Anda di halaman 1dari 2

Bagaimanakah kondisi perekonomian masyarakat Indonesia pada saat covid-19?

Penyebaran virus corona yang luas dan sangat masif membuat pemerintah
memikirkan beberapa strategi untuk membatasi kegiatan masyarakat mulai dari
lockdown, Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), dan PPKM makro ataupun
mikro. Banyak sekali pabrik, toko, sekolah, ataupun gedung-gedung yang mulanya
beraktivitas seperti biasa harus mengalami imbas dari virus corona ini akibat dari
social distancing yang diterapkan oleh pemerintah. Disatu sisi social distancing ini
menunjukkan hasil yang menggembirakan, ini dikarenakan kasus corona yang
melambung tinggi menjadi melandai. Namun, disisi lainnya social distancing ini
menyebabkan matinya perekonomian Indonesia yang disebabkan karena matinya roda
perekonomian masyarakat. Akibatnya, banyak ribuan hingga jutaan orang yang
menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak. Langkah PHK tersebut
diambil sebagai tindak lanjut agar perusahaan/bisnis/toko yang sedang dijalankan
tidak mengalami kerugian bahkkan kebangkrutan.
Gelombang PHK ini justru menjadi ketakutan yang meresahkan masyarakat
selain penyebaran corona. PHK tersebut akan berdampak langsung terhadap
pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan
terjadi kenaikan angka pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas pada masyarakat
dan hal tersebut yang menjadikan roda perekonomian Indonesia tidak berjalan
sebagaimana semestinya. Maka dari itu Organisasi Buruh Internasional (ILO), pada
bulan Maret, menyerukan agar negara-negara segera melakukan pengoptimalan
jejaring pengamanan sosial agar lonjakan angka pengangguran tidak terlalu
signifikan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik,
pengangguran di Indonesia dalam kurunwaktu 5 tahun terakhir cenderung menurun
namun dipastikan akan mengalami kenaikan yang diakibatkan oleh pandemi ini.
Jumlah pengangguran tersebut disebabkan besarnya tekanan dalam sektor usaha.
Kementrian Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan mencatat bahwasannya lebih
dari 2,8 juta pekerja terdampak virus corona yang diakibatkan berhentinya
operasional dalam perusahaan tempat mereka bekerja.
Menurut data Kementrian Ketenagakerjaan per 20 April 2020, total orang
yang terdampak pandemi pada sektor informal dan nonformal ialah sekitar 2.084.593
orang. Tentunya angka tersebut bukanlah angka yang sedikit. Peningkatan angka
tersebut memberikan dampak yang luar biasa di masa yang akan datang. Bisa
dikatakan juga, tidak mudah bagi sebuah negara dalam memulihkan kondisi
perekonomiannya dengan cepat ditambah dengan angka pengangguran dari
masyarakatnya yang cukup tinggi. PHK tersebut dikarenakan berbagai alasan yakni
kurangnya daya beli konsumen dan juga dibatasinya pintu ekspor impoor barang, ini
menyebabkan kelangkaan bahan yang menyebabkan kerugian pada sebuah
perusahaan dan impact besarnya akan menghambat kegiatan industri.
PHK menjadi alternatif terakhir yang dilakukan oleh pengusaha dalam
mengatasi tantangan yang ada pada masa pandemi, sebelumnya juga telah dilakukan
banyak alternatif lain dalam menghindari PHK seperti mengurangi upah pekerja dan
fasilitas dari pekerja tingkat atas seperti manajer dan direktur, mengurangi shift kerja,
menghapus jam lembur, mengurangi hari kerja, dan merumahkan pekerja secara
bergilir dan sementara waktu. Akan tetapi dengan meningkatnya tingkat penyebaran
corona di Indonesia para pengusaha terpaksa memilih opsi PHK karena tidak ada
pemasukan yang dihasilkan untuk memberikan gaji pada para pegawai. Jika PHK
secara sepihak dan masal dilakukan, maka masyarakat akan kehilangan sebagian
bahkan keseluruhan pendapatannya dan ini akan menyebabkan tingginya angka
pengangguran. Peningkatan angka pengangguran yang tinggi ini akan memberikan
banyak kemungkinan buruk jika tidak ditangani dengan baik dan efisien.
Kesalahan dan ketidakmampuan dalam penanganan yang tepat maka akan
mengakibatkan angka kemiskinan masyarakat Indonesia berada di bawah garis batas
atau negatif yang bisa melumpuhkan semua sektor. Jika hal tersebut terus menerus
tidak dapat teratasi, maka akan terjadi hal yang lebih besar yakni kelaparan dimana-
mana. Kelaparan diakibatkan oleh kemiskinan dan jika tidak ditangani dengan baik
maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih baru yakni penjarahan dan
kriminalitas. Penjarahan terjadi karena tidak ada jalan keluar lain yang bisa dilakukan
oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhannya agar terus melanjutkan kehidupannya.
Hal tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja karena jika terdapat upaya penanganan
yang salah maka akan semakin memperburuk keadaan.
Maka dari itu, peran serta kebijakan dari pemerintah sangatlah diharapkan
oleh seluruh masyarakat Indonesia dan bukan hanya oleh beberapa pekerja yang
terdampak saja. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah ialah tidak
memberlakukan lockdown dan menggantinya dengan PSBB bahkan PPKM sesuai
dengan kebijakan daerahnya masing-masing, bahkan ada beberapa daerah yang telah
menerapkan kebijakan new normal tapi dengan protokol kesehatan yang ketat. Alasan
kuat pemerintah tidak memberlakukan lockdown ialah pemerintah ingin menghindari
resiko yang diakibatkan oleh efek lockdown ini. Selain itu pemerintah juga melihat
sikap dari masyarakatnya dan setelah dibahas ataupun dikaji secara matang maka
pemerintah juga tidak memberlakukan lockdown. Maka dari itu, pemerintah
memberlakukan upaya alternatif lainnya yakni dengan memberlakukan PSBB hingga
PPKM mikro. Hal ini dimaksudkan agar meskipun disisi lain laju dan penyebaran
corona bisa di kontrol, roda perekonomian pun bisa berjalan meskipun berjalan sangat
lambat, ini dimaksudkan agar keadaan tidak semakin memburuk, serta perekonomian
dan kesehatan masyarakat akan membaik secara bersamaan sehingga semuanya bisa
berjalan seperti semula.

Referensi :

Syafrida, S. (2020). Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia. SALAM: Jurnal


Sosial dan Budaya Syar-i, 6.
Setiati, S., & Azwar, M. K. (2020). COVID-19 and Indonesia. Acta Medica
Indonesiana, 52(1), 84-89.
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian Indonesia.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling.

Anda mungkin juga menyukai