Anda di halaman 1dari 28

FISIKA SEKOLAH II

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Oleh:
Fitri Kusuma Ningum (1505112000)
Nurul Elnica (1505112098)
Rachmawati (1405110969)
Vinni Fitri Anita (1505116543)
Widya Rafika Sari (1505112130)

Dosen Pembimbing:
Drs. Hendar Sudrajat, M.Pd.

Dr. Fakhruddin, S.Si, M.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kawat yang dialiri listrik atau kawat berarus memiliki medan magnet disekitarnya. Hal
ini dibuktikan oleh H.C Oersted. Sebagai bagian dari gejala-gejalan alam, proses
kemagnetan dan kelistrikan dapat dibolak-balik. Yang artinya kemagnetan dapat
menimbulkan kelistrikan.
Michael Faraday terusik untuk melakukan serangkaian percobaan. Ia berhasil
menunjukkan bahwa arus listrik dapat dihasilkan dari perubahan medan magnet. Peristiwa
dihasilkanya listrik dari medan maget ini dinamakan induksi elektromagnetik. Arus yang
dihasilkan dari induksi elektromagnetik ini dinamakan arus induksi (Yohanes Surya, 2009).
Penemuan induksi elektromagnetik ini membawa dampak yang sangat besar bagi
perkembangan teknologi. Diantaranya adalah penemuan generator (alat yang mampu
menghasilkan listrik) dan transformator (alat untuk mengubah tegangan listrik).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan induksi elektromagnetik?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam induksi elektromagnetik?
3. Apakah yang dimaksud dengan hukum lenz?
4. Apakah yang dimaksud dengan induktansi diri?
5. Bagaimana penerapan induksi elektromagnetik dalam teknologi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari induksi elektromagnetik.
2. Mengetahui prinsip-prinsip induksi elektromagnatik.
3. Mengetahui pengertian hukum lenz.
4. Mengetahui pengertian induktansi diri.
5. Mengetahui penerapan induksi elektromagnatik dalam teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. GGL Induksi (Induksi Elektromagnetik)


Konsep tentang fluks magnet pertama kali dikemukaan oleh ilmuwan Fisika yang
bernama Michael Faraday untuk menggambarkan medan magnet. Ia menggambarkan medan
magnet dengan menggunakan garis-garis gaya, di mana daerah yang medan magnetnya kuat
digambarkan garis gaya rapat dan yang kurang kuat digambarkan dengan garis gaya yang
kurang rapat. Sedangkan untuk daerah yang memiliki kuat medan yang homogen
digambarkan garis-garis gaya yang sejajar. Garis gaya magnet dilukiskan dari kutub utara
magnet dan berakhir di kutub selatan magnet. Untuk menyatakan kuat medan magnetik
dinyatakan dengan lambang B yang disebut dengan induksi magnet, induksi magnetik
menyatakan kerapatan garis gaya magnet.
Sedangkan fluks magnetik menyatakan banyaknya jumlah garis gaya yang menembus
permukaan bidang secara tegak lurus, yang dapat dinyatakan dalam persamaan, sebagai
berikut.

Garis medan magnet yang menembus permukaan bidang.

.
Gambar 1.1 Arah B tegak lurus bidang Gambar 1.2 Arah B tidak tegak lurus
bidang

(1.1)

(1.2)
Persamaan (2) digunakan apabila arah B tidak tegak lurus permukaan bidang seperti pada
gambar 1.2.
Keterangan

= fluks magnetik (Wb = weber)

= induksi magnet (T atau Wb.m-2)

= luas permukaan bidang (m2)

= sudut yang dibentuk antara arah B dengan garis normal (radian atau derajat)

B. Hukum Faraday
Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan bahwa perubahan medan magnet dapat
menimbulkan arus listrik (artinya magnet menimbulkan listrik) melalui eksperimen yang 
sangat  sederhana seperti yang ditunjukkanpada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Percobaan Michael faraday


Sebuah  magnet  yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan dapat
menghasilkan arus  listrik pada kumparan  itu. Galvanometer merupakan  alat  yang dapat
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah magnet
yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke
kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum galvanometer menunjukkan bahwa magnet yang
digerakkan keluar dan masuk   pada kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa
terjadi jika pada ujung-ujung kumparan terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi
di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada saat
magnet bergerak. Jika magnet diam  di dalam  kumparan,  di ujung kumparan tidak terjadi
arus listrik.
Perhatikan gambar (1.4) Apabila magnet batang digerakkan mendekati kumparan,
maka jarum galvanometer akan menyimpang ke kanan dan sebaliknya jika magnet batang
digerakkan menjauhi kumparan, maka jarum galvanometer akan menyimpang ke kiri. Akan
tetapi jika magnet batang diam tidak digerakkan, jarum galvanometer juga diam. Jarum
galvanometer yang bergerak menunjukkan adanya arus listrik yang timbul di dalam
kumparan pada saat terjadi gerak relatif pada magnet batang atau kumparan. Peristiwa ini
disebut induksi elektromagnetik, yaitu timbulnya ggl pada ujung-ujung kumparan yang
disebabkan adanya perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh kumparan, ggl yang
timbul disebut ggl induksi.

