Pekerjaan Struktur
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama, Lab Peternakan & Multimedia
SMK N 1 Salam
STRUKTUR - 1
8). Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8.
9). Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Tahun
1987.
10). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun
1989.
11). Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam
standar tersebut di atas, maupun standar lainnya, maka
diberlakukan Standar Internasional atau persyaratan teknis
dari pabrik / produsen yang bersangkutan.
12). Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam Dokumen
/ Gambar, RKS, Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan / Aanwijzing dan ketentuan-ketentuan lainnya.
1.2. SITUASI
2.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan
tanah kembali yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, seperti Galian
Tanah Pondasi, dan Pekerjaan sejenisnya.
Semua Penggalian tanah dan Pengurugan Tanah baik Pengurugan Tanah
untuk menaikkan level dan pengurugan Tanah Kembali bekas Galian
harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar RKS ini dan semua Petunjuk
yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas, selama berlangsungnya
pekerjaan.
3.1. UMUM
Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai
dengan persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1.
Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara memadai.
Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh Konstruksi atau Pekerjaan lain
sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas.
BAB IV
LANTAI KERJA
4.1. UMUM
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil dengan
perbandingan 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0 dengan tebal beton 70
mm sebagaimana yang tercantum dalam Gambar dan RKS .
BAB V
PEKERJAAN PONDASI
5.1. PONDASI BATU KALI
5.1.1. UMUM
2. Semen Portland
Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus
memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
3. Pasir Pasang
Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratan yang dicantumkan dalam SNI-T.15-1993 atau PUBI
1970 ayat 12.1. dan 12.2.
4. A i r
Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
BAB VI
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
6.3.1.Semen
6.3.2.Agregat Kasar
6.3.3.Agregat Halus
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan
dari pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik,
lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%
substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir
harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
6.3.4.Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung
minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau
baja tulangan.
6.3.5.Baja Tulangan
Semua baja tulangan yang berdiameter kurang dari 12 mm
digunakan baja tulangan polos (BJTP-24) dengan mutu baja U-24
dan kuat leleh, fy = 240 MPa. Semua harus memenuhi
persyaratan menurut SNI-T.15-1993.
Mutu baja ditentukan melalui pengujian tarik baja laboratorium di
UGM atas biaya kontraktor. Jumlah sampel yang perlu diuji
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Ukuran diameter baja tulangan yang digunakan dengan toleransi
0,02 mm.
Pemberi tugas atau Konsultan Pengawas akan melakukan
pengujian test tarik-putus baja tulangan, atas biaya Kontraktor.
Baja tulangan dirangkai dan dipasang sesuai dengan gambar
rencana. Ukuran tulangan utama dan begel dipasang sesuai
dengan gambar rencana. Panjang penyaluran diberikan sesuai
dengan syarat teknis yang ditentukan.
Angkur-angkur baja dipasang pada pasangan dinding pasangan
sesuai dengan detail.
Tulangan utama kolom diangkur/dipasang kedalam fondasi
dengan panjang dan ukuran sesuai dengan gambar rencana.
6.3.6.Bahan Pencampur
- Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan
tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana.
6.3.7.Cetakan Beton
Dapat menggunakan papan kayu kelas II, multipleks dengan tebal
minimal 4 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi
ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2 1971.
Slump Slump m
Jenis Konstruksi
maks. (mm) (mm)
Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971.
Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada
cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun
vertikal.
Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
“overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi
yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan
kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada
diatasnya.
Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut
dan dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada
semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dapat
berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.
Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari
1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.
BAB VII
PEKERJAAN BEKISTING
7.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan perancangan, pembuatan,
pemasangan dan pembongkaran semua bekisting beton yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor, sesuai dengan kebutuhan dalam
menyelenggarakan pekerjaan beton, sebagaimana yang tertera didalam
gambar. Pada dasarnya, bekisting adalah konstruksi bantu yang
mendukung beton yang belum mengeras.
Semua Bekisting Beton harus dilaksanakan dengan mengikuti semua
persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PBI 1971, PUBI 1982,
PKKI 1961 dan semua Perintah yang disampaikan oleh Konsultan
Pengawas selama pelaksanaan Pekerjaan.
PRESENTASE
1.1. BAGIAN LAMA
STRUKTUR PEMBONGKARAN KEKUATAN
RENCANA
Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul
berat struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin dan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum pada PBI 1971 NI-2.