Anda di halaman 1dari 8

MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

1. Program Pemerintahan Susilo Bmbang Yudhoyono


Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dibagi menjadi dua masa, yaitu masa
pemerintahan SBY-JK dan SBY-Boediono.

A. Masa Pemerintahan Presiden SBY bersama Wakil Presiden JK


Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan ini, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai
berikut:
 Visi :
1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan
damai.
2. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan
dan hak-hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan.
 Misi :
1. Mewujudkan Indonesia yang aman damai
2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis
3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera
Politik Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat,
meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat,
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkann
ya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Dalam masa
kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat,
Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai
Bulan Bintang. Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet
Indonesia Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.

B. Masa Pemerintahan Presiden SBY Bersama Wakil Presiden Boediono


Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009-2014. Dalam pemerintahan ini,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Boediono mencetuskan visi dan misi
sebagai berikut :
 Visi :
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

 Misi :
MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN
MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN
DEMOKRATIS.
1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi
seluruh Rakyat Indonesia.
2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance.
3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi
dan kreativitas segenap komponen Bangsa.
4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi.
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan
Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen
bangsa.
Pada pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya yaitu
Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia. Pada periode kepemimpinannya yang
kedua, SBY membentukKabinet Indonesia Bersatu II yang merupakan kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono.
Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada
Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB)
ditambah Partai Golkar yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada
Pilpres 2009, serta kalangan profesional.

2. Tiga Masalah Utama Yang Dihadapi Pemerintahan Susilo Bambang


Yudhoyono
1. KASUS CENTURY

Kasus penyelamatan Bank Century yang terjadi pada November 2008 atau saat pemerintahan
SBY-JK. Kasus Century ditengarai merugikan negara. Isu itu terus berkembang dan puncaknya
DPR membuat Panitia Hak Angket Century atau lebih dikenal Pansus Century pada 4 Desember
2009 saat pemerintahan SBY-Boediono. Pansus dibubarkan pada 24 Februari 2010 dengan
pandangan akhir masing-masing fraksi partai politik di DPR. Hanya Partai Demokrat dan PKB
yang menyatakan tidak ada pelanggaran prosedur dalam penyelamatan Bank Century
tersebut.Dalam rekomendasinya, kasus ini tetap diteruskan pada aparat penegak hukum, tetapi
hingga kini masih terkatung-katung. "Kasus ini menjadi hantu politik yang sewaktu-waktu bisa
bangun," kata anggota DPR Fraksi PKS, Andi Rahmat. Akibat dari isu ini adalah terpentalnya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Sebelum
mengundurkan diri, Sri Mulyani sempat bersitegang dengan Aburizal Bakrie yang merupakan
Ketua Umum Golkar.

2. KASUS KRIMINALISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Isu ini bermula dari wacana yang digelar oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang
KPK sebagai lembaga "superbody". Hal itu tampaknya mendapatkan sorotan negatif dari media-
media, apalagi saat itu kasus Ketua KPK Antasari Azhar sedang disidangkan dalam kasus
pembunuhan Nasrudin Zulkarnein. Hal itu membuat polemik antara fakta dan rekayasa terhadap
kasus tersebut.      Akhirnya Antasari diberhentikan secara tetap dari jabatannya pada tanggal 11
Oktober 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah diberhentikan sementara pada
tanggal 6 Mei 2009.

Pada 11 Februari 2010, Antasari divonis hukuman penjara 18 tahun karena terbukti bersalah
turut serta melakukan pembujukan untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen.Isu itu belum selesai
karena kemudian muncul adanya penahanan anggota KPK Bibit Samad Riyanto dan Candra M
Hamzah yang dituduh telah menerima suap.Namun, hingga kini hal itu tidak bisa dibuktikan oleh
pihak kepolisian yang justru memberikan informasi yang berubah-ubah terkait dengan alat bukti
penyadapan untuk penangkapan keduanya.
Bahkan, kepolisian lebih dipermalukan dengan pemutaran percakapan Anggodo dan Yuliana
Gunawan pada 3 November 2009. Kasus ini kemudian merembet dengan perseteruan KPK dan
kepolisian dan yang memunculkan sebutan "cicak lawan buaya".Salah satu akibat dari kasus ini
adalah kemunculan Satgas Mafia Hukum. Isu kriminalisasi KPK hingga kini belum selesai
karena masih adanya hambatan hukum terkait status Bibit Samad Riyanto dan Candra M
Hamzah yang telah ditetapkan menjadi tersangka.

