Anda di halaman 1dari 39

Syok kardiogenik

KELOMPOK V
1. RABIATIL ADAWIYAH
2. RAHMIWATI
3. RISKI FEBRIANSYAH
4. RIZAL JULIANTO
Latar belakang
Cardiogenic shock merupakan penyebab
kematian terbanyak pada pasien
dengan akut miokard infark (Zeymer,
2017). Cardiogenic shock terjadi pada ±
5% sampai 8% pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan ST-elevation
myocardial infarction (STEMI)
Syok kardiogenik
• adalah keadaan dimana jantung gagal
mempertahankan cardiac output untuk
menyeimbangkan dan mempertahankan
fungsi organ (Diehl, 2017).
• Gambaran yang esensial dari syok
kardiogenik adalah adanya hipoperfusi
sistemik yang menyebabkan hipoksia
jaringan dengan bukti volume
intravaskular yang tidak adekuat
ETIOLOGI
• Infark Miokard akut (Kegagalan pompa jantung)
• Kondisi lain :
1. Kardiomiopati tahap akhir
2. Miokarditis
3. Obstruksi jalan keluar ventrikel kiri
4. Obstruksi jalan masuk (pengisian) ventrikel kiri
5.Regurgitasi mitral akut
6.Insufisiensi katup aorta akut
7.Kontusio miokardial
8. Bypass kardiopulmonari yang berkepanjangan
(Hochman, 2013).
PATOFISIOLOGI
PENJELASAN
• Syok kardiogenik merupakan akibat dari gangguan
dari keseluruhan system sirkulasi baik yang besifat
temporer maupun permanen. Kegagalan ventrikel
kiri atau ventrikel kanan (akibat disfungsi
miokardium) memompakan darah dalam jumlah
yang adekuat merupakan penyebab primer syok
kardiogenik pada infark miokard akut
• Akibatnya adalah hipotensi, hipoperfusi jaringan,
serta kongesti paru atau kongesti vena sistemik.
Kegagalan ventrikel kiri merupakan bentuk yang
paling sering dari syok kardiogenik, namun bagian
lain dari sistem sirkulasi juga ikut bertanggung
jawab terhadap gagalnya mekanisme kompensasi
MANIFESTASI KLINIS
• Sianosis, Suhu kulit dingin dan bisa muncul gambaran mottled skin
pada ekstremitas.
• Nadi cepat dan halus/lemah serta dapat juga disertai dengan irama
yang tidak teratur jika terdapat aritmia
• Distensi vena jugularis dan ronkhi basah di paru biasanya ada
namun tidak harus selalu. Edema perifer juga biasanya bisa
dijumpai.
• Suara jantung terdengar agak jauh, bunyi jantung III dan IV bisa
terdengar
• Tekanan nadi lemah dan pasien biasanya dalam keadaan takikardia
• Tampak pada pasien tanda-tanda hipoperfusi misalnya perubahan
status mental dan penurunan jumlah urine
• Murmur sistolik biasanya terdengar pada pasien dengan
regurgitasi mitral, murmur biasanya terdengar di awal sistol
• Dijumpainya thrill parasternal menandakan adanya defek septum
ventrikel.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
untuk mengeksklusikan anemia. Peningkatan jumlah
leukosit hitung menandakan kemungkinan adanya
infeksi, sedangkan jumlah platelet yang rendah
mungkin disebabkan oleh koagulopati yang disebabkan
oleh sepsis.
b. Pemeriksaan biokimia darah
elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
bilirubin, aspartate aminotransferase
(AST), alanine aminotransferase
(ALT), laktat dehidrogenase (LDH),
dapat dilakukan untuk menilai fungsi
organ-organ vital
c. Kreatinin kinase
d. Troponin T dan I banyak digunakan dalam
mendiagnosa infark miokard
e. Pemeriksaan analisa gas darah
dapat melihat homeostasis asam basa secara
keseluruhan serta tingkat oksigenasi darah di arteri.
Peningkatan defisit basa di darah berhubungan
dengan keparahan syok dan sebagai marker dalam
pemantauan selama resusitasi terhadap pasien syok.
f. Pemeriksaan laktat serial
Meningkatnya kadar laktat pada pasien dengan
adanya gejala hipoperfusi menunjukkan prognosis
yang buruk
Pemeriksaan Pencitraan
a.Echocardiography
b.Radiografi toraks
c.Ultrasonografi
d.Angiografi arteri koroner
e.Elektrokardiografi
f. Monitoring Hemodinamik Secara
Invasif
Penatalaksanaan
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar
sebaiknya dilakukan intubasi.
2. Berikan Oksigen 8 – 15 liter/menit dengan
menggunakan masker untuk mempertahankan PO2
70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat
memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan
pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk
meneliti hemodinamik.
MEDIKAMENTOSA
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
2. Ansietas, bila cemas
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila
perfusi jantung tidak adekuat
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga
diberikan amrinon IV.
7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/
8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru
dan oksigenasi jaringan. Digitalis bila ada
fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
KOMPLIKASI
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
KONSEP ASKEP
– Pengkajian
• PrimarySurvey
– Airway
• Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas,
adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring
– Breathing
• Frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas.
Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji
adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing,
dan kaji adanya trauma pada dada.
Lanjutan,,,,,,,,,,
– Circulation
• Dilakukan pengkajian tentang volume darah
dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
– Disability
• Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan
reaksi pupil.
▪Secondary Survey

• Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi,
past illness, last meal, dan environment).
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga
kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan
diagnostik yang lebih spesifik seperti foto
thoraks,dll.
2. Penentuan Prioritas
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan
kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik
2. kerusakan Pertukaran gas b/d perubahan
membran kapiler-alveolar
3. Kelebihan volume cairan b/d Penurunan ferfusi
organ ginjal, peningkatan Na/H2O, peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan protein
plasma (menyerap air dalam area interstisial/
jaringan)
4. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan /
penghentian aliran darah.
5. Nyeri (akut) b/d iskemik jaringan sekunder
KASUS
Ny . S usia 64 tahun datang ke IGD RS Sehat Sejahtera
diantar suaminya Tn. M. Dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri seperti terbakar menjelar ke bahu kiri,
skala nyeri 8. memberat ketika beraktifitas. Sehari-hari
klien adalah ibu rumah tangga sementara suaminya
bekerja sebagai petani. Suami klien mengatakan klien
sempat tidak sadarkan diri diruma, lalu suami
membawa ke RS dengan menggunakan mobil. Klien tiba
di RS pukul 17.22 WIB langsung dibawah ke IGD. Saat
dilakukan pengkajian di dapatkan hasil TTV sbb: TD:
170/100 mmhg, N: 75x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,7C,
suami mengatakan klien sempat tidak sadarkan diri
dirumah, kaki tidak bisa di gerakan, lemas, mual,
muntah, lalu perawat memasang infus di tangan kanan
dengn RL 20 tpm.
Memasangkan o2 masker 10 lpm, memasang DC dan
mendapatkan terapi obat Omeprazole, ondansentron,
citikolin, mecobalmin, dan ceftriaxon. Pukul 17.30 WIB
klien sempat kejang 2x lama kejang 30 detik kemudian
klien dipindahkan keruang Resusitasi dan diakukan
tindakan RJP dan Bagging selama 3 siklus di dapatkan
RR: 18x/menit, N: 70x/menit, TD: 109/70mmhg, klien
kembali sadar.
Suami klien mengatakan sebelumnya klien sering
keluar masuk RS, tapi belum pernah sampai kejangdan
sampai seperti ini (Apneu). Klien juga punya RIW.
Darah tinggi ( Hipertensi ) dan penyakit Ginjal (CVD).
Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan
umumlemah, pasien nampakpucat, diaforesis, sulit
bernafas, oliguri, GCS: E1V1M1 terdapat secret dan ada
suara tambahan snoring, SPO2 78%.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

