Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN

SOSIAL PADA PENGGUNA NAPZA:


Penelitian di Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi
Togiaratua Nainggolan*

Abstract

Drug abuse is one of the most dangerous social phenomenon in the modern era and
unfortunately, the youth are the most vurnerable group for this kind of substance abuse.
Despite it’s hazardous nature, drug abuse are still known to be one of the most prevalent
attributes among young people, warranting efforts to increase awereness about it’s harmful
and negative effects. One of them is social anxiety in the context of psychological problem.
This study was conducted to assess the relationship between self-confidence and social anxiety
among drug abuser. Purposive sampling technique was used on rehabilitated drugs addict in
Parmadi Siwi, Jakarta as partisipants of this research. Two instruments have been develoved
for the study. One is a questionnaire comprising of item for social anxiety and the other is
scale for self-confidence. Results of the study lead to conclusion that there was a statistically
significant and negative relationship between self-confidence and social anxiety among young
drug addict.
Keywords: self-confidence, social anxiety, drug abuse.

Abstrak
Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu fenomena sosial yang paling berbahaya pada
era modern dan sayangnya, generasi muda adalah kelompok yang paling rentan terhadap
jenis penyalahgunaan obat ini. Meskipun sifatnya berbahaya, penyalahgunaan obat tetap
saja dikenal sebagai salah satu atribut yang lazim didapati di antara generasi muda, yang
mengharuskan adanya upaya untuk meningkatkan kesiagaan tentang efek-efeknya yang
berbahaya dan negative. Salah satu di antaranya adalah kecemasan sosial dalam konteks
masalah psikologis. Studi ini dilakukan untuk menilai hubungan antara kepercayaan diri
dengan kecemasan sosial di antara para pengguna NAPZA. Teknik sampel purposive digunakan
pada pengguna NAPZA yang direhabilitasi di Balai Kasih Sayang ParmaSiwi, Jakarta sebagai
partisipan dalam penelitian ini. Terdapat dua instrumen yang dikembangkan untuk studi ini.
Satu adalah daftar-daftar pertanyaan yang menyangkut tentang kecemasan sosial, dan lainnya
lagi adalah skala kepercayaan diri. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan dan negatif secara statistik antara kepercayaan diri dan kecemasan sosial di
antara para pecandu NAPZA dari golongan generasi muda.
Kata-kata kunci: kepercayaan diri, kecemasan sosial, penyalahgunaan NAPZA.

*
Drs. Togiaratua Nainggolan, M.Si, Peneliti Muda pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraa n Sosial,
Kementerian Sosial RI.

161
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

A. Pendahuluan mengganggu ketertiban dan keamanan


Penyalahgunaan dan peredaran narkoba lingkungan hidup.
di Indonesia merupakan ancaman serius bagi Yurliani (2007) menjelaskan akibat
kelangsungan hidup generasi muda, bahkan penyalahgunaan narkoba meliputi aspek fisik,
terhadap bangsa dan negara. Untuk itu, psikologis (mental emosional) dan sosial. Secara
Presiden Republik Indonesia beserta Kepala kumulatif gangguan pada tiga aspek ini akan
Kepolisian Republik Indonesia telah membawa perubahan perilaku yang
membentuk badan khusus untuk menangani termanifestasi dalam berbagai bentuk seperti
permasalahan tersebut, yaitu Badan Narkotika sindrom amotivasional, depresi, dan kecemasan
Nasional (BNN). sosial.
Saat ini BNN telah menjalin kerjasama Gunarsa (2003) mengemukakan bahwa,
dengan dunia inter nasional khususnya “kecemasan sebagai perasaan yang tidak
INTERPOL (International Police) guna menentu, takut yang tidak jelas, dan tidak terikat
menindak peredaran narkoba. Drs. Sutanto pada suatu ancaman bisa menyebabkan individu
selaku Kepala Pelaksana Harian Badan menjauhkan diri, menghindar dari lingkungan,
Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) pernah atau tempat–tempat dan keadaan tertentu”.
menegaskan, “pihaknya tidak pernah gentar Pendapat tersebut merujuk kecemasan sosial
menindak siapa saja yang terlibat dalam jaringan pada faktor internal individu tentang bagaimana
peredaran gelap narkoba. Sebab bangsa dan cara pandang (perspektif) terhadap lingkungan
negara ini harus diselamatkan dari ancaman sosial. Dengan kata lain, dapat dikatakan
jaringan sindikat pengedar narkoba”. Lebih bahwa kecemasan sosial lahir dari subjektivitas
lanjut dikatakan bahwa jumlah korban individu.
penyalahgunaan narkoba di Indonesia sekarang
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian
ini mencapai 3,2 juta orang. (Batavia, 2005).
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Hawari (1999) menjelaskan bahwa yang hubungan antara kepercayaan diri dengan
dimaksud dengan penyalahgunaan NAPZA kecemasan sosial pada pengguna NAPZA di
adalah penggunaan NAPZA di luar indikasi Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi Jakarta
medis, tanpa petunjuk atau resep dokter. Timur. Teknik pengambilan sampel dilakukan
Sedangkan yang dimaksud ketergantungan dengan sensus. Sedangkan pengumpulan data
NAPZA adalah penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan dengan menggunakan skala
disertai dengan adanya toleransi dan gejala kepercayaan diri dan skala kecemasan sosial.
putus zat (withdrawal symptom). Zat yang
sering disalahgunakan memiliki efek B. Tinjauan Pustaka
ketergantungan atau kecanduan pada
penyalahguna dan menimbulkan kendala dalam 1. Kecemasan Sosial
fungsi sosial. Termasuk dalam kategori zat yang
Kecemasan merupakan istilah yang
sering disalahgunakan adalah narkotika (opiat,
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah,
ganja, dan kokain); psikotropika (zat penenang,
takut, tidak tenteram, dan sebagainya yang
halusinogenika, psikostimulant) dan zat adiktif
disertai dengan berbagai keluhan fisik. Hal ini
lainnya.
didukung oleh Maramis (1980) yang
Masalah NAPZA ini menarik untuk diteliti mengatakan kecemasan adalah suatu
karena memiliki efek dan pengaruh yang sangat ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran
besar. Tidak hanya pada diri pemakai, tetapi yang timbul karena dirasakan akan mengalami
juga keluar ga dan masyar akat secara kejadian yang tidak menyenangkan. Sampai
keseluruhan, karena pada gilirannya dapat batas tertentu perasaan cemas dapat dikatakan