3. KONFLIK PERBATASAN DENGAN MALAYSIA

Masalah perbatasan dengan Malaysia bersifat laten dan bisa menonjol sewaktu-waktu, tetapi
temporer. Isu ini pernah menyita perhatian publik ketika petugas Dinas Kelautan Indonesia
ditangkap oleh Kepolisian Diraja Malaysia di Perairan Tanjung Berikat.Gelora nasionalisme di
masyarakat menguat sehingga membuat Presiden harus berpidato di Markas TNI untuk masalah
ini.

3.Pemilu Masa Pemerintahan Susilo Bmbang Yudhoyono

Pada Pemilu 2004, Partai Demokrat yang mengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
sebagai Presiden berada di posisi kelima perolehan suara terbanyak. Periode pemerintahan SBY
kedua, Demokrat menjadi partai pemenang dalam Pemilu 2009. Parlemen pun terpecah menjadi
kubu koalisi dan oposisi. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi oposisi di DPR
pada 2004 hingga 2014. Pada 2004, PDIP beroposisi dengan beberapa partai kecil. Periode
selanjutnya, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Hati Nurani Rakyat (Hanura)
bergabung dengan PDIP untuk jadi oposisi.

4. Reformasi Hukum Dan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Reformasi penegakan hukum merupakan salah satu pilar penting dalam menguatkan konsolidasi
demokrasi. Tanpa penegakan hukum yang benar, adil, dan profesional, konsolidasi demokrasi
akan terganggu. Dan, tentu berkorelasi positif dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat. Meskipun demikian, tentu, proses reformasi penegakan hukum berbasis keadilan akan
memakan waktu dan memerlukan kesabaran.

Prioritas reformasi penegakan hukum merupakan pilihan terbaik yang mesti ditempuh oleh
pemerintah. Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjamin terus
berlangsungnya pemberantasan korupsi, dan sikap untuk mengganyang mafia penegakan hukum,
kita yakini sebagai sikap dasar penyelenggaraan pemerintahan lima tahun ke depan. Oleh karena
itu, seluruh tindakan penegakan hukum yang dilakukan secara benar, bersih, adil, dan tanpa
rekayasa menjadi kepedulian kolektif bangsa.

Sebagai bagian dari rakyat yang merindukan tegaknya hukum secara berkeadilan, kita
memberikan apresiasi dan dukungan kuat terhadap pemerintahan SBY - Boediono. Kita percaya,
reformasi penegakan hukum akan terus bergulir selama lima tahun ke depan. Kita juga percaya,
bahwa dengan reformasi penegakan hukum dan sikap tegas untuk mengganyang mafia hukum,
kita dapat menyelamatkan bangsa ini dari berbagai kerumitan masa depan.

Perjuangan menegakkan hukum dan keadilan memang tidak mudah. Banyak onak dan duri yang
harus dihindari. Namun bila hal itu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh, konsisten dan
konsekuen, kita sangat yakin, ikhtiar itu akan membawa hasil yang optimal. Yaitu, tegaknya
Indonesia sebagai negara hukum

5.Reformasi ekonomi Susilo Bambang Yudhoyono

Kenaikan harga komoditas di awal masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
membuat Indonesia berada di atas angin, walau hanya sementara sebelum ditempa krisis global
di 2008. Harga minyak, batu bara dan CPO (minyak sawit mentah) dunia mengalami kenaikan
yang cukup signifikan.
Minyak yang semula USD 29,32/barel di 2004 dihargai USD 142,03/barel di 2008, begitu juga
batu bara, yang tadinya USD 56,68/metrik ton di 2004 menjadi USD 192,86/metrik ton di 2008.
Lalu CPO yang semula RM 1411 di 2006 naik menjadi RM 4298 di 2008.
Kenaikan harga ini membawa angin sejuk bagi Indonesia. Proses pemulihan ekonomi sebagai
dampak krisis 2008 lebih cepat, pendapatan dari pajak juga meningkat, sedangkan defisit APBN
justru menurun. Bahkan transaksi sempat mengalami surplus sebesar dua persen di 2009. 

