3 PB
3 PB
Abstract. This study intends to determine the effect of Firm Size, Managerial Ownership and Bonus Compensation to
Earnings Management at Manufacturing Sector listed in Indonesia Stock Exchange Year 2014-2017. The population in
this study is the sector Manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2017. The sampling
technique used was purposive sampling and obtained 20 companies with a research period of 4 years, to obtain 80
sample data. The method of data analysis in this study is panel data regression analysis using software Eviews 10. The
results showed that simultaneously Firm Size, Managerial Ownership anda Bonus Compensation have a significant
effect on Earnings Management. While partially Firm Size have a significant effect on the negative direction on
Earnings Management, Bonus Compensation have a significant effect on the positive direction on Earnings
Management. While Managerial Ownership have no significant effect on Earnings Management
.
Keywords: Firm Size; Managerial Ownership, Bonus Compensation and Earnings Management.
Abstrak. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial dan
Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2017. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2014-2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling dan diperoleh 20 perusahaan dengan
periode penelitian selama 4 tahun, sehingga diperoleh 80 data sampel. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis regresi data panel dengan menggunakan software Eviews 10 dengan menggunakan metode PLS, FE dan RE.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kompensasi bonus
berpengaruh terhadap manajemen laba. Secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dengan arah
negatif terhadap manajemen laba, kompensasi bonus berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap
manajemen laba. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci. Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kompensasi Bonus dan Manajemen Laba.
triliun pada kuartal ketiga 2014 mengalami Yatulhusna (2015); dan Pujiningsih (2011)
perubahan menjadi Rp59 miliar bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
(finance.detik.com, 2019). terhadap tindakan manajemen laba sebuah
Seperti uraian fenomena data yang telah perusahaan.
di paparkan pada latar belakang penelitian, Kepemilikan manajerial menurut Gideon
bahwa tindakan manajemen laba masih dalam (Pramesti & Budiasih, 2017) merupakan
dilakukan di berbagai perusahaan terutama besarnya jumlah saham yang dimiliki oleh
pada perusahaan sektor manufaktur. Bahkan manajerial dalam sebuah perusahaan, besaran
tindakan manajemen laba ini tidak hanya manajemen laba yang dilakukan akan berbeda-
dilakukan oleh perusahaan kecil namun beda tergantung dari motivasi melakukannya,
perusahaan besar sekali pun masih tetap seperti manajer yang sekaligus sebagai
melakukan tindakan manajemen laba. Tindakan pemegang saham dan manajer yang tidak
manajemen laba yang dilakukan oleh sebagai pemegang saham. Kepemilikan
perusahaan dengan merekayasa atau manajerial merupakan besaran saham yang
menyajikan laporan keuangan yang fiktif dapat dimiliki oleh manajer dibandingkan dengan
berdampak buruk pada perusahaan itu sendiri. seluruh modal saham yang beredar (Asih,
Tindakan manajemen laba tersebut dapat 2014). Menurut Suryanawa (2017) dengan
mengakibatkan citra perusahaan menjadi tidak meningkatkan kepemilikan manajerial dalam
baik, mengurangi kepercayaan pihak eksternal sebuah perusahaan, memungkinkan untuk
yang terlibat kepada perusahaan dan juga terjadinya penurunan tindakan manajemen laba
mengakibatkan pengambilan keputusan yang juga. Meningkatnya kepemilikan manajerial
berujung menyesatkan seperti pengambilan diharapkan juga dapat meningkatkan
keputusan investor untuk berinvestasi kepada pengawasan di dalam perusahaan. Hasil
perusahaan. Penelitian ini bermaksud untuk penelitian mengenai kepemilikan manajerial
mengetahui faktor-faktor apa yang dapat oleh Pramesti & Budiasih (2017); Dimarcia &
mempengaruhi manajemen laba dalam Krisnadewi (2016); Nugroho (2015) dan
perusahaan. Suryanawa (2017) mengungkapkan bahwa
Praktik manajemen laba dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
ukuran perusahaan. Menurut Sujoko dalam manajemen laba. Penelitian sebelumnya
(Sosiawan, 2012) ukuran perusahaan dikatakan menjelaskan bahwa dengan ditingkatkannya
besar jika perusahaan mengalami kepemilikan saham atas komisaris ataupun
perkembangan-perkembangan ke arah yang direksi dapat meminimalkan terjadinya
positif sehingga akan lebih menarik investor manajemen laba dalam sebuah perusahaan. Hal
untuk berinvestasi. Menurut Asih (2014) berbeda dikemukakan oleh Agustia (2013);
ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan kecil Lamora dan Kamaliah (2013), Sunaryo (2010)
dan besar dengan memperhatikan total aktiva, dan Pujiningsih (2011) bahwa kepemilikan
nilai pasar saham, log size dan sebagainya. manajerial tidak berpengaruh terhadap tindakan
Menurut Agusti & Pramesti (2013) semakin manajemen laba sebuah perusahaan.
