Anda di halaman 1dari 25

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

TUGAS KELOMPOK

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Mustadji, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Titik Rohmatin (147855022)


2. Aldoko Listiaji Putra (147855154)

E/2014

S2 – PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama
dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini
akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling
keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara
penanggulangannya.
Dalam mendefinisikan pengelolaan, terlebih mendefinisikan
pengelolaan pendidikan tidak akan lepas dengan pelayanan administrasi yang
sering kita sebut manajemen. Kata pengelolaan sebenarnya berasal dari kata
manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi
(Oteng Sutisna :1983). Oleh sebab itu, pengelolaan pendidikan dapat
diartikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam
bidang pendidikan. Namun untuk lebih mengetahui dan jelasnya kita akan
bahas perbedaan antara administrasi dan manjemen, pengertian manajemen,
manajemen pendidikan dan fungsi manajemen itu sendiri di dalam
pendidikan. Sehingga penulis perlu menyusun makalah ini sebagai rujukan
dan penambahan wawasan.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang penyusun angkat, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari pengelolaan pendidikan?
2. Apa fungsi pengelolaan pendidikan?
3. Apa saja ruang lingkup pengelolaan pendidikan?
4. Bagaimanakah Tujuan yang didapat dalam pengelolaan pendidikan.
5. Apa saja komponen pengelolaan pendidikan?
6. Siapa pengelola pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Selain untuk menambah pengetahuan dan referensi, disini penulis ingin
berbagi pengetahuan yang meliputi:
1. Pengertian pengelolaan Pendidikan;
2. Fungsi Pengelolaan Pendidikan;
3. Ruang Lingkup Pengelolaan Pendidikan;
4. Komponen-komponen pengelolaan pendidikan;
5. Tujuan pengelolaan pendidikan;
6. Pengelola Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap, setelah penulisan makalah ini selesai dapat bermanfaat
bagi seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pengelolaan Pendidikan,
yang selanjutnya dapat di aplikasikan di dunia kerja yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Pendidikan


Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua
jenis yaitu pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan
pendidikan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama
artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna:1983). Dapat diartikan
pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah
adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan pada
hakikatnya adalah fungsi untuk melakukan penataan semua kegiatan dalam
pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai dalam batas-batas kebijakan yang
telah ditentukan. Sebagai penyelenggara pendidikan, manajemen pendidikan
tidak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat kelembagaan. Tetapi
dalam hal ini manajemen tidak menentukan kebijakan sama sekali.
Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengembangan. Pengelolaan
pendidikan. Pengelolaan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dimana keempat
proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu
tujuan organisasi. Menurut Griffin pengelolaan adalah sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Pengelolaan
pendidikan merupakan rangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan
pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis, yang
diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu.
Menurut Ki Hajar Dewantara pengelolaan pendidikan dengan konsep
pemikiran yang sederhana namun sangat filosofis, yaitu "Ing Ngarso sung
Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani", Ki Hajar
Dewantara ingin mendengungkan konsep manajemen yang utuh. Artinya,
dengan konsep yang filosofis tersebut sebuah organisasi dalam menjalankan
roda aktifitasnya harus dirancang secara komprehensif, mulai perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi, dan dengan kepemimpinan yang baik. Konsep
tersebut juga banyak menginspirasi banyak kalangan dalam mengelola
organisasi.
Ing Ngarso sung Tulodho, diartikan di depan memberi teladan.
Konsep ini memberi pemahaman bahwa seorang pemimpin harus bisa
menjadi teladan baik anggota organisasi yang dia pimpin. Teladan ini tidak
hanya menyangkut urusan kinerja, akan tetapi juga bisa teladan dalam
konteks persoalan teladan moral. Konsep ini juga bisa dipahami bahwa
sebuah organisasi harus mempunyai panduan dalam beraktifitas. Panduan ini
bisa berupa perencanaan yang telah dihasilkan dengan matang dan bisa juga
sosok seorang pemimpin yang memahami tujuan dari organisasi.
Sementara, Ing Madya Mangun Karso, diartikan di tengah
memberikan motivasi (karsa). Motivasi menjadi sesuatu hal yang dibutuhkan
oleh setiap manusia dalam mencapai tujuan. Setiap tujuan pasti menyimpan
motivasi tersendiri, demikian pula setiap motivasi memiliki tujuan tersendiri.
Keduanya saling mengisi dan saling melengkapi. Sebuah organisasi yang
tidak diisi oleh anggota-anggota yang bermotivasi akan menjadi organisasi
yang lesu dan tidak dinamis. Roda organisai akan stagnan dan mandek karena
tidak adanya ruh yang bisa merangsang gairah organisasi.
Tut Wuri Handayani, diartikan di belakang mengawasi. Pengawasan
menjadi hal yang penting untuk memastikan bahwa agenda organisasi
berjalan dalam rel yang benar. Adanya pengawasan menjadikan organisasi
dalam mencapai tujuannya akan berjalan dalam koridor yang telah
direncanakan sejak awal. Kemencengan-kemencengan yang bisa terjadi setiap
saat dalam upaya pencapaian tujuan organisasi akan dapat diminimalkan
dengan adanya pengawasan. Konsep Tut Wuri Handayani pun kemudian
menjadi semboyan pendidikan di Indonesia.
B. Fungsi Pengelolaan Pendidikan
Suatu sistim pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan,
seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana
(keuangan), sarana dan prasarana kependidikan, tata laksana dan lingkungan
pendidikan. Komponen tersebut perlu dikelola dan ditatta sebaik-baiknya agar
tercipta keserasian hubungan antar faktor sehingga dapat mencapai hasil yang
maksimal. Untuk itu perlu keahlian tertentu yang biasa disebut fungsi-fungsi
pengelolaan pendidikan. Inti fungsi pengelolaan pendidikan adalah sebgai
berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan. Perencaanan merupakan salah satu
langkah yang amat penting dalam proses mempersiapkan seperangkat
keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada suatu kurun
waktu tertentu dan mengenai cara melakasanaknnya untuk mencapai
tujuan organisasi. Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari
organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan
perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa depan
yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan
merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan
bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan amat penting
untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama
karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan
pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David,
2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada
tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973)
bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for
accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut
tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-
kekuatan lingkungan yang berbeda. Dalam sistem terbuka, perubahan
dalam sistem terjadi apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau
menuntut bahwa suatu keseimbangan baru perlu diciptakan dalam
organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem
sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan
menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses
perencanaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan
lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan valid,
pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan
hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan sebaiknya
melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan tersebut dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting
dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai
implementasi perencanaan, diantaranya:
a) Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/personil
lembaga pendidikan.
b) Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi diadakan.
c) Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan
pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
d) Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk
pelaksanaan lainnya.
e) Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/sekala
pengkajian.
f) Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan
pengawasan.
g) Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja),
pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.
h) Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material dan
tempat.
i) Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
j) Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam


cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran specific atau sejumlah
sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin,
pekerjaan pemimpin meliputi beberapa kegiatan yaitu mengambil
keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara
atasan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada
bawahan agar supaya mereka melaksanakan apa yang diperintahkan.

Tujuan pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi


dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang. Malayu S.P.
Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian sebagai suatu proses
penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada
setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan
wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu
yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian
fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan:
membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit (spesialisasi
pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen
(departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang (Fred R. David,
2004).

Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu


aktivitas manajerial yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan
kependidikan sebagaimana yang diharapkan. Lembaga pendidikan
sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam
suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan,
personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang,
metode, fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan
sosial budaya.

Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik


senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan, dan
pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi
yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan seakan-akan
menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru
dapat dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1)
Menyusun struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang
berlaku, 3) Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang
diterima, 4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang ada
dalam pekerjaan.

3. Pengarahan (Directing )

Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan


usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada
bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.

Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan


merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sehingga definisi
fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai dan dinilai cukup hanya dengan
mendifinisikan kepemimpinan itu sendiri.

Menurut Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan sebagai


seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar
mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh
kelompok. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk mempengaruhi
dan mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin


bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan kepada
orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas atau kelompok, baik itu
individu sebagai entitas terkecil sebuah komunitas ataupun hingga skala
negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang
dimiliki. Pemimpin juga harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam
mencapai tujuannya. Ketika pemimpin telah berhasil membawa
organisasinya mencapai tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan
bahwa ia telah berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang
sama tanpa paksaan.

Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada


gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau
lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang dicapai
dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga pendidikan.
Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan
pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela.
Di dalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan
harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian
wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan
bersama yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan
pemimpinnya.

