Anda di halaman 1dari 20

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial dan


Kompensasi Bonus

Desri Kristianti Panjaitan1, Muhamad Muslih2


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung, Indonesia 1
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung, Indonesia 2

Abstract. This study intends to determine the effect of Firm Size, Managerial Ownership and Bonus Compensation to
Earnings Management at Manufacturing Sector listed in Indonesia Stock Exchange Year 2014-2017. The population in
this study is the sector Manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2017. The sampling
technique used was purposive sampling and obtained 20 companies with a research period of 4 years, to obtain 80
sample data. The method of data analysis in this study is panel data regression analysis using software Eviews 10. The
results showed that simultaneously Firm Size, Managerial Ownership anda Bonus Compensation have a significant
effect on Earnings Management. While partially Firm Size have a significant effect on the negative direction on
Earnings Management, Bonus Compensation have a significant effect on the positive direction on Earnings
Management. While Managerial Ownership have no significant effect on Earnings Management
.
Keywords: Firm Size; Managerial Ownership, Bonus Compensation and Earnings Management.

Abstrak. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial dan
Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2017. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2014-2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling dan diperoleh 20 perusahaan dengan
periode penelitian selama 4 tahun, sehingga diperoleh 80 data sampel. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis regresi data panel dengan menggunakan software Eviews 10 dengan menggunakan metode PLS, FE dan RE.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kompensasi bonus
berpengaruh terhadap manajemen laba. Secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dengan arah
negatif terhadap manajemen laba, kompensasi bonus berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap
manajemen laba. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Kata kunci. Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kompensasi Bonus dan Manajemen Laba.

Corresponding Author. desrikp0@gmail.com, muhamadmuslih@telkomuniversity.ac.id


How to Cite This Article. Panjaitan, D. K., Muslih, M. (2019). Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial dan Kompensasi. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 11 (1), 1-20.
History of Article. Received : Januari 2019, Revision: Maret 2019 Published: Juni 2019
Online ISSN: 2541-0342. Print ISSN: 2086-2563. DOI : 10.17509/jaset.v11i1.15726
Copyright©2019. Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Program Studi Akuntansi FPEB UPI

PENDAHULUAN laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas


Laporan keuangan digunakan oleh pihak yang informasinya disajikan berdasarkan fakta
eksternal sebagai untuk memperoleh informasi yang ada tanpa mengurangi keterpahaman
terkait keadaan perusahaan, pengambilan terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan
keputusan bagi seorang investor, pencapaian yang mencantumkan informasi-informasi
kinerja suatu perusahaan atau entitas. Dalam material dapat dijadikan dasar bagi stakeholder
PSAK No.1 Tahun 2015 disebutkan bahwa dalam mengukur kinerja perusahaan
laporan keuangan berfungsi untuk memberikan berdasarkan kemampuan manajemen dalam
informasi mengenai laporan posisi keuangan, mengelola sumber daya dan menghasilkan
laporan laba rugi dan penghasilan keuntungan (laba) dan juga bagi shareholder
komprehensif, catatan atas laporan keuangan,

1 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
dalam mengambil keputusan dalam perusahaan untuk jangka panjang disebut
berinvestasi. dengan manajemen laba. Tindakan menaikkan
Salah satu media yang dipakai oleh dan menurunkan laba hanya untuk keuntungan
perusahaan untuk menyampaikan informasi- saat itu juga dan untuk kepentingan sendiri
informasi terkait dengan aktivitas yang tanpa pertimbangan jangka panjang terhadap
dilakukan perusahaan selama satu periode perusahaan.
akuntansi serta memberikan informasi Terdapat beberapa alasan mengapa
mengenai kondisi perusahaan (Sulistyanto, manajer melakukan manajemen laba. Salah
2014). Laporan keuangan juga seharusnya satunya adalah untuk kepentingan
dapat membantu para stakeholder maupun meningkatkan kepercayaan pemegang saham
shareholder untuk mengevaluasi kekuatan dan terhadap kinerja perusahaan dan juga untuk
kelemahan perusahaan denga melihat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor
informasi mengenai modal, kewajiban dan (Sulistyanto, 2014:65-94). Perusahaan yang
asset (Hery, 2015:6). Informasi mengenai laba sedang mengalami financial distress
membantu perusahaan untuk memprediksikan memungkinkan dalam melakukan tindakan
dan melihat seberapa besar laba yang dapat manajemen laba. Dimana perusahaan akan
dihasilkan untuk periode yang mendatang, berusaha menutupi utangnya dan menyajikan
ukuran laba juga menggambarkan bagaimana laporan keuangan agar terlihat bagus dan baik,
kinerja manajemen dalam menghasilkan laba sedangkan keadaan sesungguhnya perusahaan
guna membayar dividen investor, bunga mengalami kerugian yang berturut-turut. Harga
kreditor dan pajak pemerintah. (Hery, saham sebuah perusahaan secara signifikan
2015:34). Informasi laba sering digunakan para dipengaruhi oleh laba perusahaan itu sendiri.
stakeholder dan shareholders sebagai tolak ukur Laba yang terlihat konsisten dapat mengurangi
kinerja perusahaan untuk melihat apakah tujuan risiko yang ada dalam perusahaan. Sebagai
operasi sudah tercapai dan juga sebagai salah satu upaya perusahaan untuk menaikkan
pertanggungjawaban manajemen serta menjadi harga saham dan mengurangi risiko perusahaan
dasar dalam pengambilan sebuah keputusan. tak jarang perusahaan melakukan tindakan
Manajemen laba sering timbul akibat manajemen laba.
benturan kepentingan antara pemilik Salah satu kasus manajemen laba yang
(principal) dan manajemen (agent) atau yang pernah terjadi di Indonesia yaitu pada
sering disebut dengan konflik keagenan serta perusahaan PT. Inovisi Infracom pada tahun
perbedaan informasi yang diterima dimana 2015. Kasus pada perusahaan ini bermula
informasi yang diterima oleh principal lebih ketika Bursa Efek Indonesia menemukan
sedikit dari pada agent (Jensen dan Meckling, indikasi adanya manipulasi laba. Indikasi
1976). Perbedaan informasi yang didapat manajemen laba ini muncul ketika dirasa
membuat seorang pemilik (pemegang saham laporan keuangan yang diterbitkan tidak sesuai
atau investor) menginginkan informasi dan mengalami banyak kesalahan. Kesalahan
perusahaan diperoleh lebih cepat, lebih banyak, yang mencolok terutama pada bagian
valid sehingga memungkinkan dilakukannya penerimaan, bagian pembayaran kas pada
tindakan manajemen laba yang berfokus pada karyawan, laba bersih per saham, aset tetap,
laba sehingga menciptakan prestasi dan kesan utang-utang pada pihak ketiga dan berelasi.
tertentu. Bursa Efek Indonesia juga mempertanyakan
Menurut Fisher dan Rosenzweig dalam adanya perubahan angka terhadap pembayaran
(Sulistyanto, 2014) bahwa tindakan kas kepada karyawan, yang mana pada laporan
menurunkan atau menaikkan laba pada periode keuangan tidak memunculkan penjelasan
tertentu oleh manajemen tanpa menyebabkan adanya perubahan. Pembayaran kas kepada
penurunan dan kenaikan keuntungan ekonomi karyawan yang sebelumnya bernilai Rp1,9

