Makalah Energi Gelombang
Makalah Energi Gelombang
Disusun oleh
Krisis energi telah diprediksikan akan melanda dunia pada tahun 2015. Hal ini
dikarenakan semakin langkanya minyak bumi dan semakin meningkatnya permintaan
energi. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan untuk memanfaatkan energi lain, selain
energi yang tidak terbarukan. Karena kalau kita tergantung pada energi tidak terbarukan,
maka di masa depan kita juga akan kesulitan untuk memanfaatkan energi ini karena
keterbatasan populasi dari energi tersebut. Untuk itu akan dicoba untuk menggali informasi
tentang tenaga ombak yang sebenarnya sudah dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk
Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-daerah
pantai yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak. Ombak di sepanjang
Pantai Selatan Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan sebelah barat Pulau
Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi ombak seperti itu tentu
sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa dianggap potensial untuk
membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5 hingga 2 meter, dan gelombang ini tidak
pecah hingga sampai di pantai.
2
DAFTAR ISI
Abstrak.......................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Permasalahan...........................................................................................4
1.3 Tujuan…..................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................5
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Bagaimana potensi sumber energi gelombang laut di dunia
2. Bagaimana teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik
3. Bagaimana jika Indonesia memanfaatkan konversi energi gelombang menjadi
listrik
4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi
listrik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Memahami potensi sumber energi gelombang laut di dunia
2. Memahami teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik
3. Dapat menganalisis apakah Indonesia dapat memanfaatkan konversi energi
gelombang menjadi listrik
4. Memahami kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi
listrik
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang teknik konversi energi khususnya mengenai konversi energi
gelombang laut menjadi listrik.dan juga setelah mendapatkan pengetahuannya di harapkan
mahasiswa dapat mengaplikasikan nya.
BAB II
DASAR TEORI
Selain panas laut dan pasang surut, masih terdapat satu lagi energi samudera yaitu
energi gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan
energi yang tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti
hal ini adalah Inggris. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, deretan ombak
(gelombang) yang terdapat di sekitar pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter
dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan
deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter
panjang ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik
menghasilkan daya 600 KW per meter. Di Indonesia, banyak terdapat ombak yang
ketinggiannya di atas 5 meter sehingga potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih
jauh. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan
Belanda, banyak menaruh perhatian pada energi ini. Lokasi potensial untuk membangun
sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai.
Energi gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera.
Ocean energi memfokuskan pengembangan pembangkit listrik gelombang laut
dengan membuat oscilating water column yang mengapung di atas sebuah ponton dengan
dipancangkan di dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang dihasilkan dialirkan
melalui kabel transmisi menuju ke daratan. Berlokasi di Irlandia, sebuah negara yang
terletak di salah satu tempat dengan iklim yang mendukung terjadinya gelombang laut
dengan energi yang lebih dari cukup untuk dipanen, perusahaan tersebut memiliki lokasi
yang tepat untuk melakukan riset dan pengembangan.
Sistem pembangkit listrik tersebut terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi
untuk menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran
yang berada di bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan air
naik dan turun yang seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir melalui
saluran menuju turbin. Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja dengan generator
putaran dua arah.
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas
permukaan laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus
kedap air, sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan
efisiensi optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir gelombang-gelombang
yang ekstrim. Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam kondisi normal. Hal
tersebut bisa dicapai dengan digunakannya katup khusus yang menghindarkan turbin
tersebut dari overspeed.
Gelombang laut dapat dikonversi menjadi energi listrik dengan mengubah gerakan
relatif naik turun permukaan laut menjadi gerakan untuk memutar turbin. Menurut Electric
Power Research Institute, daerah samudera Indonesia sepanjang pantai selatan Jawa
sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang cukup besar
berkisar antara 10 – 20 kW per meter gelombang. Bahkan beberapa penelitian
menyimpulkan di beberapa titik bisa mencapai 70 kW/m.
Di luar negeri teknologi ini sudah mencapai tahap komersialisasi. Australia,
Scotlandia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda adalah negara-negara
yang serius mengembangkan teknologi konversi energi gelombang.
