Anda di halaman 1dari 53

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA

DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN


TEMANGGUNG PERIODE 2016-2020
(STUDI KASUS PADA PBKPAD KABUPATEN TEMANGGUNG)

LAPORAN TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :
NANDA YULIAN NUGRAHENI
5170111123

FAKULTAS BISNIS & HUMANIORA


UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era reformasi sekarang ini keseimbangan pendapatan dan biaya

sangat dibutuhkan untuk pembangunan daerah agar lebih maju dan

berkembang. Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah

daerah untuk mengatur terkait dengan kewenangan dari daerah masing-

masing untuk tujuan perkembangan dalam penyelenggaraan yang dilakukan

dari daerah untuk masyarakat yang tinggal. Di dalam pelaksanaan

pembangunan daerah perlu adanya keseimbangan hubungan yang

proposional antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk

memaksimalkan hasil yang dicapai. Tetapi, pada kenyataan masih terdapat

kendala untuk mengoptimalkan pembangunan daerah. Terbatasnya sumber

pembiayaan dari Pendapatan Asli Daerah merupakan faktor terbesar.

Sebagaian besar daerah dan kota tidak mampu memenuhi Belanja Daerah

dari sumber Pendapatan Asli Daerah, sehingga mengakibatkan

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian

dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan,

ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintah daerah sehingga

perlu diganti dan berubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

memberlakukan Otonomi Daerah adalah hak, serta kewenangan dan

1
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus dari masing-masing

daerah dengan tujuan untuk kepentingan dari masyarakat daerah itu sendiri

dan sesuai dengan peraturan perundang-undang yang diberlakukan.

Pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah

berlaku efektif pada tanggal 02 Oktober 2014 untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing

daerah dengan memperhatikan prinsip demokratis dan memenuhi aspek

desentralisasi. Desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan memperhatikan

aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar

daerah, potensi dan keanekaragaman daerah serta peluang dan tantangan

persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintah

negara. Pada pasal 283 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengatakan

bahwa pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah sebagai akibat dari penyerahan Urusan Pemerintahan.

Menurut Mahmudi (2019:2) menyatakan bahwa terkait dengan tugas

dalam menegakkan akuntabilitas kinerja keuangan, Pemerintah Daerah

memiliki tanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada

pemangku kepentingan. Terdapat dua alasan utama mengapa Pemerintah

Daerah perlu mempublikasikan laporan keuangan, yaitu:

2
1. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian

dan evaluasi kinerja bagi Pemerintah Daerah secara keseluruhan

maupun unit-unit kinerja di dalamnya (Satuan Kerja Perangkat Daerah).

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban internal

(internal accountability), yaitu pertanggungjawaban Kepala Satuan

Kerja kepada Kepala Daerah, Kepala Daerah kepada pegawai pemda-

pemda dan DPRD.

2. Dilihat dari sisi pemakaian eksternal, laporan keuangan Pemerintah

Daerah merupakan bentuk pertanggungjawaban eksternal (external

accountability), yaitu pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada

masyarakat, investor, kreditor, lembaga donor, pers, serta pihak-pihak

lain yang berkepentingan dengan laporan tersebut sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik.

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 285 menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah terdiri atas:

(1) Pajak daerah, (2) Retribusi daerah, (3) Hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan (4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Sari (2016) setelah penerapan otonomi daerah, pemerintah

daerah termasuk Kabupaten Temanggung dituntut agar lebih bisa mengelola

keuanganya secara mandiri dan mencari sumber-sumber pendanaan

bedasarkan potensi keuangan daerah. Oleh karena itu, suatu daerah harus

dapat mencari sumber pendapatan sendiri karena indikator otonomi suatu

3
daerah terletak pada ukurannya kontribusi daerah terhadap pendapatan asli

daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipilih agar penulis dapat mengetahui

apakah Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah sudah berkontribusi

dalam pemerintahan daerah di Kabupaten Temanggung. Berkaitan dengan

permasalahan ini, penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah Pemerintah

Kabupaten Temanggung periode 2016-2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang sudah diuraikan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Kontribusi

Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah di Kabupaten Temanggung?”

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini hanya fokus untuk menganalisis kontribusi

Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah di BPKPAD Kabupaten

Temanggung dengan:

1. Periode dalam penelitian yaitu tahun 2016-2020.

2. Terkait dalam penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli

Daerah dan Belanja Daerah

D. Tujuan

Penulisan laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah pada BPKPAD

Kabupaten Temanggung tahun 2016-2020

4
E. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Hasil dalam penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan dalam

menerapkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari pada saat

perkuliahan.

2. Bagi BPKPAD Kabupaten Temanggung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi agar Pemerintah Kabupaten Temanggung memahami

kontribusi pendapatan daerah dan belanja daerah, sehingga pemerintah

daerah lebih memperhatikan dan meningkatkan pendapatan daerah.

3. Bagi Pembaca

Penelitian tentang analisis kontribusi Pendapatan Asli Daerah dan

Belanja Daerah ini diharapkan dapat dijadikan untuk bahan referensi

dan acuan dalam mengerjakan penulisan tugas akhir dan menambah

pengetahuan serta pemahaman.

F. Outcome

Outcome dari penelitian ini yaitu sebagai referensi bagi Badan

Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten

Temanggung untuk memahami Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta

Belanja Daerah agar nantinya dapat meningkatkan penerimaan daerah serta

memeratakan penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah

5
(PAD) dan menjadikan Belanja Daerah sebagai belanja yang berkontribusi

dalam kemajuan pembangunan daerah dan dapat menjadi referensi

penelitian mengenai kontribusi Pendapatan Asli Daerah serta Belanja

Daerah khususnya pada organisasi pemerintah.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pasal 1, menyebutkan bahwa Otonomi Daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah

Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur

dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi daerah

seluas-luasnya, yang memiliki arti bahwa daerah diberikan kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi

urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah

memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan daerah dalam

memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan

memberdayakan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan

7
kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula

prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata

merupakan suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan

dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang nyata

telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai

dengan potensi dan kekhasan daerah.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

a) Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan

rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui

bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Menurut Halim (2012), pada era orde lama terdapat pula definisi

APBD yang dikemukakan oleh Wajong, 1962: 81, yaitu rencana pekerjaan

keuangan (financial workplan) yang dibuat untuk suatu jangka waktu

tertentu, ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan

eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan kebutuhan rumah

tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag)

penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk

menutup pengeluaran tadi. APBD adalah suatu anggaran daerah yang

memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

8
1) Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.

2) Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk

menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang

merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.

3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.

4) Periode anggaran, biasanya satu tahun.

Di dalam kegiatan suatu organisasi secara kecil ataupun besar serta

organisasi pemerintah yang sangat luas dan kompleks memerlukan alokasi

dana yang cukup memadai. Suatu hal tersebut diperlukan agar dapat

dilakukanya pembiayaan program dan kegiatan organisasi pemerintah

yang berkesinambungan. Pembiayaan yang berkesinambungan tersebut

dapat dialokasikan dalam kelompok pendanaan rutin yang terdapat dalam

APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), oleh sebab itu

pendanaan tersebut merupakan salah satu anggaran dalam APBD untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 11

Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah APBD itu sendiri

adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan

peraturan daerah dan meliputi masa satu tahun anggaran, mulai dari

tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Penyusunan APBD

merupakan hal yang sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi

daerah.

b) Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

9
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2020

dalam struktur APBD disebutkan bentuk dan susunan APBD terdiri dari 3

bagian yaitu:

1) Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah adalah pendapatan yang dianggarkan dalam

APBD dan meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas

umum daerah, yang memiliki sifat menambah ekuitas dana.

Pendapatan daerah dikelompokkan menjadi beberapa. Pendapatan

Asli Daerah (PAD) merupakan salah satunya. Pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dana

perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi

Umum (DAU) merupakan bagian dari dana perimbangan serta

wujud dari pelaksanaan desentralisasi yang dialokasikan yang

bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.

Pengalokasian DAU setiap daerah memiliki perbedaan tergantung

dari kebutuhan dan potensi daerahnya masing-masing. Selain itu,

Dana Alokasi Khusus (DAK) juga merupakan bagian dari dana

perimbangan yang dialokasikan ke Daerah tertentu dengan tujuan

untuk mendanai kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah

dan juga prioritas nasional.

10
2) Belanja Daerah

Belanja daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) belanja daerah adalah semua

pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi

ekuitas dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak

akn diperboleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.

3) Pembiayaan

Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, pembiayaan adalah

setiap penerimaan yang perlu dibayar Kembali atau pengeluaran

yang akan diterima Kembali, baik pada tahun anggaran

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya yang

dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk

menutup deficit atau memanfaatkan surplus anggaran.

3. Pendapatan Daerah

a) Pengertian Pendapatan Daerah

Berdasarkan Permendagri Nomor 77 Tahun 2020, pendapatan daerah

merupakan semua hak daerah yang diakui sebagaimana penambah nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran berkenaan. Pendapatan

daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, akun,

kelompok, jenis, objek dan rincian objek serta sub rincian objek

pendapatan daerah.

Pendapatan Daerah merupakan pendapatan yang dianggarkan dalam

APBD yang meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum

11
daerah, yang sifatnya menambah ekuitas dana. Pendapatan daerah

dikelompokkan menjadi beberapa. PAD adalah salah satunya yaitu

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b) Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Menurut (Mbembe, 2018) Sebagai pekerjaan manajemen pemerintah

daerah, diperlukan sumber pendapatan tetap untuk mendukung kelancaran

pembangunan daerah. Pendapatan daerah berperan dalam mendanai

belanja daerah, baik belanja harian maupun belanja pembangunan. Salah

satu dampak otonomi daerah adalah perlunya reformasi pengelolaan

keuangan daerah. Ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah yang perlu

direformasi meliputi pengelolaan pendapatan daerah dan pengelolaan

belanja daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 yang sekarang

sudah diperbaharui menjadi Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, pendapatan daerah merupakan uang yang masuk ke

kas daerah dan sumber-sumber pendapatan daerah, terdiri atas:

a) Pendapatan Asli Daerah

Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-

undang nomor 23 tahun 2014:

1. Pajak daerah;

12
2. Retribusi daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan;

4. Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah.

b) Pendapatan Transfer

Pendapatan Transfer terdiri dari :

Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:

1. Dana perimbangan;

2. Dana otonomi khusus;

3. Dana keistimewaan;

4. Dana Desa.

Transfer antar-Daerah terdiri atas:

1. pendapatan bagi hasil;

2. bantuan keuangan.

4. Pendapatan Asli Daerah

a) Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah disebut juga dengan PAD, menurut Undang-

Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa PAD adalah

pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah sesuai dengan perundang-undangan.

Pendapatan Asli Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah,

13
Retribusi Daerah, Hasil Peengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

Menurut (Halim, 2014) Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu

komponen sumber penerimaan daerah selain penerimaan dana transfer dan

lain-lain pendapatan yang sah. (Ismanthono 2003), Pendapatan Asli

Daerah adalah keuangan daerah yang berasal dari potensi daerah sendiri

dan bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan daerah,

dinas daerah, dan lain-lain usaha yang sah. PAD yang meningkat setiap

tahun mengindikasikan daerah tersebut mampu membangun secara

mandiri tanpa tergantung dana pusat.

Dari berbagai pendapat teori Pendapatan Asli Daerah diatas bisa

disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah

yang bersumber dari daerah itu sendiri yang berupa dana dan

pemerolehannya dikelola oleh pemerintah daerah dan diatur oleh

perundang-undangan untuk mewujudkan asas desentralisasi.

Pendapatan ini sering kali dijadikan sebagai indikator dalam

menentukan tingkat kemajuan disuatu daerah. Daerah yang dianggap maju

ialah daerah yang mempunyai Pendapatan Asli Daerah yang tinggi. Hal ini

dapat dimengerti karena dengan semakin besarnya Pendapatan Asli Daerah

maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat

dalam hal APBD akan semakin berkurang. Meskipun begitu, pemerintah

14
daerah dilarang untuk memungut biaya kepada masyarakat yang dapat

mengakibatkan tingginya biaya perekonomian di daerah setempat yang

akhirnya akan kurang mendukungnya dalam investasi/ dunia usaha. Selain

itu, pemerintah daerah juga dilarang untuk menetapkan peraturan daerah

yang dapat menghambat mobilitas penduduk.

b) Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Dalam upayanya untuk memperbesar peran pemerintah daerah dalam

pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam

membiayai kegiatan operasional pemerintahannya. Berdasarkan hal diatas,

dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak dapat dipisahkan

dengan belanja modal, karena adanya saling keterkaitan satu sama lain dan

merupakan satu alokasi anggaran yang disusun dan dibuat guna

melancarkan pemerintahan daerah.

