Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KONVERSI ENRGI GELOMBANG AIR

LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK

Disusun oleh

Andi Kurniawan (1002018)


Rizky Agung Prayuda (10020 )
Heri Yanto (1002022)
Deri Nopriansyah (10020 )

Prog. Study : Teknik Pengolahan Migas


Semester : IV (Empat)
Mata Kuliah : Pengelolaan Energi Dan Nilai Tambah
Dosen Pembimbing : Prahady Susmanto, ST., MT.

POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG


Kantor Pusat Administrasi : Jl. Kebon Jahe Komperta Plaju Telp. 0711-7320800,
595595. Fax. 0711-595595
Kampus :Jl. Rampai Komperta Plaju Telp. 0711-8657300, 595597
Email : info@poliakamigasplg.ac.id
ABSTRAK

Krisis energi telah diprediksikan akan melanda dunia pada tahun 2015. Hal ini
dikarenakan semakin langkanya minyak bumi dan semakin meningkatnya permintaan
energi. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan untuk memanfaatkan energi lain, selain
energi yang tidak terbarukan. Karena kalau kita tergantung pada energi tidak terbarukan,
maka di masa depan kita juga akan kesulitan untuk memanfaatkan energi ini karena
keterbatasan populasi dari energi tersebut. Untuk itu akan dicoba untuk menggali informasi
tentang tenaga ombak yang sebenarnya sudah dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk
Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-daerah
pantai yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak. Ombak di sepanjang
Pantai Selatan Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan sebelah barat Pulau
Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi ombak seperti itu tentu
sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa dianggap potensial untuk
membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5 hingga 2 meter, dan gelombang ini tidak
pecah hingga sampai di pantai.

2
DAFTAR ISI

Abstrak.......................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Permasalahan...........................................................................................4
1.3 Tujuan…..................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................5

BAB II DASAR TEORI


2.1 Potensi Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik.............................6
2.2 Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik….........................7
2.3 Kelebihan dan Kekurangan…..................................................................13
2.4 Konversi Energi Gelombang di Indonesia…...........................................14

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Tiga Tipe Energi Air Laut.......................................................................16
 Energi Ombak (Wave Energy)..........................................................16
 Energi Pasang Surut (Tidal Energy).................................................27
 Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy Convertion).................32
3.2 Potensi Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik di Dunia…..........34
3.3 Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik….........................35
3.4 Peluang Indonesia Menerapkan SistemKonversi Energi Gelombang
Menjadi Listrik.........................................................................................37
3.5 Kelebihan dan Kekurangan…..................................................................37

BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk bisa melangsungkan hidupnya, manusia harus berusaha memanfaatkan
sumber daya hayati yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi penggunaan
tersebut haruslah mempunyai tujuan yang positif yang nantinya tidak akan membahayakan
manusia itu sendiri. Sehingga manusia harus mencari sumber energi alternatif lain untuk
menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Misalnya sumber daya hayati yang ada di planet
bumi ini salah satunya adalah lautan. Selain mendominasi wilayah di bumi ini, laut juga
mempunyai banyak potensi pangan (beranekaragam spesies ikan dan tanaman laut) dan
potensi sebagai sumber energi. Energi yang ada di laut ada 3 macam, yaitu: energi ombak,
energi pasang surut dan energi panas laut. Salah satu energi di laut tersebut adalah energi
ombak. Sebenarnya ombak merupakan sumber energi yang cukup besar. Ombak
merupakan gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung. Energi ombak adalah
energi alternatif yang dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat fluktuasi
pergerakan gelombang.

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Bagaimana potensi sumber energi gelombang laut di dunia
2. Bagaimana teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik
3. Bagaimana jika Indonesia memanfaatkan konversi energi gelombang menjadi
listrik
4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi
listrik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Memahami potensi sumber energi gelombang laut di dunia
2. Memahami teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik
3. Dapat menganalisis apakah Indonesia dapat memanfaatkan konversi energi
gelombang menjadi listrik
4. Memahami kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi
listrik

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang teknik konversi energi khususnya mengenai konversi energi
gelombang laut menjadi listrik.dan juga setelah mendapatkan pengetahuannya di harapkan
mahasiswa dapat mengaplikasikan nya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Potensi Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik di Dunia

Selain panas laut dan pasang surut, masih terdapat satu lagi energi samudera yaitu
energi gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan
energi yang tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti
hal ini adalah Inggris. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, deretan ombak
(gelombang) yang terdapat di sekitar pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter
dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan
deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter
panjang ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik
menghasilkan daya 600 KW per meter. Di Indonesia, banyak terdapat ombak yang
ketinggiannya di atas 5 meter sehingga potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih
jauh. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan
Belanda, banyak menaruh perhatian pada energi ini. Lokasi potensial untuk membangun
sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai.
Energi gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera.
Ocean energi memfokuskan pengembangan pembangkit listrik gelombang laut
dengan membuat oscilating water column yang mengapung di atas sebuah ponton dengan
dipancangkan di dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang dihasilkan dialirkan
melalui kabel transmisi menuju ke daratan. Berlokasi di Irlandia, sebuah negara yang
terletak di salah satu tempat dengan iklim yang mendukung terjadinya gelombang laut
dengan energi yang lebih dari cukup untuk dipanen, perusahaan tersebut memiliki lokasi
yang tepat untuk melakukan riset dan pengembangan.
Sistem pembangkit listrik tersebut terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi
untuk menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran
yang berada di bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan air
naik dan turun yang seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir melalui
saluran menuju turbin. Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja dengan generator
putaran dua arah.
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas
permukaan laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus
kedap air, sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan
efisiensi optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir gelombang-gelombang
yang ekstrim. Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam kondisi normal. Hal
tersebut bisa dicapai dengan digunakannya katup khusus yang menghindarkan turbin
tersebut dari overspeed.

2.2 Teknik konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik


Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak :
 Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan
turbin. Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara keluar dari
ruang generator dan menyebabkan turbin berputar.ketika air turun, udara bertiup dari luar
ke dalam ruang generator dan memutar turbin kembali.
 Pasang surut air laut
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut. Ketika
pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika air
surut, air di belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar bekerja
optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira
16 kaki antara gelombang pasang dan gelombang surut.
Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini. Beberapa pembangkit
listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah pembangkit listrik di Prancis
sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.
Gambar 6. Bermacam-macam jenis turbin lepas pantai yang digerakkan oleh arus pasang
surut.
Gambar sebelah kiri (1) : Seagen Tidal Turbines buatan MCT.
Gambar tengah (2) : Tidal Stream Turbines buatan Swan
Turbines. Gambar kanan atas (3) : Davis Hydro Turbines dari Blue
Energy.
Gambar kanan bawah (4) : skema komponen Davis Hydro Turbines milik Blue
Energy. Picture credit: (1) marineturbines.com, (2) swanturbines.co.uk, (3) & (4)
bluenergy.com.