162
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza Togiaratua Nainggolan

normal sebagai tanda atau isyarat untuk dapat sebelumnya telah berprasangka dan
lebih waspada bahwa ada suatu bahaya yang berpandangan negatif pada orang lain atau
mengancam. lingkungan sekitarnya, terutama jika sedang
berada dalam keadaan yang tidak nyaman,
Kecemasan sosial merupakan salah satu
keadaan yang membuatnya merasa malu, dan
bentuk dari kecemasan. American Psychiatric
sebagainya.
Association (dalam Edelmann,1992) juga
mengatakan “bahwa kecemasan sosial Secara sosial individu-individu yang cemas
merupakan gangguan yang terus menerus, rasa cenderung memperlihatkan beberapa ciri atau
khawatir yang tidak rasional, dan keinginan yang karakteristik (dalam Leary & Dobbins, 1983)
memaksa untuk menghindari situasi dimana sebagai berikut,
individu dapat menunjukkan dirinya yang
a. Cenderung mengurangi keterlibatan dirinya
memungkinkan orang lain dapat
dalam situasi pertemuan dengan lingkungan
memperhatikannya”.
sosial.
Brecht (2000) menjelaskan bahwa b. Cenderung menarik diri dari lingkungan
kecemasan sosial merupakan rasa takut dan sosial ketika merasa dirinya tidak nyaman.
khawatir yang berlebihan jika berada bersama
c. Cenderung menghindari situasi sosial yang
dengan orang lain dan merasa cemas pada
diperkirakan dapat menimbulkan
situasi sosial karena kekhawatir akan
kecemasan bagi dirinya.
mendapat penilaian atau bahkan evaluasi dari
orang lain, tetapi akan merasa baik ketika Pendapat senada dikemukakan oleh
sedang sendirian. Maleshko & Alden (1993) bahwa individu yang
mengalami kecemasan sosial memiliki
Pendapat di atas berarti bahwa individu ini karakteristik sebagai berikut,
cenderung menutup diri dan pada umumnya
disertai dengan perilaku menghindar karena a. Cenderung mengalami kesulitan dalam
tidak tahan terhadap kritikan yang mungkin menjalin hubungan persahabatan dengan
akan diterimanya. Hal tersebut sering dikaitkan individu lain.
dengan ketakutan yang berlebihan bahwa orang b. Sulit untuk berkomunikasi dengan individu
lain akan mengadilinya. Pendapat yang sama lain.
juga diungkapkan oleh Midwest Center (2000) c. Cenderung lebih menutup diri terhadap
bahwa, “Gangguan kecemasan sosial ini lingkungan sosial.
merupakan suatu karakter dari kekhawatiran
Senada dengan Jones dan Carpenter,
yang terlalu berlebihan karena adanya
Brecht (2000) menjelaskan beberapa ciri
perhatian dari orang lain, atau rasa khawatir
(karakteristik) individu yang cemas secara
yang berkepanjangan terhadap adanya
sosial, yaitu,
penghinaan dan keadaan yang membuatnya
malu pada situasi sosial”. a. Cenderung lebih menutup diri
Pengertian yang lebih luas diberikan oleh b. Tidak tahan terhadap kritikan dari individu
Richards (2000) bahwa “sosial anxiety as lain yang mungkin akan diterimanya
discomfort in the presence of other”. c. Mengalami ketakutan yang berlebihan
Kecemasan sosial merupakan suatu perasaan bahwa orang lain akan mengadilinya.
mendapat penilaian tidak menyenangkan dari American Psychiatric Association
orang lain. Artinya bahwa individu yang (dalam British Medical Journal, 2003)
mengalami gangguan kecemasan takut dan mengatakan bahwa individu yang mengalami
khawatir secara berlebihan terhadap situasi kecemasan sosial seringkali menghindari untuk
sosial dan berinteraksi dengan orang lain karena ikut serta dalam kegiatan sosial dan situasi