Ada tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan


Blanchard (1988) -sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005) dalam
bukunya Manajemen Lembaga Pendidikan Islam- yang berlaku umum
bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga pendidikan, yaitu:

a) Technical skill-ability to use knowledge, methods, techniques and


equipment necessary for the performance of specific tasks acquired
from experiences, education and training.

b) Human skill-ability and judgment in working with and through


people, including in understanding of motivation and an application
of effective leadership.

c) Conceptual skill-ability to understand the complexities of the overall


organization and where one’s own operation fits into the
organization. This knowledge permits one to act according to the
objectives of the total organization rather than only on the basis of
the goals and needs of one’s own immediate group.

4. Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan


usaha pemantauan kinerja agar supaya kinerja tersebut terarah dan tidak
melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan dan pemantauan berfungsi
sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara
tepat.

Sebagaimana yang dikutif Muhammad Ismail Yusanto (2003),


Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu upaya
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi; untuk
membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah
ditetapkan itu; menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur
signifikansi penyimpangan tersebut; dan mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan
telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan efisien guna
tercapainya tujuan perusahaan.

Dalam konteks pendidikan, Depdiknas (1999) mengistilahkan


pengawasan sebagai pengawasan program pengajaran dan pembelajaran
atau supervisi yang harus diterapkan sebagai berikut:

a) Pengawasan yang dilakukan pimpinan dengan memfokuskan pada


usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para instruktur atau staf
dan tidak semata-mata mencari kesalahan.

b) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Para staf


diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri, sedangkan
pimpinan hanya membantu.

c) Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif

d) Pengawasan yang dilakukan secara periodik.

5. Pengembangan

Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan


tolak ukur keberhasilan suatu pengelolaan, dengan adanya pengembangan
pengelolaan akan berjalan sesuai dan melebihi target yang akan diperoleh.
Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan
tercapai. Oleh karena itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi
tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah kebijakan sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja SMP merupakan
penjabaran tugas dan pelaksanaan kebijakan Depdiknas yang di sesuaikan
dengan kondisi obyektif. Dalam pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu
pada pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan aktifitas di
sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.
Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam
mengukur, mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap
perlu. Selain itu pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah
dalam mendukung dan menjabarkan wajib belajar 9 tahun.

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Pendidikan

Ruang lingkup manejemen biasa disebut dengan istilah:batasan, wilayah


pembahasan atau objek manajemen. Adapun ruang lingkup atau obyek dari
manejemen pendidikan itu membahas tentang:

1. Tata laksana sekolah

Hal ini meliputi:

a) Organisasi dan struktur pegawai tata usaha.

b) Otorosasi dan anggaran belanja keuangan sekolah.

c) Masalah kepegawaian dan kesejahteraan personel sekolah.

d) Masalah perlengkapan dan perbekalan.

e) Keuangan dan pembukuannya.

f) Korespodensi atau surat-menyurat.

g) Laporan-laporan (bulanan, kuartalan, dan tahunan).

h) Masalah pengangkatan, pemindahan, penempatan dan pemberhentian


pegawai.

i) Pengisian buku pokok, klapper, rapor, dan sebagainya.


2. Personel guru dan pegawai sekolah

Hal ini meliputi antara lain:

a) Pengangkatan dan penempatan tenaga guru.

b) Organisasi personel guru-guru.

c) Masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru.

d) Rencana orientasi bagi tenaga guru yang baru.

e) Konduite dan penilaian kemajuan guru-guru.

f) Inservice training dan up-gradding guru-guru.

3. Siswa

Hal ini meliputi antara lain:

a) Organisasi dan perkumpulan murid.

b) Masalah kesehatan dan kesejahteraan murid.

c) Penilaian dan pengukuran kemajuan murid.

d) Bimbingan dan penyuluhan bagi murid-murid (guidance and


counseling)

4. Supervisi pengajaran

Hal ini meliputi antara lain:

a) Usaha membangkitkan dan mengembangkan semangat guru-guru dan


pegawai-pegawai tatausaha dalam menjalankan tugasnya masing-
masing sebaik-baiknya.
b) Usaha mengembangkan, mencari, dan mengggunakan metode-metode
baru dalam mengajar dan belajar yang lebih baik.

c) Mengusahakan dan mengembangkan kerja sama yang baik antara


guru, murid, dan pegawai tata usaha sekolah.

d) Mengusahakan cara-cara menilai hasil-hasil pendidikan dan


pengajaran.

e) Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru-guru (inservice


training dan up-gradding)

5. Pelaksanaan pembinaan kurikulum

a) Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum didalam


kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-
dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.

