Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 3 TAHUN DENGAN DEMAM DENGUE

Disusun Oleh :
dr. Shinta Anggun Brilliani

Pendamping :
dr. Alexander Bramukhaer

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
JAWA TENGAH
2021
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari ini tanggal :...................................... Telah dipresentasikan laporan kasus


oleh :
Nama Presenter : dr. Shinta Anggun Brilliani
Judul/ Topik : Seorang Laki-Laki 3 Tahun dengan Demam Dengue
Nama Pendamping : dr. Alexander Bramukhaer
Wahana : Rumah Sakit Islam Kendal

No. Nama Peserta Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.

Pendamping

dr. Alexander
Bramukhaer

HALAMAN PENGESAHAN
Nama : dr. Shinta Anggun Brilliani
Judul : Seorang Laki-Laki 3 Tahun dengan Demam Dengue
Bagian : Bangsal RSI Kendal
Pendamping : dr. Alexander Bramukhaer

Weleri, Agustus 2021

Pendamping

dr. Alexander Bramukhaer


BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : an.A.B.
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 0031xx
II. DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Tanggal No Masalah inaktif Tanggal
1. Demam 19 – 06 –
2021

III. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan pasien pada tanggal 19 Juni 2021 pukul 00.40 WIB di
IGD RSI Kendal.
Keluhan Utama:Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
demam sudah 6 hari
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-)
- Riwayat kejang (-)
- Riwayat alergi (-)
- Tidak ada obat-obatan yang rutin dikonsumsi

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi :

1
2

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pembiayaan dengan


BPJS non PBI. Kesan : sosial ekonomi cukup.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : baik, tampak lemas
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :N : 110 x / menit, reguler
TD : 110/80
RR : 20x / menit
Suhu : 39,7°C (aksiler)
SpO2 : 98%
BB : 48 kg

Status Generalis
Kepala : Mesosefal, turgor kulit dahi cukup
Mata : mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : discharge (-/-), dalam batas normal
Telinga : discharge (-/-), dalam batas normal
Mulut : mukosa kering (-), lidah tifoid (-)
Leher : trachea di tengah, limfonodi leher normal
Thorak : hemithorax dextra et sinistra simetris saat statis dan dinamis
Cor :
I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara Jantung I-II murni

Pulmo :
I : Hemithorax dextra et. sinistra simetris saat statis atau dinamis
Pa: Stem fremitus hemithorax dextra sama dengan hemithorax sinistra,
dalam batas normal
3

Pe: Sonor seluruh lapangan paru


A: SD vesikuler (+/+) , Rh -/-, Wh -/-
Abdomen :
I : Datar
Pa : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Pe : Timpani, Pekak Sisi (+) N, Pekak Hepar (+)
Au : Bising Usus (+) N

Ekstremitas : Superior Inferior


Akral hangat +/+ +/+
Capillary refill time <2” < 2”
Petekie -/- +/+

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 19/06/2021
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,3 gr/dL 13,00 – 17,00
Hematokrit 41,4 % 40 – 54
6
Eritrosit 5,17 10 /uL 4,4 – 5,9
MCH 27,7 pg 27,00 – 32,00
MCV 80,1 fL 76 – 96
MCHC 34,5 g/dL 29,00 – 36,00
3
Leukosit 4,4 10 /uL 4,5 – 12,5
Trombosit 84,0 103/uL 150 – 400
RDW 11,7 % 11,60 – 14,80
MPV 11,3 fL 4,00 – 11,00

VI. DIAGNOSIS KERJA


Demam Dengue

VII. INITIAL PLAN


Ip.Dx : S :-
O :-
4

Ip.Tx : Infus RL 40 tpm


Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
PO : - Paracetamol 3 x 500mg
- Sucralfat syr 3 x C1
- Provital 1 x 1
Ip.Mx : Keadaan umum, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, tanda
perdarahan, kadar trombosit dan hematokrit
Ip.Ex :
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan didapatkan pasien menderita demam dengue.
 Memotivasi pasien dan keluarga pasien untuk dirawat inap guna
memantau kondisi pasien terutama mengenai penurunan kadar
trombosit dan dapat dilakukan pemberian cairan yang adekuat
secara cepat.
 Menjelaskan mengenai tanda-tanda kegawatan pada demam
dengue yaitu tidak ada perbaikan klinis atau terjadi perburukan
dari kondisi sebelumnya, muntah persisten atau tidak bisa minum,
nyeri abdomen berat, lesu, gelisah, pucat, akral dingin, dan
terdapat manifestasi perdarahan spontan.