Dalam pasal 285 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pendapatan

Asli Daerah meliputi :

1) Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut

Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pasal

2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 jenis Pajak rovinsi terdiri atas:

15
a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan;

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2) Retribusi Daerah

Menurut (Mahmudi ,2010) Retribusi Daerah adalah pungutan

yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas

pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah. Dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut

16
Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan

besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-

masing untuk melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di

daerahnya. Semakin efesien pengelolaan pelayanan publik di suatu

daerah, maka semakin kecil tarif retribusi yang dikenakan. Jadi

sesungguhnya dalam hal pemungutan iuran retribusi itu dianut asas

manfaat (benefit prinsiples). Dalam asas ini besarnya pungutan

ditentukan berdasarkan manfaat yang diterima oleh si penerima

manfaat dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Namun yang

menjadi persoalannya ialah dalam menentukan berapa besar manfaat

yang diterima oleh orang yang membayar retribusi tersebut dan

menentukan berapa besar pungutan yang harus dibayarnya.

Untuk menilai manfaat harus ditempuh melalui beberapa langkah,


yaitu:
a) Diidentifikasi manfaat fisik yang dapat diukur besarny

b) Diterapkan nilai rupiahnya dengan cara menggunakan harga

pasar, atau harga barang pengganti, atau dengan mengadakan

survey tentang ketersediaanmembayar.

Oleh karena itu, Pemerintah merasa perlu untuk

mengklarifikasikan berbagai jenis pungutan itu atas dasar kriteria

tertentu agar memudahkan prinsip-prinsip dasar pungutan retribusi

17
sehingga mencerminkan hubungan yang jelas antara tarif retribusi

dengan pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Retribusi daerah terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu:

a) Retribusi jasa umum

b) Retribusi jasa usaha

c) Retribusi perizinan tertentu

Retribusi daerah yang pertama ialah Jasa umum merupakan jasa

yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan masyarakat umum. Bentuk jasa umum

yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah daerah kepada

masyarakat umum diwujudkan dalam jasa pelayanan. Dengan

demikian, retribusi jasa umum adalah retribusi yang dikenakan terhadap

orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan

jasa umum yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipsahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang meliputi :

a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN.

c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta

atau kelompok usaha masyarakat.

18
4) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 295

Lain-lain pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 285 ayat (1) huruf c merupakan seluruh pendapatan Daerah

selain pendapatan asli Daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi

hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Hibah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang

berasal dari Pemerintah Pusat, Daerah yang lain, masyarakat, dan

badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang bertujuan untuk

menunjang peningkatan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah.

5. Belanja Daerah

a) Pengertian Belanja Daerah

Menurut Priyo (2009:4), belanja daerah pada dasarnya merupakan

fungsi dari penerimaan daerah. Belanja merupakan variabel terikat yang

besarannya akan sangat bergantung pada sumbersumber pembiayaan

daerah, baik yang berasal dari penerimaansendiri maupun dari transfer

pemerintah pusat. Sehingga dalam pengukurannya jika terdapat hubungan

negatif antara variabelvariabel pendapatan dengan variabel belanja, maka

terdapat ilusi fiskal.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pasal 1, Belanja Daerah adalah semua kewajiban

19
Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam

periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP) menjelaskan bahwa belanja daerah yaitu

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang

sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih

dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran

untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah

masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

1. Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan

program dan kegiatan Pemerintah Daerah memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

a. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai adalah belanja untuk honorarium/ upah

dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah

Daerah.

b. Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa adalah belanja untuk

pembelian atau pengadaan barang yang nilai

manfaatnya kurang dari 12 bulan atau pemakaian jasa

dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah

Daerah, mencakup belanja barang habis pakai, bahan/

20
material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan

kendaraan bermotor, cetak/ penggandaan, sewa rumah/

gedung/ gudang/ parkir, sewa sarana mobilitas, sewa

alat berat, sewa perlengkapan dan atributnya, pakaian

kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan

dinas, perjalanan dinas pindah tugas, dan pemulangan

pegawai.

c. Belanja Modal

Belanja Modal adalah belanja untuk pembelian atau

pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

memiliki nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk

digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam

bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap

lainnya.

2. Belanja Tidak Langsung

Penganggaran dari belanja tidak langsung perlu memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya

yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang

21
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

b. Belanja Bunga

Belanja Bunga adalah belanja untuk pembayaran bunga

utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang

(Principal Outstanding) berdasarkan perjanjian

pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.

c. Belanja Subsidi

Belanja Subsidi adalah belanja yang digunakan untuk

bantuan biaya produksi kepada perusahaan/ lembaga

tertentu agar harga jual produksi/ jasa yang dihasilkan

dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

d. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Belanja Hibah adalah belanja untuk pemberian hibah

dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada Pemerintah

atau Pemerintah Daerah lainnya, dan kelompok

masyarakat/ perorangan yang secara spesifik telah

ditetapkan peruntukannya. Belanja Bantuan Sosial

merupakan belanja untuk pemberian bantuan dalam

bentuk uang dan/ atau barang kepada masyarakat yang

bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

e. Belanja Bagi Hasil Pajak

22
Belanja Bagi Hasil Pajak adalah belanja untuk dana bagi

hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada

kabupaten/ kota atau pendapatan kabupaten/ kota

kepada Pemerintah Desa atau pendapatan Pemerintah

Daerah tertentu kepada Pemerintah Daerah lainnya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

f. Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Bantuan Keuangan adalah belanja untuk

bantuan keuangan yang memiliki sifat umum atau

khusus dari provinsi kepada kabupaten/ kota,

Pemerintah Desa, dan kepada Pemerintah Daerah

lainnya dalam rangka pemerataan dan/ atau peningkatan

kemampuan keuangan.

g. Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga adalah belanja untuk kegiatan

yang memiliki sifat tidak biasa atau tidak diharapkan

berulang seperti penanggulangan bencana alam dan

bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,

termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan

daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

b) Klasifikasi Belanja Daerah

Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010 belanja daerah adalah

semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi

23
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang

tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Berdasarkan SAP (PP No. 71 Tahun 2010), belanja diklasifikasikan

menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) dan fungsi. Penjelasan lebih

lanjut untuk setiap klasifikasi diuraikan sebagai berikut:

1. Klasifikasi Ekonomi

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang

didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas,

klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai,

belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan

sosial, dan belanja lain–lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah

daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,

bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan tak terduga.

2. Klasifikasi menurut Organisasi Publik

Klasifikasi menurut organisasi publik yaitu klasifikasi berdasarkan

unit organisasi pengguna anggaran.Hal ini berarti bahwa belanja

daerah disusun berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang

bertindak sebagai pusat pertanggungjawaban uang/barang.