besar perusahaan maka kemungkinan Menurut Sulistyanto (2014) bonus plan
terjadinya manajemen laba dalam perusahaan hypothesis atau kompensasi bonus merupakan
akan semakin kecil. Hasil penelitian mengenai satu dari berbagai motivasi dilakukannya
ukuran perusahaan oleh Aprina & Khairunnisa manajemen laba oleh manajemen, manajemen
(2015); Agusti & Pramesti (2013), Suryanawa cenderung menggunakan dan memilih metode-
(2017) dan Asih (2014) mengungkapkan bahwa metode akuntansi yang akan meningkatkan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap angka laba perusahaan. Bonus yang diberikan
manajemen laba. Hal berbeda dikemukakan oleh perusahaan kepada dewan komisaris dan
oleh Irawan (2013); Sosiawan (2012); direksi dapat berwujud tunjangan yang diterima
dalam melakukan manajemen laba dalam menyusun laporan keuangan mengenai data
sebuah perusahaan. Pertama, political cost akuntansi dan fakta material yang berujung
hypothesis dimana menjelaskan bahwa menyesatkan saat digunakan sebagai dasar
perusahaan akan cenderung menggunakan dan dalam pengambilan sebuah keputusan
memilih metode akuntansi yang dapat (Sulistyanto, 2014:48-50).
memperbesar laba atau memperkecil laba yang Berdasarkan uraian definisi manajemen
dilaporkan. Kedua, debt (equity) hypothesis laba diatas dapat disimpulkan bahwa
dimana menjelaskan perusahaan dengan rasio manajemen laba merupakan tindakan
antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung perekayasaan laporan keuangan terutama untuk
menggunakan dan memilih metode akuntansi merekayasa laba perusahaan agar sesuai dengan
dengan harapan laba yang dilaporkan juga akan yang diinginkan. Motivasi tertentu dapat
lebih tinggi. Perusahaan juga akan berupaya mendorong manajer untuk melaporkan kegiatan
melanggar kontrak utang dengan kreditor atau laporan keuangan sesuai dengan apa yang
apabila terdapat keuntungan dan manfaat yang diinginkan atau dikatakan tidak sesuai dengan
dapat diperoleh. Ketiga, bonus plan hypothesis keadaan yang sesungguhnya. Tindakan
dimana menjelaskan bahwa dengan adanya perekayasaan laba ini justru akan berdampak
perencanaan kompensasi dan bonus, manajerial negatif dimana akan berpengaruh terhadap
cenderung akan menggunakan dan memilih kualitas laba yang menurun dan berpengaruh
metode-metode akuntansi yang akan terhadap pengambilan keputusan-keputusan
menciptakan laba yang dilaporkan lebih besar. yang didasarkan pada data laba atau secara
Adanya kepentingan-kepentingan tertentu oleh keseluruhan laporan keuangan. Menurut Hery
perusahaan dapat berdampak pada penggunaan (2015) tindakan merekayasa laba tidak
maupun penyusunan laporan keuangan yang selamanya hanya mengacu pada upaya
berujung pada manajemen laba. memanipulasi data namun juga cenderung
dengan pemilihan metode akuntansi yang
Manajemen Laba diperkenankan menurut standar akuntansi yang
Manajemen laba menurut Fisher dan ada.
