Anda di halaman 1dari 16

PORTOFOLIO SEJARAH INDONESIA

KONFERENSI MEJA BUNDAR

NAMA : MAGHFIRA ANANDIA AZ-ZAHRA

KELAS : XII IPA 4

TAHUN AJARAN 2021/2022


KONFERENSI MEJA BUNDAR

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda,
dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan
BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan
Belanda di kepulauan Indonesia.Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan tingkat
tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville
(1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda
untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.

LATAR BELAKANG

Upaya untuk mengekang kemerdekaan Indonesia dengan cara kekerasan berakhir dengan
kegagalan. Belanda di bawah kritik keras dari masyarakat internasional. Belanda dan Indonesia
dan kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini diplomasi.

Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi mengutuk
serangan militer Belanda melawan tentara Republik Indonesia dan menuntut pemulihan
pemerintah Republik. Juga menyerukan kelanjutan perundingan untuk menemukan penyelesaian
damai antara kedua belah pihak.

Setelah Roem Royen-pada 6 Juli, yang efektif ditentukan oleh resolusi Dewan Keamanan,
Mohammad Roem mengatakan bahwa Republik Indonesia, yang para pemimpinnya masih
diasingkan di Pasifik, bersedia untuk berpartisipasi dalam konferensi meja bundar untuk
mempercepat transfer kedaulatan.

Pemerintah Indonesia, yang telah diasingkan selama enam bulan, kembali ke ibukota sementara
di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949. Dalam rangka untuk memastikan kesetaraan
perunndingan posisi antara delegasi Republik dan federal, pada paruh kedua Juli 1949 dan dari
31 Juli – 2 Agustus, Konferensi Inter-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta antara
semua otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk.

Para peserta sepakat pada prinsip-prinsip dan kerangka kerja untuk konstitusi. Setelah diskusi
awal yang disponsori oleh Komisi PBB untuk Indonesia di Jakarta, ditetapkan bahwa Konferensi
Meja Bundar akan diadakan di Den Haag.

ARTI PENTING KONFERENSI MEJA BUNDAR

Konferensi Den Haag atau yang lebih dikenal dengan Konferensi Meja Bundar untuk sementara
waktu mengakhiri konflik antara Kerajaan Belanda dengan Republik Indonesia Serikat. Kerajaan
Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat sehingga pembangunan dalam negeri
dapat segera dimulai. Konferensi tersebut telah membawa Indonesia tidak menjadi suatu negara
jajahan. Akan tetapi, bentuk negara serikat yang disepakati di KMB tidak sesuai dengan cita-cita
proklamasi dan Papua tidak menjadi bagian dari kesepakatan.

TUJUAN PERUNDINGAN
1.Meredam segalabentuk kekerasan yang dilakukan oleh Belanda yang berujung kegagalan pada
pihakBelanda.
2.KMB adalah sebuah titik terang bagi bangsa Indonesia untuk memperolehpengakuan
kedaulatan dari Belanda,
3.Menyelesaikan sengketa antara Indonesia-Belanda,dan berusaha menjadi negara yang merdeka
dari para penjajah.

WAKTU PERUNDINGAN

Di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949

TAHAPAN SEBELUM PERUNDINGAN

Tiga perundingan yang melatar belakangi KMB ini diantaranya :

1. Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati adalah suatu
perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan
persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di
Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret
1947.

Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan 'status quo' di
Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya
Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk
menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr,
diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe,
namun perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya
atas Jawa,Sumatera dan Pulau Madura, namun Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas
Jawa dan Madura saja.

Misi pendahuluan

Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946
bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan
dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14
Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11
November 1946.

Jalannya perundingan

Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh tim yang
disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J. van
Mook,dan Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.

Hasil perundingan

Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:

1.Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan
Madura.

2.Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.


3.Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.

Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran


Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.