6.Pemilu 2004 Susilo Bambang Yudhoyono

Pilpres 2004 putaran I ternyata menjadi awal yang manis bagi SBY dan Jusuf Kalla. Paslon
nomor urut 4 itu memperoleh 39.838.184 suara dari total 119.656.868 suara sah atau 33,57%. Di
belakangnya ada pasangan Megawati dan Hasyim Muzadi yang meraih 31.569.104 suara atau
26,61%. Kemenangan SBY pada Pilpres 2004 putaran I sangat tampak di basis-basis TNI
Angkatan Darat. Di TPS asrama Cijantung, nama jenderal itu berkibar-kibar seraya
dikumandangkan para keluarga tentara setiap kali kertas suara dibuka petugas TPS dan nama
SBY muncul.

Di luar segala pelanggaran yang mungkin dilakukan kedua kubu, SBY-Jusuf Kalla menang telak
pada pemilihan presiden putaran II tanggal 20 September 2004. Menurut hasil yang diumumkan
pada 4 Oktober 2004, pasangan nomer urut 4 itu menang dengan perolehan 69.266.350 suara
dari total 114.257.054 suara yang dinyatakan sah atau dengan presentase 60,62%.

SBY dan Jusuf Kalla ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih periode
2004-2009. Pelantikan keduanya dilangsungkan pada 20 Oktober 2004 dalam sidang Paripurna
MPR yang dihadiri pemimpin dan perwakilan negara-negara sahabat.
PERKEMBANGAN POLITIK ATAU EKONOMI PADA MASA
PEMERINTAHAN B.J. HABIBI

Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie

Setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia pada 21 Mei 1998, pada hari itu juga Wakil Presiden B.J Habibie dilantik menjadi
presiden RI ketiga di bawah pimpinan Mahkamah Agung di Istana Negara.

Dasar hukum pengangkatan Habibie adalah berdasarkan TAP MPR No.VII/MPR/1973 yang
berisi “jika Presiden berhalangan, maka Wakil Presiden ditetapkan menjadi Presiden”.

Ketika Habibie naik sebagai Presiden, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi terburuk
dalam waktu 30 tahun terakhir, disebabkan oleh krisis mata uang yang didorong oleh hutang luar
negeri yang luar biasa besar sehingga menurunkan nilai rupiah menjadi seperempat dari nilai
tahun 1997. 

Krisis yang telah menimbulkan kebangkrutan teknis terhadap sektor industri dan manufaktur
serta sektor finansial yang hampir ambruk, diperparah oleh musim kemarau panjang yang
disebabkan oleh El Nino, yang mengakibatkan turunnya produksi beras.

Ditambah kerusuhan Mei 1998 telah menghancurkan pusat-pusat bisnis perkotaan, khususnya di
kalangan investor keturunan Cina yang memainkan peran dominan dalam ekonomi Indonesia. 
Tugas yang diemban oleh Presiden B.J Habibie adalah memimpin pemerintahan transisi untuk
menyiapkan dan melaksanakan agenda reformasi yang menyeluruh dan mendasar, serta sesegera
mungkin mengatasi kemelut yang sedang terjadi. 

Naiknya B.J Habibie ke singgasana kepemimpinan nasional diibaratkan menduduki puncak


Gunung Merapi yang siap meletus kapan saja. Gunung itu akan meletus jika berbagai persoalan
politik, sosial dan psikologis, yang merupakan warisan pemerintahan lama tidak diatasi dengan
segera.

A. Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan


Sehari setelah dilantik, B.J. Habibie telah berhasil membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet
Reformasi Pembangunan. 

Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari 36 Menteri, yaitu 4 Menteri Negara dengan tugas
sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang memimpin Departemen, dan 12 Menteri
Negara yang memimpin tugas tertentu. 

Dalam Kabinet Reformasi Pembangunan tersebut terdapat sebanyak 20 orang yang merupakan
Menteri pada Kabinet Pembangunan era Soeharto. 

Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari berbagai elemen kekuatan politik dalam
masyarakat, seperti dari ABRI, partai politik (Golkar, PPP, dan PDI), unsur daerah, golongan
intelektual dari perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat. 

B. Sidang Istimewa MPR 1998


Di tengah maraknya gelombang demonstrasi mahasiswa dan desakan kaum intelektual terhadap
legitimasi pemerintahan Habibie, pada 10-13 November 1998, MPR mengadakan Sidang
Istimewa untuk menentapkan langkah pemerintah dalam melaksanakan reformasi di segala
bidang. 