Bagaimana Indonesia? Pada tahun 2003, Zamrisyaf seorang karyawan PLN telah
membuat Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang (PLTGL) di bibir pantai padang dengan
daya tiga kilowatt mampu menerangi 20 rumah di desa nelayan. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah mengembangkan PLTGL di pantai Parangracuk,
Baron, DIY dan berhasil memperoleh daya sebesar 522 watt.
Pada tahun 2005, di di Pantai Tanjung Karang, Mataram, empat anak muda alumni
beberapa universitas di Makassar dan Malang berhasil membuat PLTGL. Di Surabaya,
Arief Suroso, seorang mahasiswa ITS Surabaya melakukan penelitian peningkatan daya
pada sistem konversi energi gelombang laut jenis cavity resonator. Modifikasi bentuk
tabung silinder yang dilakukan berhasil meningkatkan daya rata-rata sekitar 90%!
Potensi berikutnya adalah energi pasang surut. Di Indonesia daerah yang potensial
adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang surutnya bisa mencapai enam meter.
Untuk yang satu ini Indonesia masih ketinggalan. Perancis, Rusia dan Australia tercatat
sebagai negara pioneer yang telah berhasil.
Pemanfaatan energi arus laut telah dirintis oleh Kementerian Ristek. Dibawah
koordinasi Ristek, Indonesia menjalin kerjasama dengan Italy dan UNIDO dalam transfer
teknologi pemanfaatan energi arus laut (Marine Current Energy/MCE) dengan konstruksi
KOBOLD. Kerjasama ini ditandatangani akhir Mei 2006 di Jakarta. Prototype KOBOLD
yang berada di Messina-Sicilia-Italy saat ini, dapat menghasilkan energi listrik sampai 300
KW.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik
Kelebihan :
1. Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan pernah
habis.
2. Tidak menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya
3. Mudah untuk mengkonversi energi listrik dari energi mekanik pada ombak.
4. Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan,
energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan
dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830
kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut
akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin.
5. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya
berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan
adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung
tenang dan dapat diperkirakan.
Kekurangan :
1. Diperlukan alat khusus yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga tenaga ahli
sangat diperlukan.
2. Output dari pembangkit listrik tenaga pasang surut mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-
Matahari.
3. Biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar.
4. Tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin,
sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus
selama lebih kurang lima tahun.
5. Menggunakan pasang surut gelombang sebagai pembangkit energi listrik, bisa
mengakibatkan rotasi bumi melambat 24 jam tiap 2000 tahun.
Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
Kita akan membahas bentuk-bentuk energi tersebut satu persatu dan bagaimana
cara pemanfaatannya untuk menghasilkan energi listrik. Sebagai catatan, energi angin juga
terkadang dikategorikan sebagai salah satu bentuk energi yang berasal dari laut
(pengecualian untuk artikel ini dimana energi angin tidak masuk dalam pembahasan).
Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi itu adalah: memakai energi
kinetik untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik. Artikel kali ini ialah bagian dari 3 artikel yang membahas tentang
energi yang dapat dimanfaatkan dari laut. Di bagian pertama trilogi artikel ini, energi
ombak (wave energy) akan dibahas terlebih dahulu.
Salah satu metode yang efektif untuk memanfaatkan energi ombak adalah dengan
membalik cara kerja alat pembuat ombak yang biasa terdapat di kolam renang. Pada kolam
renang dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluar masuk sebuah ruang di tepi kolam
yang mendorong air sehingga bergoyang naik turun menjadi ombak.
Gambar 1. Skema Oscillating Water Column
Pada sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak (PLTO), aliran masuk dan
keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus menyebabkan terdorongnya udara keluar dan
masuk melalui sebuah saluran di atas ruang tersebut (Lihat gambar 1). Jika di ujung
saluran diletakkan sebuah turbin, maka aliran udara yang keluar masuk tersebut akan
memutar turbin yang menggerakkan generator. Masalah dengan desain ini ialah aliran
keluar masuk udara dapat menimbulkan kebisingan, akan tetapi, karena aliran ombak pun
sudah cukup bising umumnya ini tidak menjadi masalah besar.
Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis, tidak butuh
bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi. Namun tantangannya
adalah bagaimana membangun alat yang mampu bertahan dalam kondisi cuaca buruk di
laut yang terkadang sangat ganas, tetapi pada saat bersamaan mampu menghasilkan listrik
dalam jumlah yang memadai dari ombak-ombak kecil (jika hanya dapat menghasilkan
listrik ketika terjadi badai besar maka suplai listriknya kurang dapat diandalkan).
Selain metode yang telah dijelaskan, beberapa perusahaan & institusi lainnya
mengembangkan metode yang berbeda untuk memanfaatkan ombak sebagai penghasil
energi listrik:
Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas
terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis)
sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan
terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak yang melalui alat ini akan
menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral.
Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan
segmen yang selanjutnya memompa cairan hidraulik bertekanan melalui
sebuah motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa
arus, setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar khusus.
Renewable Energy Holdings; ide mereka untuk menghasilkan listrik dari
tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi
pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik
turun dari ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di
dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut selanjutnya digunakan
untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
SRI International; konsepnya menggunakan sejenis plastik khusus bernama
elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan
melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi
bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut dikompresi atau diregangkan,
maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep tersebut idenya ialah
menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar
laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan
maupun tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
BioPower Systems; perusahaan inovatif ini mengembangkan sirip-ekor-ikan-
hiu buatan dan rumput laut mekanik untuk menangkap energi dari ombak.
Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa sistem yang berfungsi paling
baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama beribu-ribu
tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik dari
samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut
menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik.
Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan
menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator yang
serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.
Gambar 2. Berbagai Desain Inovatif dari Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak.
Gambar kiri (1) : Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power
DelivProyek komersial pertama dengan kapasitas 2,25 MW
telah dibangun di tengah laut 4,8 km dari tepi pantai
Portugal.
Gambar tengah (2) : Rumput laut mekanik yang disebut juga Biowave.
Gambar kanan (3) : Sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut Biostream.
Keduanya merupakan hasil ciptaan Prof. Tim Finnigan dari Departemen Teknik Kelautan,
University of Sydney. Picture credits: (1) popsci.com, (2) & (3) Popular Science, April
2007.
Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bisa dimanfaatkan dengan
mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya.
2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari
naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang.
Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang
bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.
3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal
meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun
di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam
penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini
yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi
standar hydropower.
Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai)
and on-shore (pantai).
1. Kategori lepas pantai (off-shore)
Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter
dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen
Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa
energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external
hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan
yang digunakan yaitu pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti
gerakan gelombang. Naik turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung
selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut. Di Amerika Serikat, telah ada
perusahan yang mengembangkan untaian buoy pelampung plastik yang mendukung
penghasil listrik ini. Setiap Buoy pelampung bisa menghasilkan 20 kW listrik dan saat ini
telah dikembangkan untuk mengisi ulang energi (recharge) bagi robot selam angkatan laut
AS dan digunakan bagi komunitas kecil. Cara lain untuk menangkap energi gelombang
lepas pantai adalah dengan membangun tempat khusus seperti sistem tabung Matsuda,
metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang yang masuk di dalam ruang bawah
dalam pelampung dan sehingga timbul gerakan perpindahan udara ke bagian atas
pelampung. Gerakan perpindahan udara ini menggerakkan turbin. Pusat Teknologi
Kelautan Jepang telah mengembangkan prototype jenis ini yang disebut „Mighty Whale‟
berupa peralatan penangkap gelombang yang di tempatkan di dasar laut (anchored) dan
dikontol dari pantai untuk kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil.
2. Katogori sekitar pantai (On-shore)
Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk menghasilkan energi
listrik lewat 3 sistem: channel systems, float systems dan oscillating water column
systems. Prinsipnya energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung
mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara
penggerak yang kemudian mengaktifkan turbin generator. Pada channel systems
gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak seperti kolam
buatan (lagoon).