CATATAN KEMAJUAN
Tanggal 16 Juni 2021
Demam Dengue
Subjektif : demam (+), nyeri kepala (+), mual(+)
Objektif : Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 103 kali/menit
Frekuensi nafas : 23 kali/menit
Suhu : 38,3oC
Darah Rutin (RSI Kendal)
5

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Haematologi
Hemoglobin 14.3 11.0-14.0 gr/dl
Hematokrit 41.2 40-48%
Leukosit 3.850 4.50-12.50 ribu / mm3
Trombosit 75.000 150-450 ribu / mm3
Eritrosit 5.17 4.00-5.50 juta/uL
MCV 79.7 78-95 fL
MCH 27.7 27.0-31.0 pg
MCHC 34.7 32.0-37.0 g/dL
Assessment : Demam Dengue
Plan : Infus RL 40 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
PO : - Paracetamol 3 x 500mg
- Sucralfat syr 3 x C1
- Provital 1 x 1
Mx : Keadaan Umum, Tanda Vital, tanda Dehidrasi, tanda perdarahan, kadar
trombosit dan hematokrit
Ex : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa nilai trombosit dari 84000
(saat pertama kali masuk) menjadi 75000 dan keadaan umum pasien masih tampak
lemas sehingga masih dibutuhkan observasi di rumah sakit.

Tanggal 17 Juni 2021


Demam Dengue
Subjektif : demam (+), nyeri kepala (+), mual(+)
Objektif : Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 100 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 37,8oC
Darah Rutin (RSI Kendal)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


6

Haematologi
Hemoglobin 13.8 11.0-14.0 gr/dl
Hematokrit 41.9 40-48%
Leukosit 6.380 4.50-12.50 ribu / mm3
Trombosit 84.000 150-450 ribu / mm3
Eritrosit 5.07 4.00-5.50 juta/uL
MCV 82.7 78-95 fL
MCH 27.2 27.0-31.0 pg
MCHC 32.9 32.0-37.0 g/dL
Assessment : Demam Dengue
Plan : Infus RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
PO : - Paracetamol 3 x 500mg
- Sucralfat syr 3 x C1
- Provital 1 x 1
Mx : Keadaan Umum, Tanda Vital, tanda Dehidrasi, tanda perdarahan, kadar
trombosit dan hematokrit
Ex : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa nilai trombosit dari 75000
(1 hari yang lalu) sudah meningkat menjadi 84000 namun karena masih di bawah
100000 dan keadaan umum pasien masih tampak lemas sehingga dibutuhkan
observasi di rumah sakit.

Tanggal 18 Juni 2021


Demam Dengue
Subjektif : demam (-), nyeri kepala (-), mual(-)
Objektif : Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 90 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 37oC
Darah Rutin (RSI Kendal)
7

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Haematologi
Hemoglobin 12.9 11.0-14.0 gr/dl
Hematokrit 38.5 40-48%
Leukosit 10.260 4.50-12.50 ribu / mm3
Trombosit 111.000 150-450 ribu / mm3
Eritrosit 4.72 4.00-5.50 juta/uL
MCV 81.6 78-95 fL
MCH 27.3 27.0-31.0 pg
MCHC 33.5 32.0-37.0 g/dL
Assessment : Demam Dengue
Plan :
PO :- Sucralfat syr 3 x C1
- Provital 1 x 1

Mx : Keadaan Umum, Tanda Vital, tanda Dehidrasi, tanda perdarahan, kadar


trombosit dan hematokrit
Ex : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa nilai trombosit pasien telah
meningkat dari 84.000 menjadi 110.000 dan keadaan umum pasien baik sehingga
pasien diperbolehkan untuk pulang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kasus demam dengue di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus
dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2016
meningkat dibandingkan jumlah kasus tahun 2015 (129.650 kasus). Jumlah kematian
akibat DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015 (1.071 kematian). IR atau
angka kesakitan DBD tahun 2016 juga meningkat dari tahun 2015, yaitu 50,75
menjadi 78,85 per 100.000 penduduk. Namun, Case Fatality Rate (CFR) mengalami
penurunan dari 0,83% pada tahun 2015 menjadi 0,78% pada tahun 2016. 1 DBD
8