Gambar 1.4 Percobaan Faraday untuk menyelidiki hubungan ggl induksi dengan
kecepatan perubahan fluks magnet

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Faraday menyimpulkan bahwa


besarnya ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung kumparan tergantung pada kecepatan
perubahan fluks magnetik yang dilingkupinya. Kesimpulan ini lebih dikenal dengan hukum
Faraday yang berbunyi :
“Besarnya ggl induksi yang timbul antara ujung-ujung kumparan berbanding lurus
dengan kecepatan perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh kumparan
tersebut.”
Secara matematik hukum faraday dapat dituliskan dalam persamaan :

(1.3)

(1.4)
Persamaan (1.4) dipakai jika perubahan fluks magnetik berlangsung dalam waktu singkat
atau t mendekati nol. dengan :

= ggl induksi pada ujung-ujung kumparan (Volt)

= jumlah lilitan dalam kumparan

= perubahan fluks magnetik (Wb)

= selang waktu perubahan fluks magnetik (s)

= laju perubahan fluks magnetik (Wb.s-1)

Tanda negatif pada persamaan untuk menyesuaikan dengan hukum Lenz. Berdasarkan
persamaan (1.2) dapat diketahui bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya
perubahan fluks magnetik, yaitu :
a) Luas bidang kumparan yang melingkupi garis gaya medan magnetik.
b) Perubahan induksi magnetiknya.
c) Perubahan sudut antara arah medan magnet dengan garis normal bidang kumparan.

1. Besarnya GGL Induksi karena Perubahan Luas Penampang Bidang Kumparan


Untuk menyelidiki ggl induksi yang terjadi akibat perubahan luas penampang, perhatikan
Gambar (1.5).

Gambar 1.5 Perubahan luas bidang kumparan akibat perpindahan penghantar PQ

Sebuah kawat penghantar berbentuk huruf U yang di atasnya terdapat sebuah kawat
penghantar (PQ) yang panjang l yang mudah bergerak bebas pada kawat penghantar U.
Kawat penghantar tersebut berada dalam medan magnet yang arahnya masuk bidang gambar.
Apabila kita menggerakkan kawat PQ ke kanan dengan kecepatan v akan menyebabkan
terjadinya perubahan luas penampang bidang yang melingkupi garis gaya medan magnet.
Apabila kawat PQ dalam selang waktu dt telah berpindah sejauh ds maka selama itu terjadi
perubahan luas penampang sebesar dA = l ds, sehingga besarnya perubahan luas penampang
per satuan waktu adalah :

Sehingga besarnya ggl yang terjadi dapat dituliskan :

Sehingga besarnya ggl yang terjadi dapat dituliskan :

Keterangan:

= ggl yang terjadi (Volt)

= Induksi magnetik (Wb/m2)

= panjang kawat penghantar (m)

= kecepatan kawat penghantar

2. GGL Induksi karena Perubahan Induksi Magnet

Gambar 1.6 Prinsip Kerja Tranformator


Dua buah kumparan kawat yang saling berdekatan pada kumparan pertama dirangkai
dengan sebuah baterai dan sakelar, sedangkan kumparan yang satunya dirangkai dengan
galvanometer. Apabila sakelar ditutup terlihat bahwa jarum pada galvanometer bergerak,
demikian juga pada saat sakelar dibuka. Dengan membuka dan menutup sakelar
menyebabkan arus listrik yang mengalir pada kumparan 1 berubah. Karena arus listrik
melalui kumparan 1, maka akan menimbulkan perubahan medan magnet di sekitar kumparan.
Perubahan medan magnet inipun terjadi pada kumparan 2, sehingga pada kumparan timbul
ggl induksi.
Besarnya ggl induksi yang disebabkan karena perubahan induksi magnet ini
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan transformator, secara matematik dapat dinyatakan:

(1.6)

3. GGL Induksi karena Perubahan Sudut antara B dan Garis Normal Bidang
Kumparan
Perubahan fluks magnetik dapat juga terjadi jika sebuah kumparan diputar dalam medan
magnet, sehingga akan terjadi perubahan jumlah garis gaya magnet yang dilingkupi oleh
kumparan tersebut. Pada saat bidang kumparan tegak lurus arah medan magnet, maka fluks
magnetik mencapai harga maksimum dan sebaliknya pada saat bidang kumparan sejajar arah
medan magnet, maka fluks magnetiknya akan mencapai harga minimum. Hal ini terlihat pada
gambar (1.7).

Gambar 1.7 Perubahan sudut kumparan dengan medan magnet akan menghasilkan
GGL induksi. Ggl induksi karena adanya perubahan sudut antara arah medan magnet
dengan garis normal bidang kumparan merupakan dasar dari dibuatnya dinamo atau
generator.