Ketika gelombang muncul, gravitasi akan memaksa air melalui turbin guna
membangkitkan energi listrik. Pada float systems yang mengatur pompa hydrolic
berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan dengan engsel-engsel (Cockerell) bergerak
naik turun mengikuti gelombang. Gerakan relatif menggerakkan pompa hidrolik yang
berada di antara dua rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan pelampung
yang bergerak naik turun didalamnya karena adanya tekanan air. Gerakan antara
pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang diubah menjadi energi
listrik. Oscillating water column systems menggunakan gelombang untuk menekan udara
diantara kontainer. Ketika gelombang masuk ke dalam kolom kontainer berakibat kolom
air terangkat dan jatuh lagi sehingga terjadi perubahan tekanan udara. Sirkulasi yang
terjadi mengaktifkan turbin sebagai hasil perbedaan tekanan yang ada. Beberapa sistem
ini berfungsi juga sebagai tempat pemecah gelombang „breakwater‟ seperti di pantai
Limpit, Scotlandia dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW.
Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit Cockerell, tabung tegak
Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda.
Sebuah tabung beton dipasang pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan
ujungnya dipasang dibawah permukaan air laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke
pantai, air di dalam tabung beton itu akan mendorong udara yang terdapat di bagian tabung
yang terletak di darat. Pada saat ombak surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam
tabung tadi. Gerakan udara yang bolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar
turbin yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Sebuah alat khusus dipasang
pada turbin itu supaya turbin hanya berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam
tabung beton itu silih berganti.
Kolom Air Bergerak kesana kemari ( Owc): Kolom Air yang bergerak kesana
kemari dan diteliti yang dikembangkan dari semua alat garis pantai. Kolom Air bergerak
kesana kemari menggunakan suatu struktur yang secara parsial menyelam untuk
memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik meliputi suatu gelombang samudra. Untuk
membangun OWC yang diperlukan adalah suatu perhatian utama sebab keseluruhan lokasi
harus " kering". Suatu dinding penghalang pada umumnya dibangun pada atas/sisi samudra
area konstruksi. Walaupun alat ini adalah lebih mudah untuk mengakses dibanding
generator lepas pantai ongkos bangunan suatu dinding penghalang adalah penting. Bagian
yang atas struktur adalah berongga dengan suatu pelabuhan pada bagian belakang
turbine/generator baik ( gambar 1). Dinding Medan meluas ke dalam air dan perlu untuk
secara penuh menyelam terus menerus. Dalam kaitan dengan keperluan ini fluktuasi yang
pasang surut harus dibandingkan secara relatif kecil kepada ukuran struktur [itu].
Asumsikan garis yang merah membujuk untuk terus gambar 1 adalah permukaan
air diwakili. Jika ini adalah kasus, ketika gelombang yang datang/berikutnya menyalurkan
ke dalam struktur, sebagian dari airflow akan lepas kebalikan arah gelombang sebab akan
tidak ada " segel" memaksa angkasa sampai pelabuhan pada atas dinding belakang struktur
. Seperti itu, fluktuasi yang pasang surut harus tidak menetes jatuh di bawah tepi alas
dinding medan dalam rangka memelihara parameter operasional. Ketika gelombang
mendekati, itu menyebabkan udara untuk memaksa supaya ruang/daerah dan ke luar dari
pelabuhan, dekat dinding belakang. Ketika gelombang mundur arah kebalikan, udara
ditarik dari pelabuhan pada dinding belakang sampai turbin dan ke luar dekat pintu masuk
dinding medan. Turbin baik dengan sendirinya adalah terobosan yang utama di dalam
implementasi OWC , pemanfaatan dua cara perputaran generator searah. Walaupun OWC
mempunyai potensi maha besar ketika diterapkan dengan energi samudra mempunyai
beberapa kelemahan. Awal ongkos dinding penghalang dan lampiran adalah sangat tinggi
sebab kebanyakan penempatan adalah jalan masuk ke alat berat. Pada umumnya pantai
lokasi sukar untuk diperoleh, tergantung pada penetapan wilayah. Lagipula lokasi karang
ini adalah pantas untuk penempatan berbagai jenis hidup samudra dan kadang-kadang yang
dilindungi di depan hukum. Seperti tersebut sebelumnya, masalah utama dengan OWC
sedang memanfaatkan bi-directional arus udara itu menyajikan. Penggunaan suatu
Mekanik Turbin menggabungkan dengan suatu generator induksi adalah bentuk wujud
khas dari suatu OWC.