3. Klasifikai Fungsi

24
Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada

fungsi–fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

6. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 2 tentang Laporan Realisasi

Anggara (LRA), LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja,

transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing

diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi dalam satu periode.

Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas

dan ketaatan entitas laporan terhadap anggaran dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan

penggunaan sumber daya ekonomi.

b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara

menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas pengguna

anggaran.

LRA dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan

tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:

a. Telahdilaksanakan secara efisien, efektif, dan kemat.

b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggaran (APBN/APBD)

25
c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Analisis Laporan Keuangan

Fungsi utama laporan keuangan pemerintah daerah adalah

memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

sebagai dasar pengambilan keputusan. Berdasarkan tujuan tersebut, terdapat

permasalahanyang muncul bahwa tidak semua pengguna laporan keuangan

memahami akuntansi dengan baik, sementara mereka akan mengandalkan

informasi keuangan itu untuk membuat keputusan. Dengan demikian, perlu

adanya analisis laporan keuangan untuk membantu mengatasi

ketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan

tersebut. Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak

informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Untuk menganalisis

laporan keuangan, maka diperlukan penguasaan terhadap:

1) Cara menyusun laporan keuangan atau proses akuntansi;

2) Konsep, sifat, karakteristik laporan keuangan atau akuntansi;

3) Teknik analisis;

4) Segmen, dan sifat bisnis itu sendiri, serta situasi lingkungan

ekonomi baik internasional maupun nasional.

B. Penelitian Terdahulu

Dibawah ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

26
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama / Judul Metode Hasil Penelitian
Tahun
1. Elisabeth Analisis Analisis Kontribusi Pendapatan Asli
Mbembe Kontribusi Deskriptif Daerah Kabupaten Sleman
(2018) Pendapatan Asli dari tahun 2012 sampai dengan
Daerah 2016 mengalami peningkatan
Terhadap walaupun tidak besar.
Pendapatan Penerimaan dari Pendapatan
Daerah (Studi Asli Daerah dengan komponen
Kasus di pajak daerah cukup meningkat
Pemerintah setiap tahunnya dan dari hal
Kabupaten tersebut memberikan
Sleman) peningkatan kontribusi yang
baik terhadal penerimaan
PAD.
2. Ekka Analisis Analisis Dalam analisis kontribusi PAD
Kurnia Sari Kontribusi Deskriptif terhadap Belanja Daerah
(2016) Pendapatan Asli Kualitatif dalam tahun 2011 sampai
Daerah dengan 2014 dinilai memiliki
Terhadap kemampuan sangat baik dalam
Belanja Daerah membiayai kebutuhuan belanja
Pemerintah daerah. Terdapat peningkatan
Kota Surabaya dari tahun ke tahun. Dari hasil
Periode 2011- tersebut da[at disimpulkan
2014 bahwa Pemerintah Kota
Surabaya semakin
meningkatkan upaya dalam
pemenuhan kebutuhan Belanja
Daerahnya.
3. Gebriany Analisis Analisis Persentase kontribusi PAD
Pirade Kemampuan Deskriptif terhadap pembiayaan APBD
Wenur Pendapatan Asli Kualitatif Kota Bitung masih dibawah
(2018) Daerah Dalam sepuluh persen. Hal ini
Membiayai menunjukkan bahwa keuangan
Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kota
Kotta Bitung Bitung belum cukup mandiri
dalam pembiayaan
pembangunan. Dengan
menggunakan analisis trend
pencapaian PAD dari tahun
2013 sampai dengan 2017
meningkat dari tahun ke tahun.
4. Indra Analisis Belanja Analisis Dari hasil perhitungan rasio
Cristian Daerah pada Deskriptif efesiensi belanja, maka dapat

27
Lontaan Pemerintah dilihat mulai tahun 2012
dan Sonny Kabupaten sampai dengan tahun 2014
Pangarapan Minahasa Tahun Pemerintah Kabupaten
Anggaran 2012 Minahasa terjadi efisiensi
sampai dengan penggunaan anggaran. Dapat
2014 disimpulkan bahwa
Pemerintah Kabupaten
Minahasa telah efisien dalam
menggunakan belanja sesuai
dengan anggaran yang telah
disusun berdasarkan APBD.
Dan hasil dari analisis
pertumbuhan belanja tahun
anggaran 2011-2014
menunjukan adanya
pertumbuhan belanja.

C. Kerangka Pemikiran

Dalam organisasi sektor publik diperlukan adanya penilaian kinerja

agar dapat membantu pemerintahan untuk menilai terhadap pencapaian suatu

strategi. Dalam sektor publik tujuan dari organisasi ini adalah untuk

meingkatkan kesejahteraan masyarakat dari daerah tersebut bukan bertujuan

untuk memperoleh laba.

Dalam laporan realisasi anggaran, Pendapatan Asli Daerah adalah

sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah yang berasal dari hasil pajak

daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Kemudian

pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan penerimaan daerah

atau perubahan pendapatan terjadi sebelum pendapatan pengeluaran.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Data dan Metode Perolehan Data

Penulisan tugas akhir ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif

karena dalam penelitian tersebut mendeskripsikan terkait dengan data

laporan yang akan digunakan. Jenis data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder. Objek penelitiannya yaitu Pendapatan

Asli Daerah dan Belanja Daerah dalam kurun waktu 2016 hingga 2020.

Studi kasus laporan tugas akhir ini dilakukan selama kurang lebih dua

bulan terhitung dari 01 Maret 2021-31 April 2021 di Badan Pengelolaan

Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Temanggung yang

beralamatkan di Jl Pahlwan No.94, Gentan, Purworejo Kec. Temanggung,

Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

B. Metode Analisis Data

Menurut Mahmudi (2019) dalam rangka pelaksanaan otonomi

daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dituntut untuk

memiliki kemandirian keuangan daerah yang besar. Dengan tingkat

kemandirian keuangan daerah yang lebih besar, daerah tidak akan lagi

memiliki ketergantuangan yang tinggi pada bantuan dari pemerintah pusat

dan provinsi. Oleh karena itu memperhatikan analisis pendapatan daerah

menjadi sangat penting bagi pemerintah daerah. Melalui Laporan Realisasi

Anggaran, dapat dilakukan analisis pendapatan daerah dengan cara:

