Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Self esteem merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi dan
kepribadian setiap individu, khususnya di kalangan remaja, karena di masa remaja
adalah masa menemukan identitasnya atau jati diri. Dengan self esteem yang baik,
seseorang bisa lebih mencintai, menghargai, dan menerima diri apa adanya, terlepas
dari segala kekurangan yang dimiliki.
Berkembangnya pemikiran mengenai jati diri dan keunikan diri merupakan
masalah dalam hidup seorang remaja, salah satunya terkait dengan harga diri atau self
esteem. Masalah yang muncul menjadi lebih meningkat, ketika tingkat harga diri remaja
yang rendah berhubungan dengan bentuk fisik yang dianggap tidak sesuai dengan
standar dalam dirinya ataupun lingkungannya maka menimbulkan ketidak puasan
dalam diri. Menurut Hurlock (dalam Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008), memiliki bentuk
fisik yang baik akan menimbulkan kepuasaan dalam diri terhadap tubuhnya. Semakin
menarik atau efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka semakin positif harga diri
yang dimiliki, karena akan meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas
jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri, yang akan memengaruhi harga diri.
Ketidak puasan tersebut jika dibiarkan dan tanpa adanya self esteem yang baik
dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, ketidak percayaan diri, percobaan bunuh
diri dan juga masalah psikologis lainnya. Maka dari itu self esteem itu penting.
Mungkin sebagian orang menganggap self estem yang dimiliki tiap individu itu
pure dibentuk atas dirinya sendiri padahal faktor lingkungan lah yang sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya self estem tiap individu. Self esteem adalah
suatu hasil penilaian individu terhadapa dirinya yang diungkapkan dalam sikap positif
dan negatif. Self esteem berkaitan dengan bagaimana orang menilai tentang dirinya
akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. (Tambunan, 2001).
Jika penilaian yang diberikan terhadap dirinya berkonotasi negatif maka tak
jarang self esteem yang dimilikinya rendah, sehingga berdampak dalam cara dia
bersosisalisasi tiap harinya, cenderung dia akan menarik dirinya dan enggan untuk
berbaur dengan orang lain.
Namun sebaliknya jika penilaian yang diberikan terhadap dirinya berkonotasi
positif maka self esteem yang dimilkinya tinggi dan minim terjadi masalah terkait cara
dia bersosialisasi.
Saat ini standar kerupawanan orang Indonesia itu dilihat dari putihnya warna
kulit, proporsionalnya bentuk tubuh, lurus tidaknya rambut dan masih banyak lagi yang
membuat orang berlomba – lomba mengubah apa yang ada di tubuhnya demi
mendapatkan validasi, penghargaan diri dari lingkungan sekitar.
Standar kerupawanan setiap negara memang berbeda –beda, mengingat
Indonesia terdapat keberagaman suku budaya menjadikan warna kulit, dan tipe rambut
tidak sama. Tentunya standar kecantikan orang Indonesia dulunya bukan berkulit putih,
berambut lurus, namun mengapa semua itu bisa terjadi? Tentunya karena
perkembangan zaman dan juga peniruan budaya lain seperti Korea, Jepang, Thailand,
dan sebagainya yang membuat khususnya di kalangan remaja mengalami masalah
sosial dimana dia terjebak dengan unsur-unsur peniruan budaya luar.