• Tgl/Jam MRS : 22 April2020 • Alamat : Desa AnginRibut


• Ruang : IGD • Suku/Bangsa : Jawa
• Nomor Register:-
• Bahasa : Jawa
• DiagnosaMedis : Syok kardiogenik
• Pendidikan : -
• Identitas Klien • Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Nama : Ny. S • Status : Menikah
• Umur : 64 thn • Alamat : Desa AnginRibut
• Suami/Istri/Orang Tua :
• Nama :Tn. M
• Jenis Kelamin: Perempuan
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
Kasus NonTrauma
• → Subyektif
– Keluhan Utama (PQRST)
•Nyeri dada sebelah kiri seperti terbakar menjalar ke
bahu kiri, skala nyeri 8, memberat ketika beraktifitas
– Riwayat kesehatan sekarang
•Suami klien mengatakan klien sempat tidak sadarkan
diri dirumah, lalu suami klien membawa klien ke RS
dengan menggunakan mobil, klien tiba di RS pukul
17.22 WIB langsung dibawa ke IGD. Saat pengkajian
di IGD didapatkan hasil TTV sebagai berikut: TD:
170/100 mmHg, N: 75x/menit, RR: 19x/menit, S:
36,7°C, suami klien mengatakan klien sempat tidak
sadarkan diri dirumah, kaki tidak bisa digerakan,
lemas, mual, muntah
– Riwayat kesehatan dahulu
• Suami klien mengatakan sebelumnya klien
memang sudah sering keluar masuk RS, tetapi
sebelumnya belum pernah sampai kejang dan
sampai seperti ini (apneu). Klien juga mempunyai
riwayat tekanan darah tinggi atau Hipertensi, dan
juga penyakit ginjal (CVD). Klien tidak ada alergi
apapun, tidak ada ketergantungan obat-obatan
maupun minum-minuman keras, klien juga tidak
merokok
– Riwayat kesehatan keluarga Tidak terkaji
→ Obyektif
1. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 60/40 mmHg

Nadi 159 x/menit,Kelaianan Takikardi

Respiratory Rate 28 x/menit, Pola Napas hiperpnea

Suhu 34,7 0C

• CRT > 2 detik


Kasus Trauma

• → Subyektif
– Keluhan Utama
-
– Mekanisme Trauma
-
– SAMPLE (symptom, allergy, medications, past
illness, last meals, event)
-
→ Obyektif
❖ Airway
•Terdapat sekret dan ada suara napas tambahan snoring

❖ Breathing
•Klien terlihat sesak nafas, RR: 28x/menit, terdapat suara
tambahan whezzin g, tidak ada trauma dada, SPO2: 78%,
menggunakan otot bantu nafas retraksi intercostalis,
menggunakan alat bantu nafas spontan breathing 10 lpm

❖ Circulation
•Tidak ada perdarahan, kulit kuning pucat, nadi cepat N:
120x/menit, akral dingin, diaforesis (mandi keringat), CRT < 3
detik, irama reguler, HR: 159x/menit, TD: 60/40 mmHg, MAP:
43 mmHg, konjungtiva anemis, terdapat distensi vena
junggularis, Syok indeks=3,4.
❖ Disability
•kesadaran coma, GCS: E=1 M=1 V=1, ROM terbatas

❖ Exposure/Environtmental Control
•Tidak ada trauma tumpul maupun tajam di dada

❖ Full Set Of Vital Sign / Five Interventions


•TekananDarah : 60/40mmHg
Nadi : 159 x/menit,
•Kelaianan : Takikardi RespiratoryRate : 28
x/menit, PolaNapas : hiperpnea
•Suhu : 34,7 °C
•Five Interventions: pasang infus RL 20 tpm
❖ Give Comfort
•Mempertahankan posisi yang nyaman bagi pasien