Secara matematik besarnya ggl dapat dituliskan dalam persamaan :

Apabila kumparan diputar dengan laju anguler  maka dalam selang waktu t sekon, garis
normal bidang kumparan telah menempuh sudut sebesar  =t sehingga :

4. Penyebab Terjadinya GGL Induksi


Ketika  kutub  utara  magnet  batang  digerakkan  masuk  ke dalam kumparan,  jumlah
garis gaya-gaya magnet yang  terdapat di dalam kumparan bertambah banyak.
Bertambahnya   jumlah garis- garis gaya ini menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir menggerakkan
jarum galvanometer.  Arah  arus  induksi dapat ditentukan dengan cara memerhatikan  arah 
medan  magnet yang ditimbulkannya. Pada saat magnet masuk,  garis  gaya  dalam kumparan
bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat mengurangi garis gaya itu.
Dengan demikian, ujung kumparan itu merupakan kutub utara sehingga arah arus induksi.
Ketika  kutub  utara  magnet  batang  digerakkan  keluar  dari dalam kumparan,  jumlah
garis-garis gaya magnet yang  terdapat di dalam kumparan berkurang. Berkurangnya jumlah
garis-garis gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung kumparan. GGL
induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir dan menggerakkan jarum
galvanometer. Sama halnya ketika magnet batang masuk ke  kumparan. pada  saat  magnet 
keluar  garis  gaya dalam kumparan berkurang.  Akibatnya  medan  magnet  hasil  arus
induksi bersifat menambah garis gaya itu. Dengan demikian, ujung, kumparan itu merupakan
kutub selatan. Ketika kutub utara magnet batang diam di dalam kumparan, jumlah  garis-garis
gaya magnet di  dalam  kumparan  tidak  terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah garis-garis
gaya tetap, maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi. Akibatnya, tidak
terjadi arus listrik dan jarum galvanometer tidak bergerak. Jadi, GGL induksi dapat terjadi
pada kedua ujung kumparan jika di dalam kumparan  terjadi perubahan  jumlah garis-garis
gaya magnet (fluks magnetik).
GGL yang timbul akibat adanya perubahan jumlah  garis-garis gaya magnet dalam 
kumparan  disebut  GGL induksi. Arus listrik yang ditimbulkan GGL induksi  disebut  arus
induksi. Peristiwa timbulnya GGL  induksi dan arus induksi akibat adanya perubahan jumlah
garis-garis gaya magnet disebut  induksi elektromagnetik.

5. Faktor yang Memengaruhi Besar GGL Induksi


Sebenarnya besar kecil GGL induksi dapat dilihat pada besar kecilnya penyimpanga sudut
jarum galvanometer. Jika sudut penyimpangan jarum galvanometer besar, GGL induksi dan
arus induksi yang dihasilkan besar. Terdapat beberapa cara memperbesar GGL induksi. Ada 
tiga  faktor yang memengaruhi GGL induksi, yaitu :
a) kecepatan  gerakan  magnet  atau  kecepatan  perubahan  jumlah garis-garis gaya magnet
(fluks magnetik)
b) jumlah lilitan,
c) medan magnet

C. Hukum Lenz
Hukum Lenz ditemukan oleh ilmuwan fisika bernama Friederich Lenz pada tahun
1834. Hukum Lenz merupakan hukum fisika yang memberikan pernyataan tentang GGL
(Gaya Gerak Listrik) Induksi. Hukum ini menjelaskan arah arus induksi akibat adanya GGL
induksi tersebut.
Berdasarkan hukum Faraday, perubahan fluks magnetik akan menyebabkan
timbulnya beda potensial antara ujung kumparan. Apabila kedua ujung kumparan itu
dihubungkan dengan suatu penghantar yang memiliki hambatan tertentu, maka akan mengalir
arus yang disebut arus induksi dan beda potensial yang terjadi disebut ggl induksi. Faraday
pada saat itu baru dapat menghitung besarnya ggl induksi yang terjadi, tetapi belum
menentukan ke mana arah arus induksi yang timbul pada kumparan. Lenz menyatakan
bahwa:
“Jika ggl induksi timbul pada suatu rangkaian, maka arah arus induksi yang
dihasilkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan magnetik induksi yang menentang
perubahan medan magnetik (arus induksi berusaha mempertahankan fluks magnetik totalnya
konstan)”
Gambar 1.8 Arah arus induksi berdasarkan hukum Lenz. (a) magnet mendekati kumparan, (b)
magnet menjauhi kumparan.

Ketika kedudukan magnet dan kumparan diam, tidak ada perubahan fluks magnet
dalam kumparan. Tetapi ketika kutub utara magnet digerakkan mendekati kumparan, maka
timbul perubahan fluks magnetik yang semakin membesar akibatnya timbul fluks  magnetik
yang menentang pertambahan fluks magnetik awal. Oleh sebab itu, arah fluks induksi harus
berlawanan dengan fluks magnetik. sehingga fluks total yang dilingkupi kumparan selalu
konstan.