29
a. Analisis Pertumbuhan Pendapatan

Menurut Mahmudi (2019:137) menyatakan bahwa analisis

pertumbuhan pendapatan bermanfaat untuk mengetahui apakah

pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama

beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami

pertumbuhan pendapatan secara positif ataukah negatif. Pertumbuhan

pendapatan pada tahun tertentu (t) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Pendapatan Th t−Pendapatan Th( t−1)


pertumbuhan Pendaptan th t= x 100 %
Pendapatan Th(t−1)
…….(1)

b. Analisis Pertumbuhan Belanja

Menurut Mahmudi (2019:158) menyatakan bahwa, analisis tersebut

memiliki manfaat untuk mengetahui perkembangan belanja dari

tahun ke tahun. Namun, pada umumnya belanja cenderung selalu

naik. Analisis pertumbuhan belanja dilakukan untuk mengetahui

berapa besar pertumbuhan masing-masing belanja, apakah

pertumbuhan tersebut rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pertumbuhan belanja daerah dapat dihitung dengan rumus berikut:

Belanja Tht−BelanjaTh(t−1)
pertumbuhan Belanja tht= x 100 % …….(2)
BelanjaTh(t−1)

c. Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah

Menurut Sari (2016) menyatakan bahwa salah satu indikator dalam

mengetahui keadaan otonomi dalam daerah, dapat dilihat dari besar

30
atau kecil kontribusi daerah tersebut pada Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dalam membiayai belanja daerahnya sendiri. Perhitungan

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah dapat

dilakukan dengan cara berikut:

Realisasi PAD
Kontribusi PAD terhadap Belanja Daerah= x 100 % … (3)
Realisasi Belanja Daerah

Klasifikasi Kriteria Kontribusi Presentasi PAD terhadap Belanja Daerah:

Tabel 3.1
Klasifikasi Kriteria Kontribusi Presentase PAD terhadap Belanja Daerah
0% - 10% Sangat Kurang
10% - 20% Kurang
20% - 30% Sedang
30% - 40% Cukup Baik
40% - 50% Baik
> 50% Sangat Baik
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327

d. Perhitungan Share and Growth

Share and Growth menggambarkan pendapatan asli daerah

(PAD) dalam mengambil peran total belanja, juga dapat mengukur

seberapa besar kemapuan pemerintah daerah dalam mempertahankan

dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke

periode berikutnya. Pengukuran kemampuan keuangan daerah pada

Badan Pendaptan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPPKAD) Kabupaten Temangggung selama tahun 2014 samai

dengan 2016 yang diproksikan denganperhitungan share and growth

disajikan sebagai berikut:

31
1) Share

Perhitungan share bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi pendapatan terhadap total belanja daerah dan dapat

digunakan untuk melihat kemampuan keuangan daerah.

Pengukuran kontribusi pendapatan terhadap total belanja daerah

pada Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan, dan Aset Daerah

Kabupaten Temanggung dapat dihitung menggunakan rumus

berikut:

Pendapatan Asli Daerah


Share ( % )= x 100 % ……. (4)
Total Belanja

2) Growth

Perhitungan growth bertujuan untuk mengetahui dan

mengevaluasi potensi pada kinerja keuangan baik dalam kenaikan

atau penurunan kinerja dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran

kemampuan keuangan daerah pada Badan Pengelolaan Keuangan,

Pendapatan, dan Aset Daerah Kabupaten Temanggung dapat

dihitung menggunakan rumus berikut:

PADt −PAD t−1


Growth ( % )= x 100 % ……… (5)
PADt −1

e. Analisis Peta Kemampuan Keuangan

Peta kemampuan keuangan daerah menggambarkan

kemampuan daerah dalam mengembangkan potensi lokal, yang

diklasifikasikan dari hasil perhitungan share and growth dengan

32
penggunakan pemetaan kemampuan keuangan daerah berdasarkan

metode kuadran.

Gambar 3.1
Daftar Kuadran Peta Kemampuan Asli Daerah

Muhibtari (2014) menyatakan bahwa dalam peta kemampuan

keuangan dapat digambarkan dalam pengembangan potensi lokal, kemampuan

daerah tersebut dapat diklasifikasikan dengan cara menggunakan hasil yang sudah

diperoleh dari perhitungan share and growth dengan digunakannya pemetaan

keuangan daerah berdasar pada Metode Kuadran. Metode kuadran adalah cara

yang dapat menampilkan peta keuangan daerah ditentukan dari besarnya nilai

share and growth dan dianalisis menggunakan tabel klasifikasi status kemampuan

keuangan daerah berdasar pada metode kuadran.

Tabel 3.2
Klasifikasi Status Kemampuan Keuangan Daerah
Berdasarkan Metode Kuadran

Kuadran Kondisi
I Kondisi paling ideal. Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengambil peran besar

dalam total Belanja Daerah serta daerah memiliki kemampuan

mengembangkan potensi lokal. Kondisi ini ditunjukan dengan besarnya nilai

33
share and growth yang tinggi.
II Kondisi ini belum ideal, tetapi daerah memiliki kemampuan dalam

pengembangan potensi lokal, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berpeluang memiliki peran besar dalam total Belanja Daerah. Sumbangan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total Belanja Daerah masih rendah

namun pertumbuhan (growth) Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi.


III Kondisi ini juga belum ideal. Peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar

dalam total Belanja Daerah memiliki peluang yang kecil dikarenakan

pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya kecil. Di sini sumbangan

PAD terhadap Belanja Daerah tinggi, namun pertumbuhan PAD rendah


IV Kondisi ini paling buruk. Pada saat tersebut, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

belum mengambil peranan yang besar dalam total Belanja Daerah serta daerah

belum memiliki kemampuan dalam pengembangan potensi lokal. Sumbangan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total Belanja Daerah rendah dan

pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) rendah.

34
BAB IV

ANALISIS DATA

A. Aktivitas Magang

Dalam proses penyusunan tugas akhir, penulis melakukan kegiatan

magang kerja di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah

Kabupaten Temanggung yang beralamatkan di Jl. Pahlawan No.94, Gentan,

Purworejo, Kec. Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Penulis memulai kegiatan magang di Badan Pengelolaan Keuangan

Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Temanggung selama

dua bulan penuh terhitung dari 01 Maret 2021 sampai 31 April 2021.

Penulis melakukan kegiatan magang dari hari Senin hingga Kamis pukul

07.15 sampai 16.00 dan Jumat pukul 07.30 sampai 11.00 sesuai dengan

kebijakan dari BPKPAD Kabupaten Temanggung. Selama magang, penulis

ditempatkan di Bidang Pendapatan pada Bagian Pelayanan Pajak Daerah

untuk melaksanakan tugas, antara lain:

1. Input data wajib pajak untuk BPHTB dan mengarahkan ke verivikator.

2. Perhitungan BPHTB yang di bebankan sesuai dengan perturan perundang-

undangan yang berlaku.