163
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

sosial, seperti berbicara di depan umum, besar atau kecil, gangguan kulit, berkeringat,
perkumpulan sosial, dan rapat. mulut kering, gagap, berhenti berbicara dan
terjadi perubahan suara.
Dayakisni dan Hudaniah (2003) yang
menjelaskan beberapa karakteristik individu Hal senada dijelaskan oleh Kaplan &
yang mengalami cemas secara sosial, yaitu, Sadock (1997) yang mengatakan bahwa gejala
kecemasan dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek,
a. Cenderung menolak orang lain
yaitu,
b. Cenderung menarik diri dan tidak efektif
dalam interaksi sosial a. Kesadaran adanya sensasi fisiologis (seperti
jantung berdebar-debar dan berkeringat).
c. Merasa kurang memiliki kemampuan untuk
berhubungan secara sosial b. Kesadaran adanya sensasi psikologis
(kesadaran sedang gugup atau ketakutan).
Untuk membahas kecemasan sosial dalam
penelitian ini digunakan pendekatan kognitif dari c. Kesadaran adanya sensasi kognitif.
Leary (1983). Pendekatan ini berisi penjelasan Kecemasan cenderung menimbulkan
mengenai bagaimana individu memandang diri kebingungan dan distorsi persepsi, tidak
berdasarkan anggapan individu tentang cara hanya pada ruang dan waktu tetapi pada
individu lain memandang dirinya, terutama orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut
dalam kehidupan sosialnya. Pendekatan dapat mengganggu proses kognitif individu
kognitif tentang kecemasan sosial dapat dengan menurunkan kemampuan
dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu memusatkan perhatian, menurunkan daya
evaluasi diri yang negatif, keyakinan yang tidak ingat, dan mengganggu kemampuan untuk
rasional, dan standar yang terlalu tinggi. menghubungkan satu hal dengan hal lain
untuk membuat asosiasi.
Proses kognitif ini pada akhirnya akan
mempengaruhi cara individu tersebut Sedangkan menurut Ibrahim (1997) objek,
mempresentasikan diri serta membentuk situasi, atau kondisi tertentu yang akan membuat
keyakinan akan keberhasilan dalam melakukan penderita mengalami kecemasan sosial
presentasi diri. Menurut Bandura (dalam memberikan reaksi psikologis seperti malu dan
Hidayat, 1996), hal ini dapat terjadi karena kemudian menimbulkan ketakutan ataupun
“Motivasi untuk melakukan presentasi diri kekhawatiran.
didasari oleh 2 (dua) aspek, yaitu standar yang Ibrahim (1997) juga mengatakan bahwa
ada dalam diri dan keyakinan akan kemampuan pada 70-80% kecemasan sosial disertai dengan
dirinya untuk mencapai tujuan dari presentasi perilaku negatif lainnya. Pada kondisi tersebut
dirinya.” banyak diantara penderita kecemasan sosial
memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri
2. Gejala-Gejala (Symptom) Kecemasan ataupun kegiatan negatif lainnya.
Sosial
Setiap individu yang mengalami 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
kecemasan sosial memiliki gejala yang Kecemasan Sosial
berbeda-beda. Gejala ter sebut dapat Disamping beberapa sebab yang
dikategorikan menjadi gejala psikis, gejala fisik, dikemukakan dalam pendekatan kognitif,
dan gejala kognitif. (dalam Mardiah dkk, 2001) beberapa penelitian menemukan faktor-faktor
menjelaskan bahwa individu yang mengalami yang mempengaruhi hingga individu mengalami
kecemasan memiliki gejala-gejala fisik atau kecemasan sosial. Rapee (1998) menjelaskan
somatik berupa: iritabilitas, hiperaktivitas, energi beberapa faktor-faktor tersebut seperti, (a)
menurun, nadi cepat, sulit tidur, muntah-muntah, thinking style (cara berpikir); (b) focusing
nyeri pada gastrointestinal, sering buang air

164
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza Togiaratua Nainggolan

attention (fokus perhatian); dan (c) avoidance tidak beres dan tanpa disadari diperlihatkan
(penghindaran). di depan umum. Misanya takut jika dirinya
Hal yang sama juga diutarakan oleh Barry akan pingsan di depan umum, dan
Schlenker & Mark Leary (dalam Myers, 1996) sebagainya.
yang juga menjelaskan beberapa faktor-faktor c. Cemas apabila memperlihatkan
yang dapat mempengaruhi individu dalam ketidakmampuannya
kecemasan sosial, seperti, Golongan ini biasanya merasa tidak
a. Berhubungan dengan kekuasaan dan status diperlakukan sebagaimana mestinya dan
sosial yang tinggi. tidak dihargai. Merasa rendah diri, merasa
bersalah, dan membenci dirinya sendiri.
b. Dalam konteks evaluasi, ketika membuat
Misalnya takut bila harus berbicara di depan
kesan awal sama dengan saat individu
umum tanpa ada persiapan sebelumnya.
bertemu dengan mertua / orangtua
pasangan. 5. Situasi-situasi Pemicu Kecemasan
c. Fokus interaksi pada pusat kesan diri Sosial
individu Dari klasifikasi yang dilakukan oleh Leary
d. Situasi sosial yang tidak terstruktur seperti (1983) dapat disimpulkan bahwa situasi-situasi
ketika pertama kali sekolah dansa atau pemicu kecemasan sosial dapat dibagi 2 (dua)
pertama kali makan malam secara formal yaitu situasi sosial timbal balik dan situasi sosial
dapat mempengaruhi kecemasan sosial searah. Di bawah ini akan dijelaskan situasi-
karena individu belum mengetahui secara situasi pemicu kecemasan sosial tersebut:
pasti aturan sosialnya.
e. Kesadaran diri dan perhatian yang terfokus a. Situasi sosial timbal balik
pada diri sendiri dan sikap dalam Pada situasi ini individu akan saling
menghadapi lingkungan sosial tergantung satu sama lainnya. Respon individu
akan dipengaruhi oleh bagaimana perilaku
4. Bentuk-bentuk Kecemasan Sosial individu lain. Pada situasi ini setiap pihak
Febri dkk (1994) mengatakan bahwa biasanya memiliki gagasan mengenai apa yang
terdapat beberapa bentuk kecemasan sosial, akan dibicarakan atau dikerjakan namun respon
yaitu: selanjutnya biasanya didasari oleh perilaku atau
respon pihak lain. Dalam hal ini sering terjadi
a. Kecemasan memperlihatkan diri di dialog yang tidak direncanakan. Misalnya
depan umum situasi percakapan sehari-hari antar satu atau
Mereka yang termasuk golongan ini adalah beberapa orang, kencan pertama, situasi-situasi
orang yang pemalu, penakut, merasa tidak formal, dan lain-lain. Situasi-situasi timbal balik
tentram bila berkumpul dengan orang-orang dapat berupa: situasi perjumpaan dengan orang
yang masih asing baginya. Misalnya cemas yang belum dikenal, situasi yang mengandung
jika berbicara dengan atasan atau orang standar penilaian yang kuat atau situasi yang
yang dihormati, takut untuk menggunakan memiliki pengaruh terhadap masa depan
telepon umum atau menelepon seseorang individu, situasi interaksi dengan lawan jenis,
yang belum dikenal dengan baik, dan dan situasi perjumpaan dengan figur otoritas.
sebagainya.
b. Situasi sosial searah
b. Cemas apabila kehilangan kontrol akan
dirinya Pada situasi ini respon individu tidak begitu
didasari oleh respon atau perilaku individu lain.
Terutama kehilangan kontrol atas tubuhnya.
Apa yang akan individu bicarakan atau lakukan
Cemas jika ada sesuatu dari tubuhnya yang