Turbin baik :
Salah satu permasalahan yang paling besar yang menyertakan generasi tenaga
gelombang adalah fakta keadaan laut yang sederhana adalah suatu unsur yang sangat
bersifat menghancurkan, terutama ketika dalam hubungan dengan bagian mekanis untuk
menentukan jangka waktu. Ini telah dipecahkan di dalam disain OWC dengan penggunaan
udara dipaksa sebagai ganti seawater untuk memutar generator. Masalah yang berikutnya
ditemui yaitu usaha untuk menggunakan kedua arus udara yang disajikan oleh OWC.
Turbin baik telah dirancang oleh Alan Well pada tahun 1980. Pumpun primernya adalah
untuk kembangkan suatu turbin yang bisa menerima dua jalan/cara searah yang mengalir
hanya memutar satu arah, dengan mengabaikan arah air atau airflow. Seperti ditunjukkan
gambar 2-b, perancangan mata pisau diri mereka adalah inovasi turbin baik.
Mata pisau adalah serupa untuk suatu kerjang udara kalau tidak mereka adalah
simetris tentang poros yang horisontal, yang secara khas kerjang udara adalah berbentuk
lonjong dalam keadaan dan tidak simetris. Suatu kerjang udara hanya menggunakan dan
mengangkat kekuatan menyajikan, sedang turbin baik menggunakan itu untuk
mengangkat dan kakas seret untuk memperoleh suatu yang self-rectifing yang searah
perputaran generator. Ketika angkasa pindah ke hal positif atau hal negatif yang arah mata
pisau berputar ke arah yang sama ( gambar 2-a).
Kelemahan pada jenis ini adalah kerugian aerodinamika yang terjadi. Kebanyakan
turbin beroperasi pada 85% dan di atas untuk efisiensi tetapi turbin baik hanya beroperasi
pada 80% efisiensi . Lagipula ketika ukuran ombak adalah yang terlalu kecil turbin benar-
benar melepaskan tenaga generator untuk tinggal pada beroperasi kecepatan. Selama
kondisi-kondisi badai ketika angkasa percepatan menjadi ekstrim dan pergolakan
kembangkan di sekitar mata pisau dan efisiensi secara dramatis berkurang. Pada intinya
beroperasi toleransi untuk kondisi-kondisi gelombang adalah sangat sempit.
TAPCHAN:
TAPCHAN adalah suatu singkatan untuk saluran yang diruncingkan dan telah
dirancang dan diterapkan oleh peneliti orang Norwegia pada tahun 1985 . Lokasi yang
menghadap samudra dan dikelilingi oleh dinding beton tinggi adalah suatu bentuk setengah
bola pada sisi masing-masing ( gambar 3 ). Air masuk kepada struktur adalah suatu
nilai/kelas sedikit [sebagai/ketika] didekati dari pantai dengan suatu reservoir pada sisi
yang jauh. Saluran yang sangat lebar/luas terdekat ke laut dan meruncingkan bagi suatu
lebar lebih kecil ketika mendekati reservoir.
Ketika reservoir mengisi air yang mendesak ke arah saluran reservoir, yaitu suatu turbin
yang memondokkan. Turbin Pemintalan menghasilkan listrik, yang mana adalah sangat
serupa dengan suatu pembangkit tenaga listrik listrik tenaga air. Susunan ini memerlukan
yang sempurna rata-rata tenaga getaran dalam rangka mempunyai cukup kekuatan untuk
mendorong kebanyakan dari air ke dalam reservoir. Lagipula perubahan yang pasang surut
dapat tidak ada lagi 1m dari tinggi ke air surut untuk memastikan bahwa korset reservoir
itu penuh.