b) Menyusun dan melaksanakan organisaisi kurikulum beserta materi-


materi dan sumber-sumber, dan metode-metode pelaksanaanya
disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan dan pengajaran serta
kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekolah.

c) Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus diturut begitu saja


dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun.
Kurikulum lebih merupakan pedoman bagi para guru dalam
menjalankan tugasnya. Dalam menggunakan kurikulum guru atau
pendidik, disamping menuruti dan mengikuti apa yang tercantum
didalamnya, berhak dan berkwajiban pula memilih dan menambah
materi-materi, sumber-sumber ataupun metode-metode pelakaksanaan
yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan lingkungan
masyarakat lingkungan sekolah, dan membuang serta mengurangi apa
yang dianggap sudah tidak sesuai lagi den gan kemajuan dan
kebutuhan masyarakat dan Negara pada umumnya. Itulah sebabnya
mengapa kurikulum perlu mendapat perhatian, dan pembinaan
kurikulum harus diusahakan dan dijalankan.

6. Pendirian dan perencanaan bangunan sekolah

a) Cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan.

b) Mengusahakan, merencanakan, menggunakan biaya pendirian gedung


sekolah.

c) Menentukan jumlah dan luas ruangan-ruangan kelas, kantor, gudang,


asrama, lapangan olah raga, podium, kebun sekolah, dsb,. Serta
komposisinya satu sama lain.

d) Cara-cara penggunaan gedung sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang


efektif dan produktif, serta pemeliharaannya secara kontinyu

e) Alat-alat perlengkapan sekolah dan alat-alat pelajaran yang


dibutuhkan.

D. Komponen-Komponen Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan, memberikan kewenangan penuh kepada pihak


sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen
pendidikan sekolah yang bersangkutan. Adapun komponen manajemen
pendidikan yaitu:

1. Manajemen Kesiswaan
Penerimaan siswa baru pada sekolah inklusi hendaknya memberi
kesempatan dan peluang kepada anak luar biasa untuk dapat diterima dan
mengikuti pendidikan di sekolah inklusi terdekat. Untuk tahap awal, agar
memudahkan pengelolaan kelas, seyogianya setiap kelas inklusi dibatasi
tidak lebih dari 2 (dua) jenis anak luar biasa, dan jumlah keduanya tidak
lebih dari 5 (lima) anak. Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk
mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan belajar-mengajar di
sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan
yang diinginkan. Manajemen Kesiswaan meliputi antara lain: (1)
Penerimaan Siswa Baru; (2) Program Bimbingan dan Penyuluhan; (3)
Pengelompokan Belajar Siswa; (4) Kehadiran Siswa; (5) Mutasi Siswa;
(6) Papan Statistik Siswa; (7) Buku Induk Siswa.

2. Manajemen Kurikulum

Kurikulum mencakup kurikulum nasional dan kurikulum muatan


lokal. Kurikulum nasional merupakan standar nasional yang
dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan
kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan
Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota. Manajemen Kurikulum antara lain
meliputi: (1) Modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan
awal dan karakteristik siswa; (2) Menjabarkan kalender pendidikan; (3)
Menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar; (4)
Mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan
persiapan pelajaran; (5) Mengatur pelaksanaan penyusunan program
kurikuler dan ekstrakurikuler; (6) Mengatur pelaksanaan penilaian; (7)
Mengatur pelaksanaan kenaikan kelas; (8) Membuat laporan kemajuan
belajar siswa; (9) Mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran.

3. Manajemen Tenaga Kependidikan


Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan
mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Tenaga kependidikan di sekolah meliputi Tenaga Pendidik (Guru),
Pengelola Satuan Pendidikan, Pustakawan, Laboran, dan Teknisi sumber
belajar. Guru yang terlibat di sekolah inklusi yaitu Guru Kelas, Guru
Mata Pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan), dan Guru Pembimbing Khusus. Manajemen tenaga
kependidikan antara lain meliputi: (1) Inventarisasi pegawai; (2)
Pengusulan formasi pegawai; (3) Pengusulan pengangkatan, kenaikan
tingkat, kenaikan berkala, dan mutasi; (4) Mengatur usaha kesejahteraan;
(5) Mengatur pembagian tugas.

4. Manajemen Sarana-Prasarana

Di samping menggunakan sarana-prasarana seperti halnya anak


normal, anak luar biasa perlu pula menggunakan sarana-prasarana khusus
sesuai dengan jenis kelainan dan kebutuhan anak. Manajemen sarana-
prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi
kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan
sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar-mengajar.

