Anda di halaman 1dari 3

Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), merupakan

vertigo perifer yang terbanyak timbul dan mudah diobati, biasanya


mengenai kanals semisirkularis posterior dan/atau lateral. Ge-
jala: BPPV ditandai serangan singkat vertigo rotatoar disertai
dengan/atau nistagmus positioning, yang dibangkitkan dengan
posisi kepala tertentu tau perubahan-perubahan kepala relatif
terhadap gravitasi. Pada pasien dengan BPPV tipe kanal posterior,
nistagmus torsional diinduksi oleh manuver Dix-Hallpike. Serang-
an pertama sering terjadi pagi hari, disebut : my every morning
vertigo". Pencetusnya khas: berbaring, bangkit dari tempat tidur,
berguling atau membungkuk, melenting ke depan atau ke bela-
kang. Pada pasien dengan BPPV tipe kanalis lateral, nistagmus
geotropik atau apogeotropik horizontal diinduksi oleh tes supine
roll. Patofisiologi BPPV adalah karena adanya kanalolitiasis yang
terdiri dari debris free-floating otoconial dalam endolimf salah satu kanalis semisirkularis, atau
kupulolithiasis yang terdiri dari
debris otokonial yang menempel pada kupula. Observasi terhadap
nistagmus positional atau positioning adalah penting dalam
mendiagnosa BPPV.

Diagnosis BPPV dapat ditegakkan hanya berbasis anamnesa


(riwayat), sangat khas , keluhan vertigo timbul dengan perubahan
posisi, telinga yang terkena dapat didentifikasi sesuai anamnesa
tersebut. Diagnosa didefinisikan kembali oleh International
Classification of Vestibular Disorder oleh the Barany Society (The
Committee for Classification of Vestibular Disorder) pada tahun
2015, yaitu: Canalolithiasis of the posterior canal (pc-BPPV) ; Cana-
lolithiasis of the horizontal canal (hc).
Epidemiologi: Prevalensi: 3 % (life-time prevalence); Usia: me-
nyerang masa anak-anak sampai usia tua. Tipe idiopatik khas pa-
da orang tua, usia puncak dekade enam sampai tujuh. Lebih dari
95% dari keseluruhan pasien diklasifikasikan sebagai degeneratif
atau idiopatik. Laki-laki berbanding wanita adalah 2:1. BPPV sim-
tomatik tersering disebabkan oleh trauma kepala (17%) atau neu-
ritis vestibular (15%)

Meniere's Disease, merupakan satu set gejala episodik meli-


puti vertigo, hilang pendengaran, tinnitus dan sensasi seperti teli-
nga penuh pada sisi yang sakit. Serangan episodik berkisar antar
20 menit sampai 4 jam. Penyakit ini disebut juga idiopathic endo-
lymphatic hydrops.
Epidemiologi: menyerang usia 20-50 tahun. Tidak ada perbe-
dan gender dalam insiden.
Etiologi: Penyebab mash belum diketahui, kemungkinan dari
abnormalitas volume endolimf, baik karena produksi yang berle-
bihan atau absorpsi yang inadekuat. Pada beberapa individu, ter-
utama dengan kedua telinga terkena, gangguan alergi atau autoimun
mungkin memegang peranan sebagai penyebab.
Tanda dan Gejala : penderita mengeluh sakit pada telinga yang perkena dan lebih sensitif terhadap
faktor-faktor kelelahan dan
{tress, yang bisa memperngaruhi frekuensi serangan.
Diagnostik: Penegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa,
frekuensi, durasi, beratnya, ciri khas serangan, durasi hilang pen-
dengaran, apakah tinitus atau rasa penuh timbul pada kedua te-
linga. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fungi mendengar dan
keseimbangan, meliputi: tes audiometri, dengan hasil hearing
joss tipe sensori pada sisi yang terkena, diskriminasi bicara (kè-
mampuan pasien dalam membedakan kata-kata yang mirip) ber-
kurang pada sisi yang sakit. Pemeriksaan fungsi keseimbangan
dengan elektronistagmogram.
Terapi: Non operatif berupa pola makan seperti diet rendah
garam dan diuretik, pemberian obat anti-vertigo, injeksi intra tim-
panik dengan gentamisin atau deksametason. Operatif berupa air
pressure generator, tindakan pembedahan.