Rosenzweig (1995) merupakan tindakan Bagian yang memberikan peluang dalam
menurunkan atau menaikkan laba pada periode melakukan manajemen laba meliputi penilaian
tertentu oleh manajemen tanpa menyebabkan persediaan, pengakuan pendapatan dan
penurunan dan peningkatan keuntungan penurunan nilai asset. Subramanyam dan Wild
ekonomi perusahaan untuk jangka panjang (2010) menguraikan dua metode dalam
disebut dengan manajemen laba. Sedangkan melakukan manajemen laba meliputi
menurut Schipper (1989) manajemen laba manajemen laba melalui klasifikasi laba dan
merupakan penyusunan laporan keuangan yang pemindahan laba.
di dalamnya terdapat campur tangan yang Manajemen laba melalui klasifikasi laba
mengarahkan kepada menguntungkan diri dilakukan dengan mengklasifikasikan laba
sendiri. Healy dan Wahlen (1999) menjelaskan secara tertentu pada bagian laporan laba rugi
bahwa tindakan manajemen laba terjadi saat yaitu membedakan antara pendapatan dan
manajer menentukan keputusan sesuai dengan beban. Manajemen laba pada umumnya
kebutuhan pribadinya dalam melaporkan dan dilakukan melalui klasifikasi dengan
menyusun laporan keuangan perusahaan yang melaporkan beban pada pos luar biasa atau
berdampak menyesatkan stakeholder dalam memindahkan beban di bawah garis dan tidak
penggunaan laporan tersebut. Menurut National berulang sehingga tidak begitu diperhatikan
Association of Certified Fraud Examiners karena memiliki anggapan tidak penting.
definisi manajemen laba merupakan kesalahan Pemindahan laba dilakukan dengan
yang disengaja dan kelalaian saat dalam pemindahan laba periode tertentu ke periode
penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif berbeda, namun intersep tersebut bersifat
dan regresi data panel. stokastik atau random. Juga terdapat perbedaan
terhadap residual individu/perusahaan namun
Analisis Regresi Data Panel tetap antarwaktu. Sebagai pengganti model
Analisis regresi yang digunakan pada OLS untuk mengestimasikan model regresi
penelitian ini adalah Data Panel. Data panel model ini menggunakan metode generalized
merupakan gabungan antara data time series least square (GLS). Berdasarkan ketiga model
dan cross section, dan terdapat tiga jenis regresi tersebut dan setelah dilakukan uji
metode regresi data panel diantaranya common kelayakan regresi, penelitian ini menggunakan
effect, fixed effect dan random effect model Fixed Effect.
(Kurniawan, 2011).
Terdapat tiga jenis metode regresi data Operasional Variabel
panel yang dapat digunakan menurut Manajemen Laba
Kurniawan (2011:201-214), yaitu model Manajemen laba pada penelitian ini
common effect, fixed effect dan model random diukur menggunakan Benesih M-Score.
effect. Model Common Effect (Common Efect Menurut Beneish (1999) manajemen laba pada
Model/CEM) merupakan Estimasi data panel perusahaan dapat diproksikan dengan
yang menggunakan kombinasi data cross menggunakan Beneish M-Score Model dengan
section dan time series dengan menggunakan mengandalkan data keuangan perusahaan itu
model Ordiary Least Square (OLS). sendiri. Model Benesih M-Score sebagai proksi
Pendekatan dengan menggunakan model ini manajemen laba sudah banyak digunakan dan
tidak memperhatikan dimensi waktu dan sudah teruji di beberapa Negara seperti pada
individu. Dengan menggunakan pendekatan Negara India (Ragheveer Kaur, 2014), Vietnam
OLS ini, metode common effect diasumsikan (Linh, 2016) , Malaysia (Mohamad Ezrien
bahwa slope (koefisien regresi) dan intersep Mohamad Kamal, 2016), Italia (Koschtial,
tetap untuk setiap perusahaan, waktu dan 2013), Indonesia (Herawati, 2015) dan Nigeria
individu. Model Fixed Effect (Fixed Effect (Oraka Azubuike Onuora, 2013) dan hasil
Model/FEM) dimana terdapat asumsi bahwa penelitian menjelaskan bahwa Beneish M-Score
intersep setiap perusahaan maupun individu mampu membedakan perusahaan yang
berbeda sedangkan slope regresinya tetap sama. melakukan manajemen laba dan yang tidak
Intersep berbeda mengasumsikan bahwa setiap melakukan manajemen laba dengan
individu memiliki karakteristik masing-masing menggunakan data-data laporan keuangan
yang berbeda dan untuk membedakannya perusahaan. Berikut adalah pengukuran untuk
digunakan variabel dummy atau yang sering setiap komponen dan bagaimana interpretasi
disebut least square dummy variabel (LSDV). terhadap tiap-tiap komponen yang digunakan
Model ini menambahkan sebanyak (n-1) dalam pengukuran Beneish M-Score itu sendiri
dummy variabel kedalam model dan satu (Beneish, 1999):
sisanya dihilangkan sebagai upaya menghindari Asset quality indeks (AQI), merupakan
kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. rasio dari aktiva tidak lancer selain property,