Potensi.Daya
Untuk memprediksi daya yang dapat dibangkitkan di pantai dilakukan dengan
memanfaatkan data angin. Angin yang bertiup dipermukaan laut merupakan faktor utama
penyebab timbulnya gelombang laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan
memindahkan energinya ke air. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus,
semakin besar gelombang yang terbentuk. Menurut teori Sverdrup, Munk dan Bretchneider
(SMB) kecepatan angin minimum yang dapat membangkitkan gelombang adalah sekitar
10 knot atau setara dengan 5 m/det. Untuk mengkonversi tinggi dan perioda gelombang
digunakan persamaan gelombang untuk perairan dangkal (CERC,1984). Persamaan yang
digunakan adalah:
Kekurangan:
Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya; dan
pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari
bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan
(kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan
daripada pembangkit listrik bertenaga ombak. Namun demikian, menurut situs
darvill.clara.net, hanya terdapat sekitar 20 tempat di dunia yang telah diidentifikasi sebagai
tempat yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik bertenaga pasang surut ombak.
Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut:
Gambar 4. Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil
memutar turbin.
1. Dam Pasang Surut (tidal barrages)
Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara hidro-elektrik yang terdapat di
dam/waduk penampungan air sungai. Hanya saja, dam yang dibangun untuk
memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar daripada dam air sungai pada
umumnya. Dam ini biasanya dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air
sungai dengan air laut. Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut), air
mengalir melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya ombak
dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin (Lihat gambar 3 dan 4).
Keteranagan:
a. Gambar atas menampilkan aliran air dari kiri ke kanan.
b. Gambar sebelah kiri bawah menampilkan proyek dam ketika masih
dalam masa konstruksi.
c. Gambar kanan menampilkan proses perakitan turbin dan baling-balingnya.
Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat di muara
sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1966
dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance didesain dengan teknologi canggih dan
beroperasi secara otomatis, sehingga hanya membutuhkan dua orang saja untuk
pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari. PLTPs terbesar kedua di dunia terletak di
Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan kapasitas “hanya” 16 MW.
Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga pasang surut adalah mereka
hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk (pasang) ataupun
mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih 10 jam per harinya.
Namun, karena waktu operasinya dapat diperkirakan, maka ketika PLTPs tidak aktif, dapat
digunakan pembangkit listrik lainnya untuk sementara waktu hingga terjadi pasang surut
lagi.
2. Turbin lepas pantai (offshore turbines)
Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai
pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya dibandingkan metode
pertama yaitu: lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil
daripada pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat
dipasang di lebih banyak tempat.
Teknologi MCT bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang dibenamkan
di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20 meter memutar rotor yang
menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gearbox). Kedua baling
tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal dari sebuah batang
silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500
kW per unitnya, dan dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang
pembangkit listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat
ini, kecepatan rotor diatur antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-
baling kapal laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya).
Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain Swan Turbines
memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung terhubung dengan
generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan kedua yaitu, daripada melakukan
pemboran turbin ke dasar laut ST menggunakan pemberat secara gravitasi (berupa balok
beton) untuk menahan turbin tetap di dasar laut.
Adapun satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis Hydro Turbines milik Blue
Energy adalah poros baling-balingnya yang vertikal (vertical-axis turbines). Turbin ini juga
dipasangkan di dasar laut menggunakan beton dan dapat disusun dalam satu baris
bertumpuk membentuk pagar pasang surut (tidal fence) untuk mencukupi kebutuhan listrik
dalam skala besar.
Berikut ini disajikan secara ringkas kelebihan dan kekurangan dari pembangkit
listrik tenaga pasang surut:
Kelebihan:
a. Sebuah dam yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan yang
sangat mahal, dan meliputi area yang sangat luas sehingga merubah ekosistem
lingkungan baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-kilometer.
Hanya dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika ombak bergerak
masuk ataupun keluar.