Begitu juga pada saat magnet digerakkan menjauhi kumparan, maka akan terjadi
pengurangan fluks magnetik dalam kumparan, akibatnya pada kumparan timbul fluks induksi
yang menentang pengurangan fluks magnet, sehingga fluks totalnya selalu konstan.

D. Menentukan arah simpangan jarum galvanometer :

Arah simpangan galvanometer sesuai dengan arah arus yang masuk galvanometer

Gambar 1.9 Arah simpangan galvanometer dengan arah magnet masuk

Karena ujung kumparan A didekati kutub magnet utara (U), maka ujung kumparan A
menjadi kutub utara (U) dan B menjadi kutub selatan (S). Dengan aturan tangan kanan
diperoleh arah arus listrik keluar dari ujung kumparan A. Sehingga jarum galvanometer
menyimpang ke arah kanan.
Gambar 1.10 Arah simpangan galvanometer dengan arah magnet keluar

Karena ujung kumparan A dijauhi kutub magnet utara (U), maka ujung kumparan A
menjadi kutub selatan (S) dan B menjadi kutub utara (U). Dengan aturan tangan kanan
menggenggam diperoleh arah arus listrik keluar dari ujung B. Sehingga jarum galvanomter
menyimpang ke arah kiri.

Arah arus induksi dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan yaitu jika arah ibu jari
menyatakan arah induksi magnet maka arah lipatan jari-jari yang lain menyatakan arah arus
induksi.

Gambar 1.11 Arah arus induksi menggunakan aturan tangan kanan

sehingga didapat persamaan sebagai berikut :

E. Induktansi

Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang menyebabkan
timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian
(self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang
dihubungkan secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada kedua
keadaan tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian
menghasilkan ggl. Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan
timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubahubah
terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu. Perubahan
fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl
induksi. Ggl induksi yang diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik sendiri dinamakan ggl
induksi diri.

1. Induktansi Diri (Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi Pada Kumparan

Induktansi yang terjadi akan menghasilkan arus yang menentang setiap perubahan fluks
magnetik, penentangan ini disebut dengan induktansi diri (self inductance). Pernyataan ini
sesuai hukum lenz yang dikemukan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 – 1865). Besaran
satuan nilai induktansi dinyatakan dalam Henry (H), sebuah induktor dikatakan memiliki
nilai induktansi sebesar 1H, jika perubahan arus yang mengaliri pada rating 1ampere/detik
menginduksi tegangan 1volt didalamnya. definisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Semakin banyak jumlah lilitan dalam sebuah induktur maka semakin bertambah juga nilai
induktansinya. Besarnya nilai induktansi terhadap jumlah lilitan pada suatu induktor dapat
dihitung dengan rumus: 

dimana: L = induktansi (H), N = jumlah lilitan, φ = fluks magnetik (Weber/Wb), I = arus


(A)koefesiensi induktansi diri sebuah induktor tergantung dari konstruksinya seperti : jumlah
lilitan kawat, jarak antar lilitan, besar inti pusat dll. Oleh karena untuk mendapatkan induktor
dengan koefesiensi induksi diri yang sangat tinggi bisa dengan menggunakan kore ( pusat
inti) dengan permeabilitas tinggi, dan merubah jumlah lilitan, sehingga fluks magnetik yang
dihasilkan dapat dihitung dengan rumus :

dimana :  = besar magnetik fluks (Wb), B = kerapatan fluks, A = luas area (m²)jika sebuah
induktor dapat diketahui jumlah lilitan (N), maka induksi magnetik/kerapatan fluks(B) dalam
inti, dapat diketahui dengan rumus :
untuk menggabungkan pernyataan rumus persamaan diatas maka untuk mengetahui nilai
induktansi sebuah induktor dapat diketahui dengan uraian rumus:

L = N x (φ /I) = N x ((BxA)/I)   =  (µo x N x I)/(l  x I)

dan pengelompokan dari peryataan diatas, maka nilai induktansi dari sebuah induktor dapat
sederhanakan dengan rumus persamaan akhir sebagai berikut:

L= µ0

Dimana: L = induktasni (H), N = jumlah lilitan, µo = panjang Permeabilitas (4.π.10-7), l =


panjang kawat dalam meter

2. Tegangan emf

disebabkan oleh hukum faraday yang dikemukan oleh michael faraday bahwa semakin cepat
perubahan medan magnet maka emf yang diinduksikan akan semakin besar. besar tegangan
emf pada induktor adapat dihtiung dengan rumus :

 Vemf = L x (di/dt)

dimana : Vemf = tegangan emf (V), L = induktansi (H), di/dt = tingkat perubahan arus
(ampere/detik)

Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan.Ggl
terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan
meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan
dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl
induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan :

ɛ = -L
dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif (-) menunjukkan bahwa ggl yang
dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi
diri atau induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai
satuan untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan
ggl satu volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu
ampere per detik.