5. Manajemen Keuangan/Dana

Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang


menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama
komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang
dilakukan sekolah memerlukan biaya. Dalam rangka penyelenggaraan
pendidikan, perlu dialokasikan dana khusus, yang antara lain untuk
keperluan: (1) Kegiatan identifikasi input siswa, (2) Modifikasi
kurikulum, (3) Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat, (4)
Pengadaan sarana-prasarana, (5) Pemberdayaan peranserta masyarakat,
dan (6) Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Pada tahap perintisan
sekolah , diperlukan dana bantuan sebagai stimulasi, baik dari pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Namun untuk penyelenggaraan
program selanjutnya, diusahakan agar sekolah bersama-sama orang tua
siswa dan masyarakat (Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah), serta
pemerintah daerah dapat menanggulanginya. Dalam pelaksanaannya,
manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas antara fungsi : (1)
Otorisator; (2) Ordonator; dan (3) Bendaharawan. Otorisator adalah
pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang
mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah
pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi
yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang
melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta
diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan
dilimpahi fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun,
tidak dibenarkan melaksanakan fungsi Bendaharawan karena
berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan
Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan,
juga dilimpahi fungsi Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

6. Manajemen Lingkungan (Hubungan Lembaga Pendidikan dengan


Masyarakat)

Sekolah sebagai suatu system social merupakan bagian integral


dari system social yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya
sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung
pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun sangat bergantung
kepada tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Semakin
tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah,
akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah tersebut.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula sumber daya
manusia pada daerah tersebut. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya
selalu dilibatkan dalam pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat
hendaknya ditumbuhkan “rasa ikut memiliki” sekolah di daerah
sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di lingkungannya juga merupakan
tanggungjawab bersama masyarakat setempat. Sehingga bukan hanya
Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang memikirkan maju mundurnya
sekolah, tetapi masyarakat setempat terlibat pula memikirkannya.
Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi
memajukan sekolah, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan
cara memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik
program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun
yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang
jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

E. Tujuan Pengelolaan Pendidikan

Perlunya pengelolaan dalam pendidikan adalah untuk mengantisipasi


perubahan global yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi
informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada
perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) di bidang pendidikan
sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
informasi.

Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh lembaga


pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas pendidikan dalam
pengelolaannya. Sebab syarat untuk bisa bersaing adalah perbaikan yang
berkelanjutan dalam organisasi, utamanya dalam peningkatkan pendidikan
sesuai konsep total kualitas terpadu (TQM) pada perguruan tinggi, seperti
diuraikan oleh Ralph G.Lewis dan Doughlas H.Smith, Total Quality in Higher
Education, 1994-p.63 bahwa setidaknya terdapat sembilan unsur yang berkait
yaitu: fokus pada kebutuhan pasar; punya performans yang tinggi dalam
semua bidang; punya sistem pencapaian kualitas; ada ukuran prestasi;
pengembangan nilai persaingan; anggota yang baik; perbaikan komunikasi
internal dan eksternal; pemberian reward; adanya proses review yang secara
berkelanjutan. Secara normatif penerapan kesembilan poin tersebut menjadi
ukuran dan titik tolak untuk membuat citra pendidikan yang lebih baik,
terutama pendidikan tinggi sebagai gudang ilmu pengetahuan dan teknologi
masa depan.

Dengan begitu maka tujuan dan manfaat manajemen perencanaan


pendidikan adalah:

1. Mengetahui permasalahan dalam rangka percepatan penuntasan Wajar 9


tahun.

2. Menyusun rencana dan merumuskan tujuan.

3. Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam


perencanaan.

4. Sebagai acuan dalam penetapan anggaran pendidikan.

5. Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan


khususnya dalam percepatan Wajar 9 tahun.

Selain itu, tujuan manajemen pendidikan; Pertama, terwujudnya


suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovative, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); Kedua, terciptanya peserta didik
yang aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga,
terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan
(tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga
kependidikan sebagai manajer); Keempat, tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien; Kelima, terbekalinya tenaga kependidikan dengan
teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi
sebagai manajer pendidikan atau konsultan manajemen pendidikan);
Keenam, teratasinya masalah mutu pendidikan.