Pro dan Kontra di kalangan masyarakat Indonesia

Perjanjian Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia,


contohnya beberapa partai seperti Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai
Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa perjanjian itu adalah bukti lemahnya
pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946,
dimana bertujuan menambah anggota Komite Nasional Indonesia Pusat agar pemerintah
mendapat suara untuk mendukung perundingan linggarjati.

Pelanggaran Perjanjian

Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur
Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian
ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan
akibat dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.

2. Perjanjian Renville

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada
tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral,
USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada
tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good
Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.

Delegasi
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap. Delegasi
Kerajaan Belanda dipimpin oleh Kolonel KNIL R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Delegasi
Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.

Gencatan senjata

Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada 17 Agustus 1947 sepakat untuk melakukan
gencatan senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tapi pertempuran terus terjadi
antara tentara Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan sesekali unit
pasukan TNI juga terlibat baku tembak dengan tentara Belanda, seperti yang terjadi antara
Karawang dan Bekasi.

Isi perjanjian

1.Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah
Republik Indonesia
2.Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda
3.TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat
dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta..
Pasca perjanjian

Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayah-wilayah yang
dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah.

Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti Barisan Bambu
Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo,
mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Mereka terus melakukan perlawanan bersenjata
terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di Yogyakarta, S.M.
Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir
Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian ia mendirikan
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hingga pada 7 Agustus 1949, di wilayah yang
masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia
(NII).

3. Perjanjian Roem-Roijen

Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah perjanjian
antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya
ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari
kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini
adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum
Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga
memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk mempertegas sikap Sri Sultan HB IX terhadap
Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, dimana Sultan Hamengku Buwono IX
mengatakan “Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).

Kesepakatan

Hasil pertemuan ini adalah:

· Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya


· Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
· Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
· Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan
semua tawanan perang

Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:

· Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian
Renville pada 1948
· Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan
persamaan hak
· Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia.

Pasca perjanjian

Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota sementara
Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-van Roijen dan
Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno dan
secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.

Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11 Agustus)
dan Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang semua
masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda.

KEPUTUSAN ATAS TAHAPAN ITU MAKA MAJELIS PBB MEMUTUSKAN :

1.Kerajaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik
Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui
Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.

2.Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada
Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.

3.Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949

4.Rantjangan Piagam Penjerahan Kedaulatan


PROSES TERJADINYA & TOKOH YANG TERKAIT

Pada tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, yang disengelarakan di Den Hag.
Yang diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo, Dr J
Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr
Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst
Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri (Halim, dan Yayah, 1986 : 236 ).
Deligasi dari Belanda diketuai Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI oleh Chritcjley.

Sesampainya pada deligasi itu ke Belanda, sambutan dari Belanda cukup baik dengan menjukan
keramahan dalam melayani para delegasi. Para deligasi di tempatkan di hotel mewah Kurhaus
Schevenigen dan mobil – mobil mengkilap yang bika di gunakan sewaktu – waktu di butuhkan.
Setiap hari angota deligasi di beri uang saku F1. 25, yang waktu itu sebanding dengan US $10,
dan berdaya beli tinggi saat itu. Delegasi di bagi menjadi beberapa komisi-komisi militer
dipimpin oleh Dr. J. Leimena, dan angotanya Kolonel TB Simatupang (mewakili Angkatan
Darat), komandor S. Suryadarma (Angkatan Udara, yang menyusul belakangan), Laksamana
Subiyakto (Angkatan Laut) dan Letnan Kolonel Daan Yahya dan letnan Kolonel M.T Haryono.
Dari pihak komisi mileter Belanda Moorman (kepala staf Angkatan Laut Nedrland) dan
Fokkema Andre.
Masalah yang sulit di pecahkan dalam konferensi itu sebagai berikut :

1.Uni Indonesia – Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerja sama yang bebas
tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan Belanda menginginkan kerja sama yang luas
dengan organisasi permanen yang luas pula.

2.Soal hutang. Indonesia hanya mengakui hutang – hutang Hindia Belanda sampai menyerahnya
Belanda kepada Jepang. Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil
alih semua kekayaan maupun hutang Hindia Belanda saampai saat itu, termasuk biaya perang
kolonial terhadap Indonesia.

Akhirnya setelah memalui perundingan yang berlarut – larut pada tanggal 2 November 1949
tercapailah persetujuan KMB.

Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:

- Serah terima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia
Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda
menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara
terpisah karena perbedaan etnis.
- Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai
kepala negara
- Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat

Hasil-hasil KMB kemudian diajukan kepada KNIP untuk diratifikasi. Untuk keperluan ini, KNIP
menyelenggarakan sidang pada 6-14 desember 1949. Dalam sidang ini diadakan pungutan suara
dengan hasil 226 suara menyatakan setuju, 62 tidak setuju, dan 31 abstain.Dengan demikian,
KNIP menerima hasil-hasil keputusan KMP.

Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari
Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua
tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam acara penandatanganan
pengakuan kedaulatan di Den Haag, Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda
Belanda dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara pengakuan
kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil
tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan berdirilah
Negara Republik Indonesia Serikat. Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota negara pindah
dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda dan
dilanjutkan dengan pengibaran bendera Indonesia.

KONDISI POLITIK PRA DAN PASCA KONFERENSI MEJA BUNDAR

Sebelum disepakatinya Konferensi Meja Bundar, Konferensi Inter-Indonesia telah menjadi


bagian penting di dalam usaha republik untuk berdaulat. Negara-negara Federal bentukan
Belanda yang tergabung dalam BFO banyak yang tidak lagi memihak kepada Belanda, ini
menjadi keuntungan bagi republik. Para pemimpin Federalis tidak lagi bersimpati kepada
Belanda semenjak Agresi Militer Belanda II, bahkan sikap penduduk sipil yang berada di bagian
negara federal tidak mau lagi bekerja sama dengan Belanda dan lebih mendukung negara
republik Indonesia.

Selain itu Amerika Serikat yang berperan sebagai penengah merasa dikecewakan juga oleh sikap
Belanda. Kecaman dari dunia Internasional memang banyak ditujukan kepada Belanda. Akan
tetapi kecenderungan Amerika Serikat menekan Belanda untuk segera memberikan kemerdekaan
Indonesia dilatarbelakangi oleh sikap Indonesia di dalam menumpas pemberontakan PKI di
Madiun bulan September tahun 1948. Amerika Serikat bersimpati kepada Indonesia karena iut
serta membendung komunis.

Pasca Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, kondisi politik Indonesia berubah secara
drastis. Salah satu dampak positif bagi bangsa Indonesia adalah Belanda menyerahkan
kedaulatan kepada Indonesia dan lahirlah Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai akibat
persetujuan Konferensi Meja Bundar (Algandri, H 1991 :68).

Namun dengan terbentuknya Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dimana
adanya negara-negara bagian menjadi tidak sesuai dengan cita-cita awal bangsa Indonesia dalam
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Karena dengan dibaginya wilayah Indonesia menjadi
negara-negara bagian oleh Belanda mengakibatkan Indonesia terpecah belah dan tidak bisa
bersatu. Ini juga merupakan ide dari Belanda untuk membentuk negara federal di Asia karena
Belanda tetap ingin menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia. Namun hal ini membuat rakyat
yang berada di daerah-daerah tidak menyetujui bentuk negara Indonesia sebagai Republik
Indonesia Serikat. Ini yang menyebabkan RIS tidak bertahan lama.

Selain mengakui kedaulatan bangsa Indonesia, dampak lain yang bisa dirasakan adalah
berakhirnya konflik yang terjadi diantara Belanda dan Indonesia yang menyebabkan Indonesia
bisa dengan leluasa melakukan pembangunan yang bertujuan untuk memakmurkan serta
memajukan bangsa Indonesia.