Gambar 1.12 arah arus dan medan magnet pada induktansi diri
3. Induktansi Bersama

Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada Gambar 4, maka sebuah arus tetap I di
dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari
kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut.

Gambar 1.12 Perubahan arus di salah satu kumparan akan menginduksi arus pada kumparan
yang lain.
ɛ2 = -M

Menurut Hukum Faraday, besar ggl ɛ2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus
dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan
kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat
dinyatakan:

Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi bersama. Nilai M


tergantung pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan jarak pisahnya.

Induktansi bersama mempunyai satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS,
Joseph Henry (1797 – 1878). Pada situasi yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2
menginduksi ggl pada kumparan 1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu:

ɛ1 = -M

Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan memaksimalkan hubungan


antara kumparan primer dan sekunder sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua
kumparan tersebut. Contoh lainnya diterapkan pada beberapa jenis pemacu jantung, untuk
menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien.

4. Energi yang Tersimpan pada Kumparan

Telah dijelaskan bahwa dalam kumparan yang dialiri arus listrik akan menyebabkan
timbulnya medan magnet di dalam kumparan itu. Apabila arus yang mengalir diputus tiba-
tiba maka dengan adanya perubahan fluks magnetik menyebabkan timbulnya ggl induksi diri
yang menimbulkan arus induksi diri pada kumparan yang berarti dalam kumparan tersebut
tersimpan energi. Energi yang tersimpan dalam kumparan dalam bentuk medan magnet.
Besarnya energi yang tersimpan dalam kumparan dapat dicari sebagai berikut. Besarnya
usaha total yang dikeluarkan oleh suatu sumber tegangan (ggl induksi diri ) dapat dinyatakan
W = ɛ I t, untuk energi sesaat dalam selang waktu dt dapat dituliskan : dW = ɛ I dt

F. Penerapan Induksi Elektromagnetik


Pada induksi elektromagnetik terjadi perubahan bentuk energi gerak menjadi energi
listrik. Induksi elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi listrik. Pembangkit energi
listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah generator dan dinamo. Di dalam
generator dan dinamo terdapat kumparan dan magnet. Kumparan atau magnet yang  berputar 
menyebabkan  terjadinya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan.
Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya  GGL  induksi  pada kumparan. Energi mekanik
yang diberikan  generator  dan  dinamo diubah ke dalam bentuk energy gerak rotasi. Hal  itu
menyebabkan GGL induksi dihasilkan secara  terus-menerus dengan  pola  yang berulang
secara periodic.

1. Generator
Generator dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC) dan generator
arus bolak-balik (AC). Baik generator AC dan generator DC memutar kumparan di  dalam
medan  magnet  tetap. Generator AC sering disebut alternator. Arus listrik yang dihasilkan
berupa  arus  bolak-balik.  Ciri  generator  AC  menggunakan  cincin ganda. Generator arus
DC, arus yang dihasilkan berupa arus searah. Ciri  generator  DC  menggunakan  cincin 
belah  (komutator).  Jadi,generator  AC  dapat  diubah  menjadi  generator  DC  dengan cara
mengganti cincin ganda dengan sebuah komutator. Sebuah  generator  AC  kumparan 
berputar   di  antara  kutub- kutub  yang  tak  sejenis  dari  dua  magnet  yang  saling 
berhadapan. Kedua kutub magnet akan menimbulkan medan  magnet.  Kedua ujung
kumparan dihubungkan dengan sikat karbon  yang  terdapat pada setiap cincin. Kumparan
merupakan bagian  generator  yang berputar  (bergerak) disebut rotor. Magnet  tetap
merupakan bagian generator yang tidak bergerak   disebut   stator.   Bagaimanakah generator
bekerja? Ketika kumparan sejajar dengan arah medan magnet (membentuk  sudut  0 derajat),
belum terjadi arus listrik dan tidak terjadi GGL induksi (perhatikan  Gambar  2.1. Pada saat
kumparan  berputar perlahan-lahan, arus dan GGL beranjak naik sampai  kumparan
membentuk sudut 90 derajat. Saat itu posisi kumparan tegak lurus dengan arah medan
magnet. Pada kedudukan ini kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum.
Selanjutnya, putaran kumparan terus berputar, arus dan GGL makin berkurang. Ketika
kumparan mem bentuk sudut 180 derajat kedudukan kumparan sejajar dengan arah medan
magnet, maka GGL induksi dan arus induksi menjadi nol.
Putaran kumparan berikutnya arus dan tegangan mulai naik lagi  dengan  arah  yang 
berlawanan.  Pada  saat  membentuk  sudut 270 derajat, terjadi lagi kumparan berarus tegak
lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan kuat arus dan GGL induksi menunjukkan
nilai maksimum lagi, namun arahnya berbeda. Putaran  kumparan selanjutnya, arus dan
tegangan turun  perlahanlahan  hingga  mencapai  nol  dan  kumparan  kembali  ke  posisi 
semula  hingga  memb entuk sudut 360 derajat.