3. Menghitung pajak reklame, daj menginput pajak reklame.

4. Menerima setoran pajak daerah dari wajb pajak.

5. Penerimaan dan pengecekan berkas pengajuan SPPT-PBB dari wajib

pajak.

B. Manfaat Magang

35
Manfaat yang diperoleh penulis setelah melakukan aktivitas magang

selama tiga puluh hari kerja terhitung mulai tanggal 01 Maret 2021 s/d 31

April 2021 di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah

Kabupaten Temanggung adalah:

1. Penulis dapat mempraktikan cara untuk input data wajib pajak

untuk BPHTB dan mengarahkan ke verivikator.

2. Mempraktikan proses perhitungan BPHTB yang di bebankan

sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mempraktikan tentang perhitungan pajak reklame, daj menginput

pajak reklame.

4. Mengatahui jenis-jenis pendapatan salah satunya berupa

penerimaan setoran pajak daerah dari wajb pajak.

5. Mempraktikan cara untuk persyarat penerimaan berkas pengajuan

SPPT-PBB dari wajib pajak.

C. Gambaran Umum Perusahaan

1. Deskripsi Instansi

a. Kondisi Geografis

Secara astronomi Kabupaten Temanggung terletak pada

110⁰ 23’ - 110⁰ 46’ 30” Bujur Timur dan 7⁰ 14’ – 7⁰ 32’ 35”

Lintang Selatan. Luas wilayahnya 870,6 km2. Wilayah Kabupaten

Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian

antara 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Dengan keadaan

tanah sekitar 50 persen dataran tinggi dan 50 persen dataran

36
rendah. Secara geografis, daerah Kabupaten Temanggung dibagian

Selatan dan Barat dibatasi oleh 2 buah gunung yaitu Gunung

Sumbing (3.260 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.151 m dpl). Di

bagian Utara dibatasi oleh sebuah pegunungan kecil yang

membujur dari Timur Laut kearah Tenggara. . Gunung-gunung

yang tertinggi adalah gunung Sumbing (+ 3260 m) dan gunung

Sindoro (+ 3151 m). Adapun sungai-sungai yang tergolong besar

antara lain : Waringin, Lutut, Elo, Progo, Kuas, Galeh dan Tingal.

Batas-batas wilayah Kabupaten Temanggung:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Kendal dan Kab. Semarang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo

Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Semarang dan Kab.

Magelang

b. Pemerintahan

Kabupaten Temanggung terdiri dari 20 kecamatan, 266 desa

dan 23 kelurahan. Terdapat 38 anggota Satuan Kinerja Perangkat

Daerah (SKPD).

c. Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2020

(790.174 jiwa). Besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020

penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan adalah sebesar

37
101,2. Dari jumlah 790.174 jiwa yang terdiri dari 397.451 jiwa

laki-laki dan 392.723 jiwa perempuan.

2. Sejarah BPKPAD

Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah

Kabupaten Temanggung, terakhir kali dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Temanggung Nomor

52 Tahun 2017 tentang tugas dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan,

Pendapatan, dan Aset Daerah Kabupaten Temanggung, adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah dalam bidang

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah yang

merupakan kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan

kepada daerah.

3. Visi dan Misi BPKPAD Kabupaten Temanggung

a. Visi BPKPAD

Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa

depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi

dalam kurun waktu lima tahun yang bakan datang. Pernyataan Visi

BPPKAD Kabupaten Temanggung Tahun 2016-2021 adalah

“Menjadi SKPKD yang Bersih, Tertib, Transparan, Akuntabilitas,

dan Berorientasi dan Pelayanan Publik”. Penjelasan dari visi adalah

sebagai berikut:

38
1) SKPKD yang Bersih yaitu BPKPAD selaku SKPKD

merupakan suatu kondisi yang ingin diwujudkan dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, yaitusuatu

kondisi pelaksanaan reformasi birokrasi sehingga terwujud

pemerintahan yang bersih di semua aspek pelaksanaan

pemerintahan. Dan dapat menciptakan kondisi yang bersih

dari perencanaa, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

2) Transparan merupakan sebuah kondisi yang ingin

diwujudkan dan terbukanya akses lagi seluruh masyarakat

terhadap semua informasi yang terkait dengan semua kegiatan

yang mencakup keseluruhan proses melalui sistem informasi.

3) Akuntabel merupakan sebuah kondisi yang ingin diwujudkan

sebagai pertanggungjawaban suatu lembaga kepada publik

atas keberhasilan maupun kegagalan melaksanakan misi dan

tugas yang telah diemban.

4) Berorientasi kepada pelayanan publik merupakan sebuah

kondisi yang berorientasi pada kepentingan publik bukan pada

kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Sehingga kinerja

pelayanan publikn diharapkan dapat memenuhi keinginan

masyarakat yaitu teciptanya pelayanan publik yang prima.

b. Misi BPKPAD

39
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Perumusan misi BPPKAD

Kabupaten Temanggung tahun 2016-2021 adalah “Mewujudkan

Pemerintahan yang bersih, tranparan, tidak KKN, dan Berorientasi

pada Pelayanan Publik”.

4. Tugas Pokok dan Fungsi BPKPAD Kabupaten Temanggung

a. Tugas Pokok dan Fungsi BPKPAD Kabupaten Temanggung

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 52 Tahun 2017 tentang

Tugas dan Fungsi Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset

Daerah Kabupaten Temanggung. Badan Pendapatan Pengelolaan

Keuangan Aset Daerah Kabupaten Temanggung mempunyai tugas

melaksanakan urusan Pemerintah di bidang pendapatan, pengelolaan,

dan aset daerah.

Sejalan dengan tugas yang diemban tersebut maka Badan

Pendapatan Pengelola Aset Daerah Kabupaten Temanggung

mempunyai tugas dan fungsinya dalam:

a) Perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan,

pengelolaan keuangan dan aset daerah.

b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.

c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan,

pengelolaan keuangan dan aset daerah.