165
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

telah direncanakan dan dipandu oleh semacam membuatnya merasa mampu untuk bisa
skenario. Respon individu lain, baik negatif mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
maupun yang positif, tidak begitu mempengaruhi
Balke (2002) mendefinisikan kepercayaan
apa yang akan dibicarakan atau dilakukan.
diri sebagai kemauan seseorang untuk
Situasi-situasi tersebut antara lain berbicara di
melakukan sesuatu yang paling menakutkan
depan audience atau kelompok, situasi di atas
bagi dirinya dan meyakini bahwa dirinya
panggung, melakukan presentasi, dan situasi
mampu mengelola apapun yang timbul. Artinya
yang mengandung self conscious yang tinggi
bahwa kepercayaan diri dapat dikaitkan dengan
seperti berada di depan kamera, kaca atau
kemampuan atau keberanian dalam mengambil
berbicara dengan mikrofon.
resiko, keputusan, maupun tantangan yang
Kecemasan sosial yang tinggi akan bukan hanya membawa resiko fisik melainkan
cenderung menimbulkan: juga resiko psikologis karena timbul perasaan
yang pasti tentang dirinya. Hal ini diperkuat
1) Respon-respon cemas seperti keringat
dengan pendapat Kuntari (dalam Nusyafitri,
dingin, gemetar dan lain-lain.
1998) yang mengartikan kepercayaan diri
2) Kesukaran berkomunikasi seperti gagap, sebagai suatu perasaan pasti dan mantap di hati
lupa untuk mengucapkan kalimat yang tentang keadaan diri maupun lingkungan
sesuai atau tidak bisa berkata sesuai dengan sekitarnya.
apa yang dipikirkan.
Percaya diri berarti yakin terhadap
3) Menghindari kontak dengan situasi sosial
kemampuan diri sendiri. Hal ini sejalan dengan
baik secara fisik maupun psikologis (tingkah
pendapat Angelis (1997) yang mengatakan
laku menghindar) seperti berbicara sedikit, bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yakin
kontak mata yang sedikit, atau menarik diri. dan mampu pada diri sendiri. Artinya bahwa
4) Tingkah laku yang menutupi kesan diri (self percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri.
image) akan ketidakmampuannya. Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran akan
kemampuan yang dimiliki individu. Mappiare
6. Kepercayaan Diri
(1995) memperkuat pendapat di atas dengan
Menurut Rogers (dalam Hall & Lindzey, mengemukakan bahwa, “Kepercayaan diri
1993) konsep kepribadian yang paling penting dihasilkan oleh keyakinan bahwa individu
adalah diri (self). Diri berisi persepsi-persepsi mampu untuk menentukan diri, memandang
tentang sifat-sifat dari ‘diri subjek’ atau ‘diri individu untuk bertanggung jawab terhadap
objek’ dan persepsi-persepsi tentang hubungan- perkembangan hidup.” Artinya bahwa rasa
hubungan antara ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ percaya diri berasal dari dalam diri individu
dengan orang-orang lain dan dengan berbagai yang memiliki konsep diri yang baik sehingga
aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat seor ang individu mampu mengelola
pada persepsi-persepsi ini. Hal ini menunjukkan kemampuan yang dimilikinya dengan baik dan
bahwa untuk dapat berinteraksi sosial dengan menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap
baik diperlukan pemahaman tentang diri sendiri hidup individu tersebut. Individu yang memiliki
dan keyakinan akan kemampuan diri sendiri. kepercayaan diri yang tinggi akan dapat
Individu yang yakin akan kemampuan mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya
dirinya merupakan indikasi dari rasa percaya dengan yakin dan mantap (Andayani dan
diri seseorang. Hal ini didasari oleh apa yang Afiatin, 1996).
dikatakan Hakim (2002:) bahwa rasa percaya
7. Karakteristik (Ciri-Ciri) Kepercayaan
diri bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan
Diri
seseorang terhadap segala aspek kelebihan
yang dimilikinya dan keyakinan tersebut Pemahaman tentang hakekat percaya diri

166
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza Togiaratua Nainggolan

akan lebih jelas jika seseorang melihat secara hidup yang berat justru semakin
langsung berbagai peristiwa yang dialami oleh memperkuat rasa percaya diri seseorang.
dirinya sendiri atau orang lain. Berdasarkan Sedangkan ciri-ciri rasa percaya diri yang
berbagai peristiwa atau pengalaman, bisa dilihat kurang sebagai berikut (Hakim, 2002):
gejala-gejala tingkah laku seseorang yang
menggambarkan adanya rasa percaya diri atau a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan
tidak. Berikut akan dikemukakan beberapa dengan tingkat kesulitan tertentu
pendapat mengenai ciri-ciri (karakteristik) b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari
kepercayaan diri atau individu yang memiliki segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi
kepercayaan diri yang baik. Selain itu sebagai c. Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan di
perbandingan juga akan dikemukakan pendapat dalam suatu situasi
mengenai ciri-ciri individu yang kurang memiliki
d. Gugup dan terkadang bicara gagap
kepercayaan diri.
e. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga
Berdasarkan pengamatan mendalam yang yang kurang baik
dilakukan Hakim (2002) kita akan melihat
f. Memiliki perkembangan yang kurang baik
adanya ciri-ciri tertentu dari orang-orang yang
sejak masa kecil.
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
sebagai berikut: g. Kurang memiliki kelebihan pada bidang
tertentu dan tidak tahu bagaimana cara
a. Selalu bersikap tenang dalam menghadapi mengembangkan diri untuk memiliki
sesuatu kelebihan tertentu
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang h. Sering menyendiri dari kelompok yang
memadai dianggapnya lebih dari dirinya
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang i. Mudah putus asa
muncul di dalam berbagai situasi
j. Cenderung tergantung pada orang lain
d. Mampu menyesuaikan diri dan dalam mengatasi masalah
berkomunikasi di berbagai situasi
k. Pernah mengalami trauma
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup
l. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi
menunjang penampilannya
masalah, misalnya dengan menghindari
f. Memiliki kecerdasan yang cukup tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya
cukup semakin buruk.
h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain Individu yang percaya diri dapat diindikasi
yang menunjang kehidupannya. memiliki perasaan yang adekuat terhadap
i. Memiliki kemampuan bersosialisasi tindakan yang dilakukan, memiliki ketenangan
j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga sikap, dapat berkomunikasi dengan baik,
yang baik kemampuan untuk bersosialisasi, merasa
optimis, dapat mengendalikan perasaannya,
k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa percaya akan kompetensi/kemampuan diri,
mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam dan memiliki internal locus of control
menghadapi berbagai cobaan hidup (memandang keberhasilan atau kegagalan,
l. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak
berbagai masalah, misalnya dengan tetap mudah menyerah pada nasib atau keadaan
tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan
persoalan hidup. Dengan ini, adanya masalah orang lain).