2 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

triliun pada kuartal ketiga 2014 mengalami Yatulhusna (2015); dan Pujiningsih (2011)
perubahan menjadi Rp59 miliar bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
(finance.detik.com, 2019). terhadap tindakan manajemen laba sebuah
Seperti uraian fenomena data yang telah perusahaan.
di paparkan pada latar belakang penelitian, Kepemilikan manajerial menurut Gideon
bahwa tindakan manajemen laba masih dalam (Pramesti & Budiasih, 2017) merupakan
dilakukan di berbagai perusahaan terutama besarnya jumlah saham yang dimiliki oleh
pada perusahaan sektor manufaktur. Bahkan manajerial dalam sebuah perusahaan, besaran
tindakan manajemen laba ini tidak hanya manajemen laba yang dilakukan akan berbeda-
dilakukan oleh perusahaan kecil namun beda tergantung dari motivasi melakukannya,
perusahaan besar sekali pun masih tetap seperti manajer yang sekaligus sebagai
melakukan tindakan manajemen laba. Tindakan pemegang saham dan manajer yang tidak
manajemen laba yang dilakukan oleh sebagai pemegang saham. Kepemilikan
perusahaan dengan merekayasa atau manajerial merupakan besaran saham yang
menyajikan laporan keuangan yang fiktif dapat dimiliki oleh manajer dibandingkan dengan
berdampak buruk pada perusahaan itu sendiri. seluruh modal saham yang beredar (Asih,
Tindakan manajemen laba tersebut dapat 2014). Menurut Suryanawa (2017) dengan
mengakibatkan citra perusahaan menjadi tidak meningkatkan kepemilikan manajerial dalam
baik, mengurangi kepercayaan pihak eksternal sebuah perusahaan, memungkinkan untuk
yang terlibat kepada perusahaan dan juga terjadinya penurunan tindakan manajemen laba
mengakibatkan pengambilan keputusan yang juga. Meningkatnya kepemilikan manajerial
berujung menyesatkan seperti pengambilan diharapkan juga dapat meningkatkan
keputusan investor untuk berinvestasi kepada pengawasan di dalam perusahaan. Hasil
perusahaan. Penelitian ini bermaksud untuk penelitian mengenai kepemilikan manajerial
mengetahui faktor-faktor apa yang dapat oleh Pramesti & Budiasih (2017); Dimarcia &
mempengaruhi manajemen laba dalam Krisnadewi (2016); Nugroho (2015) dan
perusahaan. Suryanawa (2017) mengungkapkan bahwa
Praktik manajemen laba dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
ukuran perusahaan. Menurut Sujoko dalam manajemen laba. Penelitian sebelumnya
(Sosiawan, 2012) ukuran perusahaan dikatakan menjelaskan bahwa dengan ditingkatkannya
besar jika perusahaan mengalami kepemilikan saham atas komisaris ataupun
perkembangan-perkembangan ke arah yang direksi dapat meminimalkan terjadinya
positif sehingga akan lebih menarik investor manajemen laba dalam sebuah perusahaan. Hal
untuk berinvestasi. Menurut Asih (2014) berbeda dikemukakan oleh Agustia (2013);
ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan kecil Lamora dan Kamaliah (2013), Sunaryo (2010)
dan besar dengan memperhatikan total aktiva, dan Pujiningsih (2011) bahwa kepemilikan
nilai pasar saham, log size dan sebagainya. manajerial tidak berpengaruh terhadap tindakan
Menurut Agusti & Pramesti (2013) semakin manajemen laba sebuah perusahaan.
besar perusahaan maka kemungkinan Menurut Sulistyanto (2014) bonus plan
terjadinya manajemen laba dalam perusahaan hypothesis atau kompensasi bonus merupakan
akan semakin kecil. Hasil penelitian mengenai satu dari berbagai motivasi dilakukannya
ukuran perusahaan oleh Aprina & Khairunnisa manajemen laba oleh manajemen, manajemen
(2015); Agusti & Pramesti (2013), Suryanawa cenderung menggunakan dan memilih metode-
(2017) dan Asih (2014) mengungkapkan bahwa metode akuntansi yang akan meningkatkan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap angka laba perusahaan. Bonus yang diberikan
manajemen laba. Hal berbeda dikemukakan oleh perusahaan kepada dewan komisaris dan
oleh Irawan (2013); Sosiawan (2012); direksi dapat berwujud tunjangan yang diterima

3 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
secara langsung, barang, dan imbalan jasa kepentingan seperti perbedaan informasi yang
dalam bentuk gaji (Sosiawan, 2012). Besaran diterima oleh principal lebih sedikit
bonus yang diberikan tergantung pada jumlah dibandingkan informasi yang diterima oleh
laba yang tercapai pada tahun tersebut, dengan agent (Jensen dan Meckling, 1976).
meningkatkan laba yang dihasilkan maka akan Timbulnya keinginan dalam melakukan
meningkatkan jumlah kompensasi yang akan tindakan manajemen laba dapat dijelaskan
diterima juga (Sosiawan, 2012). Adanya melalui teori agency, dimana manajemen
pemberian bonus berdasarkan capaian target memiliki lebih banyak informasi dibandingkan
laba dapat membuat sifat opportunistic dengan para principal atau dengan kata lain
manajemen muncul untuk memaksimalkan terdapat ketidakseimbangan informasi yang
pencapaian bonus dengan melakukan diperoleh oleh pemegang saham dan
manajemen laba. Hasil penelitian mengenai manajemen. Lebih banyaknya informasi yang
kompensasi bonus oleh Elfira (2014); Arfan & diterima oleh manajemen menciptakan peluang
Pujiati (2013) dan Pujiningsih (2011) bagi manajemen dalam memanipulasi laporan
mengungkapkan bahwa kompensasi bonus keuangan guna memperkaya atau
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal memakmurkan diri sendiri (Palestin, 2008). Hal
berbeda dikemukakan oleh Wijaya & tersebut menimbulkan adanya benturan
Christiawan (2014); Aprina & Khairunnisa kepentingan dimana antara principal dan agent
(2015); dan Florensia (2017) bahwa sama-sama ingin memaksimalkan keuntungan
kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap masing-masing berdasarkan informasi yang
tindakan manajemen laba sebuah perusahaan. diterima.
Adapun kebaharuan dalam penelitian ini Jensen dan Meckling (1976) juga
adalah proxy (alat ukur) terhadap manajemen menyatakan bahwa ada dua tipe asimetri
laba yang menggunakan Beneish M-Score. informasi yaitu Adverse Selection dan Moral
Pengukuran manajemen laba dengan Hazard. Adverse Selection dimana satu pihak
menggunakan Beneish M-Score masih sedikit lebih banyak memperoleh informasi
dilakukan terutama di Indonesia, salah satunya dibandingkan dengan yang lainnya terkait
dilakukan oleh (Herawati, 2015). Penelitian ini dengan kegiatan dan bagaimana prospek
akan membahas beberapa faktor yang perusahaan ke depannya. Sedangkan Moral
terindikasi mempengaruhi tindakan manajemen Hazard merupakan informasi mengenai suatu
laba dalam perusahaan diantaranya adalah tindakan-tindakan penyelesaian transaksi hanya
ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan dapat diamati dan diketahui oleh satu pihak
kompensasi bonus. dikarenakan adanya pemisahan tugas yang juga
merupakan salah satu pengendalian dalam
LANDASAN TEORI sebuah perusahaan.
Teori Keagenan (Agency Theory) Ketidakseimbangan informasi ini
Teori keagenan merupakan sebuah mendorong para pemegang saham atau
kontrak antara satu atau lebih principal principal untuk lebih lagi dalam pengawasan
(investor/pemilik) dan agent (manajemen). agar setiap informasi yang diterima lebih
Hubungan keagenan ini dilakukan dengan akurat, pengawasan lebih yang dilakukan oleh
adanya pelaksanaan hubungan kontraktual pemegang saham memunculkan yang namanya
dimana principal mendelegasikan keputusan- agency cost.
keputusan yang akan di otorisasi oleh agent itu Menurut Sulistyanto (2014:63), terdapat
sendiri. Dilakukannya kontraktual antara agent tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang
dan principal dimaksudkan agar dapat digunakan untuk menguji perilaku etis
menyelaraskan kepentingan diantara keduanya seseorang dalam melakukan penyusunan
dan menghindari terjadinya benturan laporan keuangan dan juga merupakan motivasi

4 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

dalam melakukan manajemen laba dalam menyusun laporan keuangan mengenai data
sebuah perusahaan. Pertama, political cost akuntansi dan fakta material yang berujung
hypothesis dimana menjelaskan bahwa menyesatkan saat digunakan sebagai dasar
perusahaan akan cenderung menggunakan dan dalam pengambilan sebuah keputusan
memilih metode akuntansi yang dapat (Sulistyanto, 2014:48-50).
memperbesar laba atau memperkecil laba yang Berdasarkan uraian definisi manajemen
dilaporkan. Kedua, debt (equity) hypothesis laba diatas dapat disimpulkan bahwa
dimana menjelaskan perusahaan dengan rasio manajemen laba merupakan tindakan
antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung perekayasaan laporan keuangan terutama untuk
menggunakan dan memilih metode akuntansi merekayasa laba perusahaan agar sesuai dengan
dengan harapan laba yang dilaporkan juga akan yang diinginkan. Motivasi tertentu dapat
lebih tinggi. Perusahaan juga akan berupaya mendorong manajer untuk melaporkan kegiatan
melanggar kontrak utang dengan kreditor atau laporan keuangan sesuai dengan apa yang
apabila terdapat keuntungan dan manfaat yang diinginkan atau dikatakan tidak sesuai dengan
dapat diperoleh. Ketiga, bonus plan hypothesis keadaan yang sesungguhnya. Tindakan
dimana menjelaskan bahwa dengan adanya perekayasaan laba ini justru akan berdampak
perencanaan kompensasi dan bonus, manajerial negatif dimana akan berpengaruh terhadap
cenderung akan menggunakan dan memilih kualitas laba yang menurun dan berpengaruh
metode-metode akuntansi yang akan terhadap pengambilan keputusan-keputusan
menciptakan laba yang dilaporkan lebih besar. yang didasarkan pada data laba atau secara
Adanya kepentingan-kepentingan tertentu oleh keseluruhan laporan keuangan. Menurut Hery
perusahaan dapat berdampak pada penggunaan (2015) tindakan merekayasa laba tidak
maupun penyusunan laporan keuangan yang selamanya hanya mengacu pada upaya
berujung pada manajemen laba. memanipulasi data namun juga cenderung
dengan pemilihan metode akuntansi yang
Manajemen Laba diperkenankan menurut standar akuntansi yang
Manajemen laba menurut Fisher dan ada.
Rosenzweig (1995) merupakan tindakan Bagian yang memberikan peluang dalam
menurunkan atau menaikkan laba pada periode melakukan manajemen laba meliputi penilaian
tertentu oleh manajemen tanpa menyebabkan persediaan, pengakuan pendapatan dan
penurunan dan peningkatan keuntungan penurunan nilai asset. Subramanyam dan Wild
ekonomi perusahaan untuk jangka panjang (2010) menguraikan dua metode dalam
disebut dengan manajemen laba. Sedangkan melakukan manajemen laba meliputi
menurut Schipper (1989) manajemen laba manajemen laba melalui klasifikasi laba dan
merupakan penyusunan laporan keuangan yang pemindahan laba.
di dalamnya terdapat campur tangan yang Manajemen laba melalui klasifikasi laba
mengarahkan kepada menguntungkan diri dilakukan dengan mengklasifikasikan laba
sendiri. Healy dan Wahlen (1999) menjelaskan secara tertentu pada bagian laporan laba rugi
bahwa tindakan manajemen laba terjadi saat yaitu membedakan antara pendapatan dan
manajer menentukan keputusan sesuai dengan beban. Manajemen laba pada umumnya
kebutuhan pribadinya dalam melaporkan dan dilakukan melalui klasifikasi dengan
menyusun laporan keuangan perusahaan yang melaporkan beban pada pos luar biasa atau
berdampak menyesatkan stakeholder dalam memindahkan beban di bawah garis dan tidak
penggunaan laporan tersebut. Menurut National berulang sehingga tidak begitu diperhatikan
Association of Certified Fraud Examiners karena memiliki anggapan tidak penting.
definisi manajemen laba merupakan kesalahan Pemindahan laba dilakukan dengan
yang disengaja dan kelalaian saat dalam pemindahan laba periode tertentu ke periode