40
d) Penyusunan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

e) Pengkoordinasian pengelolaan pendapatan, investasi daerah

dan aset daerah.

f) Penyelenggaraan pemungutan pendapatan daerah yang telah

ditetapkan dengan peraturan daerah.

g) Penyusunan rancangan anggaran belanja dan pendapatan

daerah, dan perubahan anggaran belanja dan pendapatan

daerah.

h) Penetapan anggaran belanja dan pendapatan daerah dan

perubahan anggaran belanja dan pendapatan daerah.

i) Penyelengaraan pengelolaan pinjaman dan obligasi daerah.

j) Penyelenggaraan pengelolaan investasi dan pemberdayaan

aset daerah.

k) Pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi dan

pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja

daerah.

l) Penyusunan laporan keuangan yang merupakan

pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja

daerah.

m) Penyelengaraan fungsi bendahara umum daerah..

n) Penyelenggaran pembinaan, pengendalian dan evaluasi

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah, kerugian

41
daerah serta pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum

Daerah.

o) Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah

dibidang keuangan dan aset daerah.

p) Pengarahan, pembinaan dan pengkoordinasian pelaksanaan

fungsi kesekretariatan Badan.

q) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh

Bupati, sesuai dengan fungsinya.

b. Tugas dan Fungsi setiap Struktur BPKPAD Kabupaten Temanggung

Struktur organisasi BPPKAD sesuai dengan Nomor 10 Tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Kabupaten Temanggung, maka susunan organisasi Badan Pendapatan

Pengelolaan Keuangan Aset Daerah terdiri atas:

1) Kepala Badan

Kepala Badan mempunyai tugas membantu Bupati

dalam melaksanakan urusan pemerintahan dibidang

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah yang

merupakan kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang

ditugaskan kepada daerah.

2) Sekertariat

Sekertariat mempunyai tugas melakukan

pengkoordinasian perumusan rencana dan pelaksanaan

kebijakan, pemantauan, pengendalian, evaluasi, pelaporan

42
meliputi perencanaan program, keuangan, hukum,

kehumasan, keorganisasian dan ketatalaksanaan, pembinaan

ketatausahaan, kerumahtanggaan, kearsipan, analisis dan

formasi jabatan, kepegawaian, dan pelayanan administrasi di

lingkungan Badan.

3) Bidang Perencanaan, Pendaaan, dan Pelayanan

Bidang Perencanaan, Pendataan, dan Pelayanan

mempunyai tugas pengkoordinasian penyusunan konsep dan

pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan

meliputi kegiatan pelayanan, pendaftaran, pendataan

objek/subjek pajak daerah, pelaksanaan kegiatan

perencanaan target pendapatan daerah, pembinaan dan teknis

operasional, pemeriksaan ke lokasi objek/subjek pajak

daerah.

4) Bidang Pengelolan Data dan Penetapan Pendapatan

Bidang Pengelolaan Data dan Penetapan

Pendapatan mempunyai tugas pengkoordinasian penyusunan

konsep dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi

serta pelaporan meliputi pelaksanaan penghitungan dan

penetapan pajak daerah, penerbitan surat ketetapan pajak

daerah, serta pengolahan dan analisa data pajak daerah,

pelaporan pajak daerah serta melaksanakan tugas lainyang

43
diberikan oleh Kepala Badan Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah.

5) Bidang Penagihan dan Pengendalian

Bidang Penagihan dan Pengendalian mempunyai

tugas pengkoordinasian penyusunan konsep dan pelaksanaan

kebijakan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan meliputi

kegiatan penagihan, penyetoran hasil penagihan pajak

daerah, pelayanan keberatan dan permohonan banding,

pengumpulan dan pengolahan data sumber-sumber

penerimaan daerah lainnya, pelaporan serta realisasi

pendapatan daerah.

6) Bidang Penganggaran dan Perbendaharaan

Bidang Penganggaran dan Perbendaharaan

mempunyai tugas pengkoordinasian penyusunan konsep dan

pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan

meliputi penyusunan rancangan, penetapan dan perubahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pembinaan dan

bimbingan teknis penyusunan anggaran, verifikasi dan

evaluasi penyusunan dan pelaksanaan anggaran, penyusunan

laporan anggaran.

7) Bidang Pengelolaan Aset

Bidang Pengelolaan Aset mempunyai tugas

pengkoordinasian penyusunan konsep dan pelaksanaan

44
kebijakan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan meliputi

kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan,

penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan

pengendalian barang milik daerah.

8) Bidang Akuntansi dan Pelaporan

Bidang Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas

pengkoordinasian penyusunan konsep dan pelaksanaan

kebijakan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan meliputi

penatausahaan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, penyelenggaraan sistem akuntansi keuangan

daerah, pembinaan dan bimbingan teknis akuntansi

keuangan daerah, pengolahan dan penyusunan laporan

keuangan pemerintah daerah, serta penyusunan

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

9) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsioal memiliki tugas dan

fungsi berkaitan dengan pelayanan fungsional berdasarkan

keahlian dan keterampilan.

45
5. Struktur Organisasi

Sumber: BPKPAD Kabupaten Temanggung

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatann, dan Aset Daerah
Kabupaten Temanggung

46
D. Pembahasan

Analisis kontribusi pendapatan dan belanja daerah dapat menilai

kinerja Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan, dan Aset Daerah

khususnya Kabupaten Temanggung melalui perhitungan pertumbuhan

pendapatan dengan tujuan untuk mengetahui tentang kinerja anggarannya

selama bebrapa periode dalam mengalami pertumbuhan pendaptannya

secara positif ataukah negatif. Perhitungan analisis belanja daerah dengan

menggunakan analisis pertumbuhan belanja juga memiliki manfaat untuk

mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun. Menggunakan

analisis kemampuan keuangan daerah dalam pembiayaan dan juga yang

berasal dari Pendapatan Asli Daerah dapat menggunakan dengan

pengukuran Share and Growth serta menggunakan analisis pemetaan

kemampuan keuangan daerah berdasarkan metode kuadran. Berikut adalah

penguraian dari analisis yang akan dibahas:

a. Analisis Pertumbuhan Pendapatan

Pertumbuhan pendapatan pada tahun tertentu (t) dapat dihitung

dengan rumus berikut:

Pendapatan Th t−Pendapatan Th( t−1)


pertumbuhan Pendaptan th t= x 100 %
Pendapatan Th(t−1)

…….(6)

47
Tabel 4.1
Tabel Pertumbuhan Pendapatan
TAHUN Total Pendapatan Total Pendapatan Th (t-1) Total Pendapatan Th (t) – Total
Th (t) Pendapatan Th (t-1)
2016 1.678.688.079.170 1.471.639.822.102 207.048.257.068
2017 1.779.850.394.321 1.678.688.079.170 101.162.315.151
2018 1.731.235.867.161 1.779.850.394.321 (48.614.527.160)
2019 1.878.383.823.682 1.731.235.867.161 147.147.956.521
2020 1.830.846.293.347 1.878.383.823.682 (47.537.530.335)