1.2 Rumusan Masalah


Mengapa self esteem itu penting sebagai salah satu upaya pembentukan jati diri
pada remaja?
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Menurut Coopersmith (1967) Self Esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh
individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri, hal
ini mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat
dimana inividu itu meyakini diri sendiri mampu, penting, berharga dan berhasil.
Self esteem sangat berhubungan dengan pembentukan jati diri tiap individu. Self
Esteem dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam pembentukan kepriabdian
di kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang tidak dapat menghargai dirinya sendiri,
maka akan sulit baginya untuk dapat menghargai orang lain. Dengan demikian self-
esteem merupakan salah satu elemen penting bagi pembentukan jati diri seseorang,
dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.
Remaja adalah fase peralihan dari anak- anak menuju dewasa. Dalam fase ini,
remaja sedang mencari jati dirinya masing- masing.
Jati diri adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri kita, yang meliputi watak,
karakter, sifat dan kepribadian. Kepribadian adalah cara indiviu bereaksi dan
berperilaku dengan individu lain. Atwater (dalam Dariuszky, 2014 : 13) mengemukakan
sebenernya self esteem adalah cara seseorang merasakan dirinya sendiri, dimana
seseorang akan menilai tentang dirinya sehingga mempengaruhi perilaku dalam
kehidupan sehari-harinya.
Sebenarnya tiap individu pasti memilki self esteem dalam dirinya, yang
membedakan dengan orang lain adalah tinggi atau rendahnya self esteem tersebut.
Jadi tiap individu tau mana yang baik dalam dirinya mana yang engga. Roman (dalam
Coetzee, 2005) menjabarkan self esteem sebagai kepercayaan diri seseorang,
mengetahui apa yang terbaik bagi diri dan bagaimana melakukannya.
Namun dengan seiring berkembangnya zaman, mana yang baik dan mana yang
tidak baik untuk dirinya itu tidak tau, karena rendahnya self esteem tiap individu
menjadikannya lupa akan jati dirinya, mana yang baik dan mana yang engga itu di
tepisnya dan disama ratakan dengan penilaian orang lain. Misal menurut orang lain itu
baik tapi menurutmu engga dan tidak sesuai dengan apa yang sebernernya kamu mau,
namun karena menurut orang lain itu baik jadi kamu menilai itu juga baik untukmu. Hal
tersebut dilakukan semata mata untuk mendapatkan validasi, penghargaan dari orang
sekitar.
Hidup tidak melulu harus mendapatkan validasi dari orang lain tentang apa yang
ada dalam diri kita, apa yang kita pakai, apa yang kita mau, apa yang buat diri kita
bahagia, bagaimana bentuk tubuh kita, apa warna kulit kita, dan lain sebagainya. Self
Esteem adalah keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi
tantangan hidup ini, keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaaan berharga,
memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati buah
hasil dari hasil kerja keras kita (Nathaniel Branden, 2005).

2.2 Aspek-aspek
Menurut Coppersmith(1967) menyebutkan bahwa terdapat 4 aspek dalam self
esteem yang ada pada tiap individu diantaranya :
Power (Kekuatan)
Kekuatan atau power adalah terkait ada tidaknya kemampuan seseorang
untuk dapat mengatur dan mengontrol tingkah laku dan mendapat
pengakuan atas tingkah laku tersebut dari orang lain.
Significance (Keberartian )
Keberartian dinyatakan ketika kepedulian, perhatian, afeksi, dan ekspresi
cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang menunjukkan
adanya penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan sosial.
Penerimaan dari lingkungan sekitar ditandai dengan adanya kehangatan
respoon dari lingkungan dan adanya ketertarikan lingkungan terhadap
individu sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.
Virtue (Kebajikan)
Kebajikan atau virtue adalah suatu ketaatan untuk mengikuti standar
moral dan etika serta beragama dimana individu akan menjauhi tingkah
laku yang dianggap tidak di izinkan oleh moral, etika dan agama.
Competence (Kemampuan)
Kemampuan atau competence adalah suatu performa yang tinggi untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai prestasi.
Selain itu tinggi atau rendahnya self esteem setiap individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Herter (dalam Bitar, 2004 : 2005) tingkatan self esteem yang berbeda
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal :
Scholastic competence, yaitu merasa memilki kemampuan di bidang akademik
Social competence, yaitu merasa diterima di lingkungan atau teman sebayanya
Athletic competence, yaitu merasa memiliki kemampuan di bidang olah raga
Phsycal appearance, yaitu merasa memiliki kesempurnaan fisik atau penampilan
yang menarik
Job competence, yaitu merasa memiliki kemampuan atau keahlian lebih
Romantical appeal, yaitu merasa memilki daya tarik romantis terhadap orang lain
Behavioral conduct, yaitu memiliki kemampuan dapat melakukan hal yang benar
dan bisa menghindari masalah
Close friendship, yaitu mampu bisa menjalin dan mempertahankan hubungan
dengan teman dekat.
Apabila individu merasa sangat baik dalam salah satu aspek maka self esteem
yang dimilkinya juga tinggi, namun sebaliknya jika individu merasa kurang dalam salah
satu aspek maka self esteem yang dimilikinya juga rendah. Individu akan memiliki self
esteem yang tinggi apabila individu tersebut merasa sangat baik terhadap salah satu
aspek yang dipedulikannya. James (dalam Susanty, 2006)

