Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR PROMOSI KESEHATAN

“Pemberdayaan Masyarakat : Donor Darah dapat Menurunkan


Resiko Terkena Serangan Jantung”

Oleh :

Anisa Alhada
186110733

Dosen Pembimbing :
Widdefrita, S.KM, M.KM

PRODI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan laporan ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Laporan ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah seminar promosi
kesehatan dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Laporan ini saya susun dengan segala kemampuan dan semaksimal


mungkin. Namun, saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
saya sebagai penyusun laporan ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca laporan ini terutama dosen mata kuliah seminar promosi kesehatan yang
saya harapkan sebagai bahan koreksi untuk saya.

Padang, 16 Agustus 2021

Anisa Alhada

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4

A. Konsep Identifikasi Masalah.........................................................................4

B. Pengkajian Data............................................................................................6

C. Dampak dari Masalah...................................................................................7

D. Pemecahan Masalah......................................................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................12

LAMPIRAN...................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner yang disebut juga penyakit arteri koroner

(Coronary Artery Disease) adalah penyakit pada arteri koroner dimana

terjadi penyempitan pada arteri koroner karena proses aterosklerosis. Pada

proses tersebut terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah

terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut. Terjadinya infark dapat

disebabkan beberapa faktor risiko, hal ini tergantung dari individu

(Nurhidayat, 2011). Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan

suatu kelainan yang terjadi pada organ hubungan yang jelas antara

kematian dengan pengaruh keadaan sosial, kebiasaan merokok, pola diet,

exercise, dan sebagainya yang dapat dibuktikan dengan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi terjadinya PJK antara lain: umur, kelamin ras,

geografis, keadaan sosial, perubahan masa, kolesterol, hipertensi,

merokok, diabetes, obesitas, exercise, diet, perilaku dan kebiasaan lainnya,

stres serta keturunan (Anwar, 2004). Di Indonesia, salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini dalam pembangunan

kesehatan adalah beban ganda penyakit infeksi yang harus ditangani,

dilain pihak selain meningkatnya penyakit yang tidak menular terutama

penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka kematian penyakit tidak

menular dari 41,7% pada tahun 1995 meningkat menjadi 59,5% pada

tahun 2007 (Depkes RI, 2009). Tekanan darah, kolesterol, dan hematokrit

1
darah merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Makin tinggi

tekanan darah makin tinggi risiko terjadi stroke dan penyakit jantung

koroner.

Darah memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah mengangkut

oksigen dari paru-paru ke jaringan. Fungsi ini dilaksanakan oleh

hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari

protein dan zat besi. Zat besi sangat penting dalam pembentukan

hemoglobin. Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan

anemia, sedangkan kelebihan kadar besi dalam darah dapat menyebabkan

atherosclerosis. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat

menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri

(atherosclerosis). Penyakit jantung dan stroke selalu masuk dalam sepuluh

besar penyebab kematian tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Salah

satu cara untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler adalah donor

darah rutin. Beberapa penelitian membuktikan bahwa donor darah rutin

dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Kadar kolesterol total

dan kadar LDL pada pendonor rutin lebih rendah daripada orang yang

bukan pendonor. Donor darah lebih dari 8 kali selama 2 tahun dapat

menurunkan cadangan besi dalam tubuh, mengurangi stress oksidatif, dan

meningkatkan fungsi pembuluh darah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengadakan seminar

terkait kegiatan mendonorkan darah secara rutin dapat menurunkan risiko

penyakit jantung.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep identifikasi masalah terkait donor darah dapat

menurunkan resiko terkena serangan jantung?

2. Bagaimana pengkajian data dari masalah donor darah dapat

menurunkan resiko terkena serangan jantung?

3. Bagaimana dampak dari masalah donor darah dapat menurunkan

resiko terkena serangan jantung?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep identifikasi masalah donor darah dapat

menurunkan resiko terkena serangan jantung.

2. Untuk mengetahui pengkajian data dari masalah donor darah dapat

menurunkan resiko terkena serangan jantung.

3. Untuk mengetahui dampak dari masalah donor darah dapat

menurunkan resiko terkena serangan jantung.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Identifikasi Masalah

1. Jurnal Ilmiah Tahun 2016 berjudul “Frekuensi Donor Darah

Dapat Mengendalikan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler Di Unit

Donor Darah PMI Kabupaten Bantul” oleh Nur Elvira dan Dwi Eni

Danarsih

Berdasarkan hasil pengumpulan dari artikel dan jurnal serta

analisa penulis maka didapatkan bahwa Rata-rata kadar kolesterol

pendonor adalah 179 mg/dl. Hal ini berarti kadar kolesterol yang

dimiliki pendonor dalam kategori normal dan berisiko rendah terkena

penyakit kardiovaskuler karena kurang dari 200 mg/dl. Risiko

kematian akibat penyakit jantung koroner meningkat pada orang yang

memiliki kadar kolesterol 200 mg/ dl atau lebih. Rata-rata hematokrit

darah pendonor adalah 43%. Hal ini dapat diartikan hematokrit darah

pendonor darah termasuk normal, baik laki-laki maupun perempuan.