Model Random Effect (Random Effect plant dan equipment (PPE) untuk total aset dan
Model/REM) ini berbeda dengan model fixed ukuran dari jumlah total asset masa depan yang
effect yang memasukkan variabel dummy. masih berpotensi kurang pasti. AQI mengukur
Model ini menggunakan residual yang diduga rasio kualitas asset pada tahun t dibandingkan
memiliki hubungan antara waktu dan antar tahun (t-1). Menurut Siegel (1991) bahwa AQI
individu/antar perusahaan. Model ini merupakan ukuran agregat perubahan analisis
mengasumsikan bahwa setiap risiko realisasi asset. Jika AQI lebih besar dari
individu/perusahaan memiliki intersep yang 1, menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi
Ukuran Perusahaan
Total accruals to total assets (TATA), Yatulhusna (2015) berpendapat bahwa
dihitung sebagai perubahan terhadap working perusahaan dapat diklasifikasikan besar dan
capital account yang dapat mengurangi kecil dengan memperhatikan rata-rata
depresiasi. Model TATA mengukur rasio total penjualan, rata-rata aktiva, jumlah penjualan
akrual terhadap total aset. Total akrual telah dan total aktiva. Besar kecilnya ukuran
digunakan dalam beberapa penelitian, dimana perusahaan dapat menggambarkan kemampuan
total akrual digunakan untuk menilai sejauh perusahaan dalam mengembangkan ekspansi
mana manajer membuat discretionary bisnis melalui pemodalan yang diterima
akuntansi sebagai upaya mengubah melalui perbankan ataupun pasar modal. Pada
penghasilan. Total akrual dihitung dari selisih penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan
pendapatan sebelum item luar biasa dengan rumus berikut:
arus kas operasi dibandingkan dengan total
aset. Berikut adalah rumus dalam menghitung (10)
total accruals to total asset.
Pada variabel manajemen laba yang lebih kecil dari standar deviasinya yaitu sebesar
diukur dengan Beneish M-Score, rata-rata 0,849276. Hal ini menunjukkan bahwa data
manajemen laba pada perusahaan manufaktur manajemen laba heterogen (bervariasi).
tahun 2014-2017 sebesar -2,248193. Kriteria Variabel ini juga memiliki nilai maksimum
pada Beneish M-Score menjelaskan bahwa sebesar 0,568270 pada perusahaan Intanwijaya
perusahaan yang memiliki angka Beneish M- International Tbk dan nilai minimum sebesar -
Score di atas -2,22 dikategorikan sebagai 4,936820 pada perusahaan Panasia Indo
perusahaan yang melakukan manajemen laba. Resources Tbk.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan Pada variabel ukuran perusahaan yang
bahwa perusahaan manufaktur mayoritas tidak di proksikan dengan Ln total aset. Rata-rata
melakukan manajemen laba, namun angka total aset perusahaan manufaktur tahun 2014-
mean manajemen laba tersebut juga sangat 2017 senilai 27,88480. Berdasarkan Keputusan
dekat dengan angka kriteria adanya tindakan Ketua BAPEPAM No KEP-11/PM/1997
manajemen laba, dengan kata lain masih ada menyatakan bahwa perusahaan dengan jumlah
kecenderungan perusahaan manufaktur untuk total aset tidak melebihi dari
melakukan manajemen laba di dalam Rp100.000.000.000 dikategorikan sebagai
perusahaannya. Nilai mean manajemen laba perusahaan kecil atau menengah sedangkan
perusahaan dengan jumlah total aset melebihi 10,40857%. Hal ini menunjukkan bahwa data
Rp100.000.000.000 dikategorikan sebagai kepemilikan manajerial perusahaan manufaktur
perusahaan besar. tahun 2014-2017 bersifat heterogen
Berdasarkan kriteria BAPEPAM, (bervariasi). Variabel ini juga memiliki nilai
perusahaan manufaktur dapat dikategorikan maksimum sebesar 38,02000% pada
sebagai perusahaan besar dimana jumlah aset perusahaan Wismilak Inti Makmur Tbk dan
dalam rupiah dapat dilihat pada lampiran 1. nilai minimum sebesar 0,009000% pada
Dimana semakin besar perusahaan, maka perusahaan Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
semakin tinggi juga kemampuan perusahaan Pada variabel kompensasi bonus yang
dalam mencari dan mengembangkan ekspansi di proksikan dengan Ln kompensasi. Nilai rata-
bisnis melalui pemodalan yang diterima rata tunjangan, gaji dan insentif pada
melalui perbankan ataupun pasar modal. perusahaan manufaktur tahun 2014-2017
Semakin besar perusahaan juga akan sebesar 22,70886. Menurut Aprina &
mengakibatkan semakin tingginya ketertarikan Khairunnisa (2015) kompensasi bonus
para kreditor, investor maupun pemerintah baik merupakan pemberian penghargaan oleh
dalam berinvestasi maupun dalam memberikan pemilik perusahaan kepada manajemen yang
kredit. Mean pada ukuran perusahaan lebih mengelola perusahaan atas pencapaian hasil
tinggi dari standar deviasi yaitu 1,343658. Hal yang baik dan melebihi capaian yang telah
ini menunjukkan bahwa data ukuran ditentukan.
