Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai
eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah
merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali
karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air,
sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan banyak
sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan
menuju paru-paru dalam bentuk ion bikarbonakt (HCO3-).
Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan dapar asam-
basa (seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah
bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah. Sel
darah merah normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kirakira 7,8
mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5
mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-
rata sel darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah
merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler. Sesungguhnya,
sel darah merah merupakan suatu “kantung” yang dapat diubah menjadi
berbagai bentuk. Selanjutnya, karena sel normal mempunyai membran yang
sangat kuat untuk menampung banyak bahan material di dalamnya, maka
perubahan bentuk tadi tidak akan meregangkan membran secara hebat, dan
sebagai akibatnya, tidak akan memecahkan sel, seperti yang akan terjadi pada

1
sel lainnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting sel
darah merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu
protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua
proses tersebut.
Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat
diketahui juga keadaan organ tubuh seseorang.
Beberapa pemeriksaan yang dapat menggambarkan parameter penting
dari fungsi dan struktur eritrosit di dalam tubuh antara lain hitung eritrosit,
hemoglobin dan hematokrit. Hitung eritrosit atau red blood cell count (RBC)
adalah menghitung jumlah total eritrosit dalam darah. Nilai rujukan normal
eritrosit adalah 4-5 juta/mm3. Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit
yang bertugas mengangkut oksigen. Hematokrit (Ht) adalah jumlah eritrosit
dalam 100 ml darah . Ketiga parameter di atas biasa digunakan untuk
menegakkan adanya anemia .
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu
pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah.
Darah mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan
darah secara tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh.
Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dimana didalamnya terdapat
pemeriksaan dengan hitung eritrosit.

1.2.Tujuan
Mengetahui cara untuk menghitung eritrosit dalam kamar hitung.
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui cara untuk menghitung eritrosit dalam
kamar hitung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Pengertian Eritrosit
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm
kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta
sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel
darah merah. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan
garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan
dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna
merah berupa hemoglobin (Bakta2006).
Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin.
Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi
hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan
mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di
paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen. 2 Hb2+ 4 O2 ==> 4
Hb O2 (oksihemoglobin). Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi
pelepasan oksigen oleh Hb. 4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau
mikroliter darah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel
eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode
manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung.
Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan
isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis.
Larutan Pengencer yang digunakan adalah :
1. Larutan Hayem
Larutan hayem terdiri dari Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g,
Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia,
larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi
protein, rouleaux, aglutinasi.
2. Larutan Gower

3
Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml.
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
3. Natrium klorid 0.85 % (Anonim1. 2012).
2.2 Nilai Normal Eritrosit
Nilai Normal eritrosit pada manusia yakni :
1. Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
2. Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
3. Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
4. Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
5. Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
6. Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi
bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat
besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya
digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000
eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit secara keseluruhan (Anonim. 2012).
2.3 Penurunan Eritrosit
 kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis,
mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis,
kehamilan, hidrasi berlebihan.
1. Gejala Anemia
a. Lemah, lesu, pusing, mudah marah atau sulit konsentrasi.
b. Pucat terutama pada gusi dan kelopak mata atau bawah kuku.
c. Jantung berdebar nafas pendek.
d. Sariawan mulut atau lidah, bilur-bilur atau pendarahan tidak biasa.
e. Mati rasa atau kesemutan di daerah kaki, mual serta diare
2. Penyebab
Difesiensi besi adalah penyebab anemia paling umum. Defesiensi
besi dapat terjadidari pola makan sehari-hari yang rendah besi. Kurang