5 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
lainnya. Memindahkan laba dimaksudkan perencanaan kompensasi dan bonus, manajerial
untuk meningkatkan laba pada periode tertentu, cenderung akan menggunakan dan memilih
dengan cara menunda beban dan mempercepat metode-metode akuntansi yang akan
pengakuan pendapatan. Dampak dari bentuk menciptakan laba yang dilaporkan lebih besar.
manajemen lama ini yaitu timbulnya pembalik Menurut Beneish (1999) manajemen
pada satu atau beberapa periode di masa laba pada perusahaan juga dapat di proksikan
mendatang, dan sering kali terjadi pada satu dengan menggunakan dan mengandalkan data
periode berikutnya. Dalam hal pemindahan keuangan perusahaan, model tersebut
laba ini sangat berguna sebagai upaya perataan merupakan Beneish M-Score Model.
laba pada periode tertentu. Pemindahan laba Penggunaan Beneish M-Score sebagai proksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, manajemen laba sudah banyak digunakan dan
memindahkan beban pada periode tertentu sudah teruji di beberapa Negara seperti pada
dengan cara menentukan dan memilih metode Negara India (Ragheveer Kaur, 2014), Vietnam
akuntansi maupun kebijakan akuntansi tertentu. (Linh, 2016) , Malaysia (Mohamad Ezrien
Kedua, dengan pengakuan pendapatan lebih Mohamad Kamal, 2016), Italia (Koschtial,
dahulu atau dipercepat dilakukan dengan 2013), Indonesia (Herawati, 2015) dan Nigeria
membujuk pedagang atau distributor agar (Oraka Azubuike Onuora, 2013) dan hasil
kelebihan produksi pada akhir tahun fiskal penelitian menjelaskan bahwa Beneish M-Score
dibeli. Ketiga, beban yang di tunda mampu membedakan perusahaan yang
pengakuannya dengan mengamortisasi dan melakukan manajemen laba dengan yang tidak
mengkapitalisasi beban sepanjang periode masa melakukan manajemen laba dengan
depan. Melakukan pembebanan biaya yang menggunakan data-data laporan keuangan
besar secara bersamaan pada waktu tertentu, perusahaan.
misalnya dengan penurunan biaya Beneish (1999) menjelaskan bagaimana
restrukturisasi pada periode antara dan data-data laporan keuangan yang digunakan
penurunan nilai aset. dalam Beneish M-Score dapat menggambarkan
Menurut Sulistyanto (2014:63), terdapat tindakan-tindakan atau perilaku manajemen
tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dalam menyusun laporan keuangan. Data
digunakan untuk menguji perilaku etis keuangan perusahaan memberikan sinyal atau
seseorang dalam melakukan penyusunan prospek masa depan yang tergambar dari
laporan keuangan dan juga merupakan motivasi laporan keuangan sehingga dapat
dalam melakukan manajemen laba dalam mempengaruhi adanya tindakan manajemen
sebuah perusahaan. Pertama, political cost laba, terutama jika prospek masa depan
hypothesis dimana menjelaskan bahwa perusahaan akan rendah. Pengukuran
perusahaan akan cenderung menggunakan dan manajemen laba yang juga sudah dipaparkan
memilih metode akuntansi yang dapat diatas juga mengarahkan pengukuran terhadap
memperbesar laba atau memperkecil laba yang data keuangan perusahaan.
dilaporkan. Kedua, debt (equity) hypothesis Dapat disimpulkan bahwa data keuangan
dimana menjelaskan perusahaan dengan rasio perusahaan yang digunakan pada model
antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung Beneish M-Score dapat diandalkan untuk
menggunakan dan memilih metode akuntansi melihat indikasi-indikasi tindakan manajemen
dengan harapan laba yang dilaporkan juga akan laba dalam suatu perusahaan. Model Beneish
lebih tinggi. Perusahaan juga akan berupaya ini menggunakan delapan variabel pengukuran,
melanggar kontrak utang dengan kreditor dimana tujuh variabel menggunakan data dari
apabila terdapat keuntungan dan manfaat yang tahun fiskal. Menetapkan ketujuh variabel
dapat diperoleh. Ketiga, bonus plan hypothesis tersebut dimaksudkan untuk menangkap
dimana menjelaskan bahwa dengan adanya distorsi yang bisa timbul dari manipulasi,

6 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

dengan membandingkan laporan keuangan Dari beberapa definisi ukuran perusahaan


pada tahun sekarang dengan laporan keuangan dan indikator pengukurannya, dapat
dengan tahun sebelumnya. disimpulkan bahwa total asset dapat digunakan
sebagai indikator yang mengungkapkan apakah
Ukuran Perusahaan perusahaan tergolong besar atau tidak.
Menurut Yatulhusna (2015) ukuran Perusahaan besar cenderung tidak melakukan
perusahaan besar dan kecil dapat manajemen laba, dikarenakan untuk menjaga
diklasifikasikan dengan memperhatikan rata- kepercayaan para pemegang saham dan
rata total penjualan, rata-rata total aktiva, investor.
jumlah penjualan dan total aktiva. Kemampuan : Terdapat pengaruh signifikan negatif
perusahaan besar lebih mampu dalam mencari antara ukuran perusahaan terhadap
dan mengembangkan ekspansi bisnis melalui manajemen laba.
pemodalan yang diterima melalui perbankan
ataupun pasar modal. Dimana perusahaan besar Kepemilikan Manajerial
akan lebih memberikan ketertarikan bagi para Menurut Asih (2014) Kepemilikan
kreditor, investor maupun pemerintah. manajerial merupakan besaran saham yang
Berdasarkan keputusan Badan Pengawas dimiliki oleh manajer dibandingkan dengan
Pasar Modal No KEP-11/PM/1997 tentang seluruh modal saham yang beredar.
Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Kepemilikan manajerial merupakan besaran
dalam Rangka Penawaran Umum oleh proporsi saham biasa yang dimiliki oleh dewan
Perusahaan Menengah atau kecil bahwa komisaris dan direksi. Berdasarkan penelitian
perusahaan menengah atau kecil adalah badan yang telah dilakukan oleh Suryanawa (2017)
hukum yang didirikan di Indonesia yang menjelaskan bahwa dengan meningkatkan
memiliki total aset tidak lebih dari kepemilikan manajerial maka akan dapat
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dan mengurangi tindakan opportunistic manajemen
juga nilai keseluruhan Efek yang ditawarkan di dalam perusahaan.
tidak lebih dari Rp40.000.000.000 (empat Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan
puluh miliar rupiah). Berdasarkan keputusan bahwa dengan meningkatkannya kepemilikan
oleh BAPEPAM dapat disimpulkan bahwa manajerial pada sebuah perusahaan maka akan
kategori ukuran perusahaan dibedakan menjadi dapat mengatasi konflik kepentingan atau
dua, diantaranya perusahaan kecil atau benturan kepentingan antara agent dan
menengah dan perusahaan besar. Dimana principal dalam perusahaan. Dimana agent
perusahaan besar dikategorikan total aset yang akan berusaha untuk menyelaraskan
jumlahnya melebihi Rp100.000.000.000 dan kepentingan kedua belah pihak, tanpa adanya
jumlah Efek yang ditawarkan melebihi perbedaan jumlah informasi yang signifikan
Rp40.000.000.000. diantara agent dan principal. Adanya
Menurut Sujoko dalam (Sosiawan, 2012) kepemilikan manajerial juga dimaksudkan
ukuran perusahaan, indikator perusahaan besar untuk meningkatkan pengawasan terhadap
dilihat dari bagaimana pertumbuhan perusahaan, penetapan kebijakan yang tidak
perusahaan ke arah yang positif, dimana menguntungkan sebelah pihak saja, dan juga
perusahaan seperti ini akan lebih menarik di dapat mengurangi risiko-risiko yang
mata para investor. Perusahaan yang sudah memungkinkan terjadi di dalam perusahaan.
stabil dan besar akan berusaha Kepemilikan manajerial akan
mempertahankan dan meningkatkan performa berpengaruh terhadap penetapan kebijakan
perusahaan dan meningkatkan kepercayaan akuntansi suatu perusahaan (Lamora, 2013).
terhadap pihak-pihak yang berhubungan Jika manajer memiliki kepemilikan manajerial
dengan perusahaan. maka akan memiliki dua sisi yaitu sisi sebagai