2. Jurnal Penelitian Tahun 2015 berjudul “Donor darah dan Profil

Lipid” oleh Selvia Farahdina

Donor darah memiliki berbagai manfaat, salah satunya

adalah menurunkan kadar profi llipid darah. Berdasarkan

penelitian, orang yang pernah mendonorkan darah akan memiliki

profil lipid yang lebih normal/stabil dibandingkan dengan

4
orang yang belum pernah mendonorkan darah. Begitu juga

orang yang merupakan pendonor darah baru, mempunyai kadar

profil lipid yang lebih baik dibanding orang yang telah lama tidak

mendonorkan darah.

3. Eka Hospital Blogspot (21/10/2016) “Donor Darah kurangi Risiko

Penyakit Jantung Koroner”

Donor darah merupakan proses pengambilan sebagian darah

yang kita miliki yang disumbangkan dan disimpan di bank darah yang

sewaktu-waktu dapat dipakai untuk transfusi darah. Donor darah tidak

hanya memberikan manfaat bagi orang yang membutuhkan, tetapi

juga memberikan manfaat bagi pendonornya.

Dengan melakukan donor darah secara rutin, regenerasi darah

akan berlangsung lebih cepat, oksidasi kolesterol menjadi lebih

lambat. Selain itu, aliran darah juga menjadi lebih lancar dan mampu

mencegah penimbunan lemak dan hasil oksidasi kolesterol pada

dinding pembuluh darah jantung. Hal ini dapat mengurangi risiko

timbulnya penyakit jantung koroner. Penelitian menyebutkan bahwa

kegiatan donor darah yang rutin dapat menurunkan risiko kejadian

serangan jantung sampai 1/3 kali, terutama pada pria. Beberapa

keuntungan lain dari donor darah rutin berdasarkan beberapa

penelitian lain adalah menurunkan stres oksidatif di dalam tubuh,

menurunkan kejadian resistensi insulin, serta meningkatkan kadar

HDL ( kolesterol baik).

5
D. Pengkajian Data

Journal of Blood Medicine (2013) :

Sebuah penelitian pada tahun 2013 pada Journal of Blood

Medicine, mengatakan bahwa kegiatan donor darah mampu

menurunkan kadar zat besi yang terlalu tinggi dalam tubuh sehingga

menurunkan risiko gangguan jantung.

PMI (Palang Merah Indonesia) :

Donor darah secara teratur diketahui dapat menurunkan

kekentalan darah. Kekentalan darah merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.

Semakin kental darah yang mengalir dalam tubuh, semakin tinggi pula

kemungkinan terjadinya gesekan antara darah dan pembuluh darah.

Gesekan yang terjadi pada pembuluh darah ini dapat merusak sel-sel

dinding pembuluh darah yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko

terjadinya sumbatan pembuluh darah.

Selain itu, manfaat donor darah juga dapat membantu

membuang kelebihan zat besi yang terdapat dalam tubuh. Zat besi

yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan oksidasi kolesterol.

Hasil dari proses oksidasi tersebut dapat menumpuk pada dinding

arteri dan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.

Melalui donor darah, kadar zat besi dalam tubuh dapat menjadi

lebih stabil dan menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan

pembuluh darah.

6
American Journal of Epidemiology (medicaldaily.com, 30 Mei 2013) :

Menurut sebuah penelitian yang dimuat di ditemukan fakta dari

2.682 laki-laki di Finlandia yang berdonor darah minimal setahun

sekali, mampu mengurangi risiko serangan jantung hingga 88%

dibanding mereka yang tidak pernah berdonor darah.

E. Dampak dari Masalah

Berikut beberapa potensi akibat serangan jantung parah yang

pantang diabaikan karena bisa berdampak fatal:

1. Aritmia

Melansir NHS, salah satu komplikasi serangan jantung adalah

gangguan detak jantung atau aritmia. Kondisi ini bisa terjadi karena

serangan jantung merusak otot jantung. Kerusakan tersebut bisa

menganggu sinyal kelistrikan jantung. Gejala aritmia bisa berbeda-

beda, tergantung jenisnya. Pada aritmia takikardia penderita

merasakan tanda-tanda: Jantung berdebar cepat atau detak jantung

tidak teratur, Nyeri dada, Pusing Kelelahan, Sesak napas. Beberapa

jenis aritmia bisa mengancam nyawa karena membuat jantung

berdetak cepat, kejang, lalu berhenti memompa darah dan memicu

serangan jantung mendadak.

