Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEMAM THYPOID
Disusun Oleh :
RIZKI HANDAYANI
210104085
B. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut getar, tidak
berspora, dan mempunyai tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat
kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman
tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 oc (optimum
37oc) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang terkontaminasi,
fomitus dan lain sebagainya.
Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa salmonella parathypi
A,B, dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat
ditularkan berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah :
1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi
2. Makanan mentah atau belum masak
3. Kurangnya sanitasi dan higienitas
4. Daya tahan tubuh yang menurus
Menurut ngastiyah (2007:237), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan jika memelalui minuman yang terlama 30
hari. Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak
badan, nyeri, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian gejala
klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :
1. Demam
pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan mreningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan
normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
( ragaden). lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujungnya dan
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung.
Hati dan Limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gesilah (kecuali penyakit berat dan terhambat
mensapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dari kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setalah
suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori
relaps terjadinya karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun obat zat anti.
D. Patofisiologi
Bakteri salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2)
banyak bakteri yang mati. keadaan-keadaan seperti alkorhidiria,gastrektomi,
pengobatan dengan antagonis reseptor histamine H2, inhibitor pompa proton atau
antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih
hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel
mukosa dan kemudian menginvasi sel mukosa dan menembus dinding usus,
tepatnya di ileum dan jejunum. sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel
limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang
melewati sirkulai sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa.
salmonella thypi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuclear di
dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesentrika, hati dan limfe (Soedarmo,Suwarmo
S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulansi kuman serta respon imun pejamu maka
salmonella thypi akan keluar dari habitnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ
manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh salmonella thypi adalah hati,
limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan peyer’s patch dari ileum
terminal. Kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah dan
penyebaran retrograde dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat
menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan oleh tinja. Peran endotoksin
dalam pathogenesis demam thypoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus.
Diduga endotoksin dari salmonella thypi menstimulasi magrofag di dalam hati,
limpa, folikel, limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokinin dan zat-zat lain. Produk dari magrofag inilah yang dapat
menimbulkan nekrosis sel, sistem vascular tidak stabil, demam, depresi sumsum
tulang belakang, kelainan pada darah dan menstimulasi sistem imunologik
(Soedarmo,Suwarmo S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics.
Jakarta : IDAI).
E. Pemeriksaan diagnosis
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia
sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
e. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita tthypoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat
kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau
titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall
kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid
bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum
menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu
pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai
dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid,
maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas.
F. Penatalaksanaan umum
Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol
Keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi
f. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari (Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah III. Jakarta:
EGC).
G. Pathway
H. Fokus pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,pekerjaan, suku/bangsa,agama, status
perkawinan,tanggal masuk rumah sakit, no RM dan diagnose masuk.
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun –
turun, nyeri perut,pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke dalam
tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid.
e. pola-pola fungsi kesehatan
- Pola nutrisi dan metabolism
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
- Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urin tidak mengalami gangguan,hanya warna kuning kecoklatan.
Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar dn merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
- pola aktivitas dan latihan
aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.
- Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh.
- Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit pada
anaknya.
- Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suara waham pada klien.
- Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
- Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
I. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella thypi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
J. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil :
i. Tingkatkan istirahat.
j. kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak
berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.