perusahaan manufaktur tahun 2014-2017 Berdasarkan nilai mean kompensasi
bersifat homogen (berkelompok). Variabel ini bonus dapat disimpulkan bahwa perusahaan
juga memiliki nilai maksimum sebesar manufaktur memiliki jumlah skema bonus yang
30,44140 pada perusahaan Kalbe Farma Tbk besar dan juga menyatakan bahwa perusahaan
dan nilai minimum sebesar 25,29535 pada manufaktur mampu menciptakan pencapaian
perusahaan Kedaung Indah Can Tbk. hasil yang baik, bahkan mampu menghasilkan
Kepemilikan manajerial pada penelitian capaian melebihi target yang telah di tentukan.
ini di proksikan dengan persentase jumlah Pujiati & Arfan (2013) juga berpendapat bahwa
saham yang dimiliki oleh manajerial. Nilai rata- adanya pemberian bonus kepada manajer juga
rata kepemilikan manajerial perusahaan didasarkan pada hasil kerja yang baik. Dimana
manufaktur tahun 2014-2017 sebesar 9,29432% perusahaan akan meningkatkan kompensasi
dari jumlah keseluruhan saham beredar yang akan diberikan kepada komisaris dan
perusahaan manufaktur. direksi jika kinerja yang dihasilkan juga
Menurut Suryanawa (2017) semakin meningkat.
besar kepemilikan manajerial sebuah Nilai rata-rata kompensasi bonus
perusahaan akan dapat mengurangi tindakan perusahaan manufaktur tahun 2014-2017 lebih
opportunistic manajemen di dalam perusahaan. tinggi dari standar deviasinya sebesar
Dengan kata lain adanya kepemilikan 1,135611. Hal ini menunjukkan bahwa data
manajerial dapat memperkuat serta kompensasi bonus perusahaan manufaktur
meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas tahun 2014-2017 bersifat homogeny
yang terjadi di dalam perusahaan. Adanya (berkelompok). Variabel ini juga memiliki nilai
kepemilikan manajerial juga dapat mengurangi maksimum sebesar 24,74005 pada perusahaan
berbagai tindakan opportunistic dan penetapan Selamat Sempurna Tbk dan nilai minimum
kebijakan-kebijakan dan pengambilan sebesar 20,41266 pada perusahaan Yanaprima
keputusan yang hanya menguntungkan pihak- Hastapersada Tbk.