2. Gagal jantung

Akibat serangan jantung parah, penderita bisa mengalami gagal

jantung. Kondisi ini terjadi saat jantung tidak bisa memompa darah ke

seluruh tubuh. Kerusakan otot jantung akibat serangan jantung bisa

7
merusak sebagian jantung, umumnya bagian jantung ventrikel kiri

yang terimbas. Gejala gagal jantung di antaranya: Sesak napas,

Kelelahan Kaki dan lengan bengkak. Gagal jantung dapat diatasi

dengan kombinasi beberapa jenis obat. Di beberapa kasus, gagal

jantung membutuhkan operasi.

3. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik mirip dengan gagal jantung tapi lebih serius.

Kondisi ini bisa terjadi akibat serangan jantung merusak banyak otot

jantung. Penderita syok kardiogenik bisa mengalami : Bingung atau

linglung, Kaki dan tangan terasa dingin, Tidak bisa buang air kecil,

Detak jantung dan pernapasan sangat cepat, Kulit pucat, Susah

bernapas. Syok kardiogenik perlu segera diatasi dengan pemberian

obat khusus untuk meningkatkan tekanan daran dan sirkulasi darah.

Setelah syok kardiogenik stabil, penderita biasanya membutuhkan

operasi untuk mengembalikan fungsi jantung agar bisa bekerja dengan

normal.

4. Ruptur jantung

Ruptur jantung adalah komplikasi serangan jantung yang sangat serius

tapi relatif jarang terjadi. Kondisi ini bisa terjadi saat kerusakan otot

jantung parah akibat serangan jantung membuat otot, dinding, sampai

katup jantung pecah. Ruptur jantung umumnya tidak terjadi seketika

setelah serangan jantung, namun selang satu sampai lima hari. Gejala

ruptur jantung tidak jauh berbeda dari syok kardiogenik, namun

tingkat fatalnya jauh lebih tinggi. Sekitar separuh penderita ruptur

8
jantung bisa meninggal dunia setelah ruptur jantung. Diperlukan

operasi untuk mencegah dampak fatal akibat komplikasi serangan

jantung ini.

Melansir Better Health, serangan jantung juga bisa berimbas pada

kesehatan mental. Akibat serangan jantung, penderita bisa mengalami

gangguan suasana hati, cemas, sampai depresi. Setelah melewati fase kritis

penyakitnya, penderita bisa merasa beruntung, tapi di sisi lain juga

khawatir. Banyak di antara penyintas serangan jantung yang merasa

hidupnya tidak tenang karena dibayang-bayangi ancaman gangguan

kesehatan di masa depan. Penderita juga bisa kurang percaya diri, malu,

sampai frustasi karena kehidupannya setelah serangan jantung berubah.

F. Pemecahan Masalah

Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins

menyebutkan bahwa melakukan donor darah setidaknya satu kali setahun

dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung sebanyak 88 persen. Hal

ini berkaitan dengan zat besi, kadar zat besi yang tinggi dalam darah dapat

menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan risiko serangan

jantung lebih tinggi. Ketika melakukan donor darah, endapan zat besi

berlebih dapat ikut terkuras sehingga memberi ruang pembuluh darah

untuk beroperasi dengan baik. Sebagai negara dengan jumlah penduduk

keempat terbanyak di dunia, Indonesia tentu membutuhkan jumlah darah

yang tidak sedikit. Kebutuhan inilah yang mendorong banyak pihak gencar

mengajak masyarakat untuk melakukan donor darah. Banyak orang sering

9
mendengar alasan pentingnya melakukan donor darah, khususnya manfaat

yang didapat oleh penerima. Seperti satu donor darah bisa menyelamatkan

tiga nyawa setiap harinya.

Pentingnya edukasi terkait manfaat donor darah harus segera

dilakukan, karena mengingat tingginya tingkat kematian akibat penyakit

jantung di Indonesia. Pendonor yang memberikan darahnya secara gratis

perlu di apresiasi dan diberi penghargaan. Pelayanan darah harus

dilakukan secara standar, terpadu, berkesinambungan, serta dilaksanakan

secara terkoordinasi antara pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan

partisipasi aktif masyarakat termasuk organisasi sosial.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kemauan masyarakat dalam

melakukan donor darah diadakan seminar bertema donor darah dapat

mencegah penyakit jantung dengan judul “Safe Blood for All”.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan jurnal dan artikel yang sudah ditelaah dapat

disimpulkan bahwa donor darah rutin dapat menurunkan risiko penyakit

kardiovaskuler. Beberapa penelitian juga sudah membuktikan bahwa

donor darah rutin dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler.