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.2
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara dengan masa inkubasi virus
dengue dalam tubuh nyamuk berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan masa
inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 3-14 hari sebelum gejala muncul. Gejala klinis
biasanya muncul pada hari ke-empat sampai hari ke-tujuh. Penegakan diagnosis
berdasarkan dua kriteria klinis yaitu demam tinggi mendadak selama 2-7 hari dan
terdapat manifestasi perdarahan seperti uji bendung positif, ptekie, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena disertai dua kriteria
laboratorium yaitu trombositopeni dan kebocoran plasma karena peningkatan
permeabilitas kapiler yang ditandai dengan hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
atau hipoproteinemia. Tujuan dari laporan ini adalah untuk mendiskusikan salah satu
kasus demam berdarah dengue yang terjadi di Jawa Tengah sehingga penanganan
yang tepat dapat dimulai sesegera mungkin.3,4

Virus dengue berasal dari famili Flaviviridae, genus Flavivirus, dan


mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Virus ini ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Infeksi virus dengue pada
manusia dapat mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi. Sebagian
besar kasus infeksi dengue akan sembuh tanpa pengobatan, namun adanya
perembesan plasma dan perdarahan dapat mengakibatkan infeksi dengue berat dan
berakibat fatal.2
9

Gambar 1. Klasifikasi infeksi virus dengue4

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus yang
sama, tapi mekanisme patofisiologi dan klinisnya berbeda. Perbedaan utama adalah
kebocoran plasma yang hanya terjadi pada demam berdarah dengue. Demam dengue
adalah sindrom ringan karena infeksi virus dengue ditandai dengan demam disertai ≥
2 gejala lain, yaitu nyeri kepala, muntah, nyeri perut, nyeri otot atau nyeri sendi, dan
mungkin terdapat manifestasi perdarahan berupa uji bendung positif dan atau
perdarahan spontan namun tidak terbukti terjadi peningkatan permeabilitas
pembuluh darah serta nilai hematokrit <44% Sedangkan pada demam berdarah
dengue, harus terdapat demam, trombositopeni (<100.000/mm³), manifestasi
perdarahan baik uji bendung positif maupun perdarahan spontan dan terbukti adanya
perembesan plasma. Jika pada demam berdarah dengue maupun demam dengue
terdapat keterlibatan organ-organ seperti hati, ginjal, otak dan jantung yang memiliki
kaitan dengan infeksi dengue, namun tidak terdapat bukti adanya kebocoran plasma
disebut dengan expanded dengue syndrome isolated organopathy unusual
manifestation. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh koinfeksi, komorbiditas,
ataupun komplikasi dari syok berkepanjangan yang disertai gagal organ.4
Perjalanan penyakit dari DBD dibagi menjadi 3 fase; fase demam (hari sakit
ke-1 hingga ke-3), fase kritis (24-48 jam) dan fase penyembuhan (1-2 hari). Keluhan
pada fase demam biasanya diawali dengan adanya demam tinggi (39-40oC), rasa
tidak enak badan, sakit kepala, mual, muntah, tidak mau makan, dan terkadang nyeri
perut. Pada fase ini hematokrit masih normal dan viremia berkahir pada fase ini.
Pada fase selanjutnya yaitu fase kritis (hari ke-4 hingga hari ke-5) keluhan demam
10

biasanya tidak ada, namun terjadi penurunan kadar trombosit (trombositopeni) dan
peningkatan kadar hematokrit yang mengindikasikan terjadinya perembesan plasma
yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga dapat menyebabkan syok.
Fase ini memerlukan pengamatan klinis dan labratoris yang ketat. Apabila fase kritis
teratasi, pasien akan masuk ke fase penyembuhan. Dimana kebocoran plasma akan
teratasi, asites dan efusi pleura akan di reasorbsi kembali ke sirkulasi dalam waktu
12-24 jam setelah perembesan berhenti, yaitu 36-48 jam setelah syok atau 60-72 jam
setelah perembesan plasma. Pada fase ini jumlah trombosit mulai meningkat, dan
jumlah hematokrit mulai menurun.5
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian berkembang biak dalam
tubuh nyamuk yang terutama ditemukan pada kelenjar liurnya dalam waktu 8-12 hari
( extrinsic incubation period ) yang sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Pada
manusia, virus memerlukan waktu 3-14 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan sakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 7 hari setelah
viremia.3
Berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection, sebagai akibat
infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien,
respon antibodi anamnestik yang terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan
proliferasi dan transformasi limfosit menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti
dengue. Selain itu, replikasi virus dengue di dalam limfosit yang bertransformasi
akan meningkatkan jumlah virus. Akibatnya terbentuk virus kompleks antigen-
antibodi dalam sirkulasi darah yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan anafilatoksin C3a dan C5a akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang
intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti dengan
11

meningkatnya kadar hematokrit, penurunan natrium, dan terdapatnya cairan dalam


rongga serosa (efusi pleura, asites). Keadaan yang berlanjut akan mengakibatkan
syok, dan apabila penanganan tidak adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia
yang berakhir pada kematian.6