2.3 Tingkat dan Karakter


Karakteristik Self esteem tinggi
Individu yang memiliki self esteem tinggi cenderung puas atas apa yang ada
dalam dirinya, terlepas dari kekurangan yang dimilikinya. Adanya
penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sekitar membuat individu
merasakan kenyamanan, rasa aman ketika berinteraksi dengan orang baru
maupun lingkungan sekitar. Individu yang memiliki self esteem yang tinggi akan
merasa bahagia dan akan lebih mudah menghadapi tantangan dari lingkungan
sekitar ketimbang individu yang memiliki self esteem yang rendah. Orang yang
memiliki self esteem yang tinggi cenderung akan mengambil alih peran penting
dalam kelompok sosial karena merasa dirinya mempunyai kemampuan untuk
menjadi peran aktif. Orang yang mempunyai self esteem yang tinggi tidak sulit
untuk mengekspresikan dirinya, terkait apa yang dirasa, apa yang disuka dan
tidak disuka. Menjadikan pribadi yang baik bagi pemilik self esteem yang tinggi.
Krakterisitik self esteem rendah
Individu yang memiliki self esteem yang rendah cenderung merasa kurang
percaya diri terhadap apa yang dimilikinya. Merasa inferior, malu-malu dan
menarik diri dari lingkungannya. Orang yang memilki self esteem yang rendah
akan merasa tertekan terhadap masalah –masalah sosial, dikarenakan individu
ini sulit mengekspresikan dirinya. Kecemasan yang tinggi membuatnya depresi
dan membenci dirinya sendiri, akibat nya individu tersebut akan kehilangan jati
dirinya dan berdampak pada kepribadiannya.
Rosenberg (Reasoner, 2010: 3) menjelaskan bahwa individu dengan harga diri
yang rendah seringkali mengalami depresi dan ketidak bahagiaan, memiliki
tingkat kecemasan yang tinggi, menunjukkan implus-implus agresivitas yang
lebih besar, mudah marah dan mendendam, selalu merasa menderita karena
ketidakpuasan terhadap kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki self
esteem yang rendah cenderung sering mencari cari kelebihan orang lain dan
membandingkannya dengan dirinya sendiri.
2.4 Kebutuhan akan self esteem
Self esteem yang tinggi sangat penting bagi tiap individu, karena dapat
mempengaruhi sebagaian aspek dalam kehidupan. Setiap individu pasti butuh yang
namanya self esteem, menurut Maslow (dalam Alwisol, 2002) self esteem merupakan
suatu kebutuhan manusia yang mememerlukan pemenuhan atau pemuasan untuk
dilanjutkan ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan self estem menurut
Maslow dibagi menjadi dua yaitu penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.
Keduanya harus seimbang karena jika pemenuhannya berat sebelah akan
menimbulkan ketidakpuasan terhadap driinya.
Kepuasan akan kebutuhan self esteem akan menimbulkan sikap percaya diri,
power, perasaan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebaliknya jika individu
kurang merasa puas atas dirinya hal yang akan terjadi adalah rasa kurang percaya diri,
canggung, merasa inferior, dan tidak berdaya. Pikiran negatif yang dipirkan oleh
individu yang memiliki self esteem rendah memunculkan perasaan khawatir dan
ketakutan yang mendasar, perasaan tidak berguna dan ketidakberdayaan menghadapi
tantangan sosial jika berhadapan dengan orang lain.
Kebutuhan self esteem juga berbeda beda bagi setiap individu, perbedaan
kebutuhan self esteem tiap individu tercermin dalam perilakunya dan orang dengan self
esteem yang tinggi biasanya merasa lebih puas sehubungan dengan kebutuhan ini dari
pada orang yang memiliki self esteem yang rendah.