Beberapa hasil yang dijanjikan pemerintah dalam menghadapi tuntutan keras dari mahasiswa dan
gerakan reformasi telah terwujud dalam ketetapan-ketetapan yang dihasilkan MPR, antara lain:

 Terbukanya kesempatan untuk mengamandemen UUD 1945 tanpa melalui referendum.


 Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib (Tap MPR No.XVIII/MPR/1998).
 Masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi hanya sampai dua kali masa tugas,
masing masing lima tahun (Tap MPR No.XIII/MPR/1998).
 Agenda reformasi politik meliputi pemilihan umum, ketentuan untuk memeriksa
kekuasaan pemerintah, pengawasan yang baik dan berbagai perubahan terhadap
Dwifungsi ABRI.
 Tap MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia, mendorong kebebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan pembebasan tahanan
politik dan narapidana politik.

C. Reformasi Bidang Politik


Sesuai dengan Tap MPR No. X/MPR/1998, Kabinet Reformasi Pembangunan telah berupaya
melaksanakan sejumlah agenda politik, yaitu merubah budaya politik yang diwariskan oleh
pemerintahan sebelumnya, seperti pemusatan kekuasaan, dilanggarnya prinsip-prinsip
demokrasi, terbatasnya partisipasi politik rakyat, menonjolnya pendekatan represif yang
menekankan keamanan dan stabilitas, serta terabaikannya nilai-nilai Hak Azasi Manusia dan
prinsip supremasi hukum. 

Beberapa hal yang telah dilakukan B.J Habibie adalah:

1. Diberlakukannya Otonomi Daerah yang lebih demokratis dan semakin luas. Dengan
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah, diharapkan akan meminimalkan ancaman disintegrasi bangsa. Otonomi
daerah ditetapkan melalui Ketetapan MPR No XV/MPR/1998.
2. Kebebasan berpolitik dilakukan dengan pencabutan pembatasan partai politik.
Sebelumnya. Dengan adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik, pada
pertengahan bulan Oktober 1998 sudah tercatat sebanyak 80 partai politik dibentuk.
Menjelang Pemilihan Umum, partai politik yang terdaftar mencapai 141 partai. Setelah
diverifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 95 partai, dan yang berhak
mengikuti Pemilihan Umum sebanyak 48 partai saja. Dalam hal kebebasan berpolitik,
pemerintah juga telah mencabut larangan mengeluarkan pendapat, berserikat, dan
mengadakan rapat umum.
3. Pencabutan ketetapan untuk meminta Surat Izin Terbit (SIT) bagi media massa cetak,
sehingga media massa cetak tidak lagi khawatir dibredel melalui mekanisme pencabutan
Surat Izin Terbit. Hal penting lainnya dalam kebebasan mengeluarkan pendapat bagi
pekerja media massa adalah diberinya kebebasan untuk mendirikan organisasiorganisasi
profesi. Pada era Soeharto, para wartawan diwajibkan menjadi anggota satu-satunya
organisasi persatuan wartawan yang dibentuk oleh pemerintah. Sehingga merasa selalu
dikontrol dan dikendalikan oleh pemerintah.
4. Dalam hal menghindarkan munculnya penguasa yang otoriter dengan masa kekuasaan
yang tidak terbatas, diberlakukan pembatasan masa jabatan Presiden. Seorang warga
negara Indonesia dibatasi menjadi Presiden sebanyak dua kali masa jabatan saja.
D. Pelaksanaan Pemilu 1999
Pelaksanaan Pemilu 1999, boleh dikatakan sebagai salah satu hasil terpenting lainnya yang
dicapai Habibie pada masa kepresidenannya. Pemilu 1999 adalah penyelenggaraan pemilu
multipartai (yang diikuti oleh 48 partai politik). 

Sebelum menyelenggarakan pemilu yang dipercepat itu, pemerintah mengajukan RUU tentang
partai politik, tentang pemilu, dan tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Setelah RUU disetujui DPR dan disahkan menjadi UU, presiden membentuk Komisi Pemilihan
Umum (KPU) yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil partai politik dan wakil pemerintah. 

Hal yang membedakan pemilu 1999 dengan pemilu sebelumnya (kecuali pemilu 1955) adalah
dikuti oleh banyak partai politik. 

Ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik. Dengan masa
persiapan yang tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada pemilu 1999 ini dapat
dikatakan sesuai dengan jadwal, 7 Juni 1999.

Tidak seperti yang diprediksi dan dikhawatirkan oleh banyak pihak, ternyata pemilu 1999 bisa
terlaksana dengan damai tanpa ada kekacauan yang berarti meski dikuti partai yang jauh lebih
banyak, pemilu kali ini juga mencatat masa kampanye yang relatif damai dibandingkan dengan
pemilu sebelumnya.

E. Pelaksanaan Referendum Timor-Timur


Satu peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie adalah
diadakannya Referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menyelesaikan permasalahan Timor-
Timur yang merupakan warisan dari pemerintahan sebelumnya. 

Harus diakui bahwa integrasi Timor-Timur (Tim-Tim) ke wilayah RI tahun 1975 yang
dikukuhkan oleh TAP MPR No.VI/ M7PR/1978, atas kemauan sebagian warga Timor-Timur
tidak pemah mendapat pengakuan internasional. 

F. Reformasi Bidang Ekonomi


Sesuai dengan Tap MPR tentang pokok-pokok reformasi yang menetapkan dua arah kebijakan
pokok di bidang ekonomi, yaitu penanggulangan krisis ekonomi dengan sasaran terkendalinya
nilai rupiah dan tersedianya kebutuhan bahan pokok dan obat-obatan dengan harga terjangkau,
serta berputarnya roda perekonomian nasional, dan pelaksanaan reformasi ekonomi.

Kebijakan ekonomi Presiden B.J. Habibie dilakukan dengan mengikuti saran-saran dari Dana
Moneter Internasional yang dimodifikasi dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian
Indonesia yang semakin memburuk. Reformasi ekonomi mempunyai tiga tujuan utama yaitu:

1. Merestrukturisasi dan memperkuat sektor keuangan dan perbankan.


2. Memperkuat basis sektor riil ekonomi.
3. Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka yang paling menderita akibat krisis.

Secara perlahan presiden Habibie berhasil membawa perekonomian melangkah ke arah yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan ekonomi yang sangat buruk, ketika terjadinya
pengalihan kepemimpinan nasional dari Soeharto kepada Habibie. 

Pemerintahan Habibie berhasil menurunkan laju inflasi dan distribusi kebutuhan pokok mulai
kembali berjalan dengan baik. Selain itu, yang paling signifikan adalah nilai tukar rupiah
mengalami penguatan secara simultan hingga menyentuh Rp. 6.700,-/dolar AS pada bulan Juni
1999. 

Padahal pada bulan yang sama tahun sebelumnya masih sekitar Rp. 15.000,-/dollar AS. Meski
saat naiknya eskalasi politik menjelang Sidang Umum MPR rupiah sedikit melemah mencapai
Rp. 8000,-/dolar AS. 

Sesuai TAP MPR No. X/MPR/1998 tentang penanggulangan krisis di bidang sosial budaya yang
terjadi sebagai akibat dan krisis ekonomi, Pemerintah telah melaksanakan Program Jaring
Pengaman Sosial (JPS). 

Program Jaring Pengaman Sosial, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan, telah banyak
membantu masyarakat miskin dalam situasi krisis. Pada masa Presiden B.J. Habibie
pembangunan kelautan Indonesia mendapat perhatian yang cukup besar. 

Pembangunan kelautan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan wilayah
perairan Indonesia sebagai wilayah kedaulatan dan yurisdiksi nasional untuk didayagunakan dan
dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan ketahanan bangsa Indonesia.

G. Reformasi Bidang Hukum


Sesuai Tap MPR No.X/MPR/1998 reformasi di bidang hukum diarahkan untuk menanggulangi
krisis dan melaksanakan agenda reformasi di bidang hukum yang sekaligus dimaksudkan untuk
menunjang upaya reformasi di bidang ekonomi, politik dan sosial budaya.

Keberhasilan menyelesaikan 68 produk perundang-undangan dalam waktu yang relatif singkat,


yaitu hanya dalam waktu 16 bulan. 

Setiap bulan rata-rata dapat dihasilkan sebanyak 4,2 undang-undang yang jauh melebihi angka
produktivitas legislatif selama masa Orde Baru yang hanya tercatat sebanyak 4,07 undang-
undang per tahun (0,34 per bulan).

Anda mungkin juga menyukai