2. Dinamo
Dinamo dibedakan menjadi dua yaitu, dinamo arus searah (DC) dan dinamo arus
bolak-balik (AC). Prinsip kerja dinamo sama dengan generator yaitu memutar kumparan di
dalam medan magnet atau memutar magnet di dalam kumparan. Bagian dinamo yang
berputar disebut rotor. Bagian dinamo yang tidak bergerak disebut stator.
Perbedaan antara dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin yang
digunakan. Pada dinamo arus searah menggunakan satu cincin yang dibelah menjadi dua
yang disebut cincin belah (komutator). Cincin ini memungkinkan arus listrik yang dihasilkan
pada rangkaian luar Dinamo berupa arus searah walaupun di dalam dinamo sendiri
menghasilkan arus bolak-balik. Adapun, pada dinamo arus bolak-balik menggunakan cincin
ganda (dua cincin). Alat pembangkit listrik arus bolak balik yang paling sederhana adalah
dinamo sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor adalah roda sepeda. Jika roda
berputar, kumparan atau magnet ikut berputar. Akibatnya, timbul GGL induksi pada ujung-
ujung kumparan dan arus listrik mengalir. Makin cepat gerakan roda sepeda, makin cepat
magnet atau kumparan berputar. Makin besar pula GGL induksi  dan arus listrik yang
dihasilkan. Jika dihubungkan dengan lampu, nyala lampu makin terang. GGL induksi pada
dinamo dapat diperbesar dengan cara putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang
kuat (besar), jumlah lilitan diperbanyak, dan menggunakan inti besi lunak di dalam
kumparan.

3. Transformator
Di rumah mungkin kamu pernah dihadapkan persoalan tegangan listrik, ketika kamu
akan menghidupkan radio yang memerlukan tegangan 6 V atau 12 V. Padahal tegangan
listrik yang disediakan PLN 220 V. Bahkan generator pembangkit listrik menghasilkan
tegangan listrik yang sangat tinggi mencapai hingga puluhan ribu volt. Kenyataannya sampai
di rumah tegangan listrik tinggal 220 V. Bagaimanakah cara mengubah tegangan listrik? Alat
yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan AC disebut transformator
(trafo). Trafo memiliki dua terminal, yaitu terminal input dan terminal output. Terminal input
terdapat pada kumparan primer. Terminal output terdapat pada kumparan sekunder.
Tegangan listrik yang akan diubah dihubungkan dengan terminal input. Adapun, hasil
pengubahan tegangan diperoleh pada terminal output. Prinsip kerja transformator
menerapkan peristiwa induksi elektromagnetik. Jika pada kumparan primer dialiri arus AC,
inti besi yang dililiti kumparan akan menjadi magnet (elektromagnet). Karena arus AC, pada
elektromagnet selalu terjadi perubahan garis gaya magnet. Perubahan garis gaya tersebut
akan bergeser ke kumparan sekunder. Dengan demikian, pada kumparan sekunder juga
terjadi perubahan garis gaya magnet. Hal itulah yang menimbulkan GGL induksi pada
kumparan sekunder. Adapun, arus induksi yang dihasilkan adalah arus AC yang besarnya
sesuai dengan jumlah lilitan sekunder. Bagian utama transformator ada tiga, yaitu inti besi
yang berlapis-lapis, kumparan primer, dan kumparan sekunder. Kumparan primer yang
dihubungkan dengan PLN sebagai tegangan masukan (input) yang akan dinaikkan atau
diturunkan. Kumparan sekunder dihubungkan dengan beban sebagai tegangan keluaran
(output).

1.        Macam-Macam Transformator


Apabila tegangan terminal output lebih besar daripada tegangan yang diubah, trafo
yang digunakan berfungsi sebagai penaik tegangan. Sebaliknya apabila tegangan terminal
output lebih kecil daripada tegangan yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai
penurun tegangan.  Dengan demikian, transformator (trafo) dibedakan menjadi dua, yaitu
trafo step up dan trafo step down.
a.         Trafo  step up adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan AC.
Trafo ini memiliki ciri-ciri:
-          jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder.
-          tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder,
-          kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder.
b.        Trafo step down adalah transformator yang berfungsi untuk menurunkan  tegangan AC.
Trafo ini memiliki ciri-ciri:
-       jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,
-       tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder,
-       kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.
2. Transformator Ideal
Transformer ideal merupakan trafo yang rugi-ruginya hanya berasal dari rugi lilitan
input dan lilitan output. Pada transformer ideal, hubungan antara tegangan input dengan
tegangan output, arus input dengan arus output, lilitan input (primer) dengan lilitan output
(sekunder) memiliki hubungan yang dijelaskan melalui persamaan berikut ini.
Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan. Besar tegangan
sebanding dengan jumlah lilitan. Makin banyak jumlah lilitan tegangan yang dihasilkan
makin besar. Hal ini berlaku untuk lilitan primer dan sekunder. Hubungan antara jumlah
lilitan primer dan sekunder dengan tegangan primer dan tegangan sekunder dirumuskan Trafo
dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi kalor, yaitu ketika jumlah energi
yang masuk pada kumparan primer sama dengan jumlah energi yang keluar pada kumparan
sekunder. Hubungan antara tegangan dengan kuat arus  pada kumparan primer dan sekunder
dirumuskan Jika kedua ruas dibagi dengan t,

