Jenis laparotomi :
Gambar 4: A. Pemotongan pada linea alba dengan scalpel pada insisi garis tengah ; B.
Insisi diperdalam sehingga memotong lemak subkutis, anteror dan posterior sheath dari
m.rectus serta peritoneum ; C. Membuka peritoneum dengan scalpel secara hati-hati dan
terlihat usus kecil yang menonjol dibalik insisi peritoneum ; D. Insisi peritoneum diperluas
ke cephalad dengan gunting Mayo kearah umbilicus
INSISI TRANVERSALIS
Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi.
Keuntungan:
Kerugian:
Insisi PFANNENSTIEL :
Insisi MAYLARD :
o Paparan bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh karena
dilakukan pemotongan pada m.rectus abdominalis dan disisihkan ke arah
kranial dan kaudal
o Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan Lnn.Paraaortal
Insisi CHERNEY :
INSISI PFANNENSTIEL:
1. Insisi kulit tranversal semilunar 2 cm suprasimfisis.
2. Insisi diperdalam sampai fascia rectus dan fascia rectus dibuka secara tranversal
dengan gunting “Mayo” atau “scalpel”.
3. Tepi atas fascia rectus dijepit dengan “kocher” dan dipisahkan dari m.rectus
abdominalis serta m.pyramidalis secara tumpul dan waspada terhadap trauma
pembuluh darah disekitar garis tengah.
4. Setelah pemisahan diatas sudah lengkap – tepi bawah fascia rectus dijepit dengan
“kocher” dan dipisahkan dari m.pyramidalis secara tumpul sampai mencapai simfsis
pubis.
5. m.Rectus kiri dan kanan dipisahkan kearah lateral sehingga fascia tranversal dan
peritoneum terpapar.
6. Lapisan tersebut dijepit dengan 2 buah klem dan diangkat.
7. Hati-hati agar tidak mencederai vesica urinaria.
8. Hati-hati agar tidak mencederai omentum atau usus terutama pada pasca pembedahan
intra abdominal – endometriosis atau infeksi intra abdominal.
9. Lapisan tersebut dibuka kearah kranial dengan gunting “Metzenbaum”.
10. Lapisan tersebut dibuka lebih lanjut ke kaudal secara tajam.
11. Hati-hati mencederai vesica urinaria.
12. Lakukan pemeriksaan “transilluminasi” untuk menghindari cedera pada kandung
kemih
13. Untuk pemapaparan bidang operasi m.pyramidalis perlu dipisahkan digaris tengah.
14. Bila langkah-langkah ditas sudah dilakukan, operator dapat masuk ke rongga
abdomen.
15. Bila pemaparan masih kurang optimal maka lakukan insisi CHERNEY (jangan
melakukan insisi Maylard !!!! ).
Gambar 5
Gambar 7 : Identifikasi peritoneum antara muskulus rectus kiri dan kanan – peritoneum
dijepit dengan “pinset” dan dibuka pada bagian kranial garis tengah
Gambar 8 : Ujung jari operator dimasukkan dibawah peritoneum kearah kaudal dan dibuka
kearah bawah dengan menghindari tepi atas vesika urinaria
INSISI MAYLARD
1. Insisi melintang kulit 2 – 3 cm diatas simfisis pubis dan diperdalam sampai fascia
rectus (seperti pada PFANNENSTIEL)
2. Identifikasi fascia rectus – dijepit – dibuka secara tajam bilateral.
3. Perbedaan dengan PFANNENSTIEL : m.rectus abdominalis tidak perlu dipisahkan
dari fascia rectus.
4. Identifikasi arteria epigastrica inferior – sisihkan dari jaringan ikat sepanjang tepi
lateral m.rectus :
o Identifikasi dengan palpasi dan pemisahan secara tumpul
INSISI CHERNEY
Perbedaan dengan MAYLARD : m.rectus tidak di transeksi ; tetapi dipotong pada
origo di simfisis pubis
m.rectus abdominalis disisihkan ke kranial
Saat penutupan luka origo m.rectus abdominalis di simfisis pubis dijahit kembali
Penyembuhan dengan hasil yang kuat dan paparan bidang pembedahan yang memadai
Persamaan dengan MAYLARD : paparan bagian atas abdomen terbatas
Tehnik :
1. Insisi kulit sampai fascia musculus rectus dilakukan dengan cara yang sama dengan
insisi Pfannestiel atau insisi Cherney
2. Fascia m.rectus dijepit di garis tengah kemudian dilakukan insisi tranversal
3. Potongan inferior fascia m.rectus dijepit dengan “kocher Clamps” – di elevasi dan
dibebaskan dari m.rectus abdominalis dan m.pyramidalis secara tumpul dan tajam ke
arah simfisis pubis sehingga apponeurosis m.rectus dan m.pyramidalis dapat di
identifikasi
4. Tendon dipotong dengan gunting “MAYO” untuk membebaskan otot dari origo pada
simfisis pubis
5. M.rectus abdominalis mengalami rektraksi ke superior
6. Fascia tranversalis serta peritoneum dibuka dengan cara yang sama
7. Penutupan luka : tendon m.rectus abdominalis dan m.pyramidalis didekatkan denfgan
jahitan terputus permanen
8. Bila pada insisi Pfannenstiel bidang pembedahan kurang luas – dapat dilakukan
perubahan ke arah insisi CHERNEY tanpa menggangu intergritas muskulatur di garis
tengah.
Gambar 11 : Insisi elipsoid pada kulit dan jaringan subkutis secara melintang.Tendon
m.rectus dan m.pyramidalis dilakukan transeksi masing-masing sisi sepertiterlihat pada
garis terputus. Otot disihkan ke kranial dan fascia tranversalis serta peritoneum dijepit dan
dibuka secara tranversal.
Gambar 12 : Pada akhir pembedahan:tendon m.rectus dijahit pada bagian permukaan
“rectus sheath” dengan beberapa jahitan terputus dan luka insisi apponeurosis
Gambar 14 : A. Peritoneum ditutup dengan jahitan jelujur sederhana dan fascia m.rectus
dijahit dengan jahitan horisontal “angka 8” ; B. Jahitan horisontal “angka 8” ganda ; C.
Lemak didekatkan dengan jahitan terputus ; D. Jahitan kulit dengan matras horisontal
A. Jarum tajam panjang dengan benang sutra ditempatkan dalam tabung plastik; B. Jahitan
menembus kulit, lemak dan fascia sekaligus ; C. Diagram lapisan luka dan posisi jahitan
penguat.
PENUTUPAN ULANG PADA LUKA
OPERASI YANG TERBUKA
Gambar 16 : Penutupan ulang kasus luka terbuka (wound dehiscence) dengan benang sutra
besar atau logam ; A. Metode penutupan ; B. Setelah dikerjakan pembersihan tepi luka
(debridemant), tepi luka operasi yang terbuka didekatkan dengan satu jahitan yang
menembus sampai lapisan peritoneum
Rujukan:
1 komentar:
1.
Keren sob
www.kiostiket.com
Balas
Mengenai Saya
Bambang W
Lihat profil lengkapku
CUACA JAKARTA
Weather in
Jakarta - Indonesia
31°C
Very Cloudy
Humidity is 70%
Wind is ESE 0 m/s
Visibility is 7 km
Pressure is 1011 mbar
Followers
Arsip Blog
► 2015 (1)
► 2012 (5)
► 2011 (87)
▼ 2010 (4)
o ► Agustus (1)
o ▼ Januari (3)
EKSTRAKSI CUNAM
TEHNIK LAPAROTOMI
EKSTRAKSI VAKUM
► 2009 (94)
Follow by Email
f Form