Anda di halaman 1dari 21

Rencana Kerja dan Syarat Teknis

Pekerjaan Struktur
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama, Lab Peternakan & Multimedia
SMK N 1 Salam

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR


BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dimaksud dengan pekerjaan struktur pada proyek ini adalah


Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama, Lab. Peternakan &
Multimedia SMK N 1 SALAM.

Lingkup pekerjaan struktur adalah sebagai berikut :


a. Pekerjaan pondasi.
b. Pekerjaan Beton.
c. Pekerjaan Rangka Atap
Pekerjaan tersebut diatas harus selesai tepat waktu sesuai jadwal yang
ditentukan, dengan kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana
disyaratkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan dan pelaksanaannya
harus dilaksanakan berdasarkan :

a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan / RKS dan Spesifikasi


Teknis
b. Gambar-gambar perencanaan dan detail.
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan
tambahan lainnya.
d. Petunjuk Konsultan Pengawas
e. Peraturan-peraturan umum lainnya yang berlaku.

1. Persyaratan dan Peraturan Umum

a. Semua pekerjaan struktur ini harus dilaksanakan dengan


mengikuti dan memenuhi persyaratan teknis yang tertera dalam
persyaratan Normalisasi Indonesia (NI), Standar Industri
Indonesia (SII), Peraturan Nasional maupun Peraturan Pemda
setempat lainnya yang berlaku atas jenis pekerjaan maupun
bahan tersebut, peraturan tersebut antara lain :
1). Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2). Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI –
1982) – NI – 3 atau SNI-1735-1989-F (SKBI.32.53.1987),
3). Peraturan Beton Bertulang Indonesia, NI-5 1971.
4). Peraturan Standar Beton, SKSNI-T15-1991-03.
5). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI-5 1961.
6). Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung SNI 03 – 2847 – 2002.
7). Tatacara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung SNI 03 – 1729 – 2002.

STRUKTUR - 1
8). Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8.
9). Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Tahun
1987.
10). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun
1989.
11). Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam
standar tersebut di atas, maupun standar lainnya, maka
diberlakukan Standar Internasional atau persyaratan teknis
dari pabrik / produsen yang bersangkutan.
12). Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam Dokumen
/ Gambar, RKS, Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan / Aanwijzing dan ketentuan-ketentuan lainnya.

b. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diatas, Pemborong harus


menyediakan :
1). Tenaga-tenaga kerja, tenaga-tenaga ahli yang memadai baik
kualitas maupun kuantitasnya (jumlahnya) untuk semua jenis
pekerjaan.
2). Alat-alat yang cukup untuk setiap jenis pekerjaannya.
3). Bahan-bahan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang
cukup dan didatangkan tepat waktunya, sehingga tidak terjadi
stagnasi yang mengakibatkan keterlambatan pada waktu
penyerahan pertama.

2. Syarat Pemeriksaan Bahan

a. Untuk pedoman pemeriksaan bahan-bahan bangunan digunakan


Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982)
– NI – 3 atau SNI-1735-1989-F (SKBI.32.53.1987), dan standar
lain yang cocok sebagaimana yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.

b. Sebelum mendatangkan bahan-bahan bangunan ketempat


pekerjaan, Pemborong diwajibkan menyerahkan contoh-contoh
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk diminta
persetujuannya.
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan
contoh-contoh yang telah disetujui.

c. Apabila bahan yang didatangkan tidak sesuai dengan contoh yang


telah disetujui, maka Konsultan Pengawas berhak menolak /
memerintahkan Pemborong untuk mengeluarkan bahan-bahan
tersebut dilapangan (tempat pekerjaan) selambat-lambatnya 2 x
24 jam sejak ditolaknya bahan-bahan tersebut.

d. Tidak diperkenankan menggunakan bahan-bahan yang telah


ditolak oleh Konsultan Pengawas, apabila ternyata Pemborong
tetap menggunakan bahan-bahan tersebut diatas baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, maka Konsultan Pengawas berhak
membongkar pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan
tersebut dengan biaya dibebankan kepada Pemborong.

e. Untuk setiap perselisihan kualitas bahan bangunan yang


digunakan antara Konsultan Pengawas dengan Pemborong,
Pemborong diwajibkan memeriksa kualitas-kualitas bahan itu ke
Lembaga Penelitian Bahan Bangunan yang disetujui Konsultan
Pengawas Pelaksana, dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.

Dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak timbulnya perselisihan,


sebelum diperoleh hasil pemeriksaan tersebut, Pemborong tidak
diperkenankan menggunakan bahan bangunan tersebut didalam
pekerjaannya.

1.2. SITUASI

1. Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama, Lab. Peternakan &


Multimedia terletak di lingkungan SMK N 1 SALAM yang sudah ada
seperti yang tertera dalam gambar situasi / tapak.

2. Site (tempat pembangunan) akan diserahkan kepada Pemborong,


sebagaimana keadaannya. Untuk itu Pemborong harus meneliti
keadaan tapak, terutama keadaan letak bangunan yang sudah ada
serta sifat lingkup pekerjaan lain-lain yang dapat memperngaruhi
harga penawarannya.

3. Kelalaian atau kekurang telitian Pemborong dalam mengevaluasi


keadaan lapangan segala sesuatunya menjadi tanggungjawab
Pemborong dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
tuntutan.

1.3. UKURAN / DIMENSI

1. Ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang


mengikat dan mutlak harus ditepati. Satuan ukuran struktur yang
dicantumkan dalam gambar dinyatakan dalam milimeter, kecuali
untuk hal khusus, satuan dinyatakan sesuai kebutuhan / ketentuan
umum yang berlaku.

2. Apabila terdapat perbedaan ukuran antara gambar struktur dan


detail dalam jenis yang sama, maka yang menjadi pegangan adalah
gambar yang berskala lebih besar (gambar detail).

3. Bila ada perbedaan antara gambar struktur, gambar arsitektur dan


gambar ME atau ketidaksesuaian atau keraguan diantara gambar
kerja, Pemborong harus melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas untuk diberi keputusan gambar mana yang
akan dijadikan pegangan/acuan di dalam pelaksanaan pekerjaan.

1.4. LETAK BANGUNAN

Keterangan mengenai letak banguan ditentukan dalam gambar situasi


dan untuk awal pelaksanaan harus diadakan pengukuran dulu dibawah
pengawasan Konsultan Pengawas.
BAB II
PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN TANAH

2.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan
tanah kembali yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, seperti Galian
Tanah Pondasi, dan Pekerjaan sejenisnya.
Semua Penggalian tanah dan Pengurugan Tanah baik Pengurugan Tanah
untuk menaikkan level dan pengurugan Tanah Kembali bekas Galian
harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar RKS ini dan semua Petunjuk
yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas, selama berlangsungnya
pekerjaan.

2.2. PELAKSANAAN PENGGALIAN


Pekerjaan penggalian pondasi batu kali dan telapak, dapat dilaksanakan
secara konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan harus
disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk
pekerjaan persiapan maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya
sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukannya.
Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Kontraktor wajib
untuk mengajukan permohonan tertulis kepada Konsultan Pengawas
yang menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian,
uraian teknis tentang cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan.
Bilamana kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam
Gambar ternyata meragukan, Kontraktor harus secepatnya melaporkan
hasil tersebut kepada Konsultan Pengawas secara tertulis, agar dapat
diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua biaya yang
diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik Bangunan
melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan” (Pekerjaan
Tambah).
Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah
selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk
pemasangan pondasi Konsultan Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.
Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor bertanggung jawab
untuk mendapatkan tempat pembuangan dan membayar
ongkos-ongkos yang diperlukan.
Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa-pipa
harus dipompa keluar atau biaya Kontraktor.
2.2.1.Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian

1. Semua bahan-bahan tak terpakai yang berupa beton-beton


tak terpakai atau pondasi-pondasi bata, septicktank bekas,
pipa drainase yang tak terpakai, batu-batu besar yang
dijumpai pada waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya
Kontraktor.
Tanah yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai harus
diperbaiki kembali dengan pasir beton : semen dengan
perbandingan 1 : 8.

2. Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti


pipa drainase, pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang
dijumpai pada waktu penggalian diusahakan tidak terganggu
atau menjadi rusak.
Bilamana hal ini dijumpai maka Konsultan Pengawas dan
pihak- pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan
mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan
instalasi tersebut sebelum penggalian yang berdekatan
diteruskan.
Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan pada instalasi tersebut
diatas, maka Konsultan Pengawas dan pihak-pihak yang
berwenang harus segera diberitahu dan semua
kerusakan-kerusakan harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

2.3. PEKERJAAN PENGURUGAN


Yang dimaksud disini ialah pekerjaan timbunan yaitu dimana permukaan
tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah asli,
sebagaimana tertera dalam gambar rencana.
Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak,
akar pohon, sampah, puing bangunan dan lain-lain sebelum pengurugan
dimulai.
Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan
organis, sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
Tanah yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi
standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih
dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Timbunan atau urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 25 cm. Untuk masing-masing lapisan dipadatkan sampai
permukaan tanah yang direncanakan.
Pelaksanaan penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan pada
daerah yang oleh Konsultan Pengawas dianggap berbahaya atau dengan
jarak lebih kurang 45 cm dari saluran atau batas-batas atau
pekerjaan-pekerjaan yang mungkin menjadi rusak digunakan Stamper.
BAB III
PEKERJAAN URUGAN PASIR

3.1. UMUM

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus


dilaksanakan oleh Kontraktor, seperti Pengurugan Pasir dibawah Sloof,
Lantai Dasar dan lain-lain sebagainya, sebagaimana yang tertera
pada Gambar dan RKS.
Pengurugan Pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam PUBI 1979 (NII-3) ayat 12.1.

3.2. PERSYARATAN BAHAN

Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai
dengan persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1.
Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara memadai.

3.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Kontraktor wajib untuk


memeriksa ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya untuk
meyakinkan bahwa ketinggian yang ada telah sesuai dengan gambar,
dan bahwa tanah dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat
permukaan yang rata dan padat. Hasil pemeriksaannya ini harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas, yang akan segera melakukan
pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Konsultan
Pengawas akan menolak atau memberikan persetujuannya untuk
pelaksanaan pekerjaan pengurugan pasir. Pengurugan pasir harus
dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan memadatkan
secara mekanik sampai diperoleh ketebalan dan ketinggian yang sesuai
dengan Gambar.

Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh Konstruksi atau Pekerjaan lain
sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Konsultan Pengawas berhak untuk membongkar pekerjaan diatasnya,


bilamana urugan pasir tersebut belum disetujui olehnya.
Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir = 10
cm.

BAB IV
LANTAI KERJA

4.1. UMUM

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja dan sejenisnya


sebagaimana yang tercantum dalam Gambar.

4.2. PERSYARATAN BAHAN

Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil dengan
perbandingan 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0 dengan tebal beton 70
mm sebagaimana yang tercantum dalam Gambar dan RKS .

4.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan


dan diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.
Lantai kerja sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya dan Konsultan Pengawas
berhak membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut
belum disetujui olehnya.
Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja
minimal 50 mm.

BAB V
PEKERJAAN PONDASI
5.1. PONDASI BATU KALI

5.1.1. UMUM

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, yang


dimaksud sebagai pondasi, sebagaimana tertera didalam gambar.
Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam PBI 1971, PUBI 1982, SII-0079-79 dan NI-8.

5.2. PERSYARATAN BAHAN


1. Batu Kali
Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras,
padat dan memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah
dan bebas dari cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum di dalam PUBI 1982 dan SII.0079-79. Batu belah yang
dipakai ialah batu belah minimum tiga sisi, bukan batu putih atau
batu blondos. Ukuran batu belah maksimum 30 cm, dan strukturnya
harus cukup keras dan awet. Pengujian terhadap kekerasan apabila
diperlukan harus dapat memenuhi ketentuan pada pengujian abrasi.

2. Semen Portland
Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus
memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.

3. Pasir Pasang
Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratan yang dicantumkan dalam SNI-T.15-1993 atau PUBI
1970 ayat 12.1. dan 12.2.

4. A i r
Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.

5.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1
bagian Semen Portland : 4 bagian Pasir Pasang dan harus
dipasang dan dibentuk sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang
dibutuhkan, sebagaimana yang tertara dalam Gambar.
Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan
yang memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil
mungkin. Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah
dipasang, bagian luar dari batu kali harus di "Berapt” dengan adukan
yang sama sampai semua permukaan batu tertutup. Sebelum
pemasangan dapat dilaksanakan, Kontraktor harus membuat dan
memasang kayu-kayu pembantu (kayu profil) dan merentangkan
benang pembantu dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang
akan dipasang.
Benang-benang yang direntangkan harus sipat datar.
Semua pekerjaan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
pasangan batu kali dapat dimulai.