167
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kerja yang bersifat membiuskan, menurunkan


Kepercayaan Diri kesadaran (depresant), merangsang atau
meningkatkan prestasi (stimulant), menagihkan
Uraian di atas menunjukkan bahwa
atau ketergantungan (dependent), dan
kepercayaan diri tidak muncul begitu saja dalam
menghayalkan (halusinasi).
diri seorang. Ada proses tertentu di dalam diri
seseorang sehingga terjadilah pembentukan Menurut Hadiman (1996) narkotika adalah
kepercayaan diri. Secara garis besar, menurut suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan
Hakim (2002) terbentuknya kepercayaan diri perasaan, suasana pengamatan atau
yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut: penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi
susunan syaraf pusat.
a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai
dengan proses perkembangan yang Menurut Wresniwiro (1999), berdasarkan
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu cara atau proses pengolahannya, pada dasarnya
b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan- narkotika dapat dibagi ke dalam tiga
kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan penggolongan, yaitu:
keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala a. Narkotika alam
sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan- Adalah narkotika yang berasal dari hasil
kelebihannya. olahan tanaman yang dapat dikelompokkan
c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang dari tiga jenis tanaman masing-masing:
terhadap kelemahan-kelemahan yang 1) Opium atau candu, yaitu hasil olahan
dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa sulit getah dari buah tanaman papaver
menyesuaikan diri. somniferum. Yang termasuk kedalam
d. Pengalaman di dalam menjalani berbagai kelompok ini adalah opium mentah,
aspek kehidupan dengan menggunakan opium masak dan morfin. Jenis opium
segala kelebihan yang ada pada dirinya. ini berasal dari luar negeri yang
diselundupkan ke Indonesia, karena jenis
9. Narkotika
tanaman ini tidak terdapat di Indonesia.
Penyalahgunaan narkotika, alkohol, dan zat 2) Kokain, yang berasal dari olahan daun
adiktif lainnya merupakan hal yang senantiasa tanaman koka yang banyak terdapat
diperbincangkan. Penyalahgunaan narkotika dan diolah secara gelap di Amerika
tersebut tidak hanya di kalangan remaja tetapi bagian selatan seperti Peru, Bolivia, dan
juga pada orang dewasa muda. Kolombia.
Penyalahgunaan narkotika dapat berakibat 3) Canabis sativa atau marihuana atau
fatal dan menyebabkan ketergantungan baik yang disebut ganja termasuk hashish oil
psikis maupun fisik. Ketergantungan psikis / (minyak ganja). Tanaman ganja ini
psikologis adalah suatu keadaan dimana suatu banyak ditanam secara illegal didaerah
obat menimbulkan perasaan puas dan nikmat equator.
sehingga mendorong seseorang untuk
b. Narkotika semi sintesis
memakainya lagi secara terus menerus.
Sedangkan ketergantungan fisik / jasmani adalah Yaitu narkotika yang dibuat dari alkaloida
suatu keadaan yang ditandai oleh gangguan opium dengan inti penathren dan diproses
jasmaniah yang hebat apabila pemberian satu secara kimiawi untuk menjadi bahan obat
obat “dihentikan” (Hadiman, 1996). yang berkhasiat sebagai narkotika. Contoh
yang terkenal dan sering disalahgunakan
Menurut Simanjuntak (1981) narkotika adalah heroin, codein, putauw.
adalah semua bahan obat yang mempunyai efek

168
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza Togiaratua Nainggolan

c. Narkotika sintesis hidung, dihisap seperti rokok, atau


Narkotika golongan ini diperoleh melalui disuntikkan.
proses kimia dengan menggunakan bahan f. LSD atau PCP.
baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil Suatu halusinogen sintetik, senyawa tak
baru yang memiliki efek narkotika seperti berwarna tidak mempunyai rasa memiliki
pethidine, metadon, dan megadon. efek halusinogenik. Secara klinis dapat
Sedangkan menurut macamnya narkotika menimbulkan pusing, rasa lemah,
yang beredar di pasaran adalah: mengantuk, ketergantungan yang diatasi
a. Ganja dengan tertawa dan berteriak serta terjadi
perubahan daya persepsi.
Merupakan golongan tanaman perdu
dengan ketinggian + 1,5 m, umurnya 1-2 g. Ecstasy
tahun, pada umur 6 bulan sudah mulai Merupakan obat-obatan yang direkayasa
berbunga. Jumlah helai daun ganjil antara dari obat dasar amphetamine yang
5-7 dan 9 dengan bentuk memanjang, merupakan obat stimulant untuk
bergerigi dan ujungnya lancip. Daun ganja meningkatkan daya tahan psikis dan fisik
mengandung zat THC (tetrahy dan mempunyai halusinogen yaitu
drocannabinol) yang dapat menyebabkan meninbulkan khayalan-khayalan yang
terjadinya halusinasi. menyenangkan.
b. Heroin atau putauw. h. Alkohol.
Merupakan proses kimia dari morfin, dan Merupakan cairan bening, mudah menguap
empat kali lebih adiktif dari pada morfin dan mudah bergerak, tidak berwarna,
dengan daya kerja lebih hebat dan lebih dengan aromanya khas. Banyak digunakan
membuat ketergantungan. dalam industri, laboratorium dan lain-lain. Di
c. Morfin. bidang kedokteran/farmasi digunakan
sebagai pelarut, pengawet, antiseptic.
Adalah zat utama yang berkhasiat Keracunan akibat alkohol banyak terjadi
membiuskan/menidurkan yang terdapat akibat penyalahgunaan minuman yang
pada candu mentah. Dalam dunia mengandung alkohol.
pengobatan digunakan sebagai obat
Menurut Simanjuntak (1981) alasan
penenang dan penghilang rasa sakit.
seseorang menggunakan narkotika banyak
d. Candu. ragamnya, antara lain:
Adalah getah tanaman Papaver
a. Merupakan reaksi permusuhan terhadap
Somniferum, dengan tinggi antara 70-110
masyarakat luas.
cm. Getah ini digunakan sebagai bahan
mentah candu yang kemudian diproses b. Untuk memperoleh penghargaan dari teman
untuk dibuat menjadi obat-obatan yang sebaya
mengandung narkotika. c. Untuk memperoleh pengalaman dan ingin
e. Cocaine. tahu bagaimana rasanya
Adalah alkaloida yang berasal dari tanaman d. Akibat perubahan tingkah laku masa puber
Eritrosilan Koka. Di bidang kedokteran e. Untuk membuktikan bahwa dirinya bukan
banyak dipakai sebagai anestesi lokal. anak-anak lagi.
Penyalahgunaan cocaine biasanya f. Mengalami frustasi terhadap keadaan
dicampur dengan zat lain seperti gula atau masyarakat sekarang ini
lidokain dengan cara ditelan, dihirup melalui
g. Ketidakadaan tantangan dalam hidup ini.

