Artinya: “Maka hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar (kalimat) yang semisal Al-
Qur’an itu, jika mereka orang-orang yang benar” (QS. At-Thur: 34).[2]
Secara terminologis, hadits ini dirumuskan dalam pengertian yang berbeda-beda
diantara para muhadditsin dan ahli ushul.mereka berbeda-beda pendapatnya dalam
menta’rifkan Al-hadits. Perbedaan tersebut disebabkan karena terpengaruh oleh terbatas dan
luasnya objek peninjauan mereka masing-masing, yang tentu saja mengandung
kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya.[3]
Ibnu Manzhur berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata Al-Hadits, jamaknya: Al-
Ahadits, Al-Haditsan dan Al-Hudtsan. Ada juga sebagian Ulama yang menyatakan, bahwa
ahadits bukan jamak dari haditsyang bermakna khobar, tetapi meruppakan isim
jamak.Mufrad ahadits yang sebenarnya, adalah uhdutsah, yang bermakna suatu berita yang
dibahas dan sampai dari seseorang ke seseorang.(Hasbi Ashidiqi, sejarah pengantar ilmu
hadits : 2)
Menurut istilah ahli ushul fiqih, pengertian hadits ialah:
كل ماصدر عن النبي صلى هللا عليه وسلم غيرالقرأن الكريم من قول او فعل
اوتقرير مما يصله ان يكون دليال لحكم شرع
“Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-Qur’an al-Karim,
baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan dengan
hukum syara”.
Sedangkan Ulama Hadits mendefinisikan Hadits sebagai berikut:
كل ما أثرعن النبي صلى هللا عليه وسلم من قول او فعل اوتقرير اوصفة خلقية او
خلقية
“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-
sifat maupun hal ihwal Nabi”.[4]
Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW
yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran dan kebiasaan-kebiasaan.
Kedua hadits tersebut di atas menyatakan bahwa unsur Hadits itu terdiri dari tiga
unsur yang ketiga unsur ini hanya bersumber dari Nabi Muhammad, ketiga unsur itu adalah:
a. Perkataan. Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad ialah sesuatu yang pernah
dikatakan oleh beliau dalam berbagai bidang.
b. Perbuatan. Perkataan Nabi merupakan suatu cara yang praktis dalam menjelaskan peraturan
atau hukum syara’. Contohnya cara Sholat.
c. Taqrir. Arti taqrir adalah keadaan beliau mendiamkam, tidak menyanggah atau menyetujui
apa yang dilakukan para sahabat.
Sementara kalangan ulama ada yang menyatakan bahwa apa yang dikatakan hadits itu
bukan hanya yang berasal dari Nabi SAW, namun yang berasal dari sahabat dan tabi’in
disebut juga hadits. Sebagai buktinya, telah dikenal adanya istilah hadits marfu’, yaitu hadits
yang dinisbahkan kepada Nabi SAW, hadits mauquf, yaitu hadits yang dinisbahkan pada
shahabat dan hadits maqtu’ yaitu hadits yang dinisbahkan kepada tabi’in.Jumhur Al-
Muhadditsin berpendapat bahwa pengertian hadits merupakan pengertian yang terbatas
sebagai berikut: “Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa
perkataan, perbuatan, penyataan (taqrir) dan sebagainya”
Sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Mahfuzh Al-Tirmizi, yaitu:
أن الحديث اليحتث بالمرفوع اليه صلى هللا عليه وسلم بل جاء بلموقوف وهو ما
أضيف الى الصحابى والمقطوع وهو ما أضيف للتبعي
Artinya: “Bahwasanya hadits itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’ yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang mauquf,yang
disandarkan kepada sahabat dn yang maqtu, yaitu yang disandarkan kepada tabi’in” Munzier
Suparta (2001:3)
Berdasarkan pengertian hadits diatas maka kami menyimpulkan bahwa hadits adalah
segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan
yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada
manusia. Selain itu tidak bisa dikatakan hadits karena ahli ushul membedakan diri Nabi
Muhammad dengan manusia biasa. Yang dikatakan hadits adalah sesuatu yang berkaitan
dengan misi dan ajaran Allah yang diemban oleh Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Ini
pun, menurut mereka harus berupa ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Sedangkan
kebiasaan-kebiasaan, tata cara berpakaian dan sejenisnya merupakan kebiasaan manusia dan
sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai hadits. Dengan demikian, pengertian
hadits menurut ahli ushul lebih sempit dibanding dengan hadits menurut ahli hadits.[5]
Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif) dengan kata hadits
seperti: sunnah, khabar, dan atsar.
2. Definisi As-Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti
“Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.
Adapun menurut istilah, ta’rif Sunnah antara lain sebagaimana dikemukakan
oleh Muhammad ajaj al-khathib:
3. Khabar
Secara etimologis khabar berasal dari kata :khabar, yang berarti ‘berita’.Adapun
secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat dalam menyikapi lafadz
tersebut.sebagaimana mereka berpendapat adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi
tidak demikian.Karena Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari
sahabat atau berita dari tabi’in.[9]
Sementara Khabar menurut ahli Hadits, yaitu : “Segala sesuatu yang disandarkan atau
berasal dari Nabi SAW atau dari yang selain Nabi SAW”. [10]
Ulama lain mengatakan Khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi SAW,
sedang yang datang dari Nabi SAW disebut Hadits. Ada juga ynag mengatakan bahwa Hadits
lebih umum dan lebih luas daripada Khabar, sehingga tiap Hadits dapat dikatakan Khabar,
tetapi tidak setiap Khabar dikatakan Hadits.[11]Karena itu, sebagian ulama berpendapat
bahwa Khabar itu menyangkut segala sesuatu yang datang dari selain Nabi SAW. Sedangkan
Hadits khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW.[12]
4. Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu dan berarti pula nukilan
(yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan / berasal dari Nabi SAW. Dinamkan doa
maksur.[13]
Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat diantara pendapat para
ulama. Sedangkan menurut istilah:
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Definisi Al-Hadits
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal dari bahasa Arab
“al-hadist” yang berarti baru, berita. Ditinjau dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti,
dintaranya:
a.al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama)
b. dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id)
c.warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan dari sesorang kepada orang
lain.
Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif) dengan kata hadits seperti:
sunnah, khabar, dan atsar.
2. Definisi As-Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti
3. Khabar
Secara etimologis khabar berasal dari kata :khabar, yang berarti ‘berita’.Adapun
secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat dalam menyikapi lafadz
tersebut.sebagaimana mereka berpendapat adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi
tidak demikian. Karena Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari
sahabat atau berita dari tabi’in.
4. Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu dan berarti pula nukilan
(yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan / berasal dari Nabi SAW. Dinamakan doa
maksur.
B. Kriteria al-hadits
Adapun kriteria hadits dibagi menjadi tiga yaitu: sanat, matan, rawi.
C. Kedudukan dan fungsi al- hadits
Hadits Nabi SAW. Merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktek atau
penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Demikian ini mengingat bahwa pribadi
Rasulullah merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta
ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun kedudukan hadits terhadap Al-Qur’an, sedikitnya mempunya tiga fungsi pokok
yaitu:
1. Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an (sebagai
bayan taqrir).
2. Memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih bersifat mujmal dan bersifat mutlak
(bayan tafsir).
3. Menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak didapati( diterangkan di dalam Al-Qur’an),
misalnya dalam masalah perkawinan (nikah).