5.4. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk mengadakan tindakan
pengamanan untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang mungkin
timbul pada bangunan tetangga, jalan, drainage, saluran air minum,
pipa gas, kabel-kabel listrik dan telepon yang ada. Segala perbaikan
atas kerusakan tersebut dilakukan atas biaya kontraktor.

BAB VI
PEKERJAAN BETON STRUKTUR

6.1. KETENTUAN UMUM


6.1.1.Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan
dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton
harus sesuai dengan standard di bawah ini :

- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 NI-2).


- Standart Beton Indonesia 1991.
- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983.
- American Society of Testing Materials (ASTM).
- Standar Beton Prategang/Pracetak Indonesia (jika diperlukan).

Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan


tersebut di atas maka peraturan-peraturan Indonesia yang
menentukan.

6.1.2.Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan


dan kesesuaian ukuran yang tinggi menurut persyaratan teknis,
gambar rencana, dan instruksu-instruksi yang dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas. Semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor
sendiri.

6.1.3.Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang


terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas, dan Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan Kontraktor
bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang
tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam
harus dikeluarkan dari Proyek.

6.2. LINGKUP PEKERJAAN

6.2.1.Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan


pekerjaan beton sesuai dengan gambar rencana termasuk
pengadaan bahan, upah, pengujian, dan peralatan pembantu.

6.2.2.Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan


dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam
beton.

6.2.3.Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton,


penyelesaian dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan
yang menunjang pekerjaan beton.
6.3. MATERIAL

6.3.1.Semen

- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement


sesuai dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII
0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.

- Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang


yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang
menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari proyek.

- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan


pengirimannya.

6.3.2.Agregat Kasar

- Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu


dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai
ukuran terbesar 2,5 cm.

- Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila


ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari
volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los
Angeles Abration (LAA).

- Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali


atau substansi yang merusak beton.

6.3.3.Agregat Halus
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan
dari pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik,
lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%
substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir
harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

6.3.4.Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung
minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau
baja tulangan.

6.3.5.Baja Tulangan
Semua baja tulangan yang berdiameter kurang dari 12 mm
digunakan baja tulangan polos (BJTP-24) dengan mutu baja U-24
dan kuat leleh, fy = 240 MPa. Semua harus memenuhi
persyaratan menurut SNI-T.15-1993.
Mutu baja ditentukan melalui pengujian tarik baja laboratorium di
UGM atas biaya kontraktor. Jumlah sampel yang perlu diuji
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Ukuran diameter baja tulangan yang digunakan dengan toleransi
0,02 mm.
Pemberi tugas atau Konsultan Pengawas akan melakukan
pengujian test tarik-putus baja tulangan, atas biaya Kontraktor.
Baja tulangan dirangkai dan dipasang sesuai dengan gambar
rencana. Ukuran tulangan utama dan begel dipasang sesuai
dengan gambar rencana. Panjang penyaluran diberikan sesuai
dengan syarat teknis yang ditentukan.
Angkur-angkur baja dipasang pada pasangan dinding pasangan
sesuai dengan detail.
Tulangan utama kolom diangkur/dipasang kedalam fondasi
dengan panjang dan ukuran sesuai dengan gambar rencana.

6.3.6.Bahan Pencampur
- Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan
tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana.

6.3.7.Cetakan Beton
Dapat menggunakan papan kayu kelas II, multipleks dengan tebal
minimal 4 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi
ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2 1971.

6.3.8.Contoh yang harus disediakan

- Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus


memberikan contoh material : koral, split pasir, besi beton, PC
untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

- Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas


akan dipakai sebagai standar / pedoman untuk memeriksa /
menerima material yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan.
- Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan
contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas.

6.4. MUTU BETON


6.4.1.Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi
2
persyaratan kekuatan tekan karakteristik K-225 kg/cm untuk
semua elemen beton bertulang, antara lain sloof, kolom dan
balok.

6.4.2.Slump (Kekentalan Beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan


pengujian dengan standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut :

Slump Slump m
Jenis Konstruksi
maks. (mm) (mm)

Kaki Dan Dinding Pondasi 100 50


Pelat, Balok Dan Dinding 120 50
Kolom 100 50
Pelat Di Atas Tanah 120 100

6.5. PERCOBAAN PENDAHULUAN

Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus


mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang “Independent”
yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari percobaan
pendahuluan di lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan
tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan.

Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Kontraktor


harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.

Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971.

Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan


mutu yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak
boleh dilaksanakan.