169
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

h. Akibat kegagalan dalam percintaan menghilangkan ketegangan sebelum pentas


i. Ingin menikmati hal-hal yang baru, hal-hal atau seorang remaja menggunakannya
yang berbahaya. untuk menghilangkan stress lingkungan atau
prajurit dalam keadaan berperang. Golongan
j. Keluarga yang broken home, konflik antara
ini lebih besar resiko kecanduannya dari
orang tua dengan anak.
pada kedua golongan di atas.
k. Pengertian yang salah terhadap human
d. Intensified drug users (pemakai obat
right serta kebebasan manusia.
intensif)
l. Pelarian dari kesusahan
Pada golongan ini pemakaian obat bius
m. Ingin diterima dan masuk lingkungan bersifat kronis, sedikitnya sekali dalam
pergaulan tertentu yang telah membiasakan sehari menggunakan narkotika dengan
diri menggunakan narkotika. maksud untuk melarikan diri dari problem
n. Ingin mendemonstrasikan kebebasan, ingin hidup.
mengembangkan kreativitas dan e. Compulsive drug users (pemakai terus-
kemampuan, misalnya pada pemain musik, menerus)
sandiwara.
Penggunaan obat bius pada golongan ini
o. Adanya penyakit-penyakit mental jiwa. sangat sering menggunakan narkotika,
Seorang pengguna narkotika dapat takarannya tinggi dan pengaruhnya besar
dibedakan menurut tingkatannya. Simanjuntak sehingga sulit melepaskan dari penggunaan
(1981) menjelaskan bahwa terdapat golongan narkotika.
pengguna narkotika dan obat-obatan yaitu,
a. Experimental users (golongan mencoba- C. Hipotesis
coba) Berdasarkan konsep dan teori di atas maka
Pemakai narkotika ingin mencoba saja, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut,
sesuai dengan naluri seorang manusia yang “Ada hubungan antara kepercayaan diri dengan
didorong oleh rasa ingin tahu saja, sehingga kecemasan sosial pada pengguna NAPZA di
takaran pemakaiannya hanya sedikit dan Balai Kasih Sayang Parmadi SIWI Jakarta”.
biasanya pemakaian akan berhenti dengan
sendirinya. D. Metode Penelitian
b. Sosial-recreational users (pemakaian
1. Variabel penelitian
untuk rekreasi dan sosial)
Pemakainya hanya mempergunakan obat Variabel independen : Kepercayaan diri
untuk keperluan sosial dan rekreasi, Variabel dependen : Kecemasan sosial
biasanya dilakukan oleh teman-teman untuk
2. Populasi dan Metode Pengambilan
memperoleh kenikmatan, digunakan pada
Sampel
waktu-waktu tertentu saja (pesta atau
berkumpul bersama), tidak ada indikasi Populasi penelitian ini adalah para
pemakaiannya berlebihan dan masih mampu pengguna narkoba yang sedang menjalani
melakukan aktivitas sosial. pemulihan (rawap inap) di Balai Kasih Sayang
c. Circumstantial-situational users (pemakai Parmadi Siwi Jakarta Timur yang berjumlah 37
karena situasi) orang, yang terdiri dari 10 orang pada terapi
medis dan 27 orang pada terapi sosial.
Individu yang menggunakan obat karena
didorong oleh sesuatu keadaan, misalnya Metode pengambilan sampel dalam
pemain musik menggunakan untuk penelitian ini menggunakan teknik sampling

170
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza Togiaratua Nainggolan