7 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
pemegang saham dan pelaksana operasional yang lumrah. Adanya bonus scheme di dalam
perusahaan. Akan berbeda halnya dengan perusahaan dapat memotivasi manajer dalam
manajer yang tidak memiliki kepemilikan memanipulasi laba bersih perusahaan untuk
manajerial dimana manajemen akan bertindak memaksimalkan laba yang akan diterima.
opportunistic untuk memuaskan kepentingan Kompensasi bonus ini tidak terpatok pada
sendiri. Contoh tindakan opportunistic yang bentuk materi atau uang, bonus juga dapat
dapat dilakukan manajer adalah dengan diberikan dalam bentuk fasilitas dan lain-lain.
mengakui pendapatan lebih cepat agar laba Besaran bonus yang diberikan tergantung
periode tersebut meningkat sehingga manajer pada jumlah laba yang tercapai pada tahun
akan memperoleh insentif atas pencapaian tersebut, semakin besar laba yang dihasilkan
tersebut. maka semakin besar juga jumlah kompensasi
Dari beberapa definisi dan penjelasan yang diterima (Sosiawan, 2012). Adanya
kepemilikan manajerial diatas, dapat pemberian bonus berdasarkan capaian target
disimpulkan bahwa perusahaan yang laba dapat membuat sifat opportunistic
mengadakan kepemilikan manajerial bertujuan manajemen muncul untuk memaksimalkan
untuk mengurangi adanya konflik kepentingan, pencapaian bonus dengan melakukan
meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas manajemen laba.
perusahaan, mengurangi risiko-risiko dalam : Terdapat pengaruh signifikan positif
perusahaan dan agar kebijakan yang dibuat antara kompensasi bonus terhadap
tidak menguntungkan beberapa pihak saja manajemen laba.
namun bisa diselaraskan bagi seluruh
kepentingan
: Terdapat pengaruh signifikan negatif METODE PENELITIAN
antara kepemilikan manajerial terhadap Penelitian ini menggunakan pendekatan
manajemen laba. kuantitatif. Populasi pada penelitian ini
merupakan Perusahaan Manufaktur yang
Kompensasi Bonus terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
Kompensasi bonus merupakan kebijakan 2014-2017. Metode sampling pada penelitian
perusahaan memberikan bonus kepada manajer ini menggunakan purposive sampling dengan
berdasarkan hasil kerjanya guna tercapainya kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan sektor
tujuan perusahaan (Arfan & Muhammad, manufaktur yang secara konsisten terdaftar di
2013). Aprina & Khairunnisa (2015) BEI selama periode penelitian tahun 2014-
menyatakan kompensasi bonus merupakan 2017; (2) Perusahaan sektor manufaktur yang
pemberian penghargaan oleh pemilik secara konsisten mempublikasikan laporan
perusahaan kepada manajemen yang mengelola tahunan yang sudah di audit selama periode
perusahaan atas pencapaian hasil yang baik dan penelitian tahun 2014-2017; (3) Perusahaan
melebihi dari capaian yang telah ditentukan. sektor manufaktur yang secara konsisten
Dengan kata lain, semakin besar pencapaian menyediakan informasi mengenai kepemilikan
yang diperoleh melebihi target yang ada maka manajerial selama periode penelitian tahun
akan semakin besar juga kemungkinan 2014-2017; serta (4) Perusahaan sektor
perusahaan untuk memberikan bonus. manufaktur yang secara konsisten menyediakan
Keputusan memberikan bonus tidak informasi mengenai bonus selama periode
dilakukan oleh semua perusahaan, kebijakan ini penelitian tahun 2014-2017. Jumlah sampel
di dasarkan kepada kebijakan masing-masing yang diperoleh setelah dilakukannya purposive
perusahaan atau sering disebut dengan bonus sampling adalah sebanyak 20 sampel
scheme (Pujiningsih, 2011). Tindakan memberi perusahaan dengan periode penelitian 2014-
bonus di dalam perusahaan merupakan hal 2017. Teknik analisis yang digunakan dalam

8 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif berbeda, namun intersep tersebut bersifat
dan regresi data panel. stokastik atau random. Juga terdapat perbedaan
terhadap residual individu/perusahaan namun
Analisis Regresi Data Panel tetap antarwaktu. Sebagai pengganti model
Analisis regresi yang digunakan pada OLS untuk mengestimasikan model regresi
penelitian ini adalah Data Panel. Data panel model ini menggunakan metode generalized
merupakan gabungan antara data time series least square (GLS). Berdasarkan ketiga model
dan cross section, dan terdapat tiga jenis regresi tersebut dan setelah dilakukan uji
metode regresi data panel diantaranya common kelayakan regresi, penelitian ini menggunakan
effect, fixed effect dan random effect model Fixed Effect.
(Kurniawan, 2011).
Terdapat tiga jenis metode regresi data Operasional Variabel
panel yang dapat digunakan menurut Manajemen Laba
Kurniawan (2011:201-214), yaitu model Manajemen laba pada penelitian ini
common effect, fixed effect dan model random diukur menggunakan Benesih M-Score.
effect. Model Common Effect (Common Efect Menurut Beneish (1999) manajemen laba pada
Model/CEM) merupakan Estimasi data panel perusahaan dapat diproksikan dengan
yang menggunakan kombinasi data cross menggunakan Beneish M-Score Model dengan
section dan time series dengan menggunakan mengandalkan data keuangan perusahaan itu
model Ordiary Least Square (OLS). sendiri. Model Benesih M-Score sebagai proksi
Pendekatan dengan menggunakan model ini manajemen laba sudah banyak digunakan dan
tidak memperhatikan dimensi waktu dan sudah teruji di beberapa Negara seperti pada
individu. Dengan menggunakan pendekatan Negara India (Ragheveer Kaur, 2014), Vietnam
OLS ini, metode common effect diasumsikan (Linh, 2016) , Malaysia (Mohamad Ezrien
bahwa slope (koefisien regresi) dan intersep Mohamad Kamal, 2016), Italia (Koschtial,
tetap untuk setiap perusahaan, waktu dan 2013), Indonesia (Herawati, 2015) dan Nigeria
individu. Model Fixed Effect (Fixed Effect (Oraka Azubuike Onuora, 2013) dan hasil
Model/FEM) dimana terdapat asumsi bahwa penelitian menjelaskan bahwa Beneish M-Score
intersep setiap perusahaan maupun individu mampu membedakan perusahaan yang
berbeda sedangkan slope regresinya tetap sama. melakukan manajemen laba dan yang tidak
Intersep berbeda mengasumsikan bahwa setiap melakukan manajemen laba dengan
individu memiliki karakteristik masing-masing menggunakan data-data laporan keuangan
yang berbeda dan untuk membedakannya perusahaan. Berikut adalah pengukuran untuk
digunakan variabel dummy atau yang sering setiap komponen dan bagaimana interpretasi
disebut least square dummy variabel (LSDV). terhadap tiap-tiap komponen yang digunakan
Model ini menambahkan sebanyak (n-1) dalam pengukuran Beneish M-Score itu sendiri
dummy variabel kedalam model dan satu (Beneish, 1999):
sisanya dihilangkan sebagai upaya menghindari Asset quality indeks (AQI), merupakan
kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. rasio dari aktiva tidak lancer selain property,
Model Random Effect (Random Effect plant dan equipment (PPE) untuk total aset dan
Model/REM) ini berbeda dengan model fixed ukuran dari jumlah total asset masa depan yang
effect yang memasukkan variabel dummy. masih berpotensi kurang pasti. AQI mengukur
Model ini menggunakan residual yang diduga rasio kualitas asset pada tahun t dibandingkan
memiliki hubungan antara waktu dan antar tahun (t-1). Menurut Siegel (1991) bahwa AQI
individu/antar perusahaan. Model ini merupakan ukuran agregat perubahan analisis
mengasumsikan bahwa setiap risiko realisasi asset. Jika AQI lebih besar dari
individu/perusahaan memiliki intersep yang 1, menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi

9 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
meningkatkan penagguhan biaya atau
meningkatkan asset tidak berwujudnya, dan
menciptkan manipulasi laba. Penundaan biaya DSRI = (3)
memberikan sinyal positif kemungkinan
terjadinya manipulasi. Berikut adalah rumus
dalam menghitung asset quality indeks. Leverage Indeks (LVGI), merupakan
rasio utang terhadap total aktiva dalam tahun t
relative dibandingkan dengan rasio pada tahun
AQI = (1) (t-1). LVGI mengukur leverage pada tahun t
dibandingkan dengan leverage di tahun (t-1).
Variabel ini dimasukkan untuk menangkap
Depreciation Indeks (DEPI), merupakan perjanjian utang insentif untuk tujuan
rasio yang mengukur tingkat depresiasi pada manipulasi laba. Dengan asumsi bahwa
tahun (t-1) dibandingkan dengan tingkat perubahan leverage secara acak, menunjukkan
depresiasi pada tahun t. Jika DEPI lebih besar secara implisit adanya peramalan yang salah.
dari 1, ini mewakili tingkat depresiasi yang Jika LVGI lebih besar dari 1, mengindikasikan
menurun, dan terdapat kemungkinan terjadi peningkatan leverage dan menunjukkan
perusahaan menyesuaikan umur ekonomis atau adanya insentif dalam perjanjian hutang yang
menggunakan metode depresiasi baru guna menyebabkan manipulasi laba. Berikut adalah
meningkatkan laba. Penyesuaian dilakukan rumus dalam menghitung leverage indeks.
dengan memperlambar depresiasi agar dapat
menurunkan beban sehingga laba akan LVGI =
meningkat. Berikut adalah rumus dalam
menghitung depreciation indeks. (4)

DEPI = (2) Sales Growth Indeks (SGI), mengukur


rasio penjualan di tahun t dibandingkan dengan
penjualan di tahun (t-1). Jika SGI lebih besar
Days Sales in Receivables Indeks (DSRI), dari 1, berarti terjadi pertumbuhan positif.
mengukur rasio piutang terhadap tingkat Pertumbuhan penjualan yang tinggi dapat
penjualan di tahun t dibandingkan tahun (t-1). memberi tekanan lebih pada manajer dalam
Variabel ini mengukur apakah piutang dan mempertahankan posisi dan mencapai target
pendapatan mengalamai keseimbangan dalam laba, sehingga manajer mendapatkan insentif
dua tahun berturut-turut. Jika DSRI lebih besar lebih besar. Jika pertumbuhan ternyata
dari 1, persentase piutang terhadap penjualan di mengalami penurunan akibat besarnya
tahun t lebih tinggi dati tahun (t-1). Kenaikan persaingan harga saham, maka akan lebih
besar yang tidak normal dalam penjualan memungkinkan perusahaan dalan melakukan
harian dalam piutang bisa jadi hasil dari manipulasi laporan keuangan. Berikut adalah
perubahan kebijakan kredit utnuk memacu rumus dalam menghitung sales growth indeks.
penjualan dalam peningkatan persaingan dan
juga dapa sebagai akibat inflasi pendapatan. SGI = (5)
Peningkatan dalam DSRI akan dikaitkan
dengan kemungkinan pengungkapan
pendapatan atau laba yang lebih tinggi Gross Margin Indeks (GMI), mengukur
(overstated). Berikut adalah rumus dalam rasio marjin kotor di tahun (t-1) terhadap
menghitung days sales in receivable indeks. marjin kotor di tahun t. Jika GMI lebih besar
dari 1, artinya margin kotor semakin menurun

10 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

dan akan menjadi sinyal negative tentang


prospek perusahaan. Perusahaan dengan Dimana, ICO merupakan Income from
prospek yang menurun akan lebih berpeluang Continuing Operations dan CFO merupakan
untuk melakukan manipulasi. Berikut adalah Cash Flows from Operations.
rumus dalam menghitung gross margin indeks. Untuk membedakan perusahaan yang
tidak melakukan manajemen laba dengan yang
melakukan berdasarkan model Beneish M-score
GMI = (6) maka harus di dapatkan total m-score yang
rumuskan sebagai berikut:
M-Score =
Sales General and Administrative
Expense Indeks (SGAI), mengukur rasio beban
penjualan, administrasi dan umum terhadap
penjualan ditahun t dibandingkan dengan (9)
tingkat beban tersebut di tahun (t-1). Jika SGAI
lebih besar dari 1, berarti terjadi kenaikan Satu variabel atau komponen yang
persentase beban penjualan, administrasi dan digunakan dalam Beneish M-Score dapat
umum terhadap penjualan di tahun t mempengaruhi total m-score yang dihasilkan.
dibandingkan tahun (t-1) dan dapat menjadi Itu mengapa penting untuk melihat tindakan
indicator adanya manipulasi. Peningkatan manajemen laba dari beberapa komponen
penjualan yang tidak proporsional dianggap dalam laporan keuangan. Interpretasi untuk
sebagai sinyal negative prospek masa depan total M-Score menurut Beneish (1999)
perusahaan sehingga tindakan manajemen laba dijabarkan sebagai berikut:
memungkinkan untuk dilakukan. Berikut Total M-Score lebih besar dari -2,22
adalah rumus dalam menghitung sales general menandakan bahwa perusahaan cenderung
and administrative expense indeks. melakukan manajemen laba
Total M-Score lebih kecil dari -2,22
menandakan bahwa perusahaan tidak
SGAI = (7) melakukan manajemen laba

Ukuran Perusahaan
Total accruals to total assets (TATA), Yatulhusna (2015) berpendapat bahwa
dihitung sebagai perubahan terhadap working perusahaan dapat diklasifikasikan besar dan
capital account yang dapat mengurangi kecil dengan memperhatikan rata-rata
depresiasi. Model TATA mengukur rasio total penjualan, rata-rata aktiva, jumlah penjualan
akrual terhadap total aset. Total akrual telah dan total aktiva. Besar kecilnya ukuran
digunakan dalam beberapa penelitian, dimana perusahaan dapat menggambarkan kemampuan
total akrual digunakan untuk menilai sejauh perusahaan dalam mengembangkan ekspansi
mana manajer membuat discretionary bisnis melalui pemodalan yang diterima
akuntansi sebagai upaya mengubah melalui perbankan ataupun pasar modal. Pada
penghasilan. Total akrual dihitung dari selisih penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan
pendapatan sebelum item luar biasa dengan rumus berikut:
arus kas operasi dibandingkan dengan total
aset. Berikut adalah rumus dalam menghitung (10)
total accruals to total asset.

TATA = (8) Kepemilikan Manajerial

11 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
Menurut Asih (2014) kepemilikan manajemen yang mengelola perusahaan atas
manajerial merupakan jumlah saham oleh pencapaian hasil yang baik dan melebihi dari
direksi dan dewan komisaris dibandingkan capaian yang telah ditentukan (Aprina dan
dengan seluruh modal saham yang beredar. Khairunnisa, 2015). Menurut Sosiawan (2012)
Dengan meningkatkan kepemilikan manajerial penghargaan yang diterima oleh dewan
dalam perusahaan maka akan dapat mengurangi komisaris dan direksi dapat berupa gaji,
tindakan opportunistic manajemen (Suryanawa, tunjangan, barang dan insentif. Adapun rumus
2017). Adapun rumus kepemilikan manajerial yang digunakan dalam mengukur kompensasi
(KM) menurut Lamora (2103) yaitu: bonus sebagai berikut:

KM= × 100% (11) Kompensasi: (12)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kompensasi Bonus
Kompensasi bonus merupakan pemberian Statistik Deskriptif
penghargaan oleh pemilik perusahaan kepada

Tabel 1. Hasil Pengujian Statistik Deskriptif

Ukuran Kepemilikan Kompensasi


Manajemen Laba
Perusahaan Manajerial Bonus
Mean -2,248193 27,88480 9,294325 22,70886
Maksimum 0,568270 30,44140 38,02000 24,74005
Minimum -4,936820 25,29535 0,009000 20,41266
St. Deviasi 0,849276 1,343658 10,40857 1,135611
N 80 80 80 80
Jenis Data Heterogen Homogen Heterogen Homogen
Sumber: Data yang telah diolah (2019)

Pada variabel manajemen laba yang lebih kecil dari standar deviasinya yaitu sebesar
diukur dengan Beneish M-Score, rata-rata 0,849276. Hal ini menunjukkan bahwa data
manajemen laba pada perusahaan manufaktur manajemen laba heterogen (bervariasi).
tahun 2014-2017 sebesar -2,248193. Kriteria Variabel ini juga memiliki nilai maksimum
pada Beneish M-Score menjelaskan bahwa sebesar 0,568270 pada perusahaan Intanwijaya
perusahaan yang memiliki angka Beneish M- International Tbk dan nilai minimum sebesar -
Score di atas -2,22 dikategorikan sebagai 4,936820 pada perusahaan Panasia Indo
perusahaan yang melakukan manajemen laba. Resources Tbk.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan Pada variabel ukuran perusahaan yang
bahwa perusahaan manufaktur mayoritas tidak di proksikan dengan Ln total aset. Rata-rata
melakukan manajemen laba, namun angka total aset perusahaan manufaktur tahun 2014-
mean manajemen laba tersebut juga sangat 2017 senilai 27,88480. Berdasarkan Keputusan
dekat dengan angka kriteria adanya tindakan Ketua BAPEPAM No KEP-11/PM/1997
manajemen laba, dengan kata lain masih ada menyatakan bahwa perusahaan dengan jumlah
kecenderungan perusahaan manufaktur untuk total aset tidak melebihi dari
melakukan manajemen laba di dalam Rp100.000.000.000 dikategorikan sebagai
perusahaannya. Nilai mean manajemen laba perusahaan kecil atau menengah sedangkan

