967) Self Esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh
individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri, hal
ini mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat
dimana inividu itu meyakini diri sendiri mampu, penting, berharga dan berhasil.
Self esteem sangat berhubungan dengan pembentukan jati diri tiap individu. Self
Esteem dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam pembentukan kepriabdian
di kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang tidak dapat menghargai dirinya sendiri,
maka akan sulit baginya untuk dapat menghargai orang lain. Dengan demikian self-
esteem merupakan salah satu elemen penting bagi pembentukan jati diri seseorang,
dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.
Remaja adalah fase peralihan dari anak- anak menuju dewasa. Dalam fase ini,
remaja sedang mencari jati dirinya masing- masing.
Jati diri adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri kita, yang meliputi watak,
karakter, sifat dan kepribadian. Kepribadian adalah cara indiviu bereaksi dan
berperilaku dengan individu lain. Atwater (dalam Dariuszky, 2014 : 13) mengemukakan
sebenernya self esteem adalah cara seseorang merasakan dirinya sendiri, dimana
seseorang akan menilai tentang dirinya sehingga mempengaruhi perilaku dalam
kehidupan sehari-harinya.
Sebenarnya tiap individu pasti memilki self esteem dalam dirinya, yang
membedakan dengan orang lain adalah tinggi atau rendahnya self esteem tersebut.
Jadi tiap individu tau mana yang baik dalam dirinya mana yang engga. Roman (dalam
Coetzee, 2005) menjabarkan self esteem sebagai kepercayaan diri seseorang,
mengetahui apa yang terbaik bagi diri dan bagaimana melakukannya.
Namun dengan seiring berkembangnya zaman, mana yang baik dan mana yang
tidak baik untuk dirinya itu tidak tau, karena rendahnya self esteem tiap individu
menjadikannya lupa akan jati dirinya, mana yang baik dan mana yang engga itu di
tepisnya dan disama ratakan dengan penilaian orang lain. Misal menurut orang lain itu
baik tapi menurutmu engga dan tidak sesuai dengan apa yang sebernernya kamu mau,
namun karena menurut orang lain itu baik jadi kamu menilai itu juga baik untukmu. Hal
tersebut dilakukan semata mata untuk mendapatkan validasi, penghargaan dari orang
sekitar.
Hidup tidak melulu harus mendapatkan validasi dari orang lain tentang apa yang
ada dalam diri kita, apa yang kita pakai, apa yang kita mau, apa yang buat diri kita
bahagia, bagaimana bentuk tubuh kita, apa warna kulit kita, dan lain sebagainya. Self
Esteem adalah keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi
tantangan hidup ini, keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaaan berharga,
memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati buah
hasil dari hasil kerja keras kita (Nathaniel Branden, 2005).
2.2 Aspek-aspek
Menurut Coppersmith(1967) menyebutkan bahwa terdapat 4 aspek dalam self
esteem yang ada pada tiap individu diantaranya :
Power (Kekuatan)
Kekuatan atau power adalah terkait ada tidaknya kemampuan seseorang
untuk dapat mengatur dan mengontrol tingkah laku dan mendapat
pengakuan atas tingkah laku tersebut dari orang lain.
Significance (Keberartian )
Keberartian dinyatakan ketika kepedulian, perhatian, afeksi, dan ekspresi
cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang menunjukkan
adanya penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan sosial.
Penerimaan dari lingkungan sekitar ditandai dengan adanya kehangatan
respoon dari lingkungan dan adanya ketertarikan lingkungan terhadap
individu sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.
Virtue (Kebajikan)
Kebajikan atau virtue adalah suatu ketaatan untuk mengikuti standar
moral dan etika serta beragama dimana individu akan menjauhi tingkah
laku yang dianggap tidak di izinkan oleh moral, etika dan agama.
Competence (Kemampuan)
Kemampuan atau competence adalah suatu performa yang tinggi untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai prestasi.
Selain itu tinggi atau rendahnya self esteem setiap individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Herter (dalam Bitar, 2004 : 2005) tingkatan self esteem yang berbeda
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal :
Scholastic competence, yaitu merasa memilki kemampuan di bidang akademik
Social competence, yaitu merasa diterima di lingkungan atau teman sebayanya
Athletic competence, yaitu merasa memiliki kemampuan di bidang olah raga
Phsycal appearance, yaitu merasa memiliki kesempurnaan fisik atau penampilan
yang menarik
Job competence, yaitu merasa memiliki kemampuan atau keahlian lebih
Romantical appeal, yaitu merasa memilki daya tarik romantis terhadap orang lain
Behavioral conduct, yaitu memiliki kemampuan dapat melakukan hal yang benar
dan bisa menghindari masalah
Close friendship, yaitu mampu bisa menjalin dan mempertahankan hubungan
dengan teman dekat.
Apabila individu merasa sangat baik dalam salah satu aspek maka self esteem
yang dimilkinya juga tinggi, namun sebaliknya jika individu merasa kurang dalam salah
satu aspek maka self esteem yang dimilikinya juga rendah. Individu akan memiliki self
esteem yang tinggi apabila individu tersebut merasa sangat baik terhadap salah satu
aspek yang dipedulikannya. James (dalam Susanty, 2006)
BAB 3
ANALISIS KASUS
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Self esteem itu penting sebagai salah satu upaya pembentukan jati diri pada
remaja. Karena self esteem dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam
pembentukan kepriabdian di kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang tidak dapat
menghargai dirinya sendiri, maka akan sulit baginya untuk dapat menghargai orang
lain. Dengan demikian self-esteem merupakan salah satu elemen penting bagi
pembentukan jati diri seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.
Self esteem adalah cara seseorang merasakan dirinya sendiri, dimana seseorang akan
menilai tentang dirinya sehingga mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-
harinya.
Tinggi atau rendahnya self esteem tiap individu dipengaruhi oleh beberapa hal,
jika salah satu hal tersebut dirasa kurang, maka akan muncul ketidak puasan terhadap
apa yang ada dalam dirinya dan memunculkan sikap kurang percaya diri, merasa
inferior, malu-malu dan menarik diri dari lingkungannya. Akibatnya orang yang memiliki
self esteem yang rendah cenderung mudah tertekan terhadap tekanan sosial, stress,
hingga depresi.
Lain halnya jika seseorang tersebut memiliki self esteem yang tinggi maka akan
memunculkan perasaan percaya diri, mudah bersosialisasi, dan sanggup menghadapi
tantangan sosial yang menghampiri.
REFERENSI
Sari, D. N. (2012 ). Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2-4.