sensus. Menurut Sugiyono (2005) teknik Hakim (2002), memperkuat penelitian ini
sampling sensus atau teknik sampling jenuh dengan mengungkapkan ciri-ciri yang tampak
adalah teknik penentuan sampel dimana semua pada individu yang kurang memiliki
populasi digunakan sebagai sampel penelitian. kepercayaan diri, seperti mudah cemas dalam
menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan
3. Teknik Pengumpulan Data tertentu, gugup dan terkadang bicara gagap,
Dalam penelitian ini metode pengumpulan sering bereaksi negatif dalam menghadapi
data yang dipakai adalah skala kepercayaan masalah, misalnya dengan menghindari
diri dan skala kecemasan sosial. tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang
menyebabkan rasa tidak percaya dirinya
4. Analisis Data semakin buruk.
Metode analisis data yang digunakan Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa
dalam penelitian ini didasarkan pada tujuan dan responden berada di panti rehabilitasi ini
hipotesis penelitian ini. Analisa data dilakukan memiliki nilai kepercayaan diri pada kategori
dengan metode statistik korelasi bivariat. Semua sedang yang didapatkan pada skala
perhitungan analisis dalam penelitian ini kepercayaan diri yang diisi. Sedangkan untuk
menggunakan program komputer SPSS 11.5 kecemasan sosial juga memiliki nilai pada
for Windows. kategori sedang. Artinya, kondisi kecemasan
sosial dan kepercayaan yang diri responden
masih relatif lebih mudah diterapi.
E. Pembahasan
Dari hasil uji statistik diperoleh koefisien Sejalan dengan hasil penelitian ini, untuk
kor elasi (r xy) sebesar -0,429. Hal ini mengatasi kecemasan sosial responden, pihak
menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengelola Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi perlu
dengan arah negatif yang mengacu pada tabel memasukkan materi peningkatan kepercayaan
korelasi dalam Sugiyono (2005). Dengan diri dalam terapi sosialnya sehingga kecemasan
demikian hipotesis yang mengatakan bahwa ada sosialnya berkurang. Mengacu pada pendapat
hubungan antara kepercayaan diri dengan Hakim (2002) sebagaimana dijelaskan di atas,
kecemasan sosial pada pengguna NAPZA di untuk meningkatkan kepercayaan diri responden,
Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi diterima. pengelola Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi
harus memperhatikan faktor-faktor
Hasil penelitian ini sejalan dengan mempengaruhi kepercayaan diri seperti,
pendapat Dayakisni dan Hudaniyah (2003)
yang mengungkapkan bahwa kecemasan sosial a. Mengenali kepribadian klien dengan baik
berhubungan dengan keyakinan individu yang dengan segala kelebihan dan
merasa kurang memiliki kemampuan yang kekurangannya.
dibutuhkan untuk keberhasilan dalam menjalin b. Menelusuri pemahaman klien terhadap
hubungan sosial. kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan
keyakinannya untuk berbuat sesuatu dengan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
pendapat Angelis (1997) bahwa individu yang memanfaatkan kelebihan yang dimiliki itu.
memiliki kepercayaan diri yakin terhadap c. Pemahaman dan reaksi positif klien terhadap
kemampuan untuk menyatukan diri dengan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
kehidupan individu lain, dalam pergaulan yang d. Pengalaman responden dalam menjalani
positif dan penuh pengertian. Artinya individu berbagai aspek kehidupan dengan
tidak mengalami kecemasan secara sosial menggunakan segala kelebihan yang ada
ketika berhubungan dengan orang lain. pada dirinya sehingga tidak menimbulkan
rasa sulit menyesuaikan diri.

171
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk komunikasi dan interaksi social.


kepercayaan diri, pengelola Balai Kasih Sayang
Ini berarti bahwa respon klien sebagai
Parmadi Siwi juga dituntut untuk tetap
individu akan dipengaruhi oleh bagaimana
memperhatikan faktor -faktor yang
perilaku individu lain. Dalam situasi ini, setiap
mempengaruhi kecemasan sosial selain
pihak biasanya memiliki gagasan mengenai apa
kepercayaan diri klien.
yang akan dibicarakan atau dikerjakan namun
Mengacu pada pendapat Rapee (1998) respon selanjutnya biasanya didasari oleh
yang menjelaskan bahwa beberapa faktor- perilaku atau respon pihak lain. Dalam hal ini
faktor yang mempengaruhi kecemasan sosial sering terjadi dialog yang tidak direncanakan.
adalah thinking style (cara berpikir), focusing
Menghadapi situasi ini, pengelola Balai
attention (fokus perhatian), dan avoidance
Kasih Sayang perlu hati-hati dan bila perlu
(penghindar an), maka pendekatan yang
melakukan seleksi terhadap situasi sosial yang
digunakan dalam terapi (rehabilitasi) sosialnya
akan dihadapi klien sebagai mantan pengguna
harus mengutamakan pendekatan kognitif,
Napza sehubungan dengan stigma negatif
dengan mengubah cara berfikir, fokus
masyarakat yang melekat padanya. Misalnya,
perhatian, dan penghindaran klien. Hal ini
sejalan dengan pendapat Leary (1983) di atas 1) Mengingatkan tamu yang berkunjung untuk
yang menjelaskan bahwa pendekatan kognitif tidak membicarakan hal-hal tertentu, dan
tentang kecemasan sosial meliputi evaluasi diri sebaliknya menganjurkan hal-hal yang
yang negatif, keyakinan yang tidak rasional, dan sifatnya memberi dukungan sosial.
standar yang terlalu tinggi. 2) Mengatur (conditioning) situasi
Ini berarti bahwa secara kognitif pengelola percakapan sehari-hari antar satu atau
Balai Kasih Sayang harus merubah cara beberapa orang, terutama bila orang itu
berfikir klien dari evaluasi diri negatif menjadi belum dikenal baik oleh klien.
evaluasi diri yang positif, merubah fokus 3) Menghindari situasi- situasi yang
perhatian dari hal-hal yang tidak rasional mengandung standar penilaian yang kuat
kepada hal-hal yang rasional, dan menghindari atau situasi yang memiliki pengaruh
standar yang terlalu tinggi, karena secara terhadap masa depan individu, dan situasi
internal hal ini dapat menjadi pemicu perjumpaan dengan figur otoritas bila
kecemasan sosial bagi klien. dirasakan tidak kondusif.
Selanjutnya pengelola Balai Kasih Sayang Faktor mendasar lainnya yang perlu diingat
juga harus mengidentifikasi dan menghindari oleh pengelola Balai Kasih Sayang Parmadi
klien dari pemicu kecemasan sosial secara Siwi adalah bahwa rehabilitasi sosial dapat
eksternal seperti situasi social timbal balik dilakukan setelah memastikan kondisi fisik klien
sebagaimana telah dijelaskan di atas oleh Leary telah dipulihkan melalui berbagai terapi fisik,
(1983). termasuk terapi medis.
Pada situasi ini klien sebagai individu akan
saling tergantung satu sama lain dalam bentuk F. Kesimpulan
stimulus respon. Kehadiran orang lain dengan Berdasarkan penjelasan di atas maka
segala perilakunya akan menjadi stimulus yang dapat disimpulkan terdapat hubungan dengan
memancing respon berupa perilaku klien. Pada arah negatif antara kepercayaan diri dengan
saat yang bersamaan, respon klien seketika kecemasan sosial pada pengguna NAPZA di
akan menjadi stimulus tersendiri baru yang Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi Jakarta
memancing respon baru. Demikian seterusnya Timur. Hasil koefisien korelasi dengan arah
hingga tercipta situasi social timbal balik dalam negatif menunjukan bahwa semakin tinggi

