Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada bayi dan
anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan mendapatkan
angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, yaitu Maeda dkk, 1993 mendapatkan angka 9,7% (pada pria
10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%.

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia
lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.Akhir-akhir ini kejang demam
diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau
multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000).

Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga, campak, cacar air.
Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisa mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan
otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya
kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi
anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama
frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah
seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang
mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.

Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari
setengah jam) baik bersifat umum maaupun fokal, kelumpuhannya sesuai dengan kejang vokal yang
terjadi. Mula-mula kelumpuhannya bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu spasitisitas. Milichap (1998)
melaporkan dari 1990 anak menderita kejang demam, hanya 0,2 % saja yang mengalami hemiparese
sesudah kejang lama.

Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturubkan melalui upaya
pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada anak. Dan perlu diingat
bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah di rumah sakit tetapi mencskup
permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak tersebut, keluarga, kelompok maupun
masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum:

a. Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.

2. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui;

a) Definisi penyakit kejang demam pada anak.

b) Etiologi penyakit kejang demam pada anak

c) Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .

d) Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.

e) Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

f) Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .

g) Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.

h) Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

§ Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak

§ Mendapatkan pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata
dalam melaksanakan asuhan kebianan

2. Bagi Klien

Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami tentang keadaannya sehingga
diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan
kebidanan.

3. Bagi Institusi

Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam asuhan kebidanan pada anak.
BAB II

DASAR TEORI KEJANG

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oc)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstracranial (mansjoer, 2000)

Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak
usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh yaitu 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

2. Etiologi

Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah :

a. Faktor predisposisi :

1) Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat diturunkan pada anakmya.

2) Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada anak belum matang sehingga mudah
mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba-tiba.

b. Faktor presipitasi

1) Adanaya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya infeksi saluran pernapasan
atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis, infeksitraktus urinarius dan faringitis.

2) Ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga mengganggu


homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron misalnya hiponatremia,
hipernatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.

3) Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma kepala, infeksi premature,
hipoksia) yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
3. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari
metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu
adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler.

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah
menjadi karbon dioksida dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dengan mudah
dapat dilalui oleh ion Kalium (K+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah. Sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu terdapat perbedaan jenis
dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra
selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan.

Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15
%. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam
singkat terjadi difusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran
sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya
kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan
gejala sisa tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat,
kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan
terjadinya asidosis.

Demam

Kebutuhan O2 dan energi otak meningkat

Metabolisme otak meningkat

¯
Perubahan perkembangan dari membran sel neuron

Difusi ion kalium dan natrium

Lepas muatan listrik

Kejang

Neurotran smiter

4. Gejala klinis

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan
yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis
media akut, ISPA, UTI, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam,berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.

5. Komplikasi

a. Epilepsi

Terjadi akibat adanya kerusakan pada daerah lobus temporalis yang berlangsung lama dan dapat
menjadi matang

b. Retardasi mental

Terjadi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau
kelainan neurologis

c. Hemiparese

Biasanya terjadi padaa pasien yang mengalemi kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit)

d. Gagal pernapasan

Akibat dari ektivitas kejang yang menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi spasme
e. Kematian

6. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien kejang demam antara lain :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Elektrolit

2) Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitaskejang

3) Glukosa

Hipoglikemia ( normal 80 - 120)

4) Ureum / kreatinin

Meningkat (ureum normal 10 – 50 mg/dL dan kreatinin normal =< 1,4 mg/dL)

5) Sel Darah Merah (Hb)

Menurun ( normal 14-18 g/dl, 12-16 g/dl )

6) Lumbal punksi

Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini
dapat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.

a) Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologis dan pemeriksaan lumbal pungsi

b) Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

· Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom.

· Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda
60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml).

· Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)

b. EEG (electroencephalography)

EEG merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik otak melalui tengkorang yang utuh untuk
menentukan adanya kelainan pada SSP, EEG dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal. Tidak
menunjukkan kelainan pada kejang demam sederhana, gelombang EEG yang lambat di daerah belakang
dan unilateral menunjukkan kejang demam kompleks
c. CT Scan

Tidak dianjurkan pada kejang demam yang beru terjadi pada pertama kalinya

d. Pemeriksaan Radiologis

1. Foto tengkorak diperhatikan simetris tulang tengkorak, destruksi tulang peningkatan tekanan
intrakranial

2. Pneumonsefalografi dan ventrikulografi dilakukan atas indikasi tertentu yaitu untuk melihat
gambaran sistem ventrikal, rongga subaraknoid serta gambaran otak sehingga dapat diketahui adanya
atrofi otak, tumor serebri, hidrosefalus araknoiditis