Ide pemanfaatan energi dari laut yang terakhir bersumber dari adanya perbedaan
temperatur di dalam laut. Jika anda pernah berenang di laut dan menyelam ke bawah
permukaannya, anda tentu menyadari bahwa semakin dalam di bawah permukaan, airnya
akan semakin dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar
matahari diserap sebagian oleh permukaan laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur
akan turun dengan cukup drastis. Inilah sebabnya mengapa penyelam menggunakan
pakaian khusus selam ketika menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat
menangkap panas tubuh sehingga menjaga mereka tetap hangat.
Berdasarkan siklus yang digunakan, OTEC dapat dibedakan menjadi tiga macam:
siklus tertutup, siklus terbuka, dan siklus gabungan (hybrid). Pada alat OTEC dengan
siklus tertutup, air laut permukaan yang hangat dimasukkan ke dalam alat penukar panas
untuk menguapkan fluida yang mudah menguap seperti misalnya amonia. Uap amonia
akan memutar turbin yang menggerakkan generator. Uap amonia keluaran turbin
selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan dikembalikan untuk
diuapkan kembali (Lihat gambar 7). Pada siklus terbuka, air laut permukaan yang hangat
langsung diuapkan pada ruang khusus bertekanan rendah. Kukus yang dihasilkan
digunakan sebagai fluida penggerak turbin bertekanan rendah. Kukus keluaran turbin
selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan sebagai hasilnya diperoleh
air desalinasi. Pada siklus gabungan, air laut yang hangat masuk ke dalam ruang vakum
untuk diuapkan dalam sekejap (flash-evaporated) menjadi kukus (seperti siklus terbuka).
Kukus tersebut kemudian menguapkan fluida kerja yang memutar turbin (seperti siklus
tertutup). Selanjutnya kukus kembali dikondensasi menjadi air desalinasi.
Fluida kerja yang populer digunakan adalah amonia karena tersedia dalam jumlah
besar, murah, dan mudah ditransportasikan. Namun, amonia beracun dan mudah terbakar.
Senyawa seperti CFC dan HCFC juga merupakan pilihan yang baik, sayangnya
menimbulkan efek penipisan lapisan ozon. Hidrokarbon juga dapat digunakan, akan tetapi
menjadi tidak ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing dengan pemanfaatan
hidrokarbon secara langsung. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah ukuran
pembangkit listrik OTEC bergantung pada tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan.
Semakin tinggi tekanan uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas
yang dibutuhkan, sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas bertambah untuk
menahan tingginya tekanan terutama pada bagian evaporator.
Kelebihan:
Kekurangan:
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik
Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada
saat pasang purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus
akan berkurang kira-kira setengah dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya
instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut
dirancang dengan kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil,
dan dirancang untuk bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka
kekurangan ini dapat diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang
terakhir ini merupakan tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem
turbin, sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus
selama lebih kurang lima tahun.
Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi
ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi
terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara
sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan
dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang
kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan
adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan
dapat diperkirakan. Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan
pernah habis dan tidak menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya. Di samping nilai
ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat memberikan keuntungan di
bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak menimbulkan polusi
suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan ruang kepada
kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang di sepanjang jangkar yang
ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus seperti ini biasanya lebih menguntungkan karena
ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul.
BAB IV
KESIMPULAN
http://www.beritanet.com/Technology/ombak-pembangkit-tenaga-listrik.html
http://kontaktuhan.org/news/news182/ga_41.htm
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1125749769
http://agusset.wordpress.com/2006/01/05/energi-dari-laut/
http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=2232
http://geton.nedw.org/pembangkit-listrik-tenaga-ombak/gerakan-tolak-nuklir/
http://portal.djlpe.esdm.go.id/modules/news/index.php?_act=detail&sub=news_m
edia&news_id=839
http://www.indomedia.com/intisari/2001/Sept/khas_infotekno_pompa.htm
http://www.energiterbarukan.net/index.php?option=com_content&task=view&id=79&Ite
mid=80 http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?
artikel&1103304274&8
http://www.energiportal.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=37&artid=73
1
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1994/11/16/0008.html
http://www.hupelita.com/baca.php?id=28372