4
protein, asam folat, vitamin B12 dari makanan sehari-hari juga
memungkinkan terjadinya anemia, mengingat pentingnya unsur-unsur
tersebut dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia juga bisa
disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus (slow
bleeding) seperti akibat wasir, tukak lambung, kanker lambung atau usus
dan efek penggunaan aspirin atau obat-obat nonsteroidal anti inflamasi terus
menerus, menstruasi berat, penyakit yang berhubungan dengan darah seperti
leukemia dan infeksi (cacing, malaria). Pecandu alcohol, perokok, pasien
dengan penyakit saluran pencernaan (gastritis, celiac disease atau crohn’s
disease), vegetarian ekstrim, orang lanjut usia dan wanita hamil termasuk
yang beresiko defisiensi besi, akibat gizi buruk atau kurang gizi atau
penyerapan gizi kurng baik (Bakta, I Made. 2006).
3. Pengobatan untuk penderita anemia
Makanlah variasi makanan yang kaya besi, asam folat, dan B12 dari
empat kelompok makanan wajib (protein, karbohidrat, lemak, sayuran dan
buah) seperti polong-polongan kering dan kacang-kacangan, hati, daging,
telur, ikan, kerang-kerangan, buah kering, sayuran hijau, kelompok buah
sitrus. Jika anda sering mengalami menstruasi berat, seger konsultasikan
dengan dokter karena anda mempunyai risiko anemia. Bagi yang sedang
hamil atau berencana untuk hamil, tanyakan pada dokter tentang perlu
tidaknya mengkonsumsi suplemen besi. Segera pergi ke dokter jika anda
melihat ada bercak darah pada fases atau urine anda. Mengkonsumsi
makanan yang kaya akan vitamin C ( asam askorbat) seperti jeruk, tomat,
mangga dan lain-lain, sebab asam askorbat dapat meningkatkan penyerapan
zat besi (Permono, Bambang. 2005).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pipet eritrosit, clinipet
20 µl, pipet volumetrik 4 ml, tabung reaksi, Kamar Hitung Improved Neubauer
dan kaca penutup, pipet Thoma serta mikroskop.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu spesimen darah dan
Larutan hayem.
3.3 Proses Kerja
3.3.1 Metode Pipet
a. Memipet darah menggunaan pipet eritrosit sampai tanda 0,5.
b. Mengencerkan dengan larutan pengencer sampai tanda 101.
c. Menghomogenkan selama 3 menit.
d. Mengisi kamar hitung
e. Menghitung jumlah eritrosit pada kamar hitung
3.3.2 Metode Tabung
a. Memasukkan larutan pengencer ke dalam tabung reaksi ukuran 75 x 10
mm.
b. Menambahkan 20 µl darah EDTA ke dalam tabung yang telah berisi
larutan pengencer
c. Mengisi kamar hitung
d. Menghitung jumlah eritrosit pada kamar hitung
3.4. Interpretasi Hasil
Nilai Normal eritrosit pada manusia yakni :
1. Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
2. Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
3. Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
4. Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
5. Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil
Sampel Hasil Nilai Normal
Sampel darah EDTA Mr. X 5,76 juta/µl Laki-laki : 4,5-6,0 juta/µl
Pereempuan : 4,0-5,5 juta/µl
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
Perhitungan :
Jumlah eritrosit yang dihitung
Jumlah eritrosit = × faktor
pengenceran volume yang dihitung(ml)
Bila jumlah eritrosit yang dihitung dalam bidang sebesar A, B, C, D, E adalah N
maka :
N × 200
Jumlah eritrosit = = 10.000 N
5×(0,2 × 0,2× 0,1)
Hasil yang diperoleh yaitu :
Kamar A = 118, Kamar B = 127, Kamar C =120, Kamar D = 106, Kamar E = 105
Jumlah Eritrosit = N × 10.000
Jumlah Eritrosit = N × 10.000 = 5.760.000/µl

Gambar 4.1 Kamar Hitung


4.2 Pembahasan
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm
kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel
darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah
merah. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis

7
tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat
berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah
berupa hemoglobin.
Pada praktikum menghitung jumlah eritrosit ini digunakan kamar
hitung dalam metodenya dan pipet eritrosit serta mikroskop. Cara ini tekniknya
agak rumit, waktu yang diperlukan lebih lama, kesalahan yang dicapai 10%.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil laboratorium seperti
pada pengambilan sampel darah di daerah tangan yang terpasang jalur
intravena menyebabkan hitung eritrosit rendah, pengenceran yang tidak tepat,
larutan pengencer tercemar darah atau lainnya, alat yang digunakan kotor atau
basah, serta perhitungan mikroskopik kurang tepat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh sampel darah tersebut termasuk pada
kategori normal. Menurut referensi yang ada Mr. X memiliki jumlah eritrosit
yang normal yakni 5,76 juta/µ/l.
Menghitung jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang
bukan suatu hal yang mudah karena sel-sel darah merah yang terkandung
dalam darah berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang
dinamakan dengan Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Dalam proses
penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten
dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam
kamar hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah.

8
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan diperoleh nilai normal
yaitu 5,76 µ/l. Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm
kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel
darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah
merah.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktium sebaiknya dilakukan dengan baik agar
dapat mengerti hasil dari percobaan yang dilakukan dan terhindar dari
kecelakaan kerja di laboratorium.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2012. Pemeriksaan darah lengkap. Tersedia : http//www.itd.unair.ac.id.


diakses 29 November 2015

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

Dedy Arianda. 2014. Buku saku Analis Kesehatan. Analis Muslim Publisher.
Bekasi.

Gandasoebrata.R. 1967. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.

Permono, Bambang. 2005. Buku Ajar Hematologi. Badan Penerbit IDAI : Jakarta

Rusdin. 2015. Hematology in practice. Pustaka As Salam : Sulawesi Selatan

LAMPIRAN 2

(Dokumentasi Kegiatan)

Gambar Pengambilan sampel Gambar Sampel Darah

10

Gambar Pemeriksaan Hitung Gambar Sampel Darah


Eritrosit

Anda mungkin juga menyukai