Energi selanjutnya memanfaatkan dinamika gerakan air laut yaitu gelombang,


pasang surut dan arus laut. Gelombang merupakan gerakan permukaan air laut akibat
hembusan angina. Pasang surut air laut adalah gerakan naik turunnya permukaan air laut
sebagai akibat gaya gravitasi bulan. Dan terakhir, arus laut adalah aliran air laut yang
terjadi karena perbedaan suhu antar lautan, arus dengan kecepatan besar biasanya di selat.

Gelombang laut dapat dikonversi menjadi energi listrik dengan mengubah gerakan
relatif naik turun permukaan laut menjadi gerakan untuk memutar turbin. Menurut Electric
Power Research Institute, daerah samudera Indonesia sepanjang pantai selatan Jawa
sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang cukup besar
berkisar antara 10 – 20 kW per meter gelombang. Bahkan beberapa penelitian
menyimpulkan di beberapa titik bisa mencapai 70 kW/m.
Di luar negeri teknologi ini sudah mencapai tahap komersialisasi. Australia,
Scotlandia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda adalah negara-negara
yang serius mengembangkan teknologi konversi energi gelombang.

Bagaimana Indonesia? Pada tahun 2003, Zamrisyaf seorang karyawan PLN telah
membuat Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang (PLTGL) di bibir pantai padang dengan
daya tiga kilowatt mampu menerangi 20 rumah di desa nelayan. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah mengembangkan PLTGL di pantai Parangracuk,
Baron, DIY dan berhasil memperoleh daya sebesar 522 watt.

Pada tahun 2005, di di Pantai Tanjung Karang, Mataram, empat anak muda alumni
beberapa universitas di Makassar dan Malang berhasil membuat PLTGL. Di Surabaya,
Arief Suroso, seorang mahasiswa ITS Surabaya melakukan penelitian peningkatan daya
pada sistem konversi energi gelombang laut jenis cavity resonator. Modifikasi bentuk
tabung silinder yang dilakukan berhasil meningkatkan daya rata-rata sekitar 90%!

Potensi berikutnya adalah energi pasang surut. Di Indonesia daerah yang potensial
adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang surutnya bisa mencapai enam meter.
Untuk yang satu ini Indonesia masih ketinggalan. Perancis, Rusia dan Australia tercatat
sebagai negara pioneer yang telah berhasil.

Pemanfaatan energi arus laut telah dirintis oleh Kementerian Ristek. Dibawah
koordinasi Ristek, Indonesia menjalin kerjasama dengan Italy dan UNIDO dalam transfer
teknologi pemanfaatan energi arus laut (Marine Current Energy/MCE) dengan konstruksi
KOBOLD. Kerjasama ini ditandatangani akhir Mei 2006 di Jakarta. Prototype KOBOLD
yang berada di Messina-Sicilia-Italy saat ini, dapat menghasilkan energi listrik sampai 300
KW.

 Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy)


Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan
memanfaatkan perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita akan
merasakan bahwa semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah (dingin).
Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari memanasi
permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat dingin. Itulah sebabnya
penyelam menggunakan baju khusus ketika mereka menyelam. Baju tersebut akan
menjaga agar suhu tubuh mereka tetap hangat.
Pembangkit listrik bisa dibangun dengan memanfaatkan perbedaan suhu untuk
menghasilkan energi. Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-kurangnya 380 fahrenheit
antara suhu permukaan dan suhu bawah laut untuk keperluan ini.Cara ini dinamakan
Ocean Thermal Energy Conversion atau OTEC. Cara ini telah digunakan di Jepang dan
Hawaii dalam beberapa proyek percobaan.
Untuk mengkonversi energi gelombang terdapat 3 (tiga) sistem dasar yaitu sistem
kanal yang menyalurkan gelombang ke dalam reservoar atau kolam, sistem pelampung
yang menggerakan pompa hidrolik, dan sistem osilasi kolom air yang memanfaatkan
gelombang untuk menekan udara di dalam sebuah wadah. Tenaga mekanik yang dihasilkan
dari sistem-sistem tersebut ada yang akan mengaktifkan generator secara langsung atau
mentransfernya ke dalam fluida kerja, air atau udara, yang selanjutnya akan menggerakan
turbin atau generator.
Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2
hingga 3 juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu yang kondisinya sangat bagus,
kerapatan energi gelombang dapat mencapai harga rata-rata 65 megawatt per mil garis
pantai. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:
Dengan pelampung. Dimana alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil
gerkana vertikal dan rotasional pelampung. Alat ini dapat ditambatkan pada sebuah rakit
yang mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut.
Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan
listrik dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang.
Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian
atas pipa dan menggerakkan turbin.
Wave Surge atau Focusing Devices). Peralatan ini biasa juga disebut sebagai
tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur
kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke
dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam
penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan
teknologi standar hydropower.
Seperti di negara Australia,
Pusat stasiun pembangkit listrik
gelombang laut komersial yang pertama
di Australia mengapung persis di lepas
pantai Australia. Stasiun pembangkit
tersebut siap untuk menyalurkan tenaga
listrik dan air minum ke sekitar 500
rumah di selatan Sydney, Australia.
Listrik dihasilkan ketika muncul gelombang yang menerpa corong yang menghadap ke
lautan; gerakan ini mengalirkan udara melalui pipa dan masuk ke putaran roda air (turbin)
yang mampu memompa 500 kw daya listrik setiap harinya ke jaringan kota. Stasiun ini
merupakan proyek pencontohan untuk pemasangan dalam skala yang lebih besar yang
akan dibangun di pantai selatan Australia. Minat untuk membangun tempat yang sama
telah berdatangan dari Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Meksiko, Cili, dan Amerika
Serikat. John Bell, Direktur Keuangan Energetech yang mengembangkan stasiun tersebut,
mengatakan bahwa ”Energi gelombang merupakan sumber energi yang tiada habisnya
dibandingkan sumber energi alam lainnya. Gelombang selalu ada dan tidak hilang seperti
matahari dan angin.”
PENELITI Universitas
Oregon memuplikasikan temuan
teknologi terbarunya yang diberi
nama Permanent Magnet Linear
Buoy. Diberi nama buoy karena
memang pada prinsip dasarnya,
teknologi terbaru tersebut dipasang
untuk memanfaatkan gelombang laut
di permukaan. Berbeda dengan buoy yang digunakan untuk mendeteksi gelombang laut
yang menyimpan potensi tsunami. Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy
penghasil listrik tersebut yaitu dengan mengapungkannya di permukaan. Gelombang laut
yang terus mengalun dan berirama bolak-balik dalam buoy ini akan diubah menjadi
gerakan harmonis listrik. Sekilas bila dilihat dari bentuknya, buoy ini mirip dengan
dlinamo sepeda.
Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian dalamnya.
Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam dan sebagian lagi
mengapung. Kuncinya, terdapat pada perangkat elektrik yang berupa koil (kumparan yang
mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat ombak mencapai pelampung, maka
pelampung akan bergerak naik dan turun secara relatif terhadap batang magnet sehingga
bisa menimbukan beda potensial dan listrik dibangkitkan.Tentu saja agar dapat bergerak
koil tersebut ditempelkan pada pelampung yang dikaitkan ke dasar laut, kata Annette von
Jouanne, teknisi dari Oregon State University (OSU). Jouanne menuturkan dalam
percobaan sistem ini diletakkan kurang lebih satu atau dua mil laut dari pantai. Kondisi
ombak yang cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan
menghasilkan listrik dengan tegangan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
Universitas Oregon, setiap pelampung mampu menghasilkan daya sebesar 250 kilowatt.
Ada beberapa pilihan untuk menghasilkan daya tersebut, ujar Jouanne. Penjelasan di atas
menggunakan teknik koil yang bergerak naik turun, tetapi bisa juga dengan teknik batang
magnet yang bergerak naik turun. Pilihan kedua dengan menggunakan pelampung,
penempatan koil dan batang magnet bisa juga ditempatkan di dasar atau di permukaan laut.
Jouanne menuturkan, teknologi yang ditawarkannya tersebut memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan teknologi laut.
Ketersediaan teknologi ini mencapai 90 persen dan kerapatan energi yang
dihasilkannya lebih tinggi,katanya. Mesin sendiri juga dapat dirakit dan digunakan dalam
skala kecil maupun besar tergantung pada energi yang dibutuhkan. Potensi penggunaan
energi pun bisa diterapkan di banyak negara terutama yang memiliki kawasan pantai.
Dibandingkan dengan energi angin atau matahari, energi gelombang laut kerapatannya
jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan Wallace menyebutkan penyediaan
energi gelombang ini dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau
kota besar seperti Portland sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah
tanpa harus menarik bayaran. Peneliti percaya jika hasil penelitian tersebut benar-benar
dioptimalkan di sepanjang pantai, seluruh energi listrik di dunia sudah bisa terpenuhi. Jum-
lah ini ditaksir hanya mengambil 0,2 persen energi pantai, kata Alan. Keyakinanya
semakin lebih diperkuat dengan efisiensi penghasilan energi yang tinggi dan besar, energi
gelombang laut ini bisa menjadi energi utama pengganti energi sekarang.
Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat memberi-
kan keuntungan di bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak
menimbulkan polusi suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu
memberikan ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang di
sepanjang jangkar yang ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus seperti ini biasanya lebih
menguntungkan karena ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul. Penempatan
buoy dengan ukuran yang tidak terlalu besar juga tidak mengganggu pelayaran. Rata-rata
dengan besar buoy kurang dari dua meter, kapal besar atau kecil bisa melihat obyek
tersebut dan dapat menghindarinya. Energi listrik namun yang secara efisien bisa dialihkan
menjadi energi listrik adalah gelombang laut.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik
 Kelebihan :
1. Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan pernah
habis.
2. Tidak menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya
3. Mudah untuk mengkonversi energi listrik dari energi mekanik pada ombak.
4. Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan,
energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan
dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830
kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut
akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin.
5. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya
berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan
adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung
tenang dan dapat diperkirakan.
 Kekurangan :
1. Diperlukan alat khusus yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga tenaga ahli
sangat diperlukan.
2. Output dari pembangkit listrik tenaga pasang surut mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-
Matahari.
3. Biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar.
4. Tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin,
sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus
selama lebih kurang lima tahun.
5. Menggunakan pasang surut gelombang sebagai pembangkit energi listrik, bisa
mengakibatkan rotasi bumi melambat 24 jam tiap 2000 tahun.

2.4 Konversi Energi Gelombang di Indonesia


Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi
alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang terbarukan dan
tak terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam, sumber energi yang tak
terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah Indonesia adalah methane hydrate.
Methane hydrate adalah senyawa padat campuran antara gas methan dan air yang terbentuk
di laut dalam akibat adanya tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah
dan konstan di kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang
timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal energy
conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi permukaan air akibat
pasang surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini hanya energi gelombang yang
tidak dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang
sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut
serta energi arus laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas. Untuk
mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian
sumber-sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan
tempatnya, ada dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal
dari daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Untuk Jawa yang padat
penduduknya, pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan energi alternatif yang
berasal dari daratan kemungkinan Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol
216 A, 2002) lokasi yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai
kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5
m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman
tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat dengan
pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga dapat
dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan.
Gelombang laut sangat potensial dikonversikan menjadi energi listrik, khususnya karena
Indonesia memiliki pantai yang sangat panjang yang bisa diberdayakan sebagai sumber
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Balai Pengkajian Dinamika Pantai BPPT saat
ini sedang melakukan kajian Hybrid Power Energy dengan mendisain dan membangun
sistem energi gelombang laut dengan peralatan Oscilating Water Column (OWC), kata
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Said Djauharsyah Jenie
seperti dilansir Antara, di Jakarta, Rabu (11/4).
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini
akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi
fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan
menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga
menghasilkan listrik. Sistem ini diakuinya belum pernah dibangun di Indonesia sehingga
pelaksanaan disain dan pembangunan prototipe sistem OWC ini adalah yang pertama kali
dilaksanakan. Rencananya pada 2007 akan dilaksanakan pengembangan rancang bangun
Pembangkit Listrik Energi Gelombang untuk menghasilkan listrik 2,5 KVA hingga 500
kVA yang disesuaikan dengan pendanaan yang tersedia, pemerintah ataupun swasta.
Prototipe yang telah diujicobakan adalah dengan struktur baja yang untuk output 1KVA
dicapai efisiensi 30 persen dan dengan struktur beton yang untuk output 1KVA dicapai
efisiensi 45 persen. Jika didayagunakan secara optimal maka energy konversi gelombang
laut akan menjamin ketersediaan energi listrik sepanjang tahun sehingga suplai listrik tidak
akan tergantung pada pergantian dan perubahan musim, ujarnya. Fenomena fisik laut
seperti pergerakan pasang surut, gelombang, panas laut, angin laut dan perubahan salinitas
seluruhnya bisa dikonversikan menjadi energy listrik
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tiga Tipe Energi Air Laut

Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam:

1. Energi ombak (wave energy)


2. Energi pasamg surut (tidal energy)
3. Hasil konversi energi panas laut (ocean thermal energy convertion)

Kita akan membahas bentuk-bentuk energi tersebut satu persatu dan bagaimana
cara pemanfaatannya untuk menghasilkan energi listrik. Sebagai catatan, energi angin juga
terkadang dikategorikan sebagai salah satu bentuk energi yang berasal dari laut
(pengecualian untuk artikel ini dimana energi angin tidak masuk dalam pembahasan).

Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi itu adalah: memakai energi
kinetik untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik. Artikel kali ini ialah bagian dari 3 artikel yang membahas tentang
energi yang dapat dimanfaatkan dari laut. Di bagian pertama trilogi artikel ini, energi
ombak (wave energy) akan dibahas terlebih dahulu.

 Energi Ombak (Wave Energy)

Ombak dihasilkan oleh angin yang bertiup di permukaan laut. Sesungguhnya


ombak merupakan sumber energi yang cukup besar, namun, untuk memanfaatkan energi
yang terkandungnya tidaklah mudah; terlebih lagi mengubahnya menjadi listrik dalam
jumlah yang memadai. Inilah sebabnya jumlah pembangkit listrik tenaga ombak yang ada
di dunia sangat sedikit.

Salah satu metode yang efektif untuk memanfaatkan energi ombak adalah dengan
membalik cara kerja alat pembuat ombak yang biasa terdapat di kolam renang. Pada kolam
renang dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluar masuk sebuah ruang di tepi kolam
yang mendorong air sehingga bergoyang naik turun menjadi ombak.
Gambar 1. Skema Oscillating Water Column

Pada sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak (PLTO), aliran masuk dan
keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus menyebabkan terdorongnya udara keluar dan
masuk melalui sebuah saluran di atas ruang tersebut (Lihat gambar 1). Jika di ujung
saluran diletakkan sebuah turbin, maka aliran udara yang keluar masuk tersebut akan
memutar turbin yang menggerakkan generator. Masalah dengan desain ini ialah aliran
keluar masuk udara dapat menimbulkan kebisingan, akan tetapi, karena aliran ombak pun
sudah cukup bising umumnya ini tidak menjadi masalah besar.

Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis, tidak butuh
bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi. Namun tantangannya
adalah bagaimana membangun alat yang mampu bertahan dalam kondisi cuaca buruk di
laut yang terkadang sangat ganas, tetapi pada saat bersamaan mampu menghasilkan listrik
dalam jumlah yang memadai dari ombak-ombak kecil (jika hanya dapat menghasilkan
listrik ketika terjadi badai besar maka suplai listriknya kurang dapat diandalkan).

Beberapa perusahaan yang mengembangkan PLTO versi komersial sesuai dengan


metode yang dijelaskan di atas antara lain: Wavegen dari Inggris, dengan prototipnya yang
bernama LIMPET dengan kapasitas 500 kW di pantai barat Skotlandia, dan Energetech
dari Australia yang sedang mengusahakan proposal proyek PLTO berkapasitas 2 MW di
Rhode Island.

Selain metode yang telah dijelaskan, beberapa perusahaan & institusi lainnya
mengembangkan metode yang berbeda untuk memanfaatkan ombak sebagai penghasil
energi listrik:
 Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas
terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis)
sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan
terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak yang melalui alat ini akan
menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral.
Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan
segmen yang selanjutnya memompa cairan hidraulik bertekanan melalui
sebuah motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa
arus, setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar khusus.
 Renewable Energy Holdings; ide mereka untuk menghasilkan listrik dari
tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi
pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik
turun dari ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di
dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut selanjutnya digunakan
untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
 SRI International; konsepnya menggunakan sejenis plastik khusus bernama
elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan
melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi
bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut dikompresi atau diregangkan,
maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep tersebut idenya ialah
menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar
laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan
maupun tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
 BioPower Systems; perusahaan inovatif ini mengembangkan sirip-ekor-ikan-
hiu buatan dan rumput laut mekanik untuk menangkap energi dari ombak.
Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa sistem yang berfungsi paling
baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama beribu-ribu
tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik dari
samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut
menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik.
Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan
menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator yang
serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.
Gambar 2. Berbagai Desain Inovatif dari Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak.
Gambar kiri (1) : Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power
DelivProyek komersial pertama dengan kapasitas 2,25 MW
telah dibangun di tengah laut 4,8 km dari tepi pantai
Portugal.
Gambar tengah (2) : Rumput laut mekanik yang disebut juga Biowave.
Gambar kanan (3) : Sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut Biostream.

Keduanya merupakan hasil ciptaan Prof. Tim Finnigan dari Departemen Teknik Kelautan,
University of Sydney. Picture credits: (1) popsci.com, (2) & (3) Popular Science, April
2007.

Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bisa dimanfaatkan dengan
mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya.

Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu :

1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pelambung.

2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari
naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang.
Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang
bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.

3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal
meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun
di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam
penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini
yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi
standar hydropower.

Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai)
and on-shore (pantai).
1. Kategori lepas pantai (off-shore)
Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter
dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen
Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa
energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external
hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan
yang digunakan yaitu pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti
gerakan gelombang. Naik turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung
selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut. Di Amerika Serikat, telah ada
perusahan yang mengembangkan untaian buoy pelampung plastik yang mendukung
penghasil listrik ini. Setiap Buoy pelampung bisa menghasilkan 20 kW listrik dan saat ini
telah dikembangkan untuk mengisi ulang energi (recharge) bagi robot selam angkatan laut
AS dan digunakan bagi komunitas kecil. Cara lain untuk menangkap energi gelombang
lepas pantai adalah dengan membangun tempat khusus seperti sistem tabung Matsuda,
metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang yang masuk di dalam ruang bawah
dalam pelampung dan sehingga timbul gerakan perpindahan udara ke bagian atas
pelampung. Gerakan perpindahan udara ini menggerakkan turbin. Pusat Teknologi
Kelautan Jepang telah mengembangkan prototype jenis ini yang disebut „Mighty Whale‟
berupa peralatan penangkap gelombang yang di tempatkan di dasar laut (anchored) dan
dikontol dari pantai untuk kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil.
2. Katogori sekitar pantai (On-shore)
Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk menghasilkan energi
listrik lewat 3 sistem: channel systems, float systems dan oscillating water column
systems. Prinsipnya energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung
mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara
penggerak yang kemudian mengaktifkan turbin generator. Pada channel systems
gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak seperti kolam
buatan (lagoon).
Ketika gelombang muncul, gravitasi akan memaksa air melalui turbin guna
membangkitkan energi listrik. Pada float systems yang mengatur pompa hydrolic
berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan dengan engsel-engsel (Cockerell) bergerak
naik turun mengikuti gelombang. Gerakan relatif menggerakkan pompa hidrolik yang
berada di antara dua rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan pelampung
yang bergerak naik turun didalamnya karena adanya tekanan air. Gerakan antara
pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang diubah menjadi energi
listrik. Oscillating water column systems menggunakan gelombang untuk menekan udara
diantara kontainer. Ketika gelombang masuk ke dalam kolom kontainer berakibat kolom
air terangkat dan jatuh lagi sehingga terjadi perubahan tekanan udara. Sirkulasi yang
terjadi mengaktifkan turbin sebagai hasil perbedaan tekanan yang ada. Beberapa sistem
ini berfungsi juga sebagai tempat pemecah gelombang „breakwater‟ seperti di pantai
Limpit, Scotlandia dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW.
Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit Cockerell, tabung tegak
Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda.

1. Sistem rakit Cockerell berbentuk untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan


dengan engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gelombang
laut. Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan pompa hidrolik yang berada di
antara dua rakit.
2. Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik
turun dalam tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara
pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah
menjadi energi listrik.
3. Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara bagian
pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum)
untuk diubah menjadi energi listrik.
4. Pada sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak
gelombang laut masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan
menimbulkan gerakan perpindahan udara di bagian ruangan atas dalam
pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat menggerakkan turbin
udara.Lokasi potensial untuk membangun sistem energi gelombang adalah di
laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bisa
dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

 Cara kerja pembangkit listrik baru ini sangat sederhana.

Sebuah tabung beton dipasang pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan
ujungnya dipasang dibawah permukaan air laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke
pantai, air di dalam tabung beton itu akan mendorong udara yang terdapat di bagian tabung
yang terletak di darat. Pada saat ombak surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam
tabung tadi. Gerakan udara yang bolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar
turbin yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Sebuah alat khusus dipasang
pada turbin itu supaya turbin hanya berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam
tabung beton itu silih berganti.

Kolom Air Bergerak kesana kemari ( Owc): Kolom Air yang bergerak kesana
kemari dan diteliti yang dikembangkan dari semua alat garis pantai. Kolom Air bergerak
kesana kemari menggunakan suatu struktur yang secara parsial menyelam untuk
memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik meliputi suatu gelombang samudra. Untuk
membangun OWC yang diperlukan adalah suatu perhatian utama sebab keseluruhan lokasi
harus " kering". Suatu dinding penghalang pada umumnya dibangun pada atas/sisi samudra
area konstruksi. Walaupun alat ini adalah lebih mudah untuk mengakses dibanding
generator lepas pantai ongkos bangunan suatu dinding penghalang adalah penting. Bagian
yang atas struktur adalah berongga dengan suatu pelabuhan pada bagian belakang
turbine/generator baik ( gambar 1). Dinding Medan meluas ke dalam air dan perlu untuk
secara penuh menyelam terus menerus. Dalam kaitan dengan keperluan ini fluktuasi yang
pasang surut harus dibandingkan secara relatif kecil kepada ukuran struktur [itu].

Asumsikan garis yang merah membujuk untuk terus gambar 1 adalah permukaan
air diwakili. Jika ini adalah kasus, ketika gelombang yang datang/berikutnya menyalurkan
ke dalam struktur, sebagian dari airflow akan lepas kebalikan arah gelombang sebab akan
tidak ada " segel" memaksa angkasa sampai pelabuhan pada atas dinding belakang struktur
. Seperti itu, fluktuasi yang pasang surut harus tidak menetes jatuh di bawah tepi alas
dinding medan dalam rangka memelihara parameter operasional. Ketika gelombang
mendekati, itu menyebabkan udara untuk memaksa supaya ruang/daerah dan ke luar dari
pelabuhan, dekat dinding belakang. Ketika gelombang mundur arah kebalikan, udara
ditarik dari pelabuhan pada dinding belakang sampai turbin dan ke luar dekat pintu masuk
dinding medan. Turbin baik dengan sendirinya adalah terobosan yang utama di dalam
implementasi OWC , pemanfaatan dua cara perputaran generator searah. Walaupun OWC
mempunyai potensi maha besar ketika diterapkan dengan energi samudra mempunyai
beberapa kelemahan. Awal ongkos dinding penghalang dan lampiran adalah sangat tinggi
sebab kebanyakan penempatan adalah jalan masuk ke alat berat. Pada umumnya pantai
lokasi sukar untuk diperoleh, tergantung pada penetapan wilayah. Lagipula lokasi karang
ini adalah pantas untuk penempatan berbagai jenis hidup samudra dan kadang-kadang yang
dilindungi di depan hukum. Seperti tersebut sebelumnya, masalah utama dengan OWC
sedang memanfaatkan bi-directional arus udara itu menyajikan. Penggunaan suatu
Mekanik Turbin menggabungkan dengan suatu generator induksi adalah bentuk wujud
khas dari suatu OWC.