pihak tertentu saja. Nilai rata-rata kepemilikan
manajerial perusahaan manufaktur lebih rendah Hasil Uji Asumsi Klasik
dari standar deviasinya yaitu sebesar
Dependent Variable: ML
Method: Panel Least Squares
Date: 02/21/19 Time: 15:37
Sample: 2014 2017
Periods included: 4
Cross-sections included: 20
Total panel (balanced) observations: 80
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 16.64395 5.240689 3.175909 0.0024
UP -0.862079 0.229457 -3.757040 0.0004*
KM -0.010556 0.009638 -1.095216 0.2780
KB 0.402582 0.153911 2.615679 0.0114*
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variabels)
R-squared 0.448648 Mean dependent var 1.649140
Adjusted R-squared 0.235845 S.D. dependent var 0.313091
S.E. of regression 0.273691 Akaike info criterion 0.482392
Sum squared resid 4.269692 Schwarz criterion 1.167225
Log likelihood 3.704312 Hannan-Quinn criter. 0.756961
F-statistic 2.108282 Durbin-Watson stat 3.049645
Prob(F-statistic) 0.012635
Sumber: Output Eviews 10 (data yang telah diolah, 2019)
Berdasarkan hasil pengujian model fixed kreditor dan pemerintah untuk berinvestasi
effect yang tersaji pada tabel 2 diperoleh nilai terhadap perusahaan besar juga akan
Adjusted R-Square sebesar 0,235845 atau berdampak pada perhatian yang lebih banyak
23,5845%. Hasil ini menjelaskan bahwa dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
variabel independen yaitu ukuran perusahaan, hal ini terkait dengan informasi-informasi yang
kepemilikan manajerial dan kompensasi bonus dimiliki perusahaan dan keadaan perusahaan.
mampu menjelaskan variabel dependen yaitu Sosiawan (2012) juga berpendapat bahwa
manajemen laba 0,235845 atau 23,5845% perusahaan yang mengalami pertumbuhan aset
sedangkan sisanya sebesar 76,4155% ke arah positif atau meningkat akan lebih
dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian menarik di mata investor. Ketertarikan lebih
oleh investor akan mendorong perusahaan
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) untuk tetap mempertahankan dan
Uji statistik t (parsial) digunakan untuk meningkatkan performa perusahaan. Hal ini
mengetahui apakah variabel independen yang dapat menunjukkan bahwa semakin besar
digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh ukuran perusahaan maka kecenderungan
yang signifikan secara parsial terhadap variabel perusahaan untuk melakukan manajemen laba
dependen. Tabel 2 menjelaskan mengenai akan turun, karena perusahaan memiliki
pengaruh variabel independen terhadap tanggungjawab yang lebih terhadap pihak
variabel dependen secara parsial. eksternal atas laporan keuangan yang akan
disajikan. Berdasarkan hasil penelitian dan
Ukuran Perusahaan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan Tabel 2 ukuran perusahaan hipotesis yang dilakukan didukung dan sesuai
memiliki statistik t dengan nilai prob sebesar dengan teori yang telah dijelaskan. Dimana
0,0004 dibawah tarif signifikansi sebesar 0,05 semakin besar ukuran perusahaan maka
atau 5% dan koefisien regresi negatif sebesar - semakin kecil juga kemungkinan perusahaan
0,862079. Dengan demikian, ukuran akan melakukan manajemen laba dikarenakan
perusahaan yang diproksikan dengan total aset semakin banyaknya pengawasan dari berbagai
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap pihak yang terlibat.
manajemen laba. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran Kepemilikan Manajerial
perusahaan, maka semakin kecil pula Berdasarkan Tabel 2 kepemilikan
kemungkinan terjadinya manajemen laba dalam manajerial memiliki statistik t dengan nilai
perusahaan. prob sebesar 0,2780 diatas tarif signifikansi
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebesar 0,05 atau 5% dan koefisien regresi
penelitian Agusti & Pramesti (2013), Swastika negatif sebesar -0,010556. Dengan demikian,
(2013), Kusumawardhani (2012) dan Sunaryo kepemilikan manajerial yang diproksikan
(2010) yang menyatakan bahwa ukuran dengan persentase kepemilikan saham oleh
perusahaan berpengaruh signifikan negatif manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap
terhadap manajemen laba dimana semakin manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan
besar ukuran perusahaan maka perusahaan akan dengan penelitian Agustia (2013), Dela dan
lebih mampu dalam mencari dan Sunaryo (2010), Darsono (2017), dan Lamora
mengembangkan ekspansi bisnis melalui (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan
pemodalan yang diterima melalui perbankan manajerial tidak berpengaruh terhadap
ataupun pasar modal. Perusahaan dengan manajemen laba dimana besar kecilnya jumlah
kemampuan seperti itu akan lebih memberikan kepemilikan saham oleh dewan komisaris dan
ketertarikan bagi para kreditor, investor direksi tidak menghalangi untuk manajemen
maupun pemerintah. Ketertarikan para investor, laba dalam perusahaan tetap terjadi.