DAMPAK YANG DIRASAKAN INDONESIA

Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagibangsa


Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia, sehingga
dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari Konferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:

DAMPAK POSITIF

a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.


b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan
kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang
dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan Hindia
Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang diperlukan
akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
DAMPAK NEGATIF

Belum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih berusaha
untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.

Setelah itu penyerahan kedaulatan yang dilakukan di negeri Belanda bertempat di ruang takhta
Amsterdam, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan
A.M.J.A. Sasseu, dan Drs. Moh. Hatta melakukan penandatanganan akta penyerahan kedaulatan.
Pada saat yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota
Belanda, A.H.S. Lovink dalam suatu upacara di Istana Merdeka menandatangani naskah
penyerahan kedaulatan.

Dengan penyerahan kedaulatan itu, secara formal Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan
mengakui kekuasaan negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali Irian
Barat yang akan diserahkan setahun kemudian.

KESIMPULAN

Rencana Belanda untuk mengekang kemerdekaan Indonesia dengan cara kekerasan berakhir
dengan kegagalan dan Belanda juga mendapat kritik keras dari masyarakat nasional. PBB tentu
tidak tinggal diam melihat masalah Indonesia – Belanda ini. PBB mengadakan sejumlah
perundingan dan pertemuan untuk menyelesaikan masalah Indonesia – Belanda. Konferensi
Meja Bundar adalah contoh pertemuan untuk membahas masalah antara kedua negara yang
bermasalah ini. Konferensi Meja Bundar diadakan pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2
November 1949 di Den Haag.

Indonesia diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo, Dr J
Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr
Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst
Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri. Setelah itu pada tanggal 2 November
1949 tercapailah persetujuan KMB, yaitu serah terima kedaulatan dari pemerintah kolonial
Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat, dibentuknya sebuah
persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala negara dan mengambil
alih hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat.

Banyak dampak yang dapat dirasakan setelah Konferensi Meja Bundar diadakan seperti, Belanda
mengakui kemerdekaan Indonesia, konflik Indonesia dengan Belanda dapat diakhiri dan bentuk
Negara Serikat tidak sesuai dengan Proklamasi. Selain itu, ada beberapa dampak negatif yang
dirasakan Indonesia yaitu, belum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia membuat
Indonesia masih berusaha untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian
dari NKRI.

SARAN

Bahasan mengenai Konferensi Meja Mundar ini seharusnya bisa membuat kita lebih tersadar
akan betapa pentingnya perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan kita dalam mencapai
kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Seharusnya ini bisa menjadikan suatu refleksi
bagi kita semua bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia baik perjuangan fisik maupun
diplomasi semua usaha yang dilakukan mendatangkan hasil positif yakni bagi kemerdekaan
Indonesia.
SUMBER YANG TERKAIT

VIDEO : https://youtu.be/TLudkYmAEA4

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2014/09/konferensi-meja-bundar.html

https://arianesemdel.wordpress.com/ilmu-pengetahuan-sosial/konferensi-meja-bundar-kmb/

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-tujuan-dan-10-isi-konferensi-meja-bundar-kmb/

https://amp.tirto.id/sejarah-konferensi-meja-bundar-kmb-latar-belakang-tokoh-hasil-f97A

https://amp.kompas.com/skola/read/2020/02/11/100000169/konferensi-meja-bundar-latar-
belakang-tujuan-hasil-dan-dampaknya

https://www.ruangguru.com/blog/mengetahui-hasil-konferensi-meja-bundar?hs_amp=true

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5793235/konferensi-meja-bundar-tujuan-hasil-dan-
dampaknya-bagi-bangsa-indonesia/amp

https://m.merdeka.com/jabar/sejarah-2-november-1949-berakhirnya-konferensi-meja-bundar-di-
den-haag-kln.html

Anda mungkin juga menyukai