Apabila mutu beton hasilkan diragukan maka dapat dilakukan pengujian


dengan tidak merusak (hammer test)

6.6. PENGADUKAN DAN PERALATANNYA


Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.

Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari


material-material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan
seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-menerus oleh seorang
inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab.

Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton. Mesin


pengaduk harus benar-benar kosong sebelum menerima bahan-bahan
dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari
30 menit.

6.7. PERSIAPAN PENGECORAN

Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor


harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas.
Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang
(pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-
perlengkapan lain).

Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton


harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang
dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat
kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran
yang lepas.

Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai


ijin pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

6.8. ACUAN / CETAKAN BETON

Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor


sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas
bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan
harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau
kelongsoran dari penyangga.

Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada
cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun
vertikal.
Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
“overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi
yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan
kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada
diatasnya.

Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan


kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang.
Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
“Mould release agent” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan
baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan
tulangan.

Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari


Konsultan Pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu
sebagai berikut :
- Bagian sisi balok : 48 ja
- Balok tanpa beban konstruksi : 7 h
- Balok dengan beban konstruksi : 21 h
- Pelat lantai / atap / tangga : 21 h

Dengan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas, cetakan dapat


dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang
mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai
75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan
oleh Direksi / Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau
membebaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan yang
timbul akibat pembongkaran cetakan.

Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga


tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor
wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut
dan dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

6.9. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN

Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas selambat-


lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta
bukti bahwa Kontraktor akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa
tanpa gangguan.

Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada
semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dapat
berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.

Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan


terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang,
pipa, chute dan sebagainya harus mendapat perstujuan Konsultan
Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-
sisa beton pengeras.

Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari
1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.

Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami


“initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan
menjadi plastis karena getaran.

Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh


tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.

Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah


menjasi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus
dibersihkan dari lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat
dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila


diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan
pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas
persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada
malam hari dengan sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi
syarat.

6.10. PEMADATAN BETON

Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan


guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu
penggetaran yang berlebihan.
Pemadatan beton dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan
dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran
dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration”
dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud
untuk mengalirkan beton.

Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan


dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk
menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
Alat penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-tulangan,
terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah
mulai mengeras.

6.11. BAJA TULANGAN


Semua baja tulangan yang dipakai harus bersih, dari segala
macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan
merusak mutu beton.
Ukuran lebih kecil atau sama dengan dari 12 mm
menggunakan BJTP 24 atau U24 (Polos)

Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan


pemasangan harus sesuai gambar teknis dan sesuai dengan
persyaratan dalam PBI NI-1971.

6.12. BENDA-BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON

Penempatan saluran/pemipaan, sleeve harus sedemikian rupa,


sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur dengan
memperhatikan PBI-1971, NI-2 pasal 5.7.

Tidak diperkenankan menanam saluran-saluran/pipa kebagian


struktur beton bila tidak ditunjukkan pada gambar.

Apabila pemasangan terhalang oleh baja tulangan yang


terpasang, maka Kontraktor harus segera mengadakan konsultasi
dengan Direksi/Konsultan Pengawas.

Baja tulangan tidak diperkenankan untuk digeser maupun


dibengkokkan untuk memudahkan pemasangan tanpa seijin
Direksi / Konsultan Pengawas.

6.13. CACAT-CACAT PEKERJAAN

Bila penyelesaian pekerjaan, bahan atau keahlian dalam setiap


bagian pekerjaan ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai
dengan persyaratan teknis, maka bagian tersebut harus
digolongkan sebagai cacat pekerjaan.

Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar


dan diganti sesuai dengan yang dikehendaki. Seluruh
pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat
tersebut serta seluruh biaya yang timbul seluruhnya ditanggung
oleh Kontraktor.

6.14. PEGUJIAN BETON

Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam


PBI NI-2 1971 dalam minimum memenuhi persyaratan.

Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji


berbentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau silinder
berdiameter 15 cm, tinggi 30 cm. Satu benda uji akan diuji pada
umur 7 (tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas, sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji
pada umur 28 hari. Hasil pengujian adalah hasil rata-rata dari
ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus
sama atau lebih dari kekuatan karakteristik (benda uji kubus)
atau kekuatan karakteristik (benda uji silinder) K-225 kg/cm²,
tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari
kekuatan beton karakteristik tersebut.