3.        Efisiensi Transformator


Di bagian sebelumnya kamu sudah mempelajari transformator atau trafo yang ideal.
Namun, pada kenyataannya trafo tidak pernah ideal. Jika trafo digunakan, selalu timbul
energi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada kumparan primer selalu lebih
besar daripada energi yang keluar pada kumparan sekunder. Akibatnya, daya primer lebih
besar daripada daya sekunder. Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah trafo
ditentukan oleh besarnya efisiensi trafo. Perbandingan antara daya sekunder dengan daya
primer atau hasil bagi antara energi sekunder dengan energi primer yang dinyatakan dengan
persen disebut efisiensi trafo. Efisiensi trafo dinyatakan dengan η . Besar efisiensi trafo dapat
dirumuskan sebagai berikut.

4.        Penggunaan  Transformator


Banyak peralatan listrik di rumah yang menggunakan transformator step down. Trafo
tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik PLN yang besarnya 220 V menjadi
tegangan lebih rendah sesuai dengan kebutuhan. Sebelum masuk rangkaian elektronik pada
alat, tegangan 220 V dari PLN dihubungkan dengan trafo step down terlebih dahulu untuk
diturunkan. Misalnya kebutuhan peralatan listrik 25 V. Jika alat itu langsung dihubungkan
dengan PLN, alat itu akan rusak atau terbakar. Namun, apabila alat itu dipasang trafo step
down yang mampu mengubah tegangan 220 V menjadi 25 V, alat itu akan terhindar dari
kerusakan. Ada beberapa alat yang menggunakan transformator antara lain catu daya,
adaptor, dan transmisi daya listrik jarak jauh.

a.    Power supply (catu daya)


Catu daya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan AC yang
rendah. Catu daya menggunakan trafo step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
220 V menjadi beberapa tegangan AC yang besarnya antara 2 V sampai 12 V.
b.    Adaptor (penyearah arus)
Adaptor terdiri atas trafo step down dan rangkaian penyearah arus listrik yang berupa
diode. Adaptor merupakan catu daya yang ditambah dengan si penyearah arus adalah
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
c.    Transmisi daya listrik jarak jauh
Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk. Proses
pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang jaraknya jauh disebut
transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen yang jauh,
tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu
volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel
jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk
tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi
daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang
kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam
perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta
harganya lebih murah.

BAB III

CONTOH SOAL

Induksi Elektromagnetik

1. Fluks magnetik yang dihasilkan oleh medan magnet B yang menembus tegak lurus permukaan
seluas A adalah . Jika medan magnetiknya diperkecil menjadi1/2 bagian B sedangkan
luas permukaannya diperbesar menjadi 2A, maka fluks magnetik yang dihasilkan sama
dengan...
a. ¼
b. ½

c.
d. 2
e. 4

Pembahasan

Fluks magnetik adalah

½B

2A

½ B. 2A = B . A =

Jawaban : C

2. Kawat P dialiri arus listrik 6 A dengan arah keatas seperti gambar berikut:

Jika µ0 = 4 µ. 10-7 Wb/A.m dan terjadi tolak menolak persatuan panjang antara kawat P dan Q sebesar
1,2 .10-5 N/m, maka besar dan arah arus listrik pada kawat Q adalah...

a. 1 A keatas
b. 1 A kebawah
c. 10 A keatas
d. 10 A kebawah
e. 20 A keatas
(SBMPTN)

Pembahasan:

Dik:

IP = 6 A

a=1m
F/L = 1,2 .10-5 N/m

Ditanya:

IQ = ...?

Jawab:

Hukum Lenz

3. Batang magnet bergerak dengan kelajuan konstan mendekati kumparan seperti terlihat
pada gambar dibawah ini

Beda potensial listrik yang terukur pada titik X dan Y adalah

a. Lebih tinggi di X dan akan semakin berkurang


b. Lebih tinggi di Y dan akan semakin berkurang
c. C. Sama dengan nol
d. Lebih tinggi di Y dan akan semakin membesar
e. Lebih tinggi di X dan akan semakin membesar
(SBMPTN)

Pembahasan :

Berdasarkan hukum lenz, di dalam kumparan akan timbul arus yang arahnya sedemikian
sehiingga menimbulkan medan magnet yang berlawanan penyebab timbulnya arus itu sendiri.
Jika batang magnet didekatkan kumparan, maka akan timbul arus yang arahnya ke kanan
sehingga menimbulkan medan magnet yang melawan penyebabnya.