NEURITIS VESTIBULAR
Etiologi: dicurigai virus.
Epidemiologi: Insidensi 3,5 / 100.000 populasi, 7% dari seluruh
pasien vertigo. Merupakan penyebab ketiga terbanyak dari vertigo
vestibular perifer. witan usia antara 30 sampai 60 tahun. Tidak
ada perbedaan insidensi berdasarkan gender.
Tanda dan Gejala: (a). witan akut/subakut vertigo rotasional
yang menetap dengan penyesuaian patologi dari gerakan visual
vertikal subyektif yang searah dengan telinga yang terkena. (b).
Nistagmus spontan horizontal ke sisi telinga yang shat dengan
komponen rotasional yang disertai oscillopsia. (c). Head impulse
test yang patologis. (d). Ketidak-seimbangan postural ditandai
jatuh ke sisi telinga yang sakit (tes Romberg positif). (e). Mual dan
muntah.
Pemeriksaan okulomotor: reaksi incomplete ocular tilt, muncul-
nya sakadik disertai gaze evoked, nystagmus searah dengan fase
cepat nistagmus spontan.

Diagnostik: ditegakkan berdasarkan anamnesa yang teliti dan


pemeriksaan kilinis. Diagnosa banding ditentukan oleh apakah
sindroma klinis sesuai dengan (1). hillangnya fungsi vestibular
perifer saja atau (2). terdapat defisit neurologi sentral yang tidak
sesuai dengan neuritis vestibular (3). Terdapat tanda/gejala
penyebab spesifik dari suatu acute unilateral/ partial atau complete
vestibular loss. Differensial diagnosa: pseudoneuritis vestibular
(disfungsi/lesi batang otak dan/atau serebelum. Tidak ada tes
patognomonis atau tanda neuritis vestibular sebagai gejala klinis,
kecuali pada hipofungsi vestibular perifer dengan disertai parese
kanals semisirkularis dapat didiagnosa dengan prosedur: head
impulse test dan irigasi kalorik
VERTIGO VISUAL
Definisi : gangguan keseimbangan yang diduga disebabkan
oleh gangguan mekanisme kompensasi perifer/ sentral terhadap
stimulus visual . Hal in diprovokasi oleh lingkungan visual dengan
pola berulang atau bergerak. Sebagai contoh, pasien dengan vertigo
visual merasakan ketidaknyamanan di supermarket dan saat di
keramajan.
Gejala: penderita gangguan vestibular lebih rentan terhadap
rangsangan gerakan visual. Keluhan yang dapat ditemukan berupa
rasa tidak nyaman, instabilisasi postural, dan eksaserbasi gejala
tersebut pada sat adanya stimulus visual. Selain itu dapat pula
ditemukan dizziness, gangguan keseimbangan, kepala terasa ringan,
dan disorientasi.
Patofisiologi : reaksi visual yang disebabkan oleh stimulus
visual dipicu oleh gerakan visual eksternal. Stimulus gerakan visual
dapat terjadi secara alami (gerakan awan di langit) dan kondisi
kota (keramaian). Kondisi ini memberikan perasaan kehilangan
keseimbangan pada pasien dengan vertigo visual. Alasan mengapa
pasien dengan vertigo visual sensitif terhadap lingkungan visual
tertentu tidak diketahui jelas tetapi mungkin terdapat peranan
efek idiosinkrasi individual. Toleransi terhadap stimulus visual Jan vestibuler sangat bervariasi.
Kecurigaan adanya perbedaan
persepsi yang normal tersebut juga mempengaruhi erek dart sala
lesi yang menycbabkan hilangnya keseimbangan dan tolerans.
spasial. Pada tahap akut, postur penderita akan sangat sensitif
perhadap geralan visual , Kemudian akan muncul usaha compensasi
perupa pergeseran kontrol postural yang mengandalkan visual
menjadi propioseptif. Subjek yang bergantung secara visual, akan
mengalami kesulitan dalam mengubah kontrol postural dari visual
ke propioseptif sehingga diduga vertigo visual muncul akibat
gagalnya proses kompensasi dan rendahnya toleransi terhadap
situasi konflik informasi visual.
Penyebab: gangguan berupa gejala strabismus serta gangguan
batang otak/serebelum. Pada stimulasi optik, arah respon visuo-
postural ditentukan ole posisi bola mata didalam orbita dan
kepala terhadap tubuh. Gerakan visual pada bidang frontal akan
mengakibatkan rasa melayang pada bidang frontal bila mata dan
kepala terletak menghadap kedepan dengan lurus. Tetapi bila
terjadi kombinasi deviasi kepala dan mata, maka gerakan visual
frontal yang menginduksi rasa melayang pada bidang sagital. Hal
ini dapat terjadi karena sudut pandang mata dan propioseptif leher
memberikan informasi pada otot-otot somatik leher. Hilangnya
kontrol terhadap reaksi visuopostural tersebut akan menyebabkan
penderita tidak dapat menekan respon melayang yang ditimbulkan
oleh stimulus visual.

Anda mungkin juga menyukai