12 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

perusahaan dengan jumlah total aset melebihi 10,40857%. Hal ini menunjukkan bahwa data
Rp100.000.000.000 dikategorikan sebagai kepemilikan manajerial perusahaan manufaktur
perusahaan besar. tahun 2014-2017 bersifat heterogen
Berdasarkan kriteria BAPEPAM, (bervariasi). Variabel ini juga memiliki nilai
perusahaan manufaktur dapat dikategorikan maksimum sebesar 38,02000% pada
sebagai perusahaan besar dimana jumlah aset perusahaan Wismilak Inti Makmur Tbk dan
dalam rupiah dapat dilihat pada lampiran 1. nilai minimum sebesar 0,009000% pada
Dimana semakin besar perusahaan, maka perusahaan Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
semakin tinggi juga kemampuan perusahaan Pada variabel kompensasi bonus yang
dalam mencari dan mengembangkan ekspansi di proksikan dengan Ln kompensasi. Nilai rata-
bisnis melalui pemodalan yang diterima rata tunjangan, gaji dan insentif pada
melalui perbankan ataupun pasar modal. perusahaan manufaktur tahun 2014-2017
Semakin besar perusahaan juga akan sebesar 22,70886. Menurut Aprina &
mengakibatkan semakin tingginya ketertarikan Khairunnisa (2015) kompensasi bonus
para kreditor, investor maupun pemerintah baik merupakan pemberian penghargaan oleh
dalam berinvestasi maupun dalam memberikan pemilik perusahaan kepada manajemen yang
kredit. Mean pada ukuran perusahaan lebih mengelola perusahaan atas pencapaian hasil
tinggi dari standar deviasi yaitu 1,343658. Hal yang baik dan melebihi capaian yang telah
ini menunjukkan bahwa data ukuran ditentukan.
perusahaan manufaktur tahun 2014-2017 Berdasarkan nilai mean kompensasi
bersifat homogen (berkelompok). Variabel ini bonus dapat disimpulkan bahwa perusahaan
juga memiliki nilai maksimum sebesar manufaktur memiliki jumlah skema bonus yang
30,44140 pada perusahaan Kalbe Farma Tbk besar dan juga menyatakan bahwa perusahaan
dan nilai minimum sebesar 25,29535 pada manufaktur mampu menciptakan pencapaian
perusahaan Kedaung Indah Can Tbk. hasil yang baik, bahkan mampu menghasilkan
Kepemilikan manajerial pada penelitian capaian melebihi target yang telah di tentukan.
ini di proksikan dengan persentase jumlah Pujiati & Arfan (2013) juga berpendapat bahwa
saham yang dimiliki oleh manajerial. Nilai rata- adanya pemberian bonus kepada manajer juga
rata kepemilikan manajerial perusahaan didasarkan pada hasil kerja yang baik. Dimana
manufaktur tahun 2014-2017 sebesar 9,29432% perusahaan akan meningkatkan kompensasi
dari jumlah keseluruhan saham beredar yang akan diberikan kepada komisaris dan
perusahaan manufaktur. direksi jika kinerja yang dihasilkan juga
Menurut Suryanawa (2017) semakin meningkat.
besar kepemilikan manajerial sebuah Nilai rata-rata kompensasi bonus
perusahaan akan dapat mengurangi tindakan perusahaan manufaktur tahun 2014-2017 lebih
opportunistic manajemen di dalam perusahaan. tinggi dari standar deviasinya sebesar
Dengan kata lain adanya kepemilikan 1,135611. Hal ini menunjukkan bahwa data
manajerial dapat memperkuat serta kompensasi bonus perusahaan manufaktur
meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas tahun 2014-2017 bersifat homogeny
yang terjadi di dalam perusahaan. Adanya (berkelompok). Variabel ini juga memiliki nilai
kepemilikan manajerial juga dapat mengurangi maksimum sebesar 24,74005 pada perusahaan
berbagai tindakan opportunistic dan penetapan Selamat Sempurna Tbk dan nilai minimum
kebijakan-kebijakan dan pengambilan sebesar 20,41266 pada perusahaan Yanaprima
keputusan yang hanya menguntungkan pihak- Hastapersada Tbk.
pihak tertentu saja. Nilai rata-rata kepemilikan
manajerial perusahaan manufaktur lebih rendah Hasil Uji Asumsi Klasik
dari standar deviasinya yaitu sebesar

13 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
Dalam penelitian ini dilakukan uji asumsi klasik, diantaranya uji normalitas, uji
klasik yang berfungsi memberikan kepastian multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
bahwa persamaan regresi yang didapat Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan,
memiliki ketepatan dalam estimasi dan data pada penelitian ini terbebas dari masalah
konsistensi. Menurut Basuki dan Prawoto uji asumsi klasik.
(2016) penelitian yang menggunakan regresi
data panel harus lolos dari kriteria tiga asumsi Hasil Uji Regresi Data Panel

Tabel 2. Hasil Pengujian Fixed Effect

Dependent Variable: ML
Method: Panel Least Squares
Date: 02/21/19 Time: 15:37
Sample: 2014 2017
Periods included: 4
Cross-sections included: 20
Total panel (balanced) observations: 80
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 16.64395 5.240689 3.175909 0.0024
UP -0.862079 0.229457 -3.757040 0.0004*
KM -0.010556 0.009638 -1.095216 0.2780
KB 0.402582 0.153911 2.615679 0.0114*
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variabels)
R-squared 0.448648 Mean dependent var 1.649140
Adjusted R-squared 0.235845 S.D. dependent var 0.313091
S.E. of regression 0.273691 Akaike info criterion 0.482392
Sum squared resid 4.269692 Schwarz criterion 1.167225
Log likelihood 3.704312 Hannan-Quinn criter. 0.756961
F-statistic 2.108282 Durbin-Watson stat 3.049645
Prob(F-statistic) 0.012635
Sumber: Output Eviews 10 (data yang telah diolah, 2019)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dirumuskan Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


bahwa persamaan regresi data panel adalah Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai Prob
sebagai berikut: (F-Statistic) sebesar 0,012635 < 0,05; maka
hipotesis diterima yang artinya ukuran
perusahaan (UP), kepemilikan manajerial (KM)
dan kompensasi bonus (KB) secara simultan
(13) berpengaruh terhadap manajemen laba (ML)
Dimana, ML adalah singkatan dari pada perusahaan sektor manufaktur tahun
Manajemen Laba, UP adalah Ukuran 2014-2017.
Perusahaan, KM adalah Kepemilikan
Manajerial, KB adalah Kompensasi Bonus, serta
ε adalah error. Uji Koefisien Determinasi (R2)

14 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

Berdasarkan hasil pengujian model fixed kreditor dan pemerintah untuk berinvestasi
effect yang tersaji pada tabel 2 diperoleh nilai terhadap perusahaan besar juga akan
Adjusted R-Square sebesar 0,235845 atau berdampak pada perhatian yang lebih banyak
23,5845%. Hasil ini menjelaskan bahwa dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
variabel independen yaitu ukuran perusahaan, hal ini terkait dengan informasi-informasi yang
kepemilikan manajerial dan kompensasi bonus dimiliki perusahaan dan keadaan perusahaan.
mampu menjelaskan variabel dependen yaitu Sosiawan (2012) juga berpendapat bahwa
manajemen laba 0,235845 atau 23,5845% perusahaan yang mengalami pertumbuhan aset
sedangkan sisanya sebesar 76,4155% ke arah positif atau meningkat akan lebih
dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian menarik di mata investor. Ketertarikan lebih
oleh investor akan mendorong perusahaan
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) untuk tetap mempertahankan dan
Uji statistik t (parsial) digunakan untuk meningkatkan performa perusahaan. Hal ini
mengetahui apakah variabel independen yang dapat menunjukkan bahwa semakin besar
digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh ukuran perusahaan maka kecenderungan
yang signifikan secara parsial terhadap variabel perusahaan untuk melakukan manajemen laba
dependen. Tabel 2 menjelaskan mengenai akan turun, karena perusahaan memiliki
pengaruh variabel independen terhadap tanggungjawab yang lebih terhadap pihak
variabel dependen secara parsial. eksternal atas laporan keuangan yang akan
disajikan. Berdasarkan hasil penelitian dan
Ukuran Perusahaan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan Tabel 2 ukuran perusahaan hipotesis yang dilakukan didukung dan sesuai
memiliki statistik t dengan nilai prob sebesar dengan teori yang telah dijelaskan. Dimana
0,0004 dibawah tarif signifikansi sebesar 0,05 semakin besar ukuran perusahaan maka
atau 5% dan koefisien regresi negatif sebesar - semakin kecil juga kemungkinan perusahaan
0,862079. Dengan demikian, ukuran akan melakukan manajemen laba dikarenakan
perusahaan yang diproksikan dengan total aset semakin banyaknya pengawasan dari berbagai
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap pihak yang terlibat.
manajemen laba. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran Kepemilikan Manajerial
perusahaan, maka semakin kecil pula Berdasarkan Tabel 2 kepemilikan
kemungkinan terjadinya manajemen laba dalam manajerial memiliki statistik t dengan nilai
perusahaan. prob sebesar 0,2780 diatas tarif signifikansi
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebesar 0,05 atau 5% dan koefisien regresi
penelitian Agusti & Pramesti (2013), Swastika negatif sebesar -0,010556. Dengan demikian,
(2013), Kusumawardhani (2012) dan Sunaryo kepemilikan manajerial yang diproksikan
(2010) yang menyatakan bahwa ukuran dengan persentase kepemilikan saham oleh
perusahaan berpengaruh signifikan negatif manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap
terhadap manajemen laba dimana semakin manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan
besar ukuran perusahaan maka perusahaan akan dengan penelitian Agustia (2013), Dela dan
lebih mampu dalam mencari dan Sunaryo (2010), Darsono (2017), dan Lamora
mengembangkan ekspansi bisnis melalui (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan
pemodalan yang diterima melalui perbankan manajerial tidak berpengaruh terhadap
ataupun pasar modal. Perusahaan dengan manajemen laba dimana besar kecilnya jumlah
kemampuan seperti itu akan lebih memberikan kepemilikan saham oleh dewan komisaris dan
ketertarikan bagi para kreditor, investor direksi tidak menghalangi untuk manajemen
maupun pemerintah. Ketertarikan para investor, laba dalam perusahaan tetap terjadi.