3. Arteriografi untuk melihat keadaan pembuluh darah di otak, apakah ada penyumbatan atau
peregangan.

7. Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :

a. Pengobatan Fase Akut

a) Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi
ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital
seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan
dengan kompres air dan pemberian antipiretik.

b) Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau
intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan
dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau
pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB≤10 kg) atau 10 mg(BB≥10kg) bila kejang
tidak berhenti dapat diulang selang 15 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan
dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian
fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan
menyebabkan iritasi vena.

c) Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah
kejang berhenti. Dosis awal untuk neonatus 30 mg, bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke
atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari
pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis
4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan
setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya
adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan
fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

b. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik kejang demam sederhana maupun kejang epilepsi yang diprovokasi
oleh demam biasanya ISPA dan otitis media akut. Pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat utnuk
mengobati infeksi tersebut. Biasanya dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal untuk mengetahui faktor
resiko infeksi di dalam otak, misalnya: meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang demam
lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, seperti: pemeriksaan darah lengkap.

c. Pengobatan rumat

Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian:

1. Pengobatan profilaksis intermiten: untuk mencegah terulangnya kejadian demam dikemudian hari,
orang tua atau pengasuh harus cepat mengetahui bila anak menderita demam. Disamping pemberian
antipiretik, obat yang tepat untuk mencegah kejang waktu demam adalah diazepam intrarektal.
Diberiakan tiap 12 jam pada penderita demam dengan suhu 38,5oC atau lebih. Dosis Diazepam
diberikan 5 mg untuk anak kurang dari 3 tahun dan 7,5 mg untuk anak lebih dari 3 tahun atau dapat
diberikan Diazepam oral 0,5 mg/kgBB pada waktu penderita demam (berdasarkan resep dokter).

2. Pengobatan profilaksis jangka panjang yaitu dengan pemberian antikonvulsan tiap hari. Hal ini
diberikan pada penderita yang menunjukkan hal berikut;

i. Sebelum kejang demam penderita sudah ada kelainan neurologis


atau perkembangannya.

ii. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurologis sementara atau menetap.

iii. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

iv. Kejang demam pada bayi atau kejang multipel pada satu episode
demam.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak
pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang
menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan
kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas
disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

Kejang demam merupakan

kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang
tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang
yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi
pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan
informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made
Kariasa, 1999; 262).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Insiden

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3
% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih
sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data
adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam
sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien
kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan
adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang
menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .

B. Pengertian

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

C. Etiologi

Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang
disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll

D. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat
pada permukaan sel

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

- Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

- Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya

- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

E. Manifestasi Klinik

Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat
bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah
beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.

Di Subbagian, kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu :

- Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

- Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit

- Kejang bersifat umum

- Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan
kelainan

- Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali

F. Penatalaksanaan Medik

Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

Pemberantasan kejang secepat mungkin. Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

Bia diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan
dengan dosis rumat.

Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya


Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah
memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB

memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5
1/5, RL.

Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:

a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat
hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan
kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg secara intravena. Pemberian
Ca - glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi.
Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan
larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.

b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4
dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi
hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.

c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia
atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah
Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi
otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20
mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.

Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :

1. Semua pakaian ketat dibuka

2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen

4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5
mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.

G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien/klien
serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

- Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.

- Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai :

1. Suhu meningkat

2. Anak tampak rewel

- Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai :


keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang (konvulsi) didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja, paroksismal, yang dapat
nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku,
gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38°C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan- 5 tahun.
Kejang demam terdiri atas :

1. Kejang demam kompleks ( berlangsung lama/lebih dari sama dengan 15 menit, dapat bersifat
fokal/parsial, atau kejang umum didahului kejang fokal, dan kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24
jam).

2. Kejang demam sederhana (kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang
dalam 24 jam./kriteria tidak memenuhi kejang demam kompleks)

Demam yang terjadi sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), gangguan metabolik,
penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronkitis, keracunan obat, faktor
herediter, danidiopatik.
Pengamatan kejang tergantung pada banyak faktor, termasuk umur penderita, tipe dan frekuensi
kejang, dan ada atau tidaknya temuan neurologis dan gejala yang bersifat dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta.

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC,
Jakarta.

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta.

Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak,
PERKANI : Surabaya.

Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai