Disusun Oleh :
dr. Shinta Anggun Brilliani
Pendamping :
dr. Alexander Bramukhaer
Pendamping
dr. Alexander
Bramukhaer
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : dr. Shinta Anggun Brilliani
Judul : Seorang Laki-Laki 3 Tahun dengan Demam Dengue
Bagian : Bangsal RSI Kendal
Pendamping : dr. Alexander Bramukhaer
Pendamping
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : an.A.B.
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 0031xx
II. DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Tanggal No Masalah inaktif Tanggal
1. Demam 19 – 06 –
2021
III. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan pasien pada tanggal 19 Juni 2021 pukul 00.40 WIB di
IGD RSI Kendal.
Keluhan Utama:Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
demam sudah 6 hari
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-)
- Riwayat kejang (-)
- Riwayat alergi (-)
- Tidak ada obat-obatan yang rutin dikonsumsi
1
2
Status Generalis
Kepala : Mesosefal, turgor kulit dahi cukup
Mata : mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : discharge (-/-), dalam batas normal
Telinga : discharge (-/-), dalam batas normal
Mulut : mukosa kering (-), lidah tifoid (-)
Leher : trachea di tengah, limfonodi leher normal
Thorak : hemithorax dextra et sinistra simetris saat statis dan dinamis
Cor :
I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara Jantung I-II murni
Pulmo :
I : Hemithorax dextra et. sinistra simetris saat statis atau dinamis
Pa: Stem fremitus hemithorax dextra sama dengan hemithorax sinistra,
dalam batas normal
3
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 19/06/2021
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,3 gr/dL 13,00 – 17,00
Hematokrit 41,4 % 40 – 54
6
Eritrosit 5,17 10 /uL 4,4 – 5,9
MCH 27,7 pg 27,00 – 32,00
MCV 80,1 fL 76 – 96
MCHC 34,5 g/dL 29,00 – 36,00
3
Leukosit 4,4 10 /uL 4,5 – 12,5
Trombosit 84,0 103/uL 150 – 400
RDW 11,7 % 11,60 – 14,80
MPV 11,3 fL 4,00 – 11,00
CATATAN KEMAJUAN
Tanggal 16 Juni 2021
Demam Dengue
Subjektif : demam (+), nyeri kepala (+), mual(+)
Objektif : Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 103 kali/menit
Frekuensi nafas : 23 kali/menit
Suhu : 38,3oC
Darah Rutin (RSI Kendal)
5
Haematologi
Hemoglobin 13.8 11.0-14.0 gr/dl
Hematokrit 41.9 40-48%
Leukosit 6.380 4.50-12.50 ribu / mm3
Trombosit 84.000 150-450 ribu / mm3
Eritrosit 5.07 4.00-5.50 juta/uL
MCV 82.7 78-95 fL
MCH 27.2 27.0-31.0 pg
MCHC 32.9 32.0-37.0 g/dL
Assessment : Demam Dengue
Plan : Infus RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
PO : - Paracetamol 3 x 500mg
- Sucralfat syr 3 x C1
- Provital 1 x 1
Mx : Keadaan Umum, Tanda Vital, tanda Dehidrasi, tanda perdarahan, kadar
trombosit dan hematokrit
Ex : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa nilai trombosit dari 75000
(1 hari yang lalu) sudah meningkat menjadi 84000 namun karena masih di bawah
100000 dan keadaan umum pasien masih tampak lemas sehingga dibutuhkan
observasi di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kasus demam dengue di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus
dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2016
meningkat dibandingkan jumlah kasus tahun 2015 (129.650 kasus). Jumlah kematian
akibat DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015 (1.071 kematian). IR atau
angka kesakitan DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015, yaitu 50,75
menjadi 78,85 per 100.000 penduduk. Namun, Case Fatality Rate (CFR) mengalami
penurunan dari 0,83% pada tahun 2015 menjadi 0,78% pada tahun 2016. 1 DBD
8
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.2
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara dengan masa inkubasi virus
dengue dalam tubuh nyamuk berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan masa
inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 3-14 hari sebelum gejala muncul. Gejala klinis
biasanya muncul pada hari ke-empat sampai hari ke-tujuh. Penegakan diagnosis
berdasarkan dua kriteria klinis yaitu demam tinggi mendadak selama 2-7 hari dan
terdapat manifestasi perdarahan seperti uji bendung positif, ptekie, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena disertai dua kriteria
laboratorium yaitu trombositopeni dan kebocoran plasma karena peningkatan
permeabilitas kapiler yang ditandai dengan hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
atau hipoproteinemia. Tujuan dari laporan ini adalah untuk mendiskusikan salah satu
kasus demam berdarah dengue yang terjadi di Jawa Tengah sehingga penanganan
yang tepat dapat dimulai sesegera mungkin.3,4
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus yang
sama, tapi mekanisme patofisiologi dan klinisnya berbeda. Perbedaan utama adalah
kebocoran plasma yang hanya terjadi pada demam berdarah dengue. Demam dengue
adalah sindrom ringan karena infeksi virus dengue ditandai dengan demam disertai ≥
2 gejala lain, yaitu nyeri kepala, muntah, nyeri perut, nyeri otot atau nyeri sendi, dan
mungkin terdapat manifestasi perdarahan berupa uji bendung positif dan atau
perdarahan spontan namun tidak terbukti terjadi peningkatan permeabilitas
pembuluh darah serta nilai hematokrit <44% Sedangkan pada demam berdarah
dengue, harus terdapat demam, trombositopeni (<100.000/mm³), manifestasi
perdarahan baik uji bendung positif maupun perdarahan spontan dan terbukti adanya
perembesan plasma. Jika pada demam berdarah dengue maupun demam dengue
terdapat keterlibatan organ-organ seperti hati, ginjal, otak dan jantung yang memiliki
kaitan dengan infeksi dengue, namun tidak terdapat bukti adanya kebocoran plasma
disebut dengan expanded dengue syndrome isolated organopathy unusual
manifestation. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh koinfeksi, komorbiditas,
ataupun komplikasi dari syok berkepanjangan yang disertai gagal organ.4
Perjalanan penyakit dari DBD dibagi menjadi 3 fase; fase demam (hari sakit
ke-1 hingga ke-3), fase kritis (24-48 jam) dan fase penyembuhan (1-2 hari). Keluhan
pada fase demam biasanya diawali dengan adanya demam tinggi (39-40oC), rasa
tidak enak badan, sakit kepala, mual, muntah, tidak mau makan, dan terkadang nyeri
perut. Pada fase ini hematokrit masih normal dan viremia berkahir pada fase ini.