172
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza Togiaratua Nainggolan

kepercayaan diri maka kecemasan sosial BIBLIOGRAFI


pengguna NAPZA semakin rendah, begitu pula
sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri,
maka kecemasan sosial pengguna NAPZA Andayani, Budi & Afiatin, Tina. (1996).
akan semakin tinggi. “Konsep Diri, Harga Diri, dan
Kepercayaan Diri Remaja.” Jurnal
Psikologi Pendidikan, No. 2, 23-30.
G. Rekomendasi
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis Arkin, Appelman, & Burger. (1980). “Sosial
merekomendasikan beberapa hal sebagai Anxiety, Self-Presentation, and the Self-
berikut: Serving Bias in Causal Attribution.”
Journal of Personality and Sosial
1. Kepada praktisi Psychology, Vol. 38, No. 1, 23-35.
Untuk mengurangi kecemasan sosial klien Balke, Ellen (2002). Know Your Self.
(residen), para konselor dan terapis di Balai (Terjemahan Hari Wahyudi). Jakarta: P.T.
Kasih Sayang Parmadi Siwi Jakarta Timur, Gramedia
disarankan memupuk rasa percaya diri residen
(klien). Pendekatan yang digunakan dalam Batavia, 6 Juni 2005. BNN Tidak Gentar
terapi (rehabilitasi) sosialnya harus Menindak Siapa Saja Terlibat
mengutamakan pendekatan kognitif, dengan Narkoba.
mengubah cara berfikir dan fokus perhatian, Brecht, G. (2000). Mengenal dan
dan penghindaran responden dari situasi sosial Menanggulangi Kekhawatiran. Jakarta:
yang menjadi pemicu kecemasan sosial, dengan Prenhallindo.
tetap memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri, dan faktor- British Medical Journal. (2003). Sosial Anxiety
faktor yang mempengaruhi kecemasan sosial Disorder Is Common, Underdiagnosed,
selain kepercayaan diri. Impairing, and Treatable. http://
bmj.bmjjournals.com
2. Kepada peneliti selanjutnya
Dayakisni, Tri dan Hudaniyah. (2003).
Diharapkan melibatkan berbagai variabel Psikologi Sosial. Malang: Penerbit
terkait, dan melakukan penelitian dengan Universitas Muhammadiyah Malang.
pendekatan kualitatif kepada lingkungan sosial
residen, seperti keluarga dan masyarakat sekitar De Angelis, Barbara. (1997). Percaya Diri
tempat tinggalnya. Sumber Sukses dan Kemandirian. (Alih
Bahasa: Baty Subakti). Jakarta: P.T.
Gramedia
*** Febri, Diana, Hartanti, Lasmono, Hari K.
(1994). Hubungan Antara Konsep Diri
dan Kecemasan dengan Penyesuaian
Sosial pada Penyandang Epilepsi Tipe
Grandmal di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Anima. IX: 35, 56-75.

173
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

Edelmann, J.R. (1992). “Sosial Anxiety and Maleshko & Alden. (1993). “Anxiety and Self-
Sosial Phobia.” Anxiety: Theory Disclosure: Toward a Motivational
Research and Intervention in Clinical Model.” Journal of Personality and
and Health Psychology. UK: University Sosial Psychology, Vol. 64, No. 6, 1000-
of Surrey. 1009.
Gunarsa, Y. Singgih (1995). Psikologi Untuk Mardiah, Wiwi; Rahayuwati, Laili, &
Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hermayanti, Yanti. (2001). Hubungan
Hadiman. (1996). Menghindari Obat-obatan Pengetahuan dan Sosial Ekonomi
Terlarang. Jakarta: Balai Pustaka Klien Dengan Tingkat Kecemasan
Yayasan Al Wasyilah. Klien Pre-Operasi Seksio Sesaria di
Ruang 17 B dan Ruang 7 RSUP DR.
Hakim, Thursan. (2002). Mengatasi Rasa
Hasan Sadikin Bandung. Laporan
Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa
Swara. Midwest Centre For Stress and Anxiety. Inc.
(2001). Sosial Anxiety Disorder. http://
Hall & Lindzey. (1993). Psikologi
www.midwestcenter.com
Kepribadian 2: Teori-teori Holistik
( O rg a n i s m i k- Fe n o m en o l o g i s ) . Myers, David. G (1996). Social Psychology:
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 5th Edition. New York: The McGraw Hill
Companies, Inc.
Hawari, H. D.(2003). Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Badan Rapee, R.M. (1998). Overcoming Shyness
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas and Sosial Phobia. Chapter2, pg 11-22;
Indonesia. passim, Lifestyle Pr ess. http://
www.anxietyhelp.com.au
Hidayat, Rahmat; Singgih, W.S, & Indati, Aisah.
(1996). Anteseden Perkembangan dari Richards, A.T. (2001). What is Sosial
Kepencemasan Sosial. Jurnal Psikologi. Anxiety? The Social Anxiety Institute.
Yogyakarta: UGM. http://www.socialanxietyinstitute.org

Ibrahim, A.S. (1997). “Fobia Sosial, Bentuk Simanjuntak, B. (1981). Pengantar


Kecemasan yang Lain.” Majalah Kriminologi dan Patologi Sosial.
Kedokteran Indonesia, Vol. 47, No. 8, Bandung: Penerbit Tarsito.
419-422. Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian.
Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri: Bandung: Penerbit Alfabeta.
Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara Yurliani, Rahma (2007). Gambaran Social
Leary & Dobbins. (1983). “Sosial Anxiety, Support Pecandu Narkoba. Medan:
Sexual Behavior, and Contraceptive Use.” Fakultas Kedokteran Universitas
Journal of Personality and Sosial Sumatera Utara.
Psychology, Vol. 45, No. 6, 1347-1354.
Leary, Mark. (1983). Understanding Sosial
Anxiety: Sosial, Personality and
Clinical Perspectives. California: Sage
Publications, Inc.

174

Anda mungkin juga menyukai