15 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
Menurut Suryanawa (2017) bahwa mempertahankan dan meningkatkan angka
dengan meningkatkan jumlah kepemilikan penjualan. Perusahaan juga melakukan dengan
manajerial dalam sebuah perusahaan dapat cara penangguhan biaya atau meningkatkan
mengurangi tindakan opportunistic atau aset tidak berwujud sehingga laba dapat
tindakan yang mementingkan diri sendiri. dimanipulasi.
Namun pada hasil penelitian ini menunjukkan Data pada penelitian ini juga
hasil yang berbeda, dimana besar kecilnya menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan
kepemilikan saham oleh manajerial tidak baik dengan meningkatkan atau menurunkan
membatasi tindakan manajerial untuk kepemilikan manajerial akan sama-sama
memaksimalkan kepentingan-kepentingan yang melakukan tindakan manajemen laba maupun
menguntungkan diri sendiri dan juga tidak kecurangan atas laporan keuangan. Dengan
mengurangi adanya tindakan manajemen laba begitu dapat dinyatakan bahwa ada atau
dalam suatu perusahaan. Atau dengan kata lain tidaknya kepemilikan manajerial tidak
baik perusahaan dengan kepemilikan mempengaruhi terhadap manajemen laba.
manajerial yang kecil maupun besar sama-sama Adanya kepemilikan manajerial tidak
melakukan tindakan manajemen laba. Agustia menjamin pengawasan dan pengendalian
(2013) juga menjelaskan bahwa manajemen terjadinya kecurangan dalam pelaporan
gagal menjalankan fungsinya sebagai agent dan keuangan. Berdasarkan sampel penelitian
principal, manajemen cenderung mengambil terdapat 37 data perusahaan yang menunjukkan
kebijakan mengelola laba dengan sudut adanya tindakan manajemen laba dan 43 data
pandang keinginan investor. Dapat disimpulkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen
dengan adanya kepemilikan manajerial juga laba. Perbedaan jumlah data yang melakukan
tidak menjamin pengawasan terhadap manajmen laba dengan yang tidak melakukan
perusahaan meningkat, serta dapat mengurangi manajemen laba tidak jauh berbeda, hal
risiko-risiko perusahaan dan kepemilikan tersebut mendukung hasil penelitian ini dimana
manajerial juga tidak menjamin teratasinya dengan adanya kepemilikan manajerial atau
konflik kepentingan di dalamnya. Pihak tanpa kepemilikan manajerial perusahaan
manajemen yang juga bertindak sebagai agen sama-sama berpeluang melakukan manajemen
dan principal juga dianggap tidak dapat laba. Berdasarkan hasil penelitian dan
menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
ada pada perusahaan. Manajemen yang juga hipotesis yang ada tidak didukung dan tidak
sekaligus sebagai pemegang saham, akan sama- sesuai dengan teori yang ada. Dimana baik
sama tetap memaksimalkan keuntungan untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial
diri sendiri sama seperti direksi dan dewan yang tinggi maupun perusahaan dengan
komisaris yang tidak memiliki hak kepemilikan kepemilikan manajerial yang rendah tidak
saham. menjamin perusahaan tidak melakukan
Berdasarkan data penelitian yang dapat tindakan manajemen laba.
dilihat pada lampiran 4 manajer paling banyak
melakukan aktivitas berupa perubahan Kompensasi Bonus
kebijakan kredit untuk memacu penjualan yang Berdasarkan Tabel 2 kompensasi bonus
berdampak pada kenaikan tidak normal pada memiliki statistik t dengan nilai prob sebesar
penjualan harian dalam piutang. Adanya 0,0114 dibawah tarif signifikansi sebesar 0,05
peningkatan penjualan yang signifikan juga atau 5% dan koefisien regresi positif sebesar
dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan 0,402582. Dengan demikian, kompensasi bonus
manajemen laba, karena pertumbuhan yang diproksikan dengan total kompensasi
penjualan signifikan dapat memberi tekanan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
lebih pada manajer untuk tetap bisa manajemen laba. Hasil penelitian ini

16 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

menunjukkan bahwa semakin besar KESIMPULAN


kompensasi bonus, maka semakin besar pula Hasil penelitian ini menyimpulkan
kemungkinan terjadinya manajemen laba dalam bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
perusahaan. signifikan dengan arah negatif terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan manajemen laba. Dimana perusahaan dengan
penelitian Elfira (2014), Palestin (2008) dan arah pertumbuhan aset yang positif atau
Pujiningsih (2011) yang menyatakan bahwa meningkat akan lebih menarik di mata investor.
kompensasi bonus berpengaruh signifikan Ketertarikan lebih oleh investor akan
positif terhadap manajemen laba. Hasil tersebut mendorong perusahaan untuk tetap
menjelaskan bahwa dengan adanya pemberian mempertahankan dan meningkatkan performa
kompensasi bonus maka manajemen akan perusahaan. Selain itu perusahaan besar juga
termotivasi untuk melakukan manajemen laba, akan lebih banyak mendaptakan perhatian dan
sehingga dapat memaksimalkan bonus yang pengawasan dari berbagai pihak, sehingga
akan di terima. Karena tidak semua perusahaan kemungkinan perusahaan dalam melakukan
memiliki keputusan untuk memberikan bonus. tindakan manajemen laba akan lebih kecil.
Pujiati & Arfan (2013) juga menjelaskan Kemudian kepemilikan manajerial tidak
bahwa kebijakan memberikan bonus kepada berpengaruh signifikan terhadap manajemen
manajer didasarkan pada hasil kinerja. Aprina laba. Dimana hasil penelitian ini
& Khairunnisa (2015) juga berpendapat bahwa mengungkapkan bahwa adanya kepemilikan
kompensasi bonus merupakan pemberian manajerial dalam perusahaan tidak dapat
penghargaan oleh pemilik perusahaan kepada menjamin adanya peningkatan pengawasan
manajemen yang mengelola perusahaan atas pada perusahaan. Baik perusahaan dengan
pencapaian hasil yang baik dan melebihi kepemilikan manajerial yang tinggi maupun
capaian target yang telah ditentukan. Dengan rendah memiliki peluang yang sama untuk
kata lain, semakin besar pencapaian yang melakukan manajemen laba. Kompensasi
diperoleh hingga melebihi target, maka bonus berpengaruh signifikan dengan arah
semakin besar juga kemungkinan perusahaan positif terhadap manajemen laba. Dimana
untuk memberikan bonus. Sehingga dengan pemberian bonus yang dilakukan oleh
adanya skema bonus yang akan ditetapkan perusahaan menjadi salah digunakan untuk
perusahaan, dapat memotivasi manajemen menerima keuntungan pribadi, manajemen
untuk melakukan tindakan manajemen laba akan melakukan perekayasaan laporan
guna memaksimalkan juga kompensasi bonus keuangan untuk menciptakan laba yang tinggi
yang akan diterima. sehingga dapat memaksimalkan penerimaan
Pemberian bonus yang dilakukan oleh bonusnya.
perusahaan menjadi salah digunakan untuk
menerima keuntungan pribadi, manajemen SARAN
akan melakukan perekayasaan laporan Aspek Teoritis
keuangan untuk menciptakan laba yang tinggi Penelitian ini diharapkan menjadi
sehingga dapat memaksimalkan penerimaan referensi tambahan dalam mengembangkan
bonusnya. Berdasarkan hasil penelitian dan ilmu pengetahuan terakit dengan manajemen
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laba yang diukur dengan menggunakan Beneish
hipotesis yang dilakukan didukung dan sesuai M-Score. Kemudian peneliti selanjutnya
dengan teori akuntansi positif yang ada. diharapkan mampu mengembangkan variabel-
Dimana perusahaan akan memanfaatkan variabel independen yang digunakan dengan
laporan keuangan guna menguntungkan mengganti proksi seperti ukuran perusahaan
kepentingan beberapa pihak. yang juga bisa diukur dengan menggunakan
total penjualan, kompensasi bonus yang dapat