Pada fase selanjutnya yaitu fase kritis (hari ke-4 hingga hari ke-5) keluhan demam
10
biasanya tidak ada, namun terjadi penurunan kadar trombosit (trombositopeni) dan
peningkatan kadar hematokrit yang mengindikasikan terjadinya perembesan plasma
yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga dapat menyebabkan syok.
Fase ini memerlukan pengamatan klinis dan labratoris yang ketat. Apabila fase kritis
teratasi, pasien akan masuk ke fase penyembuhan. Dimana kebocoran plasma akan
teratasi, asites dan efusi pleura akan di reasorbsi kembali ke sirkulasi dalam waktu
12-24 jam setelah perembesan berhenti, yaitu 36-48 jam setelah syok atau 60-72 jam
setelah perembesan plasma. Pada fase ini jumlah trombosit mulai meningkat, dan
jumlah hematokrit mulai menurun.5
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian berkembang biak dalam
tubuh nyamuk yang terutama ditemukan pada kelenjar liurnya dalam waktu 8-12 hari
( extrinsic incubation period ) yang sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Pada
manusia, virus memerlukan waktu 3-14 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan sakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 7 hari setelah
viremia.3
Berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection, sebagai akibat
infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien,
respon antibodi anamnestik yang terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan
proliferasi dan transformasi limfosit menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti
dengue. Selain itu, replikasi virus dengue di dalam limfosit yang bertransformasi
akan meningkatkan jumlah virus. Akibatnya terbentuk virus kompleks antigen-
antibodi dalam sirkulasi darah yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan anafilatoksin C3a dan C5a akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang
intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti dengan
11
muntah persisten atau tidak bisa minum, nyeri abdomen berat, lesu, gelisah, pucat,
akral dingin, dan terdapat manifestasi perdarahan spontan.4
Nyeri perut pada kasus DHF dapat dirasakan di ulu hati dan di kuadran
hipokondrium kanan. Nyeri perut di kuadran hipokondrium kanan lebih mengarah
pada penyakit DHF dibandingkan nyeri perut di daerah ulu hati. Penyebab nyeri
perut di hipokondrium kanan disebabkan oleh pembesaran hati sehingga terjadi
peregangan selaput yang membungkus hati, sedangkan nyeri di ulu hati dapat
disebabkan oleh rangsangan obat penurun panas. Patogenesis nyeri perut pada DHF
belum diketahui secara jelas. Namun, hiperplasia folikel limfoid dan kebocoran
plasma melalui endotelium kapiler yang rusak dapat memainkan peran penting.8,9,10
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang perempuan usia 18 tahun datang ke IGD RSI Kendal
dengan keluhan demam tiga hari disertai mual tanpa disertai muntah, lemas, nyeri
kepala, dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,7°C
serta terdapat petekie minimal pada ekstremitas inferior. Pada pemeriksaan
laboratorium darah terdapat trombositopeni (84.000/mm3) dan leukopeni (4400/uL).
Kemudian pasien dilakukan terapi cairan infus RL 40 tpm, injeksi ranitidine 50
mg/12 jam, injeksi ondansetron 4 mg/8 jam, parasetamol 3 x 500 mg, sucralfate syr 3
x C1, dan provital 1 x 1 tab, serta observasi di ruang Umar. Pasien didiagnosis
dengan Demam Dengue tanpa warning sign. Pasien diagnosis Demam Dengue dapat
ditegakkan karena pasien mengeluhkan demam tinggi mendadak selama 3 hari, nyeri
kepala, mual, disertai petekie dengan hasil laboratorium didapatkan trombositopenia
(84.000/uL), dan tidak menunjukkan adanya kebocoran plasma. Pada hari ke-3
perawatan pasien mengalami peningkatan trombosit menjadi 110.000/uL dan pasien
sudah tidak mengeluhkan nyeri kepala dan mual. Sehingga pasien diperbolehkan
untuk pulang.
17
DAFTAR PUSTAKA