Turbin baik :
Salah satu permasalahan yang paling besar yang menyertakan generasi tenaga
gelombang adalah fakta keadaan laut yang sederhana adalah suatu unsur yang sangat
bersifat menghancurkan, terutama ketika dalam hubungan dengan bagian mekanis untuk
menentukan jangka waktu. Ini telah dipecahkan di dalam disain OWC dengan penggunaan
udara dipaksa sebagai ganti seawater untuk memutar generator. Masalah yang berikutnya
ditemui yaitu usaha untuk menggunakan kedua arus udara yang disajikan oleh OWC.
Turbin baik telah dirancang oleh Alan Well pada tahun 1980. Pumpun primernya adalah
untuk kembangkan suatu turbin yang bisa menerima dua jalan/cara searah yang mengalir
hanya memutar satu arah, dengan mengabaikan arah air atau airflow. Seperti ditunjukkan
gambar 2-b, perancangan mata pisau diri mereka adalah inovasi turbin baik.
Mata pisau adalah serupa untuk suatu kerjang udara kalau tidak mereka adalah
simetris tentang poros yang horisontal, yang secara khas kerjang udara adalah berbentuk
lonjong dalam keadaan dan tidak simetris. Suatu kerjang udara hanya menggunakan dan
mengangkat kekuatan menyajikan, sedang turbin baik menggunakan itu untuk
mengangkat dan kakas seret untuk memperoleh suatu yang self-rectifing yang searah
perputaran generator. Ketika angkasa pindah ke hal positif atau hal negatif yang arah mata
pisau berputar ke arah yang sama ( gambar 2-a).
Kelemahan pada jenis ini adalah kerugian aerodinamika yang terjadi. Kebanyakan
turbin beroperasi pada 85% dan di atas untuk efisiensi tetapi turbin baik hanya beroperasi
pada 80% efisiensi . Lagipula ketika ukuran ombak adalah yang terlalu kecil turbin benar-
benar melepaskan tenaga generator untuk tinggal pada beroperasi kecepatan. Selama
kondisi-kondisi badai ketika angkasa percepatan menjadi ekstrim dan pergolakan
kembangkan di sekitar mata pisau dan efisiensi secara dramatis berkurang. Pada intinya
beroperasi toleransi untuk kondisi-kondisi gelombang adalah sangat sempit.

TAPCHAN:
TAPCHAN adalah suatu singkatan untuk saluran yang diruncingkan dan telah
dirancang dan diterapkan oleh peneliti orang Norwegia pada tahun 1985 . Lokasi yang
menghadap samudra dan dikelilingi oleh dinding beton tinggi adalah suatu bentuk setengah
bola pada sisi masing-masing ( gambar 3 ). Air masuk kepada struktur adalah suatu
nilai/kelas sedikit [sebagai/ketika] didekati dari pantai dengan suatu reservoir pada sisi
yang jauh. Saluran yang sangat lebar/luas terdekat ke laut dan meruncingkan bagi suatu
lebar lebih kecil ketika mendekati reservoir.
Ketika reservoir mengisi air yang mendesak ke arah saluran reservoir, yaitu suatu turbin
yang memondokkan. Turbin Pemintalan menghasilkan listrik, yang mana adalah sangat
serupa dengan suatu pembangkit tenaga listrik listrik tenaga air. Susunan ini memerlukan
yang sempurna rata-rata tenaga getaran dalam rangka mempunyai cukup kekuatan untuk
mendorong kebanyakan dari air ke dalam reservoir. Lagipula perubahan yang pasang surut
dapat tidak ada lagi 1m dari tinggi ke air surut untuk memastikan bahwa korset reservoir
itu penuh.

Potensi.Daya
Untuk memprediksi daya yang dapat dibangkitkan di pantai dilakukan dengan
memanfaatkan data angin. Angin yang bertiup dipermukaan laut merupakan faktor utama
penyebab timbulnya gelombang laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan
memindahkan energinya ke air. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus,
semakin besar gelombang yang terbentuk. Menurut teori Sverdrup, Munk dan Bretchneider
(SMB) kecepatan angin minimum yang dapat membangkitkan gelombang adalah sekitar
10 knot atau setara dengan 5 m/det. Untuk mengkonversi tinggi dan perioda gelombang
digunakan persamaan gelombang untuk perairan dangkal (CERC,1984). Persamaan yang
digunakan adalah:

dimana: F = panjang fetch


UA = faktor stress angin
G = percepatan gravitasi
Sedangkan Daya yang dapat dibangkitkan dari energi gelombang dihitung dengan
menggunakan persamaan daya gelombang, yaitu:
P = 0.55 H2S Tz kW/m (3)
dimana P adalah daya (kW/m panjang gelombang), H adalah tinggi gelombang (m), S
adalah perioda (detik), dan Tz adalah zero crossing period.

Kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik berenergi ombak yaitu:


Kelebihan:

 Energi bisa diperoleh secara gratis.


 Tidak butuh bahan bakar.
 Tidak menghasilkan limbah.
 Mudah dioperasikan dan biaya perawatan rendah.
 Dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang memadai.
 Sumber energi yang dapat diperbaharui.
 Biaya tidak mahal.

Kekurangan:

 Bergantung pada ombak; kadang dapat energi, kadang tidak.


 Perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana ombaknya kuat dan muncul secara
konsisten.
 Alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca yang jelek

 Energi Pasang Surut (Tidal Energy)


Gambar 3. Ombak masuk ke dalam muara sungai ketika terjadi pasang naik
air laut.

Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya; dan
pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari
bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan
(kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan
daripada pembangkit listrik bertenaga ombak. Namun demikian, menurut situs
darvill.clara.net, hanya terdapat sekitar 20 tempat di dunia yang telah diidentifikasi sebagai
tempat yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik bertenaga pasang surut ombak.

Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut:

Gambar 4. Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil
memutar turbin.
1. Dam Pasang Surut (tidal barrages)

Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara hidro-elektrik yang terdapat di
dam/waduk penampungan air sungai. Hanya saja, dam yang dibangun untuk
memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar daripada dam air sungai pada
umumnya. Dam ini biasanya dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air
sungai dengan air laut. Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut), air
mengalir melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya ombak
dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin (Lihat gambar 3 dan 4).

Gambar 5. PLTPs La Rance, Brittany, Perancis.

Keteranagan:
a. Gambar atas menampilkan aliran air dari kiri ke kanan.
b. Gambar sebelah kiri bawah menampilkan proyek dam ketika masih
dalam masa konstruksi.
c. Gambar kanan menampilkan proses perakitan turbin dan baling-balingnya.

Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat di muara
sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1966
dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance didesain dengan teknologi canggih dan
beroperasi secara otomatis, sehingga hanya membutuhkan dua orang saja untuk
pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari. PLTPs terbesar kedua di dunia terletak di
Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan kapasitas “hanya” 16 MW.

Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga pasang surut adalah mereka
hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk (pasang) ataupun
mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih 10 jam per harinya.
Namun, karena waktu operasinya dapat diperkirakan, maka ketika PLTPs tidak aktif, dapat
digunakan pembangkit listrik lainnya untuk sementara waktu hingga terjadi pasang surut
lagi.
2. Turbin lepas pantai (offshore turbines)

Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai
pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya dibandingkan metode
pertama yaitu: lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil
daripada pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat
dipasang di lebih banyak tempat.

Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin lepas pantai adalah:


Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine Current Turbines
(MCT) dari Inggris. Gambar hasil rekaan tiga dimensi dari ketiga jenis turbin tersebut
ditampilkan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Bermacam-macam jenis turbin lepas pantai yang digunakan


Oleh arus pasang surut.

Gambar sebelah kiri (1) : Seagen Tidal Turbines buatan MCT.


Gambar tengah (2) : Tidal Stream Turbines buatan Swan
Turbines. Gambar kanan atas (3) : Davis Hydro Turbines dari Blue
Energy.
Gambar kanan bawah (4) : skema komponen Davis Hydro Turbines milik Blue
Energy. Picture credit: (1) marineturbines.com, (2) swanturbines.co.uk, (3) & (4)
bluenergy.com.

Teknologi MCT bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang dibenamkan
di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20 meter memutar rotor yang
menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gearbox). Kedua baling
tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal dari sebuah batang
silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500
kW per unitnya, dan dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang
pembangkit listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat
ini, kecepatan rotor diatur antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-
baling kapal laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya).

Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain Swan Turbines
memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung terhubung dengan
generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan kedua yaitu, daripada melakukan
pemboran turbin ke dasar laut ST menggunakan pemberat secara gravitasi (berupa balok
beton) untuk menahan turbin tetap di dasar laut.

Adapun satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis Hydro Turbines milik Blue
Energy adalah poros baling-balingnya yang vertikal (vertical-axis turbines). Turbin ini juga
dipasangkan di dasar laut menggunakan beton dan dapat disusun dalam satu baris
bertumpuk membentuk pagar pasang surut (tidal fence) untuk mencukupi kebutuhan listrik
dalam skala besar.

Berikut ini disajikan secara ringkas kelebihan dan kekurangan dari pembangkit
listrik tenaga pasang surut:
Kelebihan:

a. Setelah dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis.


b. Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
c. Tidak membutuhkan bahan bakar.
d. Biaya operasi rendah.
e. Produksi listrik stabil.
f. Pasang surut air laut dapat diprediksi.
g. Turbin lepas pantai memiliki biaya instalasi rendah dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan yang besar.
Kekurangan:

a. Sebuah dam yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan yang
sangat mahal, dan meliputi area yang sangat luas sehingga merubah ekosistem
lingkungan baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-kilometer.

Hanya dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika ombak bergerak
masuk ataupun keluar.

 Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy Convertion)

Ide pemanfaatan energi dari laut yang terakhir bersumber dari adanya perbedaan
temperatur di dalam laut. Jika anda pernah berenang di laut dan menyelam ke bawah
permukaannya, anda tentu menyadari bahwa semakin dalam di bawah permukaan, airnya
akan semakin dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar
matahari diserap sebagian oleh permukaan laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur
akan turun dengan cukup drastis. Inilah sebabnya mengapa penyelam menggunakan
pakaian khusus selam ketika menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat
menangkap panas tubuh sehingga menjaga mereka tetap hangat.

Pembangkit listrik dapat memanfaatkan perbedaan temperatur tersebut untuk


menghasilkan energi. Pemanfaatan sumber energi jenis ini disebut dengan konversi energi
panas laut (Ocean Themal Energy Conversion atau OTEC). Perbedaan temperatur antara
permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin dibutuhkan minimal sebesar
77oF (25 °C) agar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan baik. Adapun
proyek-proyek demonstrasi dari OTEC sudah terdapat di Jepang, India, dan Hawaii.
Gambar 7. Ocean Thermal Energy Conversion dengan Siklus Tertutup

Berdasarkan siklus yang digunakan, OTEC dapat dibedakan menjadi tiga macam:
siklus tertutup, siklus terbuka, dan siklus gabungan (hybrid). Pada alat OTEC dengan
siklus tertutup, air laut permukaan yang hangat dimasukkan ke dalam alat penukar panas
untuk menguapkan fluida yang mudah menguap seperti misalnya amonia. Uap amonia
akan memutar turbin yang menggerakkan generator. Uap amonia keluaran turbin
selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan dikembalikan untuk
diuapkan kembali (Lihat gambar 7). Pada siklus terbuka, air laut permukaan yang hangat
langsung diuapkan pada ruang khusus bertekanan rendah. Kukus yang dihasilkan
digunakan sebagai fluida penggerak turbin bertekanan rendah. Kukus keluaran turbin
selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan sebagai hasilnya diperoleh
air desalinasi. Pada siklus gabungan, air laut yang hangat masuk ke dalam ruang vakum
untuk diuapkan dalam sekejap (flash-evaporated) menjadi kukus (seperti siklus terbuka).
Kukus tersebut kemudian menguapkan fluida kerja yang memutar turbin (seperti siklus
tertutup). Selanjutnya kukus kembali dikondensasi menjadi air desalinasi.

Fluida kerja yang populer digunakan adalah amonia karena tersedia dalam jumlah
besar, murah, dan mudah ditransportasikan. Namun, amonia beracun dan mudah terbakar.
Senyawa seperti CFC dan HCFC juga merupakan pilihan yang baik, sayangnya
menimbulkan efek penipisan lapisan ozon. Hidrokarbon juga dapat digunakan, akan tetapi
menjadi tidak ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing dengan pemanfaatan
hidrokarbon secara langsung. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah ukuran
pembangkit listrik OTEC bergantung pada tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan.
Semakin tinggi tekanan uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas
yang dibutuhkan, sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas bertambah untuk
menahan tingginya tekanan terutama pada bagian evaporator.