Gambar 2. Patogenesis Terjadinya Syok pada DBD7

Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen antibodi


selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan
mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua
faktor tersebut akan mengakibatkan perdarahan pada DBD. Agrerasi trombosit
terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran
trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin diphosphat ), sehingga
trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet
faktor III mengakibatkan terjadinya koagulapati konsumtif (KID; koagulasi
intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen
degradation product ) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi dengan
baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hagemen
12

sehingga terjadi aktivasi sistem kinin kalikrein sehingga memacu peningkatan


permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan
masif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan
(akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.
Akhirnya perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.7

Gambar 3. Patogenesis Terjadinya Perdarahan pada DBD7

Pada hipotesis antibody dependent enhancement (ADE) diterangkan bahwa


individu yang terinfeksi oleh virus dengue sekunder serotipe lain akan mengalami
proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator
vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.6
Spektrum klinis infeksi dengue mencakup infeksi asimtomatik, DD dan
DBD, yang ditandai dengan kebocoran plasma dan manifestasi perdarahan. Sehingga
perlu dilakukan skrining triase dengan tepat untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan tatalaksana, terlebih pada pasien dengan warning sign. Warning sign
adalah kumpulan tanda yang harus diwaspadai pada pasien terinfeksi virus dengue,
yaitu tidak ada perbaikan klinis atau terjadi perburukan dari kondisi sebelumnya,
13

muntah persisten atau tidak bisa minum, nyeri abdomen berat, lesu, gelisah, pucat,
akral dingin, dan terdapat manifestasi perdarahan spontan.4
Nyeri perut pada kasus DHF dapat dirasakan di ulu hati dan di kuadran
hipokondrium kanan. Nyeri perut di kuadran hipokondrium kanan lebih mengarah
pada penyakit DHF dibandingkan nyeri perut di daerah ulu hati. Penyebab nyeri
perut di hipokondrium kanan disebabkan oleh pembesaran hati sehingga terjadi
peregangan selaput yang membungkus hati, sedangkan nyeri di ulu hati dapat
disebabkan oleh rangsangan obat penurun panas. Patogenesis nyeri perut pada DHF
belum diketahui secara jelas. Namun, hiperplasia folikel limfoid dan kebocoran
plasma melalui endotelium kapiler yang rusak dapat memainkan peran penting.8,9,10

Gambar 4. Algoritma pendekatan pasien terinfeksi virus dengue dengan


warning sign4

Berdasarkan keparahannya, DBD dapat dikategorikan menjadi 4 derajat


penyakit, yaitu: derajat I, ditandai dengan uji torniket yang positif tanpa menifestasi
perdarahan lain; derajat II, ditandai dengan adanya perdarahan spontan seperti
petekie, epistaksis, dan hematemesis; derajat III, ditandai dengan adanya kegagalan
sirkulasi sehingga terjadi hipotensi atau nadi lemah dan cepat (≤ 20 mmHg), akral
dingin, dan pasien gelisah; dan derajat IV atau Sindrom Syok Dengue, ditandai
dengan adanya syok, nadi dan tekanan darah tidak teraba.4
14

Kadar hematokrit dan trombosit merupakan 2 indikator yang harus dipantau


dalam evaluasi DHF. Gambar 5 menunjukkan kadar hematokrit dan trombosit subjek
penelitian pada hari ke-4 hingga hari ke-7 demam pada penelitian di RSCM Jakarta.
Kadar hematokrit pada kasus DHF mengalami penurunan ke arah nilai normal
seiring berjalannya waktu. Sedangkan kadar trombosit mengalami penurunan di hari
ke-4 demam yang merupakan fase kritis, kemudia mengalami tren peningkatan
setelah melewati fase kritis.11

Gambar 5. Kadar hematokrit dan trombosit DBD di RSCM11


Prinsip tatalaksana pada demam berdarah adalah terapi cairan, suportif, dan
simptomatik. Pemberian cairan intravena dilakukan atas beberapa indikasi yaitu jika
pasien tidak bisa diberi asupan oral yang memadai atau muntah, jika hematokrit terus
meningkat 10% -20% meskipun rehidrasi oral sudah diberikan atau ada ancaman
timbul syok. Pada fase demam, diberikan cairan infus rumatan yang mengandung
dextrose dan elektrolit, kemudian pada demam berdarah dengue fase kritis diberikan
cairan kristaloid berupa RL, NaCl 0,9% atau RA sebanyak 5-7cc/kgBB/jam selama
15

1-2 jam, kemudian 3-5cc/kgBB/jam selama 2-4 jam, dilanjutkan 2-3cc/kgBB/jam.