G. Saran

Penulis dapat mengadakan kegiatan seminar promosi kesehatan

terkait donor darah dapat menurunkan resiko terkena serangan jantung.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, T. B. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi. e-USU Repository


Universitas Sumatera Utara.

Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh


Darah. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Guyton, A C dan John E H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Joewono, B S (Editor). 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga


University Press

Ross dan Wilson. 2011. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika

Uche, E., A Adediran, OD Damulak, TA Adeyemo, AA Akinbami, AS Akanmu.


2013. Lipid Profi le of Regular Blood Donors. Journal of Blood Medicine,
2013 :4 39–42. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov [Diakses 16
Agustus 2021]

Zheng, H., Ritchard, C., Bryan, S., Nancy, V., Stuart, D K. 2005. Iron Stores and
Vascular Function in Voluntary Blood Donors. Arteriosclerosis,
Thrombosis, and Vascular Biology 2005 ;25: 1577-1583. Available from:
http://www.atvb.ahajournals.org [Diakses 16 Agustus 2021]

12
LAMPIRAN

Donor Darah kurangi Risiko Penyakit Jantung Koroner

https://www.ekahospital.com/id/media-detail/info-kesehatan/the-correlation-between-
blood-donation-and-the-risks-of-coronary-heart-disease

Eka Hospital Pekanbaru

21 Oktober 2016

Donor darah merupakan proses pengambilan sebagian darah yang kita


miliki yang disumbangkan dan disimpan di bank darah yang sewaktu-waktu dapat
dipakai untuk transfusi darah. Donor darah tidak hanya memberikan manfaat bagi
orang yang membutuhkan, tetapi juga memberikan manfaat bagi pendonornya.

Darah, terutama sel darah merah merupakan sel yang mengandung


hemoglobin yang terbentuk dari zat besi, yang berfungsi untuk mengikat oksigen.
Kebutuhan zat besi tergantung kepada jenis kelamin dan usia. Laki-laki dewasa
membutuhkan 8.5 mg/hari dan wanita dewasa usia subur membutuhkan 18.9
mg/hari. Kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari
sumber hayati (zat besi nonheme) dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber
hewani (zat besi heme) dengan ketersediaan hayati 20-23%.

Kenyataan bahwa zat besi nonheme yang agak sulit diserap sebenarnya
justru menguntungkan karena zat besi yang terlalu mudah diserap apabila
dikonsumsi secara berlebihan, seperti zat besi heme yang berasal dari daging,
justru akan menumpuk dalam tubuh dan dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner.

13
Zat besi yang menumpuk akan meningkatkan radikal bebas di dalam tubuh
dan dapat mengoksidasi kolesterol. Kolesterol yang teroksidasi tersebut akan
mengendap di dinding pembuluh darah. Oksidasi kolesterol yang mengendap di
pembuluh darah akan menimbulkan plak (atherosclerosis) yang merupakan cikal
bakal timbulnya penyakit jantung koroner.

Wanita yang masih mengalami menstruasi atau haid, memiliki risiko


penyakit jantung koroner yang lebih rendah dibandingkan dengan kaum pria. Hal
ini dikarenakan wanita yang mengalami menstruasi akan secara teratur membuang
darah (zat besi), sedangkan para kaum pria tidak mengalami pembuangan darah
(zat besi). Agar tidak terjadi penimbunan zat besi yang berlebihan, maka
dianjurkan untuk melakukan donor darah secara teratur yakni setiap 3-6 bulan
sekali.

Dengan melakukan donor darah secara rutin, regenerasi darah akan


berlangsung lebih cepat, oksidasi kolesterol menjadi lebih lambat. Selain itu,
aliran darah juga menjadi lebih lancar dan mampu mencegah penimbunan lemak
dan hasil oksidasi kolesterol pada dinding pembuluh darah jantung. Hal ini dapat
mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung koroner.

Penelitian menyebutkan bahwa kegiatan donor darah yang rutin dapat


menurunkan risiko kejadian serangan jantung sampai 1/3 kali, terutama pada pria.
Beberapa keuntungan lain dari donor darah rutin berdasarkan beberapa penelitian
lain adalah menurunkan stres oksidatif di dalam tubuh, menurunkan kejadian
resistensi insulin, serta meningkatkan kadar HDL ( kolesterol baik).

14

Anda mungkin juga menyukai