❖ Triage warningskore
KOMPONEN SKORE
Mobilissi 2
RR 2
HR 3
TD Sistole 3
Suhu 2
Kesadaran 3
Trauma 0
AnalisaData
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Agens cidera Nyeri
Klien mengatakan nyeri dada sebelah biologi iskemik akut
kiri, nyeri seperti terbakar, skala 8,
memberat jika beraktifitas
DO:
TD: 60/40mmHg
Nadi: 156x/menit
RR: 28x/menit
Diaforesis
EKG: sinustakiardia
No Data Etiologi Masalah
2. DS:- Perubahan Penurun
DO: kontraktilitas an curah
TD: 60/40mmHg myokardium jantung
Nadi: 156x/menit
EKG: Sinustakikardia
Pitting edema+
Adanya distensi vena
junggularis
MAP: 43 mmHg
Ronkhi+
Whezing
Terdapat suara abnormal jantung (BJIII)
Kardiomegali+
Sianosis perifer+ 12. MAP:46,66
13. Syok indeks 3.44
No Data Etiologi Masalah
3. DS:- DO: Gangguan aliran Ketidakefek
TD: 60/40mmHg darah sekunder tifan
Nadi: 156x/menit perfusi
EKG: Sinustakikardia jaringan
Pitting edema+ perifer
Adanya distensi vena
junggularis
MAP: 43 mmHg
Konjungtiva anemis
CRT> 2detik
Terdapat sianosis perifer
No Data Etiologi Masalah
4. DS:- DO: Ketidakseimb Intoleran
TD: 60/40mmHg angan antara aktivitas
Nadi: 156x/menit suplai dan
EKG: Sinus takikardia 4. kebutuhan
SPO2:78% oksigen
Klien menggunakan
NRBM 10lpm
Terdapat sianosis
perifer
Diagnosa Keperawatan
1.Penurunan curah jantung bd Perubahan kontraktilitas myokardium
dd TD: 60/40 mmHg, nadi: 156x/ menit, EKG: Sinus takikardia,
pitting edema+, adanya distensi vena junggularis, Konjungtiva
anemis, CRT> 2 detik, Terdapat sianosis perifer

2.Nyeri akut ybd agens cidera biologis iskemik dd Klien mengatakan


nyeri dada sebelah kiri, nyeri seperti terbakar, skala 8, memberat
jika beraktifitas

3.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ybd Gangguan aliran


darahsekunder dd dd TD: 60/40 mmHg, nadi: 156x/ menit, EKG:
Sinustakikardia, pitting edema+, adanya distensi vena junggularis,
MAP: 43 mmHg, Konjungtiva anemis, CRT> 2 detik, Terdapat
sianosis perifer

4.Intoleran aktifitas ybd Ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen dd TD: 60/40 mmHg, nadi: 156x/ menit, EKG:
Sinus takikardia,SPO2: 78%, Klien menggunakan NRBM 10 lpm,
Terdapat sianosis perifer
Intervensi Keperawatan

1. Kaji KU klien
2. Monitor, TTV: (TD, nadi), raut wajah, skala,
nyeri
3. Lakukan RJP dan ventilasi
4. Edukasi keluarga tentang proses penyakit
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgetik dan antikoagulasi
Implementasi Keperawatan
• Mengkaji KU klien: KU lemah • Lanjutkan RJP dan ventilasi
• Memasang infus RL 20 tpm 30:2
• Monitoring dan evaluasi • Nadi teraba 156 x/ menit, RR:
• Skala nyeri 8, wajah 28 x/
meringis,
• diaforesis, TD: 60/40 mmHg, • menit
Nadi:156 • Istirahatkan pasien
• x/ menit, RR: 28 x/ menit, SPO2 78% • Monitoring dan evaluasi
• Memasang DC
• TD:65/40 mmHg, Nadi 122 x/
• Monitoring dan evaluasi
menit,
• Nadi tidak teraba, RR 0 x/ menit
• Melakukan RJP dan ventilasi 30:2 • RR: 24 x/ menit, KU: lemah
• Monitoring dan evaluasi • Pindahkan pasien ke ICCU
• Nadi tidak teraba
KESIMPULAN
1. Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana
otot jantung tidak dapat melakukan kontrak
tilitas sehingga menyebabkan penurunan curah
jantung
2. Penyebab dari syok kardiogenik paling banyak
adalah karena infark miokardium
3. Penatalaksanaan syok kardiogenik adalah
revaskularisasi, fakmakologi, resusitasi cairan,
dan memelihara hemodinamik
4. Pengkajian asuhan keperawatan kegawat
daruratan dengan klien Ny. S di
dapatkan bahwa Ny. S mengeluh nyeri
dada sebelah kiri, skala 8, nyeri seperti
terbakar, menjalar ke bahu sebelah kiri.

5. Diagnosa keperawatan pada Ny. S


adalah nyeri akut, penurunan curah
jantung, ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer, dan intoleransi aktifitas.
Selain dengan pengobatan kondisi syok
kardiogenik yang merupakan suatu kegawat
daruratan memerlukan tindakan resusitasi
sesegera mungkin sebelum syok menjadi
ireversibel dan merusak organ-organ vital

Anda mungkin juga menyukai