BAB 3
ANALISIS KASUS

Seiring berkembangnya zaman tentunya membawa perubahan-perubahan baik


dari aspek teknologi, aspek budaya, aspek kehidupan dan masih banyak lagi.
Semuanya tak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi yang menyebabkan hal itu
terjadi. Pengaruh budaya luar yang dibawa oleh kecanggihan teknologi saat ini ternyata
membawa dampak buruk bagi orang – orang yang tidak bisa memfilter mana yang
sesuai dan engga nya dengan budaya kita.
Salah satu masalah yang diakibatkan dari hal tersebut adalah hilangnya jati diri
pada remaja karena rendah nya self esteem. Contoh yang sering terjadi di negri ini
adalah para remaja berlomba lomba mengubah apa yang ada dalam dirinya guna
mengikuti trend budaya atau standar yang dibuat oleh masyarakat akibat dari pengaruh
budaya luar. Tujuannya adalah mendapat validasi, pengakuan, penerimaan dari
lingkungan sekitar. Misal untuk menjadi cantik individu harus memiliki kulit putih, rambut
lurus, badan langsing, yang pada mulanya standar itu tidak ada di Indonesia karena
Indonesia terdiri dari berbagai suku budaya yang mengakibatkan perbedaan warna kulit
dan rambut.
Dari kasus diatas dapat kita analisis bahwa masalah tersebut jika dibiarkan akan
membuat hilangnya jati diri pada remaja. Jati diri berhubungan dengan self esteem
karena self esteem dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam pembentukan
kepriabdian di kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang tidak dapat menghargai dirinya
sendiri, maka akan sulit baginya untuk dapat menghargai orang lain. Dengan demikian
self-esteem merupakan salah satu elemen penting bagi pembentukan jati diri
seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.
Pengubahan atas apa yang ada dalam dirinya dengan tujuan untuk mendapat
validasi merupakan bentuk sikap tidak menghargai dirinya sendiri. Hal ini menandai
bahwa karakteristik self esteem yang ada dalam individu tersebut sangat rendah.
Karena Individu yang memiliki self esteem yang rendah cenderung merasa kurang
percaya diri terhadap apa yang dimilikinya. Sehingga menimbulkan tindakan untuk
mengubah apa yang ada dalam dirinya semata mata untuk mendapat validasi dari
lingkungan sekitar.
Self esteem tiap individu berbeda beda, menurut Herter (dalam Bitar, 2004 :
2005) tingkatan self esteem yang berbeda dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
rendahnya self eteem adalah jika individu merasa kurang dalam salah satu hal dari apa
yang diutarakan oleh Herter (dalam Bitar, 2004 : 2005) maka self esteem yang
dimilikinya juga rendah.
Dalam kasus ini hal yang dirasa kurang adalah pada bagian Physcal
appearance. Phsycal appearance, yaitu merasa memiliki kesempurnaan fisik atau
penampilan yang menarik.
Hidup tidak melulu harus mendapatkan validasi dari orang lain tentang apa yang
ada dalam diri kita, apa yang kita pakai, apa yang kita mau, apa yang buat diri kita
bahagia, bagaimana bentuk tubuh kita, apa warna kulit kita, dan lain sebagainya. Self
Esteem adalah keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi
tantangan hidup ini, keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaaan berharga,
memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati buah
hasil dari hasil kerja keras kita (Nathaniel Branden, 2005).

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Self esteem itu penting sebagai salah satu upaya pembentukan jati diri pada
remaja. Karena self esteem dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam
pembentukan kepriabdian di kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang tidak dapat
menghargai dirinya sendiri, maka akan sulit baginya untuk dapat menghargai orang
lain. Dengan demikian self-esteem merupakan salah satu elemen penting bagi
pembentukan jati diri seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.
Self esteem adalah cara seseorang merasakan dirinya sendiri, dimana seseorang akan
menilai tentang dirinya sehingga mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-
harinya.
Tinggi atau rendahnya self esteem tiap individu dipengaruhi oleh beberapa hal,
jika salah satu hal tersebut dirasa kurang, maka akan muncul ketidak puasan terhadap
apa yang ada dalam dirinya dan memunculkan sikap kurang percaya diri, merasa
inferior, malu-malu dan menarik diri dari lingkungannya. Akibatnya orang yang memiliki
self esteem yang rendah cenderung mudah tertekan terhadap tekanan sosial, stress,
hingga depresi.
Lain halnya jika seseorang tersebut memiliki self esteem yang tinggi maka akan
memunculkan perasaan percaya diri, mudah bersosialisasi, dan sanggup menghadapi
tantangan sosial yang menghampiri.

REFERENSI

Sari, D. N. (2012 ). Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2-4.

Tanoko, S. M. (2021). Benarkah Ada Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Depresi?


Jurnal Ilmiah Psikologi, 36-37.
Wilis Srisayekti, D. A. (2015). Harga-diri (Self-esteem) Terancam dan Perilaku . Jurnal
Psikologi 142-145.

Zakaria Stapa, A. M. (2012). Faktor Persekitaran Sosial Dan Hubungannya . Jurnal


Hadhari, 155-172.

Anda mungkin juga menyukai