Pada fase konvalesen diberikan infus dextrose dengan elektrolit menggunakan dosis
tetesan maintenance atau minimal tergantung hasil pemeriksaan hematokrit.
Pengawasan keluhan, keadaan umum, dan tanda-tanda vital harus dicek minimal
setiap 2-4 jam pada pasien non syok dan 1-2 jam pada pasien syok.4
Prognosis penyakit DBD baik selama intake cairan cukup. Penilaian
prognosis yang baik dapat dilakukan dengan parameter klinis, seperti status
hemodinamik stabil, suhu normal, tidak ada bukti perdarahan eksternal atau internal,
nafsu makan membaik, tidak ada muntah, tidak ada sakit perut, produksi urin baik,
hematokrit yang stabil pada nilai baseline. Pada pasien yang telah melewati fase
kritis dan terdapat perbaikan klinis, cairan intravena harus dihentikan untuk
mencegah overhidrasi dan munculnya komplikasi yang dapat terjadi karena
kelebihan cairan. Komplikasi yang dapat terjadi pada DBD berupa syok, kegagalan
pernafasan akibat edema paru atau kolaps paru, efusi pleura, ascites, ensefalopati
dengue, kegagalan jantung, dan sepsis.4
16

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini seorang perempuan usia 18 tahun datang ke IGD RSI Kendal
dengan keluhan demam tiga hari disertai mual tanpa disertai muntah, lemas, nyeri
kepala, dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,7°C
serta terdapat petekie minimal pada ekstremitas inferior. Pada pemeriksaan
laboratorium darah terdapat trombositopeni (84.000/mm3) dan leukopeni (4400/uL).
Kemudian pasien dilakukan terapi cairan infus RL 40 tpm, injeksi ranitidine 50
mg/12 jam, injeksi ondansetron 4 mg/8 jam, parasetamol 3 x 500 mg, sucralfate syr 3
x C1, dan provital 1 x 1 tab, serta observasi di ruang Umar. Pasien didiagnosis
dengan Demam Dengue tanpa warning sign. Pasien diagnosis Demam Dengue dapat
ditegakkan karena pasien mengeluhkan demam tinggi mendadak selama 3 hari, nyeri
kepala, mual, disertai petekie dengan hasil laboratorium didapatkan trombositopenia
(84.000/uL), dan tidak menunjukkan adanya kebocoran plasma. Pada hari ke-3
perawatan pasien mengalami peningkatan trombosit menjadi 110.000/uL dan pasien
sudah tidak mengeluhkan nyeri kepala dan mual. Sehingga pasien diperbolehkan
untuk pulang.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta : 2017


2. Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on
Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious
Disease. 2007; Vol 30:329-40.
3. Tjaden, N. B., Thomas, S. M., Fischer, D., & Beierkuhnlein, C. Extrinsic
Incubation Period of Dengue: Knowledge, Backlog, and Applications of
Temperature Dependence. PLoS Neglected Tropical Diseases.2013.7(6),
4. WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue hemorrhagic Fever (Revised and Expanded Edition). India: WHO
SEARO
5. Hospital R, Chuansumrit A, Hospital R, Univer- M. Pathophysiology and
management of dengue hemorrhagic fever. Transfus Altern Transfus Med. 2007;
(C):3–11.
6. Martina, B. E. E., Koraka, P., & Osterhaus, A. D. M. E. . Dengue virus
pathogenesis: An integrated view. Clinical Microbiology Reviews.2009. 22(4),
564–581.
7. Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta.
8. Guyton AC, Hall JE, Rachman YL, Hartanto H, editors. Buku ajar fisiologi
kedokteran. 11st ed. Jakarta: ECG; 2007. 69 22.
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Demam berdarah dengue [Online]. 2009 [cited :
2015 Februari 6]. Available from: URL:http://idai.or.id/kesehatananak/artikel
10. Weerakoona KGAD, Chandrasekaramb S, Jayabahub JPSNK, Gunasenac S
Kularatnea SAM. Acute abdominal pain in dengue haemorrhagic fever: a study
in Sri Lanka, 2009. Dengue Buletin 2009;33:70-74.
11. Karyanti, Mulya Rahma. Clinical manifestations and hematological and
serological findings in children with dengue infection. 2011; Vol 51, No.3.
18

Anda mungkin juga menyukai