F. Pengelola Pendidikan

Dalam pelaksanaan pengelolaan, termasuk pengelolaan pendidikan/


sekolah, perlu seorang manajer/pemimpin/administrator yang berpandangan
luas dan berkemampuan, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Seorang manajer/ pemimpin/ administrator pendidikan/ sekolah
diharapkan:

a. Memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan/sekolah yang


meliputi kegiatan mengatur: kesiswaan, kurikulum, ketenagaan, sarana-
prasarana, keuangan, hubungan dengan masyarakat dan kegiatan belajar-
mengajar.

b. Memiliki keterampilan dalam bidang: perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian pelaksanaan
kegiatan yang ada di bawah tanggungjawabnya.

c. Memiliki sikap:Memahami dan melaksanakan kebijakan yang telah


digariskan oleh pimpinan; Menghargai peraturan-peraturan serta
melaksanakannya; Menghargai cara berpikir yang rasional, demokratis,
dinamis, kreatif, dan terbuka terhadap pembaharuan pendidikan serta
bersedia menerima kritik yang membangun dan saling mempercayai
sebagai dasar dalam pembagian tugas.

Pelaksanaan format baru pengelolaan pendidikan dalam paradigma baru


pendidikan Nasional itu, maka Undang-undang Sisdiknas mengatur dengan
cermat tentang pengelolaan pendidikan dengan mengurangi peran dan
kewenangan pemerintah, yaitu peran yang lebih besar sebagai regulator,
fasilitator, evaluator, dan pengawas. Meskipun demikian masih ada beberapa
sektor yang dapat dikelola oleh pemerintah )dan Pemerintah daerah) seperti
pengelolaan satuan pendidikan nonformal (pasal 52 ayat 1 Undang-undang
Sisdiknas: “Pengelolaan satuan Pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah
daerah dan atau mayarakat). Selain itu Pemerintah Kabupaten atau Kota
mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidikan
yang berbasis keunggulan lokal (pasal 50 ayat 5). Sedang pemerintah Propinsi
melakukan koordinasi atas penyelanggaraan pendidikan pengembangan tenaga
kependidikan lintas daerah kabupaten atau kota oleh tingkat pendidikan dasar dan
menengah (pasal 50 ayat 4). Khusus bagi perguruan tinggi diberi kewenangan
menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di
lembaganya (pasal 50 ayat 6). Meskipun sudah banyak kewenangan Pemerintah
(pusat) yang dilimpahkan kepada Pemerintah daerah dan kepada kesatuan
pendidikan, namun dalam pengelolaan sistem pendidikan Nasional tetap
meruapakan tanggung jawab Menteri, yaitu menteri yang bertangguang jawab
dalam bidang pendidikan Nasional. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas). Dengan demikian Mendiknas bertanggung
jawab terhadap keseluruhan komponen pendidikan yang paling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan nasional (pasal 1 butir 30 dan butir 3).
Selain dari fungsi dan peran sebagai penyelanggara satuan pendidikan bertaraf
internasional dan fungsi koordinator oleh pemerintah propinsi secara fungsi
pengelolaan pendidikan non formal dan pengelolaan pendidikan dasar dan
menengah oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota, maka selebihnya Pemerintah
(dan pemerintah daerah) harus berkonsentrasi kepada fungsi sebagai regulator
(perumus kebijakan pendidikan nasional), fasilitator (menyediakan fasilits,
layanan dan kemudahan), evaluator ( mengevaluasi program studi dan atau satuan
pendidikan dan pengawas). Semuanya itu tanggung jawab Menteri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-
kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan pada
hakikatnya adalah fungsi untuk melakukan penataan semua kegiatan dalam
pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai dalam batas-batas kebijakan yang
telah ditentukan. Sebagai penyelenggara pendidikan, manajemen pendidikan
tidak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat kelembagaan.

Tujuan dan manfaat pengelolaan pendidikan antara lain:


1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, menyenangkan dan bermakna (Pakemb).
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan


(tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai
manajer).

4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien


5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai pengelola atau
konsultan pengelolaan pendidikan)

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu


disebabkan oleh pengelolaannya

7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan


akuntabel

8. Meningkatkan citra positif pendidikan

B. SARAN

1. Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem


dan proses pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan
memahami seutuhnya tentang manajemen pendidikan mengingat
pentingnya manajemen pendidikan dalam keberhasilan pendidikan

2. Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan


melakukan usaha bersama secara kolektif, efektif dan efisien serta
melakukan manajemen kurikulum dengan baik dan benar, sehingga tujuan
dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.

Anda mungkin juga menyukai