Secara ringkas, kekurangan dan kelebihan dari OTEC yaitu:

Kelebihan:

 Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.


 Tidak membutuhkan bahan bakar.
 Biaya operasi rendah.
 Produksi listrik stabil.

Kekurangan:

 Belum ada analisa mengenai dampaknya terhadap lingkungan.


 Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang di uapkan akan menimbulkan
potensi bahaya kebocoran.
 Efisiensi total masih rendah sekitar 1%-3%.
 Biaya pembangunan tidak murah.

3.2 Potensi Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik di Dunia


Ada tiga cara mendasar agar kita bisa memanfaatkan energi gelombang. Energi dari
naik turunnya ketinggian laut atau disebut juga energi gelombang, dapat dimanfaatkan
untuk membangkitkan tenaga listrik. Tenaga gelombang biasanya dipacu dengan membuka
sebuah dam menuju ke waduk. Waduk tersebut dilengkapi dengan pintu air yang dibuka
untuk mengalirkan air ke penampungan, lalu pintu air ditutup sehingga menyebabkan
ketinggian air turun. Perbedaan ketinggian itu menyebabkan turbin berputar.
Potensi energi gelombang ada di stasiun Rance di Perancis, yang menghasilkan
energi listrik 240 MW . sepertinya Prancis adalah satu-satunya negara yang sukses
menggunakan sumber energi ini. Insinyur Prancis memprediksikan, penggunaan tenaga
ombak dalam skala besar, bisa membuat rotasi bumi melambat 24 jam tiap 2000 tahun.
System pembangkit listrik tenaga ombak, bisa memberi dampak pada lingkungan karena
berkurangnya laju alir air, dan bisa menimbulkan endapan pada basin.
3.3 Teknik Konversi Energi Gelombang Laut Menjadi Energi Listrik
Salah satu energi di laut tersebut adalah energi ombak. Sebenarnya ombak
merupakan sumber energi yang cukup besar. Ombak merupakan gerakan air laut yang
turun-naik atau bergulung-gulung. Energi ombak adalah energi alternatif yang
dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat fluktuasi pergerakan gelombang.
Energi ombak dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, seperti saat ini telah
didirikan sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu
model Oscillating Water Column. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column).
Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa
silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar
masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.
Tujuan didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi
alternatif yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai
Indonesia. Model ini menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan parameter-
parameter minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis
untuk melakukan konversi energi.
Dalam PLTO ini proses masuk dan keluarnya aliran ombak pada suatu ruangan
tertentu (khusus) dapat menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah
saluran di atas ruang khusus tersebut. Apabila diletakkan sebuah turbin di ujung saluran
tersebut, maka aliran udara yang keluar masuk akan memutar turbin yang menggerakkan
generator. Kelemahan dari model ini adalah aliran keluar masuk udara dapat menimbulkan
kebisingan, akan tetapi karena aliran ombak sudah cukup bising umumnya ini tidak
menjadi masalah besar.
3.4 Peluang Indonesia Menerapkan Sistem Konversi Energi Gelombang Menjadi
Listrik
Untuk wilayah Indonesia, energi yang mempunyai prospek bagus adalah energi
arus laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga
arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati
selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia adalah tempat
pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta
pasang surut M2 yang dominan di Samudra Hindia
dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang
surut K1 yang dominan di Samudra Pasifik dengan
periode lebih kurang 24 jam. M2 adalah konstanta
pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi,
sedangkan K1 adalah konstanta pasang surut yang
diakibatkan oleh kecondongan orbit Bulan saat
mengelilingi Bumi.
Interaksi Bumi-Bulan diperkirakan menghasilkan daya energi arus pasang surut
setiap harinya sebesar 3.17 TW, lebih besar sedikit dari kapasitas pembangkit listrik
yang terpasang di seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 2.92 TW (Kantha & Clayson,
2000). Namun, untuk wilayah Indonesia potensi daya energi arus laut tersebut belum
dapat diprediksi kapasitasnya.

3.5 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik
Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada
saat pasang purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus
akan berkurang kira-kira setengah dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya
instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut
dirancang dengan kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil,
dan dirancang untuk bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka
kekurangan ini dapat diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang
terakhir ini merupakan tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem
turbin, sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus
selama lebih kurang lima tahun.
Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi
ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi
terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara
sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan
dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang
kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan
adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan
dapat diperkirakan. Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan
pernah habis dan tidak menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya. Di samping nilai
ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat memberikan keuntungan di
bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak menimbulkan polusi
suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan ruang kepada
kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang di sepanjang jangkar yang
ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus seperti ini biasanya lebih menguntungkan karena
ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul.
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :


 Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah khatulistiwa yang dikelilingi
oleh sejumlah lautan dengan potensi sumberdaya energi kelautan cukup besar
termasuk di antaranya energi gelombang.
 Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak, diantaranya:
1. Energi Ombak (Wave Energy)
2. Energi Pasang Surut (Tidal Energy)
3. Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy Convertion)
 Keuntungan menggunakan pembangkit listrik tenaga ombak antara lain memiliki
intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang
lain, dan tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan.
 Hambatan penerapan sistem pembangkit listrik tenaga ombak antara lain tenaga
ahli yang menghandle sistem ini sangat kurang, kesulitan birokrasi, kesulitan untuk
mendapatkan alat-alat yang dibutuhkan, kesulitan dana untuk menerapkan sistem
pembangkit ini, serta kesulitan birokrasi untuk menyelesaikan proyek ini dengan
cepat.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.beritanet.com/Technology/ombak-pembangkit-tenaga-listrik.html
http://kontaktuhan.org/news/news182/ga_41.htm
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1125749769
http://agusset.wordpress.com/2006/01/05/energi-dari-laut/
http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=2232
http://geton.nedw.org/pembangkit-listrik-tenaga-ombak/gerakan-tolak-nuklir/
http://portal.djlpe.esdm.go.id/modules/news/index.php?_act=detail&sub=news_m
edia&news_id=839
http://www.indomedia.com/intisari/2001/Sept/khas_infotekno_pompa.htm
http://www.energiterbarukan.net/index.php?option=com_content&task=view&id=79&Ite
mid=80 http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?
artikel&1103304274&8
http://www.energiportal.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=37&artid=73
1
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1994/11/16/0008.html
http://www.hupelita.com/baca.php?id=28372

Anda mungkin juga menyukai