TAHUN Total Pendapatan Th (t) – Total Total Pendapatan Th Pertumbuhan


Pendapatan Th (t-1) (t-1) Pendapatan (%)
2016 207.048.257.068 1.471.639.822.102 14,07
2017 101.162.315.151 1.678.688.079.170 6,03
2018 (48.614.527.160) 1.779.850.394.321 (2,73)
2019 147.147.956.521 1.731.235.867.161 8,50
2020 (47.537.530.335) 1.878.383.823.682 (2,53)

b. Analisis Pertumbuhan Belanja

Pertumbuhan pendapatan pada tahun tertentu (t) dapat dihitung

dengan rumus berikut:

Realisasi Belanja Th t−Realisasi Belanja Th(t−1)


pertumbuhan Belanja th t= x 100 % …..
Realisasi BelanjaTh( t−1)
(7)

Tabel 4.2
Tabel Pertumbuhan Belanja
TAHUN Total Belanja Total Belanja Daerah Th Total Belanja Daerah Th (t) –
Daerah Th (t) (t-1) Total Belanja Daerah Th (t-1)
2016 1.739.541.988.789 1.505.003.745.055 234.538.243.734
2017 1.841.286.645.554 1.739.541.988.789 101.744.656.765
2018 1.670.309.285.608 1.841.286.645.554 (170.977.359.946)
2019 1.841.033.635.270 1.670.309.285.608 170.724.349.662

48
2020 1.783.202.789.098 1.841.033.635.270 (57.830.846.172)

TAHUN Total Pendapatan Th (t) – Total Total Pendapatan Th Pertumbuhan


Pendapatan Th (t-1) (t-1) Pendapatan (%)
2016 234.538.243.734 1.505.003.745.055 15,58
2017 101.744.656.765 1.739.541.988.789 5,85
2018 (170.977.359.946) 1.841.286.645.554 (9,29)
2019 170.724.349.662 1.670.309.285.608 10,22
2020 (57.830.846.172) 1.841.033.635.270 (3,14)

c. Analisis Kontribusi PAD terhadap Belanja Daerah

Kontribusi PAD terhadap Belanja Daerah dapat dihitung dengan

rumus berikut:

Realisasi PAD
Kontribusi PAD terhadap Belanja Daerah= x 100 % … (7)
Realisasi Belanja Daerah

Tabel 4.3
Kontribusi PAD terhadap Belanja Daerh
Tahun PAD (Rp) Belanja Daerah (Rp) Kontribusi PAD terhadap

Belanja Daerah (%)


2016 281.328.148.970 1.739.541.988.789 16,17
2017 308.466.748.340 1.841.286.645.554 16,75
2018 252.019.934.778 1.670.309.285.608 15,09
2019 278.313.775.793 1.841.033.635.270 15,12
2020 307.488.084.365 1.783.202.789.098 17,24

Tabel 4.4
Kriteria Kontribusi Presentase PAD terhadap Belanja Daerh
Tahun Kontribusi PAD terhadap Klasifikasi

Belanja Daerah (%)

49
2016 16,17 Kurang
2017 16,75 Kurang
2018 15,09 Kurang
2019 15,12 Kurang
2020 17,24 Kurang

d. Perhitangan Share and Growth

1) Share

Perhitungan share dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan

terhadap total belanja daerah dan dapat digunakan untuk melihat

kemampuan keuangan daerah. Pengukuran kontribusi pendapatan

terhadap total belanja daerah pada Badan Pengelolaan Keuangan,

Pendapatan, dan Aset Daerah Kabupaten Temanggung dapat dihitung

menggunakan rumus berikut:

Pendapatan Asli Daerah


Share ( % )= x 100 % ……. (8)
Total Belanja

Tabel 4.5
Tabel Share
TAHU Pendapatan Asli Daerah Total Belanja Daerah Share (%)
N
2016 281.328.148.970 1.739.541.988.789 16,17
2017 308.466.748.340 1.841.286.645.554 16,75
2018 252.019.934.778 1.670.309.285.608 15,09
2019 278.313.775.793 1.841.033.635.270 15,12
2020 307.488.084.365 1.783.202.789.098 17,24
Rata-Rata 16,07
Sumber: Ringkasan Laporan Anggaran Pendapatan dn Belanja Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun Anggaran 2016-2020 (Data Diolah)

2) Growth

50
Perhitungan growth bertujuan untuk mengetahui dan

mengevaluasi potensi pada kinerja keuangan baik dalam kenaikan atau

penurunan kinerja dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran

kemampuan keuangan daerah pada Badan Pengelolaan Keuangan,

Pendapatan, dan Aset Daerah Kabupaten Temanggung dapat dihitung

menggunakan rumus berikut:

PADt −PAD t−1


Growth ( % )= x 100 % ……… (9)
PADt −1

Tabel 4.6
Tabel Growth PAD
TAHUN PAD Th (t) PAD Th (t-1) PAD Th (t) – PAD Th (t-1)
2016 281.328.148.970 214.655.003.926 66.673.145.044
2017 308.466.748.340 281.328.148.970 27.138.599.370
2018 252.019.934.778 308.466.748.340 (56.446.813.562)
2019 278.313.775.793 252.019.934.778 26.293.841.015
2020 307.488.084.365 278.313.775.793 29.174.308.572

TAHUN PAD Th (t) – PAD Th (t-1) Pendapatan Th (t-1) Growth PAD (%)
2016 66.673.145.044 214.655.003.926 31,06
2017 27.138.599.370 281.328.148.970 9,65
2018 (56.446.813.562) 308.466.748.340 -18,30
2019 26.293.841.015 252.019.934.778 10,43
2020 29.174.308.572 278.313.775.793 10,48
Rata-rata 8,66
Sumber: Ringkasan Laporan Anggaran Pendapatan dn Belanja Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun Anggaran 2016-2020 (Data Diolah)

e. Analisis Peta Kemampuan Keuangan Daerah

51
Dari hasil perhitungan Share and Growth yang berasal dari Ringkasan

Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung

Tahun Anggaran 2016 sampai dengan 2020, sehingga dapat diperoleh data

Share yang telah dihitung rata-rata dari tahun 2016 sampai dengan 2020

sebesar 16,07% dan Growth yang telah di hitung rata-rata dari tahun 2016

sampai dengan 2020 sebesar 8,66%. Dari perhitungan diatas, kemudian

dianalisis dengan menggunakan pemetaan kemampuan keuangan daerah

berdaarkan pada Metode Kuadran, posisi Kabupaten Temanggung terletak

pada kuadran III

52

Anda mungkin juga menyukai