17 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
diukur dengan total kompensasi dewan Asih, P. (2014). Faktor-Faktor Yang
komisaris dan direksi setelah di kurangi gaji Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba
agar hasil kompensasi yang diterima benar- (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur
benar sudah net. Selain itu juga diharapkan yang terdaftar di BEI). Jurnal TEKUN,
dapat menambahkan sektor lain diluar dari Volume V, 191–201.
sektor manufaktur dan menambahkan variabel BAPEPAM. (1997). Keputusan Ketua
independen lainnya seperti corporate BAPEPAM No. Kep-11/PM/1997
governance, asimetri informasi, kualitas audit Tentang Perubahan No. IX.C.7 Tentang
dan variabel lainnya. Pedoman Mengenai Bentuk & Isi
Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka
Aspek Praktis Penawaran Umum oleh Perusahaan
Bagi investor dan pemangku Menengah atau Kecil
kepentingan lainnya disarakankan agar tidak Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis
terburu-buru membuat keputusan dalam Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan
berinvestasi kepada perusahaan yang labanya Bisnis. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
mengalami peningkatan signifikan tiap tahun. Beneish, M. D. (1999). The Detection of
Karena akan ada kemungkinan laba yang tinggi Earnings Manipulation. Financial
tersebut berasal dari tindakan manajemen laba Analysts Journal, 5(June), 24–36.
guna memaksimalkan kompensasi yang akan https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2016.09
diterima manajer perusahaan. .002
Bagi perusahaan, peneliti menghimbau Elfira, A. (2014). Pengaruh Kompensasi Bonus
agar tidak melakukan tindakan manajemen Dan Leverage Terhadap Manajemen
laba. Melakukan tindakan manajemen laba Laba. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
dapat merugikan perusahaan itu sendiri yang Akuntansi, 02(02), 1–21.
berdampak pada reputasi buruk dan juga Florensia, M. (2017). Pengaruh Pembayaran
merugikan para pemangku kepentingan seperti Dividen, Leverage, Arus Kas Bebas (Free
pemegang saham dan lainnya. Cash Flow) dan Kompensasi Bonus
Terhadap Manajemen Laba. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Agustia, D. (2013). Pengaruh Faktor Good Universitas Diponegoro Semarang: tidak
Corporate Governance, Free Cash Flow, diterbitkan.
dan Leverage Terhadap Manajemen Herawati, T. dan Nurul. (2015). Application of
Laba. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Beneish M-Score Models and Data
15(1), 27–42. Mining to Detect Financial Fraud.
https://doi.org/10.9744/jak.15.1.27-42 Procedia - Social and Behavioral
Aprina, D. N. dan Khairunnisa. (2015). Sciences 211, 924 – 930.
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan -
Profitabilitas dan Kompensasi Bonus Pendekatan Rasio Keuangan.
Terhadap Manajemen Laba. Journal of Yogyakarta: Center for Academic
Management, 2(3), 3251–3258. Publishing Service.
Arfan, E. J. & Muhammad, P. (2013). Struktur Hery. (2015). Praktis Menyusun Laporan
Kepemilikan Dan Kompensasi Bonus Keuangan. (H. Selvia, Ed.). Jakarta: PT
Serta Manufaktur Yang Terdaftar Di Grasindo.
Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Irawan, W. A. (2013). Analisis Pengaruh
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 6(2), Kepemilikan Institusional, Leverage,
122–139. Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas
terhadap Manajemen Laba. Skripsi Ilmiah

18 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 11 (1), 2019, 1-20

Universitas Diponegoro: tidak Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika


diterbitkan. Dan Bisnis Universitas Diponegoro,
Koschtial, B. M. F. and Claudia. (2013). Do Semarang: tidak diterbitkan.
bankrupt companies manipulate earnings Oraka, A.O. N. U. J dan E. I. O. (2013).
more than the non-bankrupt ones?. Beneish Model as Effective Complement
Journal of Finance and Accountancy. to the Application of SAS No. 99 in the
Krisnadewi, N. L. F. R. D. K. A. (2016). Conduct of Audit in Nigeria.
Pengaruh Diversifikasi Operasi, Leverage Management and Administrative Sciences
Dan Kepemilikan Manajerial Pada Review, Volume: 2(Issue: 6), 640–655.
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, Palestin, H. S. (2008). Analisis Pengaruh
15(3), 2324–2351. https://doi.org/ISSN Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate
2302-8556 Governance Dan Kompensasi Bonus
Kurniawan, S. Y. L. A. R. H. (2011). Regresi Terhadap Manajemen Laba. Thesis
dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Program Studi Akuntansi Universitas
Jakarta: Salemba Empat. Diponegoro. 1–22.
Lamora P.S.dan Kamaliah. (2013). Pengaruh Pramesti, I. A. J. dan Budiasih, I. G. A. N.
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan (2017). Pengaruh Asimetri Informasi,
Institusional Dan Kepemilikan Keluarga Leverage, dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Manajemen Laba (Earning pada Manajemen Laba. E-Jurnal
Management) Pada Perusahaan Akuntansi Universitas Udayana, 21, 200–
Berkepemilikan Ultimat yang Terdaftar 226.
Di BEI. Jurnal Akuntansi Fakultas Pramesti, R. A. T. (2013). Pengaruh Asimetri
Ekonomi Universitas Riau, 1–15. Informasi, Ukuran Perusahaan,
Linh, N. H. A. dan N. H. (2016). Using the M- Kepemilikan Manajerial Terhadap
score Model in Detecting Earnings Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi, 17(1).
Management: Evidence from Non- PSAK No.1. (2015). Penyajian Laporan
Financial Vietnamese Listed Companies. Keuangan tentang Prakarsa
Journal of Science: Economics and Pengungkapan.
Business, Vol. 32, N, 14–23. Pujiningsih, A. I. (2011). Pengaruh Struktur
Meckling, M. C. J. W. H. (1976). Theory of the Kepemilikan Ukuran Perusahaan, Praktik
firm: Managerial behavior, agency costs, Corporate Governance Dan Kompensasi
and ownership structure. Journal of Bonus Terhadap Manajemen Laba.
Financial Economics, Vol 3, 305–360. Semarang : UNIVERSITAS
Mohamad, E. M. K. M. F. M. S dan A. A. DIPONEGORO. Retrieved from
(2016). Detecting Financial Statement http://eprints.undip.ac.id/28571/1/Skripsi
Fraud by Malaysian Public Listed 5.pdf
Companies: The Reliability of the Ragheveer K. K. S. and D. A. K. (2014).
Beneish M-Score Model. Jurnal Detecting Earnings Management in India:
Pengurusan 46, 23–32. A sector-wise study. European Journal of
Nugroho, S. (2015). Pengaruh Kompensasi, Business and Management, Vol.6.
Kepemilikan Manajerial, Diversifikasi Sosiawan, S. Y. (2012). Pengaruh Kompensasi,
Perusahaan, dan Ukuran KAP terhadap Leverage, Ukuran Perusahaan, Earnings
Manajemen Laba. Skripsi Sarjana
Power Terhadap Manajemen Laba. Jrak, 8, 79– Sunaryo, F. D. K. (2010). Pengaruh Asimetri
89. Informasi, Ukuran Perusahaan dan
Sulistyanto, H. S. (2014). Manajemen Laba - Kepemilikan Manajerial Terhadap
Teori dan Model Empiris. PT Grasindo.

19 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019


DESRI KRISTIANTI PANJAITAN, MUHAMAD MUSLIH/ Manajemen Laba: Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus
Praktik Manajemen Laba, Vol 5 Nomo Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi
(1998), 64–76. Universitas Udayana, 20, 290–319.
Wijaya, V. A. dan Christiawan, Y. J. (2014). Yatulhusna, N. (2015). Pengaruh Profitabilitas,
Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, Leverage, Umur, dan Ukuran Perusahaan
dan Pajak Terhadap Earning Management terhadap Manajemen Laba. Skripsi
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013. Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Tax & Accounting Review, 4(1), 1–9. Jakarta: tidak diterbitkan.
Subramanyam, K. R dan Wild, J. J. (2010). www.finance.detik.com. (2019). Saham Inovisi
Analisis Laporan Keuangan Buku 1. Infracom dihapus dari Lantai Bursa.
Jakarta: Salemba Empat. Retrieved Januari 24, 2019, from
Suryanawa, A. A. M. R. A. dan I. K. (2017). https://finance.detik.com/bursa-dan-
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi valas/d-3658154/saham-inovisi-
infracom-dihapus-dari-lantai-bursa.

20 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.11 | No.1 | 2019

Anda mungkin juga menyukai