Anda di halaman 1dari 2

JAMINAN FIDUSIA dan EKSEKUSI

SETELAH PUTUSAN MK
        Seiring dengan perkembangan perekonomian di masyarakat, maka tidak
sedikit orang perorangan atau pengusaha tidak memiliki dana yang cukup guna
menunjang pelaksanaan pengembangan usahanya atau untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Sehingga diperlukan lembaga keuangan atau pembiayaan
yang dapat memberikan bantuan modal dalam bentuk pinjaman atau pembiayaaan.
Utang piutang bukan lah hal yang asing dalam kehidupan bermasyarakat, maka
tidak sedikit masyarakat yang berhutang ke Bank atau Lembaga pembiayaan
sebagai pemenuhan kebutuhannya.

     Gadai adalah solusi dari pemenuhan kebutuhan masyarakat sebelum lahirnya
jaminan fidusia. Jaminan fidusia adalah pengembangan dari gadai, karna gadai
kurang efisien dan membutuhkan tempat yang besar untuk menampung barang
yang dijaminkan, maka lahirlah jaminan fidusia yang lebih efisien jaminan ini
diatur dalam UU No 42 tahun 1999. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang
Jaminan Fidusia (UUJF), fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Pada dasarnya jaminan
fidusia di buat demi kepastian bagi para pihak yaitu kreditur (penerima fidusia) dan
debitur (pemberi fidusia). Jaminan fidusia kini menjadi bisnis yang menjanjikan
bagi para pebisnis, inilah yang membuat makin maraknya pengusaha yang
membuka bisnis tersebut. Dengan banyaknya masyarakat yangenggunakan
jaminan fidusi sebagai bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, maka tidak
sedikit pula debitur yang melakukan wanprestasi. Wanprestasi atas jaminan fidusia
iotu sendiri diatur dalam uujf, pasal 15 sering dijadikan kekuatan oleh para kreditur
untuk menarik atau mengambil barang atas jaminan yang dijaminkan, sebab dalam
pasal tersebut dikatakan bahwa jaminan fidusia memiliki kekuatan eksekutorial
sama seperti putusan pengadilan. Dari pasal tersebut sering terjadi perselisihan atau
tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh kreditur kepada debitur
karena pihak debitur yang merasa dirugikan karena jaminannya ditarik atau
diambil alih, dan bahkan merendahkan harkat dan martabat debitur tersebut.

       Pada tahun 2018 dilakukanlah pengujian atas UU jaminan fidusia pasal 15
ayat 2, dan 3 terkait eksekutorial, yang dilakukan oleh debitur yang merasa
dirugikan atas penarikan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, yang
menghasilkan putusan MK NO. 18/ PUU-XVII/2019. Putusan tersebut
mengabulkan gugatan pemohon uji materi tersebut karena pasal 15 dianggap tidak
memberikan perlindungan hukum pada debitur dan seolah-olah kreditur dapat
secara langsung melakukan eksekusi, dan memberikan hak ekslusif pada kreditur
yang dianggap tidak memberikan kesempatan kepada debitur untuk melakukan
pembelaan atas objek jaminannya, putusan ini memberikan implikasi hukum
terhadap eksekusi jaminan fidusia. Maka

putusan MK ini menjelaskan bahwa cedera janji itu harus disepakati oleh kedua
belah pihak. Sejak putusan ini maka pihak leasing atau lembaga pembiayaan tidak
boleh menarik atau melakukan eksekusi dikarenakan cidera janji, eksekusi harus
dilaksanakan dikarenakan kesepakatan atau secara suka rela oleh pihak kreditur.

       Dengan adanya putusan MK ini kata kekuatan eksekutorial atau sama dengan
putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum yang tetap diartikan bahwa,
pihak kreditur tidak boleh mengeksekusi secara semena-mena lagi meskipun ada
sertifikat fidusia, putusan ini lebih memberikan perlindungan hukum terhadap
debitur sekalipun mereka cidera janji. Debitur yang cidera janji dapat membuat
kesepakatan dengan kreditur mengenai cidera janji atau wanprestasi, jika kreditur
ingin melakukan eksekusi pihak kreditur tetap haurs melakukan pemohonan atas
eksekusi ke pengadilan, atau kreditur dapat melakukan kesepakatan dengan pihak
debitur untuk melakukan lelang sebagai pemenuhan hutangnya. Lain lagi jika
pihak debitur secara sukarela mengijinkan atau memberikan objek jaminan
fidusianya kepada pihak kreditur. Maka dengan lahirnya putusan ini pihak kreditur
dan debitur memiliki perlindungan hukum yang sama.

Anda mungkin juga menyukai