Kontrol kualitas harus dilaksanakan terus menerus selama


pekerjaan berlangsung dimana pengontrolan tersebut harus
memenuhi SNI-T.15-1993. Setelah pekerjaan pembuatan beton
dilapangan selesai selanjutnya pekerjaan yang dilakukan adalah
pengendalian mutu beton yaitu menjaga agar beton yang dibuat
di lapangan mempunyai kuat tekan sesuai dengan yang
diharapkan sebelumnya. Dilakukan dengan cara membuat
diagram hasil uji kuat tekan beton dari benda-benda uji yang
diambil selama pelaksanaan.

BAB VII
PEKERJAAN BEKISTING

7.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan perancangan, pembuatan,
pemasangan dan pembongkaran semua bekisting beton yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor, sesuai dengan kebutuhan dalam
menyelenggarakan pekerjaan beton, sebagaimana yang tertera didalam
gambar. Pada dasarnya, bekisting adalah konstruksi bantu yang
mendukung beton yang belum mengeras.
Semua Bekisting Beton harus dilaksanakan dengan mengikuti semua
persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PBI 1971, PUBI 1982,
PKKI 1961 dan semua Perintah yang disampaikan oleh Konsultan
Pengawas selama pelaksanaan Pekerjaan.

7.2. PERSYARATAN BAHAN


Semua bekisting beton yang akan dipakai harus kuat, tidak berubah
bentuk waktu di isi adukan dan tidak bocor. Bahan yang dipakai dapat
berupa kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk, besi atau
bahan lainnya yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bekisting harus
dirakit dengan menggunakan paku kayu, baut atau lainnya dengan
ukuran yang sesuai.

7.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana
dari bekisting kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui, sebelum
pekerjaan dimulai. Gambar tersebut harus mencantumkan secara jelas
konstruksi dan bahan dari bekisting, sambungan-sambungannya,
kedudukannya dan sistim rangkanya. Semua biaya yang diperlukan
sehubungan dengan perencanaan bekisting ini harus sudah termasuk ke
dalam biaya konstruksi.
Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban konstruksi
dan getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar. Defleksi maksimum
dari bekisting antara tumpuan harus dibatasi sampai 1/400 bentang
antar tumpuan. Bilamana menggunakan konstruksi bekisting dari kayu,
maka untuk kolom dan pekerjaan beton lainnya harus dipakai papan
dengan ketebalan minimum 2 cm, balok 5/7, 6/10 dan dolken 8/11.
Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan untuk
mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti lendutan
keatas sebagai berikut :

- Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada


tengah-tengah bentang.
- Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari bentang,
dihitung dari ujung bebas
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu, sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan
dan bentuk konstruksinya adalah sesuai dengan kedudukan (peil) dan
bentuk yang tertera pada gambar.
Semua bekisting tersebut harus dirakit kedalam bentuk, ukuran garis-
garis dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan, untuk memperoleh
kedudukan, ketinggian dan posisi yang tepat. Konstruksinya harus
dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah dicabut bila tidak dipalu
atau dicongkel. Bekisting harus dibuat cukup rapat agar adukan tidak
lolos pada saat pengecoran. Pada tempat yang tertutup atau sukar
dijangkau, pembukaan sementara harus disediakan untuk membuang
benda-benda yang tidak dinginkan.
Bilamana sebelum atau selama pekerjaan pengecoran, bekisting
menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar, yang menurut
pendapat Konsultan Pengawas akan menyebabkan kedudukan (peil)
akhir tidak dapat mencapai kedudukan yang semestinya, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan dibongkarnya
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mewajibkan Kontraktor
untuk memperkuat bekisting tersebut sampai dianggap cukup kuat.
Semua biaya yang timbul karenanya menjadi tanggungjawab dari
Kontraktor.

7.4. PEMBONGKARAN BEKISTING


Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul beras
struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang memikul
beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-kurangnya sampai beton
mencapai kekuatan yang dipersyaratkan seperti yang disebutkan
dibawah ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

PRESENTASE
1.1. BAGIAN LAMA
STRUKTUR PEMBONGKARAN KEKUATAN
RENCANA

Bagian tengah balok 28 hari 100

Pelat lantai 21 hari 80

Dinding beton 2 hari 25

Kolom beton 4 hari 25

Bekisting tepi balok 2 hari 25

Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul
berat struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin dan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum pada PBI 1971 NI-2.

Anda mungkin juga menyukai