Pada gambar di atas dapat kita lihat arus mengalir dari X menuju kumparan lalu melewati Y.
Karena arus listrik merupakan aliran elektron bebas dari suatu potensial rendah ke potensial
tinggi, maka beda potensial di Y lebih tinggi dari pada di X

Jawaban : D

4. Jika pada sebuah kumparan terjadi perubahan kuat arus sebesar 0,5 A/s, pada ujung-
ujung kumparan timbul ggl induksi diri sebesar 0,2 Volt, tentukan berapa Henry
induktansi diri kumparan tersebut!(Fisika kelas 3 Suharyanto)
JAWABAN

Dik : ΔI = 0,5 A/s

ɛ = 0,2 V

Dit : L = ...

Jawab :

ɛ = -L

0,2 = L × 0,5

=L

0,4H =L

5. Suatu kumparan dengan 600 lilitan dan induktansi diri 40 mH mengalami perubahan arus
listrik dari 10 ampere menjadi 4,0 ampere dalam waktu 0,10 sekon. Tentukan beda
potensial antara ujung-ujung kumparan yang ditimbulkannya. (uji kompetensi bab 6 no
21 Fisika SMA jilid 3 Marthen Kanginan)

Dik : I1 = 10 A

I2 = 4 A

Δt = 0,1 sekon
L = 40 mH = 40 × H

Dit : ɛ = ...

Jawab :

ɛ = -L

ɛ = -(40 × )×

ɛ = 2,4 V

6. Di antara faktor-faktor berikut :


(1) Jumlah lilitan kumparan
(2) Laju perubahan fluks magnet
(3) arah medan magnet
Yang mempengaruhi GGL induksi pada kumparan adalah...( UN 2014)
a. (1) dan (3)
b. (1) dan (2)
c. (2) saja
d. (2) dan (3)
e. (3) saja

Jawaban :

Besarnya ggl induksi ditentukan oleh persamaan berikut :

ɛ= -N x

dari persamaan tersebut akan diperoleh bahwa besarnya ggl induksi tergantung pleh jumlah

lilitan (N) dan laju perubahan fluks . (jawaban E)

7. Fluks magnet pada sebuah kumparan 100 lilitan berubah dari 0,02 Wb menjadi 0,03 Wb
dalam waktu 0,2 s. Bila perubahan fluks sebesar 0,06 Wb terjadi dalam waktu 0,1 s,
maka perbandingan GGL yang dihasilkan mula-mula dengan akhir adalah...(UN 2013)
a. 5:6
b. 3:1
c. 2:1
d. 2:5
e. 1:12

Jawaban :

GGL induksi
ɛ= -N x

maka

Sehingga perbandingan GGL mula-mula dan perbandingan GGL akhir adalah

1: 12 (jawaban E)

8. Sebuah induktor dialiri arus listrik sebesar 10 A, ternyata energi yang tersimpan dalam
induktor sebesar 2,5 joule. Hitunglah induktansi induktornya!( Fisika kelas 3
Suharyanto)
Dik : I = 10 A
W = 2,5 J

Dit : L =...

Jawab :

W = L I2

2,5 = ½ L × 102

L = 0,05 H

Terapan

9. Suatu trafo ideal kumparan primernya dihubungkan dengan sumber tegangan dan
kumparan sekunder dihubungkan dengan lampu sebagai berikut:

Manakah pernyataan yang benar?


a. Lampu akan semakin redup jika lilitan primer dikurangi.
b. Lampu akan semakin terang jika lilitan sekunder ditambah.
c. Lampu akan semakin redup jika tegangan primer ditambah.
d. Lampu akan semakin terang jika lilitan primer dikurangi.
e. Teranga atau lemahnya lampu akan sama meskipun lilitan dirubah.

(SBMPTN)

Pembahasan:

Vp/Vs = Np/Ns = Is/Ip

Arus sekunder sebanding dengan Vp dan Np.

Arus sekunder berbanding terbalik dengan Vs dan Ns

Jadi pernyataan yang benar adalah lampu redup jika lilitan primer dikurangi.

Jawaban : A
DAFTAR PUSTAKA

Ewabtara, Aldrin dkk. (2011). Makalah Induksi Elektromagnetik[online] diakses pada


tanggal 8 Oktober 2016. Tersedia : https://www.academia.edu/9627333/54880347-
Makalah-Induksi-Elektromagnetik-1?auto=download

Drajat. (2009). FISIKA untuk SMA/MA Kelas XII. Bandung : Departemen


PendidikanNasional
Foster, Bob. (2012). Fisika untuk SMA/MA Kelas XII Semester I. Jakarta : Erlangg

Kanginan, Marthen. 2006. Fisika 3 untuk SMA Kelas XIII. Jakarta:Erlangga

Karyono dan Dwi Satya Palupi. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XIII. Jakarta : Pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Resnick, Halliday. (1985). FISIKA Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Sutari, Tri aisyah. (2014). Induksi Elektromagnetik diakses pada 20 Februari 2018. Tersedua :
http://komputerdalampembelajaran.blogspot.co.id/2013/05/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.htmlA
Tipler, Paul A. (2001). Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai